Anda di halaman 1dari 67

333

UNDANG – UNDANG No.


1 / 1970

“KESELAMATAN
KERJA”

MUHAMMAD. ALI ANAFIAH, S.H., M.H


PENGAWAS KETENAGAKERJAAN MADYA
(UPTD Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah 1)
DISNAKERTRANS PROV. SUMBAR
LATAR BELAKANG
• Indonesia mengalami kemajuan pesat di bidang pembangunan dan
ketenagakerjaan. Oleh karena itu perlindungan tenaga kerja
dibutuhkan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Sejak
jaman Belanda pada tahun 1910 telah muncul Undang-Undang yang
digunakan untuk mengatur ketenagakerjaan di Indonesia. Undang -
Undang yang diterapkan adalah VR 1910 yang bersifat repressive yang
kemudian menjadi awal sejarah perundang K3 di Indonesia.

• Namun setelah berkembang dan Indonesia merdeka. VR 1910 ini


dirasakan tidak sesuai lagi karena :
Tidak sesuai dengan perkembangan teknik,teknologi dan azas
perlindungan ketenagakerjaan di Indonesia
Sifat polisional / refresi sudah tidak sesuai dengan era kemerdekaan
Kemajuan industrialisasi, intensitas kerja, bahan baku dan penunjang
kerja sudah berkembang pesat
….Latar belakang
❖ Diundangkan di Jakarta oleh Sekretaris Negera RI, ALAMSYAH dan
kemudian disahkan oleh Presiden RI Soeharto pada tanggal 12 Januari
1970 ditetapkanlah Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

❖ UU No 1 Tahun 1970 dirasakan sesuai karena :


Bersifat preventive
Ruang lingkup lebih jelas
Rumusan Teknis lebih komprehensif
Pembinaan K3 bagi manajemen dan pekerja
Pembentukan unit P2K3 perusahaan
Pengaturan Retribusi pengawasan
DASAR HUKUM
⚫ Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :
“ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”

⚫ UU 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan :


Pasal 4 : “Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan “:
Huruf c :” Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan “
Pasal 35 ayat (3) : “ Pemberi kerja dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib
memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan
kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja”.
Pasal 86 : “Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja”.
Pasal 87 : “Setiap perusahaan wajib menerapkan sistim managemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistim managemen perusahaan”.
Pasal 88 ayat (1) : “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
………….Dasar Hukum
⚫ UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

⚫ PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3


: ”Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di Perusahaannya”. :Pasal 5 ayat (1)

⚫ Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3


: ”Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan atau
yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistim
Managemen K3”. :Pasal 3 ayat (1).
PENGERTIAN K3

. Cabang Ilmu pengetahuan Teknis, medis


dan manajemen yg bertujuan upaya
mencegah terjadinya kecelakaan kerja
termasuk peledakan, kebakaran dan
Occupational decease (PAK).
Tujuan
Keselamatan
Kerja (K3)???
TUJUAN K3

TK mendapat perlindungan keselamatan


Orang lain berada di tempat kerja
mendapat perlindungan keselamatan

Sumber produksi dipakai & dipergunakan


secara aman dan efesien
11 Bab 18 Pasal

Istilah 1 Pembinaan 5 Kewajiban Bila


Memasuki Tempat
Kerja 9
2 Kelembaga 6
R. Lingkup
an
Kewajiban 1
2
Syarat Kecelakaa Pengurus
3 7 0
Keselamatan n
Kerja Ketentuan 1
Kewajiban & Hak Penutup 1
Pengawasan 4 Tenaga Kerja
8
BAB I ISTILAH Pasal 1

TEMPAT KERJA • Ruangan / Lapangan


• Tertutup / Terbuka
• Bergerak / tetap

- Tenaga kerja
- Usaha
- Sumber bahaya
ISTILAH (LANJUTAN)
Pasal 1

PENGURUS
Orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja

PENGUSAHA
Orang / badan hukum yg menjalankan usaha mempergunakan
tempat kerja

DIREKTUR
Pelaksana UU No. 1/1970 Ditunjuk Menteri Tenaga Kerja

PEGAWAI PENGAWAS
Pegawai teknis berkeahlian khusus dari Kementerian
Tenaga Kerja & Transmigrasi ditunjuk oleh Menteri
AHLI KESELAMATAN KERJA
Tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar Kementerian
Tenaga Kerja Ditunjuk Menteri
BAB II
RUANG LINGKUP
Udara Pasal 2 ayat 1

Darat
Dalam tanah 18 kelompok tempat kerja

Jenis-jenis usaha (tempat kerja) yang


diwajibkan melaksanakan syarat K3, tempat
kerja yang mempunyai sumber bahaya, yg
berkaitan dgn :
- Keadaan mesin,pesawat,alat kerja,
peralatan dan bahan
- Sifat pekerjaan
- Cara bekerja
Permukaan air - Lingkungan
- Proses produksi
Dalam air
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


Huruf (a) - (r)
(a)
Tempat kerja dimana dibuat,
dicoba, dipakai atau
dipergunakan mesin, pesawat,
alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya
(Permen 38/2016; K3 PTP)
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(b)

dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan,


diperdagangkan, diangkut, atau disimpan
bahan atau barang yang: dapat meledak,
mudah terbakar, menggigit, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


dikerjakan pembangunan, (c)
perbaikan, perawatan,
pembersihan atau
pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan
lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah
dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan
persiapan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(d)

dilakukan usaha: pertanian,


perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan
kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(e)

dilakukan usaha pertambangan dan


pengolahan: emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau
mineral lainnya, baik di permukaan
atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan

Seorang anggota staf PT Freeport Indonesia, Kamis (2/2), melihat proses flotasi
atau pengapungan mineral tambang, seperti tembaga, emas, dan perak. Proses
itu dilakukan untuk memperoleh konsentrat yang terdiri dari tembaga, emas, dan
perak. Konsentrat itu kemudian dialirkan ke Pelabuhan Amamapare,
dikeringkan, dan kemudian dikirim ke pabrik-pabrik pengecoran.
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(f)

dilakukan pengangkutan barang,


binatang atau manusia, baik di
darat, melalui
terowongan, dipermukaan air,
dalam air maupun di udara
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(g)

dikerjakan bongkar muat barang


muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(h)

dilakukan penyelaman, pengambilan


benda dan pekerjaan lain di dalam
air
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(i)

dilakukan pekerjaan dalam


ketinggian di atas permukaan
tanah atau perairan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(j)
dilakukan pekerjaan dibawah
tekanan udara atau suhu
yang tinggi atau rendah

Peleburan baja Peleburan pasir timah


RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(k)

dilakukan pekerjaan yang


mengandung bahaya
tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda,
terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting

Penambang Emas Illegal Beresiko Tertimbun Tanah Longsor


RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(l)

dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur


atau lubang
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(m)

terdapat atau menyebar suhu, kelembaban,


debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara atau getaran;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(n)

dilakukan pembuangan atau pemusnahan


sampah atau limbah;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(o)

dilakukan pemancaran, penyiaran atau


penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(p)

dilakukan pendidikan, pembinaan,


percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat
teknis;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(q)

dibangkitkan, dirubah,
dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau
disalurkan
listrik, gas, minyak atau
air;
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)

18 tempat kerja Pasal 2 ayat 2


(r)

diputar film, pertunjukan sandiwara atau


diselenggarakan rekreasi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.

tornado
BAB III
SYARAT KESELAMATAN KERJA Pasal 3 ayat 1
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
<

Tempat kerja yang aman adalah tempat kerja yang bebas dari
kecelakaan. Jika di tempat kerja masih terjadi kasus kecelakaan
baik kecil, sedang atau berat, maka tempat kerja tersebut tidak
dapat dikatakan tempat kerja yang aman

Upaya pencegahan atau mengurangi kecelakaan kerja


1.Jagalah kebersihan di tempat kerja
2.Letakan Poster K3 ditempat yang tepat
3.Sediakan training sesuai kebutuhan
4.Pelihara kondisi peralatan kerja agar selalu baik
5.Berikan informasi menyeluruh berkaitan dengan prosedur kerja
6.Jika ada kondisi tidak aman harus segera dilaporkan
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran


(tempat kerja yang aman itu adalah tempat kerja yg bebas dari bahaya kebakaran, jika
ditempat kerja masih terjadi bahaya kebakaran, maka tempat kerja tersebut masih
tergolong tidak aman)
1. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi
2. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
3. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat
kerja; (Kepmen 186/1999 : Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja)
4. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaran secara berkala
(Permenakertras N0. 4 tahun 1980 ttg. Syarat2 Pemasangan dan Pemeliharaan
APAR),
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

“Tempat kerja yang aman itu harus bebas dari


bahaya peledakan, semua potensi yang meledak
seperti bejana bertekanan, ketel uap, tangki dan
sebagainya harus aman dioperasikan bebas dari
peledakan”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan


diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian
lain yang berbahaya;
(Jalur Evakuasi, Serene, Tempat Berkumpul)

“Salah persyaaratan tempat kerja yang aman adalah terlindinginya


pekerja dari kondisi berbahaya atau keadaan darurat yang dapat
mengancam jiwa seperti kebakaran, kebocoran gas beracun, ledakan dan
sebagainya. Tempat yang aman akan menyediakan fasilitas penyelamatan
dalam keadaan darurat , jalur evakuasi, pintu darurat, dan sebagainya. Jika
kita mamasuki suatu bangunan dan perusahaan yang tidak menyediakan
fasilitas tanggap darurat, berarti tempat kerja tersebut belum aman”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;


(Kotak P3K, Klinik Perusahaan, Ambulan)

“Tempat kerja yang aman akan menyediakan fasilitas pertolongan


pertama pada kecelakaan kerja seperti Kotak P3K, tandu, posterk3,
klinik, ambulan dan sebagainya tergantung tingkat bahayanya. Jika
suatu tempat kerja tidak menyediakan fasilitas ini , maka tempat
kerja tersebut belum tergolong aman”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada


para pekerja; (APD)
“Penyediaan APD yang sesuai merupakan salah satu indikator tempat kerja
yang aman, semua pekerja dilengkapi dengan alat keselamatan kerja yang
sesuai dengan pekerjaan dan sifat bahayanya. Jika kita masuk ke suatu
tempat kerja , dan menemukan pekerja tampa alat keselamatan tyang
memadai, maka tempat kerja tersebut belum digolongkan sebagai tempat
kerja yang aman”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau


menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran;
“Persyaratan ini berkaitan dengan keselamatan lingkungan (kesling)
yang aman dan sehat bagi pekerja dilingkungan sekitarnya. Jika
perusahaan masih mengeluarkan debu, gas, uap, atau suara yang
mengganggu lingkungan dan pekerja tertentu maka perusahaan
tersebut digolongkan sebagai perusahaan yang tidak aman”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit


akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan,
infeksi dan penularan.
(Dipersyaratkan untuk dilakukan pengukuran lingker & K3 Bahan
Berbahaya) permen 05 tahun 2018)
“Salah satu tempat kerja yang aman adalah penyakit akibat kerja, jika
ditemukannya gejala atau dampak suatu penyakit akibat kerja, tentu
tempat kerja tersebut digolongkan sebagai tempat kerja yang tidak
aman”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

i. memperoleh penerangan yang cukup


dan sesuai;
“Suatu tempat kerja yang aman, harus memiliki penerangan
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan atau persayaratan
menurut sifat dan jenis pekerjaan
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

J. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang


baik;
“Tempat kerja yang aman harus memenuhi persayaratan suhu
lingkungan yang aman bagi pekerja, termasuk kelembaban uadara”

K. menyelenggarakan penyegaran udara yang


cukup;
“Aspek ventilasi juga menjadi persyaratan k3 yang penting, artinya
tempat kerja yang pengap tidak ada sirkulasi udara dapat mengakibatkan
bahaya seperti kekurangan oksigen, akumulasi bahan berbahaya di
uadara dan lainya”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

L. memelihara kebersihan, kesehatan dan


ketertiban;
“Aspek K3 juga mengganggap masalah kebersihan dan kerapian
(hausekeeping) sebagai salah satu persyaratan, jika tempat kerja
berantakan, kotor dan tidak tertata dengan baik memungkinkan
terjadinya kecelakaan kerja seperti jatuh, terpeleset, tersandung atau
mengundang bahaya kebakaran . Untuk itu syarat kebersihan dan
keamanan juga perlu diperhatikan untuk mendapat predikat tempat
kerja yang aman dan selamat”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja,


alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya; (Ergonomi)
Aspek ergonomik juga menjadi persyaratan K3 di tempat kerja ,
Untuk itu tempat kerja yang aman harus menerapkan aspek
ergonomik dalam merancang tempat kerja agar sesuai dengan
anatomi pekerja dan dapat mengurangi kelelahan, cidera ataua
penyakit akibat kerja

SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

N. mengamankan dan memperlancar pengangkutan


orang, binatang, tanaman atau barang;
“Kriteria keselamatan kerja juga menyangkut kegiatan transportasi
barang, produk atau manuasia yang ada ditempat kerja. Banyak
perusahaan yang menggunakan alat angkut seperti forklif, conpeyor,
lift, dan lainnya untuk lebutuhan produksi. Ada juga angkutran
pekerja menuju tempat kerja. Dalam K3, semuanya disyaratkan
untuk dapat disebut tempat kerja yang aman dan selamat”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

O. mengamankan dan memelihara segala


jenis bangunan;
Keselamatan bangunan dan konstruksi juga menjadi indikator
tempat kerja yang aman dan selamat jika bangunan pabrik
jorok, miring, mudah terbakar dan lainya dapat digolongkan
sebagai tempat kerja yang tidak aman . Untuk itu perlu
persyaratan tentang keselamatan konstruksi dan bangunan

SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan


bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;

“Aspek bongkar muat (loading unloading) juga menjadi persyaratan K3


ditempat kerja. Banyak pabrik atau tempat kerja yang menggunakan
pergudangan (warehouse) tetapi kondisinya tidak aman dan
mengandung berbagai bahaya. Untuk itu salah satu kriteria tempat
kerja yang aman dan selamat adalah pengelolaan kegiatan pergudangan
dan bongkar muat”
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

Q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;


(K3 Listrik Permen 33/2015 perubahan Permen 12/2015)

“Keselamatan listrik juga menjadi indikator k3 ditempat kerja, Jika


instalasi listrik tidak aman, tampa perlindungan atau kondisi peralatan
listrik tidak aman , maka tempat kerja tersebut belum dapat dikatakan
tempat kerj yang aman
SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1

R. menyesuaikan dan menyempurnakan


pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

“Perkembangan teknologi juga menjadi perhatian dalam


K3, maka untuk itu perusahaan atau ahli K3 harus selalu
menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi ,
penggunaan peralatan baru, metode kerja baru dan
lainya. Misalnya dengan penggunaan robot atau
otomatisasi tentu berpengaruh terhadap keselamatan
kerja.
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 4
BAB IV
PENGAWASAN K3 Pasal 5
PENGAWASAN K3
Pasal 6

Ketentuan banding bagi yang


tidak menerima keputusan
direktur
PENGAWASAN K3
Pasal 7

Restribusi
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 8

● Pemeriksaan kesehatan badan,kondisi mental dan


kemampuan fisik tenaga kerja :
• Yang akan diterimanya (Baru)
• Yang hendak dpindah ke tugas/pekerjaan lain
(yang berpotensi bahaya)
• Berkala min satu tahun sekali
● Oleh Dokter perusahaan (yang dibenarkan oleh Menteri)
• (Permenartrans No. 2 tahun 1980 ttg. Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelengaraan
keselamatan Kerja
BAB V
PEMBINAAN
Pengurus diwajibkan : Pasal 9

a. Menjelaskan dan menunjukkan pada tenaga kerja baru :


1. Kondisi dan bahaya di tempat kerja
2. Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan
3. Menyediakan APD
4. Menjelaskan cara dan sikap bekerja aman
b. Mempekerjakan setelah yakin memahami K3
c. Melakukan pembinaan
1. pencegahan kecelakaan
2. pemberantasan / penanggulangan kebakaran
3. peningkatan K3
4. pemberian P3K
d. Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
BAB VI
PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Pasal 10
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

● Fungsi
● Wadah kerjasama peningkatan bidang K3
antara :
- Pihak perusahaan (managemen)
- Pihak pekerja
● Susunan
● Diatur dan tetapkan oleh Menteri
● Peraturan pelaksana Permen No. 04/Men/1987
……..PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
….Pasal 10

● P2K3 ini bertugas memberikan


pertimbangan dan dapat membantu
pelaksanaan usaha pencegahan kk dalam
perusahaan yang bersangkutan serta
dapat memberikan penerangan yang
efektif pada para pekerja yang
bersangkutan
BAB VII
KECELAKAAN KERJA
Pasal 11

• Pengurus wajib melaporkan kecelakaan yang


terjadi di tempat kerja
• Tata cara Pelaporan diatur oleh Peraturan
Perundangan Permenaker No. 3 / 98 ttg.Tata
Cara pelaporan Pemeriksaan KK
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12

KEWAJIBAN HAK

• Memberikan keterangan ▪ Meminta pengurus


pada Pegawai untuk melaksanakan
Pengawas/Ahli Syarat K3
Keselamatan Kerja ▪ Menyatakan keberatan,
• (Pasal 2,3, sanksi Ps. 6 UU 3 jika syarat K3 belum
tahun 1951
terpenuhi
• Memakai APD
• Memenuhi dan mentaati
syarat K3
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
(Perlindungan Thp Orang Lain)
Pasal 13

❑ mentaati semua petunjuk


keselamatan kerja

❑ memakai alat-alat perlindungan diri


(APD)
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14

Menempatkan semua syarat


keselamatan kerja & Undang-undang 1/1970
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Memasang gambar keselamatan kerja & bahan
pembinaan lainnya
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Menyediakan secara cuma-cuma, semua APD
utk TENAGA KERJA dan Orang Lain
BAB XI
Ketentuan – ketentuan penutup
Pasal 15
Peraturan pelaksana Sanksi
• Pelaksanaan ketentuan pidana hukuman kurungan
tersebut pada pasal-pasal selama-lamanya 3 bulan atau
di atas diatur lebih lanjut denda setinggi-tingginya Rp.
dengan peraturan 100.000,-
perundangan.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah
ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku wajib
mengusahakan didalam satu tahun sesudah Undang-undang ini
berklaku, ntuk memenuhi ketentuan –ketentuan menurut atau
berdasarkan Undang-undang ini

Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam
Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerja yang ada pada waktu undang-undang ini mulai
berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang ini

Pasal 18
Undang –undang ini disebit “UNDANG-UNDANG KESELAMATAN
KERJA” dan mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap
orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempatannya dalam lLembaran Negara
Republik Indonesia
Disyahkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970
oleh : Presiden Repoblik Indonesia
Ttd
“SOEHARTA”

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970
Sekretaris Negara Republik Indonesia
Ttd
“ALAMSJAH”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai