PERUNDANG-UNDANGAN K3 SECARA UMUM DAN HIGIENE INDUSTRI
No. K3 / Higiene Industri Perundangan Pasal Isi Pasal / Ayat 1. K3 UU No.14 Tahun 1969 Pasal 9 Tiap tenaga kerja berhak mendapaat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakukan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. 2. K3 UU No.14 Tahun 1969 Pasal 10 Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup: 1. Norma keselamatan kerja 2. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan 3. Norma kerja 4. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja 5. (tidak berlaku) 3. K3 dan Higiene UU No.1 Tahun 1970 Pasal 1 (1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau Industri lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut; 4. K3 UU No.1 Tahun 1970 Pasal 1 (2) “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. 5. K3 UU No.1 Tahun 1970 Pasal 1 (6) “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjukoleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang‐ undang ini. 6. K3 UU No.1 Tahun 1970 Pasal 2 (1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 7. K3 dan Higiene UU No.1 Tahun 1970 Pasal 2 (2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut Industri berlaku dalam tempat kerja di mana : a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan; b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi; c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan; d. dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan; e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan; dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara; f. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang; g. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air; h. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan; i. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah; j. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting; k. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang; l. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran; m. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah; n. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon; o. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis; p. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air; q. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik. 8. K3 dan Higiene UU No.1 Tahun 1970 Pasal 3 (1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan Industri (poin i, j, k, syarat-syarat keselamatan kerja untuk : dan l) a. mencegah dan mengurangi kecelakaan; b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; e. memberi pertolongan pada kecelakaan; f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran; h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan; i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban; m.memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya; m. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang; n. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; o. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang; p. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; q. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. 9. K3 dan Higiene UU No.1 Tahun 1970 Pasal 4 (1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan Industri syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. 10. K3 UU No.1 Tahun 1970 Pasal 8 (1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya. 11. K3 UU No.1 Tahun 1970 Pasal 8 (2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur. 12. K3 UU No.1 Tahun 1970 Pasal 11 (1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. 13. K3 UU No.1 Tahun 1970 Pasal 12 Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk : a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja; b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan; c. Memenuhi dan mentaati semua syarat- syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan; d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan; e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan. 14. K3 UU No.1 Tahun 1980 Pasal 13 Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. 15. K3 UU No.1 Tahun 1980 Pasal 14 Pengurus diwajibkan : a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat- tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja; c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. 16. K3 Permenakertrans No.1 Pasal 3 (1) Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan Tahun 1980 harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya 17. K3 Permenakertrans No.1 Pasal 3 (2) Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera Tahun 1980 disusun suatu unit keselamatan dan kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja. 18. K3 Permenakertrans No.1 Pasal 7 Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk Tahun 1980 menjamin bahwa peralatan perancah, alatalat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan ke bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan. 19. K3 Permenakertrans No.1 Pasal 8 Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, Tahun 1980 lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat. 20. K3 Permenakertrans No.1 Pasal 9 Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak Tahun 1980 boleh melebihi ketentuan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku. 21. K3 Permenakertrans No.1 Pasal 11 Tindakan harus dilakukan untuk mencegah Tahun 1980 bahaya terhadap orang yang disebabkan oleh runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat atau bangunan yang tidak stabil. 22. Higiene Industri UU No.11 Tahun 1962 Pasal 2 Yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan: a. Hygiene ialah segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan; b. Usaha-usaha bagi umum ialah usaha-usaha yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta maupun perserorangan yang menghasilkan sesuatu untuk atau yang langsung dapat dipergunakan oleh umum. 23. Higiene Industri UU No.11 Tahun 1962 Pasal 3 Hygiene untuk usaha-usaha bagi umum yang diatur dalam undang-undang ini meliputi: a. Hygiene air, susu, makanan dan minuman untuk konsumsi bagi umum; b. Hygiene perusahaan-perusahaan; c. Hygiene bangunan-bangunan umum; d. Hygiene tempat permandian umum; e. Hygiene alat-alat pengangkutan umum; f. Hygiene untuk usaha bagi umum lain-lainnya yang akan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 24. Higiene Industri UU No.11 Tahun 1962 Pasal 5 Usaha-usaha Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Undang-undang ini ialah : a. Penerangan dan pendidikan mengenai hygiene; b. Bimbingan dalam bidang hygiene untuk usaha-usaha bagi umum; c. Pengawasan dan pemeriksaan atas keadaan hygiene lingkungan pada usaha-usaha bagi umum; d. Pengawasan dan pemeriksaan hasil produksi dan proses- produksi air, makanan dan minuman untuk konsumsi umum; e. Pengawasan dan pemeriksaan atas penggunaan benda-benda, alatalat, yang dapat membahayakan kseshatan; f. Usaha-usaha lain yang perlu. 25. Higiene Industri UU No. 2 Tahun 1966 Pasal 3 Untuk mencapai keadaan kesehatan masyarakat yang dimaksud dalam pasal 2, Pemerintah melakukan usaha-usaha sebagai berikut: a. Pendidikan dan penerangan mengenai hygiene kepada rakyat. b. Menyelenggarakan tindakan-tindakan demi kepentingan hygiene bagi umum maupun bagi perseorangan. c. Menyelenggarakan bimbingan, tindakan, di bidang kesehatan jiwa dan pencegahan gangguan-gangguan yang merugikan kesejahteraan jiwa masyarakat. d. Memperkembangkan perlengkapan masyarakat, agar dapat terjamin tingkat hidup yang sebaik-baiknya bagi setiap anggota masyarakat dalam keadaan yang sehat, sejahtera, adil dan makmur. 26. Higiene Industri UU No. 2 Tahun 1966 Pasal 4 Pelaksanaan usaha-usaha yang disebut dalam pasal 3 meliputi: 1. Memberikan bimbingan bagi pemeliharaan dan perbaikan kesehatan badan dan jiwa. 2. Menyelenggarakan kesehatan lingkungan. 3. Menyelenggarakan tindakan-tindakan untuk mencegah berjangkitnya, menularnya dan menyebarnya penyakit. 4. Menyelenggarakan pemeriksaan dan pengobatan demi pencegahan penularan dan penyebaran penyakit. 5. Dan lain-lain usaha yang dipandang perlu. 27. Higiene Industri UU No. 14 Tahun 1969 Pasal 10 Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup: a. Norma keselamatan kerja; b. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan; c. Norma-kerja; d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja 28. Higiene Industri UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 164 (1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. 29. Higiene Industri UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 164 (6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. 30. Higiene Industri UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 164 (7) Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.