Nur Rahmatia Tilola 2112B1094
Nur Rahmatia Tilola 2112B1094
A. Konsep Kecemasan
a) Definisi
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan,
ada rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang
tidak diketahui masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020). Kecemasan
merupakan suatu respon psikologis maupun fisiologis individu terhadap
suatu keadaan yang tidak menyenangkan, atau reaksi atas situasi yang
dianggap mengancam (Hulu & Pardede, 2016).
b) Etiologi
Meski penyebab kecemasan belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan
ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang
dapat menimbulkan gangguan ini. Kecemasan terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup. Setiap
individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang
dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat
pada orang lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
(Setyaningsih, 2015) adalah :
2. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
3. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Setyaningsih, 2015). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
- Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(misalnya : hamil).
- Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
- Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal
di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
- Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
B. Tingkat Kecemasan
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketengan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini laangan persepsi melebar dan individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan
kreatifitas. (Bulechek, 2016).
a. Respon fisiologis
1. Sesekali napas pendek
2. Nadi dan tekanan darah naik
3. Gejala ringan pada lambung
4. Muka berkerut dan bibir bergetar
b. Respon kognitif
1. Lapang persepsi melebar
2. Mampu menerima rangsangan yang kompleks
3. Konsentrasi pada maslah
4. Menejlaskan masalah secara efektif
c. Respon perilaku dan emosi
1. Tidak dapat duduk tenang
2. Tremor halus pada tangan
3. Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkugan menurun.
Individu lebih memfokuskan hal-hal penting dan mengenyampingkan
hal-hal lain (Bulechek, 2016).
a. Respon fisiologis
1. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
2. Mulut kering
3. Anorexia
4. Diare/konstipasi
5. Gelisah
b. Respon kognitif
1. Lapang persepsi menyempit
2. Rangsang luar tidak mampu diterima
3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
c. Respon perilaku dan emosi
1. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
2. Bicara banyak dan lebih cepat
3. Susah tidur
4. Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
a. Respon fisiologi
1. Sering nafas pendek Nadi dan tekanan darah naik
2. Berkeringat dan sakit kepala
3. Penglihatan kabur
4. Ketegangan
b. Respon kognif
1. Lapang persepsi sangat sempit
2. Tidak mampu menyelesaikan masalah
3. Respon perilaku dan emosi
4. Perasaan ancam meningkat
5. Verbialisasi cepat
6. Blocking
Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Sistem Respons
Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
4. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai
modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial
dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil.
5. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya
perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa
yang serius.
Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul adalah Stuart, Keliat & Pasaribu
(2016) :
1. Koping Individu Tidak Efektif
2. Kecemasan
3. Ketidakberdayaan
4. Isolasi Sosial
5. Perubahan Proses Berfikir
Intervensi Keperawatan
1. Kecemasan
Tujuan :
a) Klien mampu mengenal pengertian penyebab tanda gejala dan
akibat
b) Klien mampu mengetahui cara mengatasi ansietas
c) Klien mampu mengatasi ansietas dengan melakukan latihan
relaksasi tarik nafas dalam
d) Klien mampu mengatasi ansietas dengan melakukan latihan
distraksi
e) Klien mampu mengatasi ansietas dengan melakukan hipnotis
lima jari
f) Klien mampu merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
g) Klien mampu membedakan perasaan sebelum dan sesudah
latihan
Tindakan :
a. Kaji tanda dan gejala ansietas dan kemampuan klien
mengurangi kecemasan
b. Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari kecemasan
c. Latihan cara mengatasi kecemasan :
1) Teknik relaksasi napas dalam
2) Distraksi : bercakap-cakap hal positif
3) Hipnotis 5 jari fokus padahal-hal yang positif
d. Bantu klien melakukan latihan sesuai dengan jadwal kegiatan.
Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal
ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya
harus di dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan
(Stuart, Keliat & Pasaribu, 2016).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Nama : Ny.F Kondisi pasien: Keluarga pasien
Usia : 70 tahun mengatakan pasien lemas, jantung
GENOGRAM
Ny.F memiliki seorang suami dan setelah menikah memilki 3
70 orang anak.
2. PENILAIAN TERHADAP STRESSOR
DIAGNOSA
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL KEPERAWATA
N
BIOLOGIS Menurut Ny.F Ny.F TD naik Ny.F merasa Ny.F ketempat Ansietas
penyakit hipertensi merasa Banyak merasa pelayanan
Hipertensi diakibatkan karena takut Berkeringat jantungnya kesehatan
gaya hidup yang karena Nyeri berdebar-debar
Ny.F tampak untuk
tidak sehat seperti kondisi Sulit tidur
mengkonsumsi penyakit gelisah dan mendapatkan
penglihatan
makanan asin yang nya nya rabun khawatir perawatan dan
terlalu sering semakin Ny.F tampak pengobatan
buruk lemas ditemani oleh
dan juga Mukosa bibir suaminya
umurnya kering
yang Konjungtiva
semakin anemis
menua Pemeriksaan
TTV
TD: 150/100
mmhg
N : 88 x /menit
P : 24 x /menit
S: 37.5 0C
DIAGNOSA
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL KEPERAWATA
N
SOSIAL Ny.F merasa tidak Merasa Nyeri kepala Kontak mata Hubungan Ansietas
BUDAYA berdaya dengan khawatir berkeringat ada tapi tidak Ny.F dengan ketidakberd
keadaannya sekarang dan sedih banyak bertahan lama suami baik ayaan
Sering yang tidak bisa kepada tengkuk dan Volume suara hubungan
memikirkan melakukan aktivitas suami Bahu terasa mengecil Ny.F dengan
bagaimana seperti dulu lagi yang tegang Ny.F tampak anak-anaknya
kondisi merasa merawatny Ny.F tampak gelisah dan baik
suaminya jika Kasihan a karena lemas dan takut Ny.F tetap
suatu saat dia kepada suami suami juga tampak mengikuti
meninggal yang harus sudah tua mukosam bibir program
karena dan sakit- kering pengobatan
menjaga dan
penyakitnya merawat nya sakitan
. Merasa
bingung
dan
tidak tau
mau
berbuat
apa
dengan
keadaan
sekarang
Pohon Diagnosis
Koping in efektiv
Ketidak berdayaan
Kecemasan
DIAGNOSA MATERIAL
PERSONAL ABILITY SOSIAL SUPPORT BELIEF TERAPI
KEPERAWATAN ASSET
Ansietas Ny.F mampu mengungkapkan Ny.F mendapat Ekonomi Ny. Ny.klien Terapi
perhatian dan F menengah yakin spesialis:
perasaan cemas dan
semangat dari pengobatan dengan Relaksasi
khawatir yang dia rasakan distraksi
keluarga untuk ditanggung terapi
kesembuhannya BPJS yang akan
terutama dari diberikan
suaminya dan diajari
akan
menguran
gi
kecemasa
nnya
4. MEKANISME KOPING
ANALISA/KESAN
UPAYA YANG DILAKUKAN
KONSTRUKTIF DESTRUKTIF
klien menceritakan bila ada masalah, maka ia akan membicarakan dengan suami
dan anaknnya untuk mencari jalan keluarnya
Bila sakit klien berobat ke pelayanan kesehatan
5. STATUS MENTAL
1. Penampilan Rapid dan bersih
2. Pembicaraan Klien berbicara dengan jelas tetapi sekali menarik napas panjang
3. Aktivitas motorik Klien tampak sedikit tenang tetapi jika membicarakan penyakit klien lemas
4. Interaksi selama Klien mau menjawab pertanyaan yg diberikan
wawancara
5. Alam perasaan Menunjukan ekpresi khawatir dan cemas
6. Afek Sesuai dengan stimulus yg diberikan
7. Persepsi Tidak pernah mengalami halusinasi
8. Isi pikir Normal
9. Proses pikir Normal
10. Tingkat kesadaran Normal
11. Daya ingat Baik
12. Kemampuan berhitung Baik
13. Penilaian Klien mampu memberikan keputusan ketika merasa sakit
14. Daya tilik diri Klien sedkit tidak mengeri dengan penyakitnya
6. DIAGNOSA DAN TERAPI
P:
Bantu klien melakukan latihan sesuai dengan
jadwal kegiatan
Terapi Perilaku
Terapi Kognitif
Tanggal: 05 Oktober 2021 Pendidikan Kesehatan
Jam: 11.00 wib S: -Klien mengatakan kecemasan berkurang
- Klien mengatakan perasaan tidak berdaya semakin
1. Melakukan salam teraupetik berkurang dan akan berpikir positif
2. Menanyakan kepada klien faktor penyebab penyakit O: - Klien tampak tenang saat mengungkapkan
3. Menanyakan kepada klien mengapa merasa cemas dan tidak berdaya perasaanyan dan selalau melakukan terapi tarik napas
dalam
4. Mengajarkan cara relaksasi untuk mengurangi kecemasan
- Klien menceritakan ketidak berdayaannya,
5. Mengajarkan klien latihan berpikir positif penyebab dll.
6. mendiskusikan ketidakberdayaan yang dialami pasien A: Ketidakberdayaan (+) / tujuan tercapai
P Klien: Klien melakukan terapi dirumah
P perawat: Evaluasi terapi satu tercapai. Lanjutkan
terapi kedua
Tanggal: 06 Oktober 2021 S: Klien mengatakan hal yang membuatnya tidak
berdaya
Jam: 10.00 wib
Klien senang diajari terapi
P:
bantu klien melakukan terapi sesuai jadwal
latihan terapi perilaku
mengajarkan berpikir positif
S: Klien mengungkapkan perasaan yang ia rasakan
Tanggal 08 Oktober 2021 klien senang diajari terapi
jam 14.00
P:
o bantu klien melakukan terapi sesuai jadwal
o latihan terapi perilaku
o mengajarkan berpikir positif
PEMBAHASAN
Pasien memiliki tiga orang anak yaitu dua perempuan dan satu laki-laki, pasien
tinggal dirumah bersama suaminya saja yang semakin menua. Saat sedang merasa
lelah Ny.F bercerita dengan suaminya. Penampilan pasien rapi dan bersih, ramah
dan mau menceritakan semua hal yang dialaminya. Saat dilakukan pemberian
terapi pasien bisa mengikuti instruksi yang diberikan oleh perawat. Evaluasi yang
di lakukan terapi satu berhasil dan dilanjutkan dengan pemberian terapi ke dua.
Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber,
yaitu dari pasien dan tetangga sekitar. Maka penulis melakukan pendekatan
kepada pasien melalui komunikasi teraupetik yang lebih terbuka membantu
klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada
pasien. Adapun upaya tersebut yaitu :
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri
pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan
menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara dalam pengkajian ini,
penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal sama
seperti: diteori: Kecemasan adalah keadaan emosi dan pengalaman
subyektif individu, tanpa objek yang spesifik karena ketidaktahuan dan
mendahului pengalamanya yang baru seperti penyakitnya saat ini
Tahap perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana
asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian
dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis
hanya menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon
masalah keperawatan yaitu : Kecemasan. Pada tahap ini antara tinjauan
teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga penulis dapat
melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan seringnya
bimbingan dengan pembimbing. Secara teoritis digunakan cara strategi
pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat
pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis yaitu :
1. Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi
dan bersikap pasif.
2. Klien menunjukan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang
terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program
pengobatan
3. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
Klien tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien
tidak ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukan ekspresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas atau
tugas sebelumnya. Klien menunjukan ekspresi keraguan tantang
performa peran.
Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 3 masalah keperawatan
yakni: diagnosa keperawatan Kecemasan, ketidakberdayaan dan koping in
efektif merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif induvidu, tanpa
objek spesifik karena ketidaktahuan dan mendahului semua pengalaman
yang di alami penyakit Hipertensi
Tahap Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya
c. Mampu mengenal ansietas
d. Mampu mengatasi ansietas melalui teknik releksasi
e. Mampu mengatasi ansietas dengan distraksi
f. Mampu mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Kecemasan : Hipertensi
2. Diagnosa keperawatan yang utama pada klien dengan Kecemasan:
Hipertensi
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien.
4. Evaluasi keperawatan yang dilakukan menggunakan metode subyektif,
obyektif, assessment dan planing.
Saran
1. Untuk Keluarga
Diharapkan agar klien dan keluarga dapat mengerti tentang penyakit
hipertensi, dan dapat meningkatkan perilaku hidup sehat dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup.
2. Untuk Masyarakat
Diharapkan materi ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar dan data untuk
menangani dan menghadapi kasus kecemasan pada masalah psikososial.
DAFTAR PUSTAKA
11. Pardede, J. A., & Simangunsong, M. M. (2020). Family Support With The
Level of Preschool Children Anxiety in the Intravenous
Installation. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 8(3), 223-234. https://doi.org/10.26714/jkj.8.3.2020.223-234
13. Pardede, J. A., Hulu, D. E. S. P., & Sirait, A. (2021). Tingkat Kecemasan
Menurun Setelah Diberikan Terapi Hipnotis Lima Jari pada Pasien
Preoperatif. Jurnal Keperawatan, 13(1), 265-272.
https://doi.org/10.37287/jpm.v2i3.128
14. Pardede, J. A., Keliat, B. A., Damanik, R. K., & Gulo, A. R. B. (2020).
Optimalization of Coping Nurses to Overcoming Anxiety in the Pandemic
of Covid-19 in Era New Normal. Jurnal Peduli Masyarakat, 2(3), 105-
112. https://doi.org/10.37287/jpm.v2i3.128
16. Pardede, J. A., Sitepu, S. F. A., & Saragih, M. (2018). The Influence of
Deep Breath Relaxation Techniques and Five-Finger Hypnotic Therapy on
Preoperative Patient Anxiety. Journal of Psychiatry, 3(1), 1-8.
20. Stuart, Keliat & Pasaribu. (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia (Buku 1). Singapura:Elsevier