Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN

SISTEM KOLOID

DISUSUN OLEH :
MUHAMAD APRIJAL

XI MIPA 1
SMAN 17 BANDUNG
A.Pergertian Koloid
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat
yang bersifat heterogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 -
10000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall. Bersifat heterogen berarti partikel terdispersi
tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga
tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat heterogen ini juga dimiliki oleh larutan, tetapi
tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid dijumpai di mana-mana: susu, agar-
agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian
tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

B.Klasifikasi
Koloid sering kali digolongkan beradasarkan sifat perpindahannya karena ukuran
fase terdispersinya yang kecil dan tampak seperti campuran. Misal, terdapat sebuah
koloid yang terdiri atas zat padat yang terdispersi dalam zat cair. Apabila sistem
koloid tersebut dilewatkan pada suatu membran ultrafiltrasi, maka zat padat dalam
koloid tidak akan dapat menembus membran. Hal ini berbeda
dengan ion dan molekul campuran pada umumnya yang larut dan mampu
menembus membran. Ukuran pori membran yang lebih kecil daripada dimensi
partikel koloid menyebabkan partikel koloid tertahan di membran. Semakin kecil
ukuran pori membran, semakin banyak partikel koloid yang tertahan, dan semakin
rendah pula konsentrasi zat terdispersi dalam cairan yang tersaring.
Berdasarkan fase zat pendispersi dan zat terdispersinya, koloid dapat diklasifikasikan
menjadi:

Fase terdispersi
Medium/
fase
Gas Cair Padat

Tidak ada Aerosol cair Aerosol


Mediu Ga koloid Contoh: kabut da padat
m s yang n awan Contoh: as
pendis diketahui. ap dan
persi Meskipun debu di
demikian, udara
Helium
dan xenon
diketahui t
idak dapat
bercampur
pada
beberapa
kondisi.[3]
[4]

Buih
Contoh: w Sol
hipped Contoh: ti
Emulsi
cream, alat nta, sol
Cai Examples: susu,
pemadam belerang,
r mayonnaise, krim
kebakaran, darah,
kulit, dan lateks
beberapa dan lumpu
jenis kosm r
etik

Buih padat
Contoh: ae
rogel,
Gel atau emulsi Sol padat
Pa styrofoam,
padat Contoh:
da batu
Contoh: agar, gela intan
t apung, spo
tin, lem, dan jelly hitam
ns,
dan marsh
mallow

Berdasarkan sifat interaksi antara fase terdispersi dan medium pendispersinya, koloid
juga dapat diklasifikasikan menjadi Koloid hidrofilik (partikel koloid tertarik dengan air)
dan Koloid hidrofobik (partikel koloid tidak tertarik dengan air).

C. Koloid liofil dan liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Klasifikasi ini berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium
pendispersinya. Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik
medium pendispersinya, yang disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel
terdispersi dengan medium pendispersinya kuat. Koloid liofob adalah sistem koloid
yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Bila medium
pendispersinya air maka koloid liofil disebut koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob
disebut koloid hidrofob.
Contoh koloid hidrofil : sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Contoh koloid
hidrofob : sol belerang, sol-sol sulfida, sol Fe(OH)3, sol-sol logam.

Koloid liofil/hidrofil lebih kental daripada koloid liofob/hidrofob. Sol hidrofil tidak
akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol
hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat
tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol
hidrofil (bersifat reversibel). Sebaliknya, sol hidrofob akan terkoagulasi pada
penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi sudah dipisahkan, tidak akan
membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.

No Sifat Sol liofil Sol liofob

Daya
Tidak mudah
adsorpsi Kuat, mudah
1 mengadsorpsi
terhadap mengadsorpsi
mediumnya
medium

2 Efek Tyndal Kurang jelas Sangat jelas

Lebih besar Hampir sama


Viskositas
3 daripada dengan
(kekentalan)
mediumnya mediumnya

Mudah
4 Koagulasi Sukar terkoagulasi
(kurang stabil)

Irreversibel ( jika
sudah
Bersifat
5 Lain-lain menggumpal
reversibel
sukar dikoloidkan
kembali)

Sifat hidrofob dan hidrofil dimanfaatkan dalam proses pencucian pakaian pada
penggunaan detergen. Apabila kotoran yang menempel pada kain tidak mudah larut
dalam air, misalnya lemak dan minyak.dengan bantuan sabun atau detergen maka
minyak akan tertarik oleh detergen. Oleh karena detergen larut dalam air, akibatnya
minyak dan lemak dapat tertarik dari kain. Kemapuan detergen menarik lemak dan
minyak disebabkan pada molekul detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut
dalam air dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya
tarik-menarik tersebut, tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menjadi
turun dehingga lebih kuat tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat kuat
detergen.

D.Sifat Sifat Koloid


Suatu campuran dapat digolongkan ke dalam sistem koloid apabila memiliki sifat-
sifat yang berbeda dari larutan sejati. Ada beberapa sifat yang membedakan sistem
koloid dengan larutan sejati, yaitu:
 Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek Tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
 Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tetapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas (dinamakan gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di
tempat (tidak termasuk gerak Brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau
gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel
koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin
besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak
Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
 Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan
dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
 Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
 Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
 Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi.
 Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan
yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermeabel yang berfungsi sebagai
penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati
koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
 Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan


menggunakan arus listrik.

E.Cara Pembuatan Koloid


1. Dispersi
Dispersi adalah cara pembuatan koloid dengan menghaluskan partikel suspensi menjadi
partikel berukuran koloid. Dispersi dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini:

a.Cara mekanik (dispersi langsung)


Butir-butir kasar diperkecil ukurannya dengan menggiling atau menggerus koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi.

Contoh: Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama suatu zat
inert (seperti gula pasir) kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.[5]

b.Homogenisasi
Dengan menggunakan mesin homogenisasi.

Contoh:Emulsi obat di pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi


Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk
susu skim ke dalam air menggunakan mesin homogenisasi.[5]
c.Peptisasi
Dengan cara memecah partikel-partikel besar menjadi partikel koloid, misalnya suspensi,
gumpalan atau endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulaosa oleh aseton, karet oleh bensin,
endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.[5]

d.Busur bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dibuat menjadi koloid
dipasang sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam medium dispersi. Kemudian diberi
arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik di antara kedua
ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, kemudian atom-atom
tersebut mengalami kondensasi sehingga menjadi partikel koloid. Cara ini merupakan
gabungan cara dispersi dan kondensasi.[5]

2. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggumpalkan partikel larutan menjadi
partikel berukuran koloid. Kondensasi dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Kondensasi
secara kimia dilakukan melalui reaksi redoks, hidrolisis, substitusi, dan penggaraman.
Sedangkan secara fisika, kondensasi dilakukan melalui proses pendinginan, penggantian
pelarut, dan pengembunan uap.[5]

a.Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat
koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis.

Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Dengan cara memanaskan larutan
FeCl3 (apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)[5]

b.Reaksi redoks
Reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil
oksidasi atau reduksi.

Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)[5]

c.Pertukaran ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar
larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.

Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3 dengan
reaksi berikut:

3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)[5]

d.Penggantian pelarut
Belerang mudah larut dalam alkohol (misal etanol) tetapi sukar larut dalam air. Jadi, untuk
membuat sol belerang dalam medium pendispersi air, belerang dilarutkan ke dalam etanol
sampai jenuh. Setelah itu, larutan belerang dalam etanol dimasukkan ke dalam air sedikit
demi sedikit. Partikel belerang akan menggumpal menjadi koloid akibat penurunan
kelarutan belerang dalam air. Kemudian etanol dapat dipisahkan dengan dialisis, maka
terbentuklah sol belerang
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

Anda mungkin juga menyukai