Anda di halaman 1dari 2

SISTEM PERADILAN PIDANA

Nama : Chairul Husni Sahal


NIM : E2A023026

Pembuktian yang Sempurna Adalah Digital Forensik Pada Kasus Penembakan Brigadir J

Dalam kasus pembunuhan Brigadir J (Joshua) dengan luka tembak di


tubuhnya yang saat awal kejadian masih menjadi teka – teki karena “hilang” nya alat
bukti berupa cctv dan juga hp dari brigadir J. Perlunya alat bukti digital untuk
mengetahui kejadian dari awal permulaan sampai akhir kejadian guna mengungkap
siapa pelaku dan bagaimana brigadir J tewas di rumah Jenderal bintang 2 Ferdy
Sambo. Pembuktian IT / Digital Forensik dalam KUHAP kedepannya menjadi yang
pertama karena keterangan saksi bisa jadi lupa / tidak ingat, sedangkan keterangan
elektronik dapat berbicara dalam hal apapun. Ilmu pengungkapan perkara kamera
cctv di tkp dan hp milik brigadir J ini “hilang”, hilang disini bisa berarti hilang karena
tempatnya yang berpindah entah kemana sehingga harus di tracking (lacak) dan
diungkap. Locus delicti dalam peristiwa ini yaitu dalam suatu rumah, maka segala
bukti yang ada disekitar rumah tersebut harus digali agar Scientific Investigation.
Pada era KUHAP, hukum acara yang mengatur alat-alat bukti diatur dalam
Pasal 184 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, dalam
ketentuan tersebut telah dicantumkan hal apa saja yang dapat dijadikan alat bukti,
akan tetapi belum mengakomodir alat bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah,
maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang telah diubah
menjadi Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, selanjutnya berkembang pada 9 (sembilan) undang-undang yang baru
yang dalam salah satu ketentuannya menerangkan tentang alat bukti elektronik.
Saksi Ahli Digital Forensik, Hery Priyanto dihadirkan di persidangan Ferdy
Sambo Cs guna menyetel rekaman CCTV yang pada awalnya dikatakan “hilang”
kemudian ditemukan dalam kasus pembunuhan Brigadir J. Adapun rekaman CCTV
tersebut dipastikan berasal dari penyidik Cyber maupun Pidum Bareskrim Polri.
Sebagaimana atas permintaan majelis hakim dan penasihat hukum terdakwa untuk
melakukan proses objek zooming. Sehingga ahli pun hadir di persidangan untuk
menampilkan proses zooming tersebut.
Dalam berbagai kasus tindak pidana kali ini diharapkan adanya pendidikan
yang berbasis teknologi dan sifatnya ilmiah dalam rangka peningkatan kemampuan,
sehingga dapat menunjang proses penyidikan, dan menambah terang jalannya
penyidikan oleh penyidik polri. Serta pemahaman kepada penyidik bagaimana
penanganan TKP dan pada saat Autopsi dilakukan, sehingga tidak ada kesalahan
pada saat penanganan yang menyebabkan kemungkinan hilangnya bukti pada TKP
maupun korban. Meningkatkan Sarana dan Prasarana yang kurang dalam hal
mendukung penyidikan, berkordinasi dengan segenap Criminal Justice System agar
satu persepsi apabila mengahadapi kasus yang berkaitan dengan pembuktian dan
penyidikan yang Scientific, sehingga paham bagaimana penerapan pasal yang tepat
dalam rangka penegakan hukum. Salah satu bentuk yang dapat dilakukan adalah
melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) terkait pengetahuan dan
pemanfaatan Scientific investigation dalam suatu perkara.

Dalam Wawancara Prof. Hibnu Nugroho bersama tv-One dengan judul “Prof. Hibnu:
Pembuktian yang Sempurna Adalah Digital Forensik | Kabar Petang tvOne”

Anda mungkin juga menyukai