Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan
Bahan Ajar Teknik Pendokumentasian Tindak Pidana Kehutanan
TEKNIK PENDOKUMENTASIAN
TINDAK PIDANA LHK
SUDIRMAN SULTAN
Widyaiswara Ahli Madya
BPLHK MAKASSAR
A. Latar Belakang
Dalam melakukan tugasnya, Polisi Kehutanan harus selalu bertindak
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga tidak
boleh melakukkan sesuatu hanya dengan sewenang-wenang saja dan tidak
boleh melanggar hak asasi manusia, sebagaimana yang tercantum didalam
pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan “tidak ada satu
perbuatan pun yang dapat dikenai sanksi pidana, kecuali atas kekuatan
peraturan pidana dalam peraturan perundangan yang telah ada
sebelumnya. Dan ayat (2) menekankan bahwa dalam menetapkan adanya
tindak pidana dilarang menggunakan analogi.
Yang dimaksud dengan analogi adalah penafsitan dengan cara
memberlakukan suatu ketentuan pidana terhadap kejadian atau peristiwa
yang tidak diatur atau tidak disebutkan secara eksplisit dalam Undang-
Undang atau Peraturan Daerah dengan cara menyamakan atau
mengumpamakan kejadian atau peristiwa lain yang telah diatur dalam
Undang-Undang dan Peraturan Daerah. Oleh karena itu, seorang petugas
penegak hukum seperti Polisi Kehutanan harus profesional dalam mencari
dan mengumpulkan bukti-bukti bahwa telah terjadi tindak pidana
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
Pencarian dan pengumpulan bukti-bukti yang dijamin keasliannya
adalah bukti-bukti yang ada di Tempat Kejadian Perkara. Bukti-bukti yang
ditemukan di TKP oleh seorang Polisi Kehutanan harus didokumentasikan
dengan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya karena TKP nya bukan
ruangan tertutup yang bisa membatasi akses keluar masuknya seseorang
di TKP tersebut. Selain itu, terkadang di temukan TKP yang lokasinya
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini membahas tentang ada 4 (empat) metode
dokumentasi di TKP, yaitu : 1). Laporan dan Pencatatan (Report and note-
taking, sometimes audio), 2). Foto (photographs), 3). Videografi
C. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dalam memahami
lebih detail empat cara pendokumentasian tindak pidana kehutanan, dimana
keempat cara tersebut saling melengkapi satu sama lain.
A. Dokumentasi di TKP
Dokumentasi di TKP merupakan langkah yang paling penting dalam
penanganan TKP. Tujuan dokumentasi di TKP adalah untuk memastikan
keaslian data kejadian di TKP sehingga datanya dijamin valid. Untuk tujuan
ini, ada 4 (empat) metode dokumentasi di TKP, yaitu : 1). Laporan dan
Pencatatan (Report and note-taking, sometimes audio), 2). Foto
(photographs), 3). Videografi (videography). 4). Sketsa dan Pemetaan TKP
(Crime Scene Sketching and Mapping).
Keempat metode ini merupakan bagian integral dari dokumentasi
TKP, sehingga metode yang satu dengan lainnya tidak dapat saling
menggantikan. Tetapi metode yang satu dapat menguatkan metode lainnya,
sehingga dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan keempat metode
tersebut, semua data yang diperoleh di TKP dapat dipertanggungjawabkan.
Catatan dan laporan tidaklah cukup, karena tidak menggambarkan
kejadian secara rinci seperti foto. Namun, foto juga tidaklah cukup karena
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, yang merupakan tujuan dari catatan
dan laporan. Kadang-kadang catatan didikte ke dalam rekaman atau
perangkat perekaman digital, namun pada saat tertentu ditranskripsikan ke
dalam format tertulis untuk tujuan pengadilan. Oleh karena itu, catatan dan
laporan didefenisikan sebagai audio dan tulisan. Sementara foto adalah alat
yang bagus untuk mendokumentasikan aspek visual sebuah kejadian.
Tidak ada yang menjelaskan sebuah kejadian sebanyak video. Namun,
video tidak dapat digunakan dengan cara yang sama seperti foto dari sudut
pandang analisis forensik saat mendokumentasikan bukti fisik. Karena
setiap jenis rekaman ada tempatnya dalam dokumentasi, semua harus
diperhatikan dan dimanfaatkan bila tersedia dan sesuai.
B. Foto (photographs).
Seorang fotografer selalu menilai bahwa “one picture is worth a
thousand words” (satu gambar bernilai seribu kata). Hal ini juga berlaku
Identitas Fotografer
Informasi Kamera :
1. Merk dan type kamera
2. Speed kamera dan diafragma.
3. Sumber cahaya
4. Filter yang digunakan
No Foto Deskripsi Foto Keterangan
3. Pemetaan Triangulasi
Pemetaan triangulasi adalah metode yang paling akurat yang tidak
memanfaatkan teknologi. Keakuratan metode ini dengan adanya dua titik
tetap. Dari dua titik tetap ini, pengukuran diambil ke titik tertentu pula
dalam TKP. Tidak perlu khawatir, apakah pengukuran dilakukan pada
sudut yang benar atau tidak, karena titik-titik yang berasal dari titik tetap
yang diketahui seperti sudut ruangan atau kusen pintu. Dari titik tetap
ini. minimal dua pengukuran dilakukan pada masing-masing titik. Jika
obyek berbentuk tetap atau konstan (mis ; senjata api, furniture), maka
obyek diukur menjadi dua titik, dari dua titik tetap, dengan total empat
pengukuran.
Jika obyek berbentuan variable atau ukuran (misalnya genangan air,
genangan darah, tumpukan pakaian ), maka diukur ke pusat massa yang
sesuai Gambar 6.
5. Pemetaan Lanjutan
Beberapa kementerian memiliki kemampuan untuk memanfaatkan
teknologi dengan lebih baik, seperi sistem penentu posisi global (GPS)
Ricard L., 2014. Barang Bukti dan Alat Bukti Berdasarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, Majalah Lex Crimen Vol. II/No.3/Juli
2013.