Anda di halaman 1dari 6

TERM OF REFERENCE (TOR)

KEGIATAN SHORT COURSE FINGERPRINT ANALYSIS


SUB DIREKTORAT DAKTILOSKOPI

KEMETRIAN :Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia


NEGARA/LEMBAGA
UNIT ORGANISASI :Direktorat Pidana
PROGRAM :Penguatan Pelaksanaan Tugas Teknis Kemenkumham

SASARAN PROGRAM :Meningkatkan Kualitas dan Kemampuan Sumber Daya


Manusia dan Penguatan Kelembagaan Sub Direktorat
Daktiloskopi
KEGIATAN :Melakukan Pelatihan Fingerprint Analysis
OUTPUT :Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian
merumus sidik jari
KOMPONEN :Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Ilmu Pengambilan
Sidik Jari, Perumusan dan Identifikasi Sidik Jari,
Susunan Arsip Sidik Jari.

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 30 Maret 1920 Nomor 21 (I.S.
1920 Nomor 259) menyebutkan tugas Kantor Pusat Daktiloskopi Departemen
Kehakiman ialah mengumpulkan dan menyimpan sebanyak mungkin sidik jari dari
berbagai dinas dan instansi, memeriksa dan meneliti serta memberikan laporan
tentang hasil penyelidikan sidik jari yang berasal dari kejahatan;
b. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia;
c. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengambilan Perumusan dan Identifikasi Teraan
Sidik Jari;
d. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.HH-06.IN.04.02 Tahun 2010 tentang Kebijakan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
2. Gambaran Umum
Pada Pasal 6 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.HH-06.IN.04.02 Tahun 2010 tentang Kebijakan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia menyatakan
bahwa (1) Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia bertujuan meningkatkan kualitas dan kemampuan Sumber Daya Manusia
Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2) Pengembangan Sumber Daya Manusia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. Perencanaan pengembangan sumber daya manusia;
b. Pendidikan dan pelatihan;
c. Assessment Center dan sistem informasi sumber daya manusia berbasis
kompetensi.

Pendidikan dan pelatihan yang dimaksud pada pasal tersebut diselenggarakan oleh
masing-masing unit utama sesuai dengan kebutuhan Unit/Satuan Kerja untuk
memperoleh Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian yang dibutuhkan dan sesuai
tugas dan fungsinya.

Pasal 343 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia menyatakan bahwa Sub Direktorat Daktiloskopi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang perumusan, data dan identifikasi, serta dokumentasi dan arsip
teraan daktiloskopi.

Daktiloskopi (sidik jari) merupakan salah satu alat identifikasi seseorang, yang
sudah digunakan banyak negara. Jika ditelusuri sejarah perkembangan Daktiloskopi di
Indonesia, diawali dengan dikeluarkannya Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Nomor 27 Tahun 1911 tanggal 16 Januari 1911 (IS. 1911 Nomor 234) tentang
Penugasan kepada Departemen Kehakiman untuk Menerapkan Sistem Identifikasi
Sidik Jari atau Daktiloskopi dan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 30
Maret 1920 Nomor 21 (IS 1920 Nomor 259) tentang Pembentukan Kantor Pusat
Daktiloskopi Departemen Kehakiman. Kemudian pada tanggal 3 Nopember 2016
dikeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 37 tentang Tata Cara Pengambilan, Perumusan, Dan Identifikasi Teraan Sidik
Jari. Peraturan Menteri ini dikeluarkan dalam rangka tertib administrasi dan
keseragaman dalam pengambilan sidik jari yang dilaksanakan dengan cara dan metode
yang tepat dan berfungsi sebagai data keamanan bagi seseorang.
Identifikasi diri semakin penting peranan dan keberadaannya serta membawa
dampak yang lebih luas dalam kehidupan. Untuk itu pengelolaan identifikasi harus
dilakukan secara benar, sistematis, terpadu, efektif dan efisien. Banyak cara atau
metode untuk mengidentifikasi seseorang seperti metode sidik jari, iris mata, retina,
DNA, suara, foto wajah, tanda tangan, telinga, thermograf wajah dan masih banyak lagi.
Dari berbagai cara tersebut, daktiloskopi (sidik jari) merupakan salah satu cara yang
dianggap akurat dan mudah untuk mengidentifikasi seseorang karena didasarkan pada
prinsip bahwa sidik jari pada setiap orang tidak sama meskipun pada orang yang lahir
kembar dan sidik jari tidak berubah selama hidup serta sangat cocok untuk identifikasi
dengan populasi jumlah besar. Berdasarkan kegunaan dan pemanfaatan Daktiloskopi
yang menjamin kepastian hukum identitas seseorang, maka penyelenggaraan
Daktiloskopi perlu diefektifkan dan ditingkatkan. Sampai saat ini pengambilan sidik jari
dilakukan dengan cara manual dan elektronik. Diharapkan kedepannya akan digunakan
pengambilan dan pengelolaan sidik jari secara elktronik sehingga lebih cepat, tepat, dan
akurat dalam melakukan verifikasi dan pencarian data diri seseorang.
Pada beberapa negara maju, ilmu identifikasi sidik jari sudah dikembangkan dan di
implementasikan dengan baik. Seperti contohnya di Amerika, Inggris, Jepang, dan
beberapa negara maju lainnya. Negara-negara tersebut juga memfasilitasi
perkembangan ilmu sidik jari dengan menyelenggarakan pelatihan atau short course.
Untuk itu, Sumber Daya Manusia yang terdapat dalam Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia khususnya Sub Direktorat Daktiloskopi memerlukan pelatihan khusus di
negara-negara tersebut guna mempelajari perkembangan analisis sidik jari atau
Fingerprint Analysis.

3. Alasan Pelaksanaan Kegiatan


Dengan adanya pelatihan tata cara perumusan Sidik Jari diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian
untuk merumus sidik jari. Selain itu Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
khususnya Direktorat Pidana dapat mempelajari cara untuk mengembangkan ilmu
Fingerprint Analysis dalam Implementasinya sebagai penguatan tugas dan fungsi.
B. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
1. Uraian Kegiatan
Peserta mengikuti pelatihan paling lama 1 minggu di Negara yang
menyelenggarakan pelatihan antara lain:
 Amerika melalui Lembaga Sirchie
“Basic Latent Fingerprint Comparison Class”
-36 jam pelajaran (5 Hari) di bulan Maret
-Mempelajari tentang pengenalan bentuk sidik jari, perkembangan teknologi
terkait sidik jari, dan identifikasi sidik jari
-Bertempat di Youngsville, North Carolina, Amerika Serikat
 India melalui IFS Education Dept. (Forensic Sciences & Investigation
Courses)

Short Course tersebut meliputi pemberian materi terkait analisis sidik jari,
pengembangan ilmu sidik jari yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi,
penerapan hasil analisis sidik jari dalam kehidupan sehari-hari khusus nya di bidang
hukum pidana.

2. Batasan Kegaiatan
Pelaksanaan kegiatan ini hanya mengikut sertakan Sumber Daya Manusia yang
penempatan tugasnya pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Kegiatan
Dengan diadakannya Pelatihan terkait pengenalan ilmu Daktiloskopi dan tata cara
merumus sidik jari diharapkan dapat:
a. Memberikan pemahaman terkait ilmu Daktiloskopi secara keseluruhan.
b. Menambah keahlian Sumber Daya Manusia yang terdapat di Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum berupa perumusan sidik jari.
c. Adanya regenerasi yang baik sehingga kebutuhan pegawai di Sub Direktorat
Daktiloskopi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat terpenuhi.

2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah diharapkan bisa meningkatkan kinerja Sub Direktorat
Daktiloskopi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta penguatan tugas
dan fungsi
D. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
1. Indikator Keluaran (kualitatif)
Terselenggaranya pelaksanaan Pelatihan materi ilmu pengambilan sidik jari,
perumusan sidik jari, pengidentifikasian sidik jari dan pengarsipan data sidik jari.

2. Keluaran (kuantitatif)
Diharapkan dengan diselenggarakannya Kegiatan Pelatihan Materi Ilmu Sidik Jari
(Daktiloskopi) maka diperoleh pegawai yang berkompeten dalam melakukan
pengambilan, perumusan, pengidentifikasian dan pengarsipan sehingga menghasilkan
kerja yang berkualitas.

E. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Pelatihan terkait pengenalan ilmu Daktiloskopi dan tata cara
merumus sidik jari melalui rapat koordinasi dengan Lembaga penyelenggara short
course tersebut dan Negara yang akan dikunjungi.
2. Tahapan Kegiatan
a. Persiapan dengan menyusun panitia kegiatan, menyusun jadwal, dan
merencanakan waktu pelaksanaan, menyiapkan anggaran
b. Koordinasi dengan Negara yang akan di datangi dan Lembaga penyelenggara short
course.
c. Pelaksanaan kegiatan
d. Rapat konsinyir
e. Menyusun laporan kegiatan

F. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan pelatihan terkait pengenalan ilmu Daktiloskopi dan tata cara merumus sidik jari
diselenggarakan di Lembaga penyelenggara short course di negara-negara tersebut.

G. PELAKSANAAN DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Pelaksana kegiatan Pendalaman Materi Ilmu Sidik Jari (Daktiloskopi) adalah Unit Kerja
Kepegawaian dan Sub Direktorat Daktiloskopi dan pihak ketiga apabila dibutuhkan.

H. JADWAL KEGIATAN
Waktu Pelaksanaan Pendalaman Materi Ilmu Sidik Jari (Daktiloskopi) dilaksanakan pada
tahun anggaran 2019.

Jakarta, 8 Februari 2019


Direktur Pidana

Kolier L. Haryanto
NIP. 19601221 198203 1 002

Anda mungkin juga menyukai