Anda di halaman 1dari 81

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PENYIDIKAN
MODUL
62 JP (2.790 menit)

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu


pesat telah membawa perubahan pada tatanan kehidupan di
masyarakat Indonesia, bahkan telah mendorong munculnya modus
operandi kejahatan yang semakin canggih dan semakin beragam.
Kondisi tersebut menuntut kerja keras dan keprofesionalan institusi
Polri dalam menyiapkan para penyidik agar profesional melakukan
penyidikan suatu tindak pidana sehingga diperoleh alat bukti yang
tidak terbantahkan di pengadilan.
Dalam upaya menyiapkan para penyidik Polri yang profesional
melakukan penyidikan tindak pidana maka dibutuhkan peningkatan
kemampuan anggota Polri yang bertugas pada fungsi Reskrim
tentang kemampuan dasar Reskrim yang salah satunya adalah
kemampuan penyidikan.
Untuk memberikan kemampuan melaksanakan penyidikan
tindak pidana maka dalam Hanjar penyidikan akan dibahas materi
tentang perencanaan penyidikan, upaya paksa, pemeriksaan,
pemberkasan, penyelesaian berkas perkara dan SP3, gelar perkara
dan e-manajemen penyidikan.

Standar Kompetensi
Terampil melaksanakan administrasi, upaya paksa, pemeriksaan,
pemberkasan dan penyelesaian perkara, gelar perkara serta sistem
aplikasi elektronik manajemen penyidikan (E-MP).

PENYIDIKAN1
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL ADMINISTRASI PENYIDIKAN


1
4 JP (180 menit)

Pengantar

Modul administrasi penyidikan membahas materi tentang


pengertian, dasar hukum, azas, jenis dan penggolongan administrasi
penyidikan, pejabat/pihak yang berwenang menandatangani serta
hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembuktian di
sidang pengadilan.
Tujuan diberikan materi ini agar peserta didik memahami
administrasi penyidikan secara umum.

Kompetensi Dasar
Memahami konsep administrasi penyidikan.
Indikator Hasil Belajar:
1. Menjelaskan pengertian administrasi penyidikan.
2. Menjelaskan dasar hukum pembuatan administrasi penyidikan.
3. Menjelaskan azas penyelenggaraan administrasi penyidikan.
4. Menjelaskan jenis-jenis administrasi penyidikan.
5. Menjelaskan penggolongan administrasi penyidikan.
6. Menjelaskan pejabat/pihak yang berwenang menandatangani
administrasi penyidikan.
7. Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pembuktian di sidang pengadilan.

2 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Konsep administrasi penyidikan.
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian administrasi penyidikan.
2. Dasar hukum pembuatan administrasi penyidikan.
3. Azas penyelenggaraan administrasi penyidikan.
4. Jenis-jenis administrasi penyidikan.
5. Penggolongan administrasi penyidikan.
6. Pejabat/pihak yang berwenang menandatangani administrasi
penyidikan.
7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pembuktian di sidang pengadilan.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
pengertian, dasar hukum, azas, jenis dan penggolongan
administrasi penyidikan, pejabat/pihak yang berwenang
menandatangani serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan pembuktian di sidang pengadilan.

2. Metode Tanya Jawab


Metode ini digunakan untuk memperdalam pemahaman
penguasaan materi dan untuk mengetahui tingkat penguasaan
materi administrasi penyidikan yang telah disampaikan pendidik.

Alat, Media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat, Media dan Bahan:
a. Whiteboard.
b. Flipchart.
c. Kertas flipchart.
d. Komputer/laptop.
e. LCD dan screen.
f. Video.
g. Kamera.

PENYIDIKAN3
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

h. Jaringan Internet.
i. Alat tulis.
j. Kertas flipchart.
k. Alat tulis.
l. Blangko surat.

2. Sumber Belajar:
a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1994 tentang KUHP.
c. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2019 Pencabutan Peraturan Kepala Kepolisian
negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang
manajemen penyidikan tindak pidana.
d. PeraturanKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana.
e. Peraturan Kabareskrim Polri No. 1, 2, 3 dan 4 Tahun 2014
tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan penyidikan.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap Awal: 10 menit


a. Pendidik melaksanakan apersepsi:
1) pendidik melaksanakan perkenalan;
2) pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan
peserta didik selama pembelajaran;
3) pendidik menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif.
b. Peserta didik menyimak dan melaksanakan instruksi
pendidik.

2. Tahap Inti: 150 menit


a. Pendidik menyampaikan materi tentang administrasi
penyidikan.
b. Peserta didik menyimak dan mencatat hal-hal yang
penting.
c. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami.
d. Peserta didik bertanya dan menanggapi materi yang

4 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

disampaikan pendidik.
3. Tahap Akhir: 20 menit
a. Pendidik melakukan penguatan terhadap materi yang telah
diberikan.
b. Pendidik memberikan pertanyaan kepada peserta didik
mengenai materi yang telah diberikan, keterkaitan mata
pelajaran dengan pelaksanaan tugas.
c. Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi
pelajaran dan menyimpulkan materi.
d. Pendidik melaksanakan evaluasi dan menutup
pembelajaran.

Tagihan/Tugas

--------------------------------------------------------------------------------------------

Lembar Kegiatan
--------------------------------------------------------------------------------------------

PENYIDIKAN5
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1
KONSEP ADMINISTRASI PENYIDIKAN

1. Pengertian Administrasi Penyidikan


Adalah penata usahaan segala kelengkapan administrasi
yang diperlukan untuk mempertanggung jawabkan seluruh
kegiatan penyidikan meliputi pencatatan, pelaporan, surat
menyurat dan pendataan, untuk menjamin ketertiban,
kelancaran, keamanan dan keseragaman pelaksanaan
administrasi baik untuk kepentingan peradilan, operasional
maupun untuk kepentingan pengawasan.

2. Dasar Hukum Pembuatan Administrasi Penyidikan


a. Surat perintah penyelidikan
1) Dasar hukum
a) Pasal 4, Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 2 dan
ayat (2) KUHAP;
b) Pasal 102 ayat (1), Pasal 103 ayat (2), Pasal
104, Pasal 105 KUHAP;
c) Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-undang
nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia
2) Pertimbangan
a) Guna menentukan petugas yang bertanggung
jawab untuk mencari informasi yang akurat
dalam rangka mendukung pelaksanaan
penyidikan yang cepat, tepat, murah dan
tuntas serta menghindari terjadinya tuntutan
hukum, baik terhadap penyidik maupun
kesatuan, akibat kegiatan penyidikan yang
tidak sesuai dengan ketentuan Undang-
undang.
b) Sebagai bahan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan penyelidikan yang
berkait dengan masalah waktu pelaksanaan,
sasaran, hasil serta yang bertanggungjawab
dalam pembuatan berita acara penyelidikan.

6 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Berita acara pemeriksaan TKP beserta kelengkapannya


1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf b, c dan d KUHAP;
b) Pasal 75 ayat (1) huruf d,e dan k KUHAP;
c) Pasal 111 ayat (3) KUHAP;
d) Pasal 15 ayat (1) huruf g dan Pasal 16
ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah
merupakan sumber informasi awal tentang
tempat terjadinya suatu tindak pidana, para
saksi/korban, barang bukti, para tersangka,
motif/latar belakang dan modus operandinya;
b) tindakan yang dilakukan dalam menangani
TKP, terutama dalam hal memasuki TKP yang
berupa rumah atau tempat tertutup lainnya,
penyitaan barang-barang dari TKP yang akan
diajukan dalam pemeriksaan di sidang
pengadilan, maka kegiatan penanganan TKP
(TPTKP), harus dipertanggung jawabkan
secara juridis, dengan pembuatan berita
acara memasuki rumah/berita acara
penggeledahan dan berita acara
penyitaan/berita acara penemuan dan
penyitaan barang bukti di TKP dan
administrasi penyidikan lainnya yang dianggap
perlu.
c. Laporan Polisi/laporan kejadian
1) Dasar hukum
c) Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal 7ayat (1) huruf
a dan Pasal 11 KUHAP;
d) Pasal 102, Pasal 103 dan Pasal 108 ayat (1),
ayat (4), ayat (5) KUHAP;
e) Pasal 15 ayat (1) Huruf a Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Sebagai bukti permulaan tentang telah terjadinya
suatu peristiwa pidana, ditunjuknya secara resmi
seorang.
d. Surat tanda penerimaan laporan
1) Dasar hukum

PENYIDIKAN7
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pasal 5 108 ayat (6) KUHAP


2) Pertimbangan
Sebagai tanda bahwa seseorang telah melapor ke
kantor polisi, untuk dapat digunakan dalam
mengikuti pelaksanaan penyidikan lebih lanjut.
e. Surat perintah penyidikan
1) Dasar hukum
a) Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 7 ayat (1) dan
Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 16 ayat (2), Pasal 20, Pasal 23 ayat (1),
Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 32,
Pasal 33 ayat (1), Pasal 38 ayat (1) Pasal
106, Pasal 109 ayat (1) dan Pasal 110
KUHAP;
c) Pasal 14 ayat (1) Huruf g Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) guna memberikan kepastian
kepada petugas/penyidik yang diberi
wewenang dan harus bertanggung jawab
dalam pelaksanaaan penyidikan tentang
peristiwa pidana yang terjadi.
dengan demikian petugas lain yang tidak
tercantum dalam surat perintah penyidikan
tidak boleh sekali-kali melakukan kegiatan
penyidikan apapun terhadap peristiwa pidana
dimaksud;
b) merupakan dasar hukum bagi penyidik yang
ditunjuk, untuk merencanakan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan penyidikan
baik secara intern maupun secara
ekstern (dengan Jaksa Penuntut Umum,
Hakim dll) dengan penyampaian gelar perkara
awal pada lingkungan intern maupun
kegiatan-kegiatan lain yang perlu dilakukan.
f. Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan
1) Dasar hukum
a) Pasal 109 ayat (1) KUHAP.
b) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor:
M.01.PW.07.03 tahun 1982 tanggal 4 Februari

8 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1982 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP


Bab I tentang Penyidik dan Penuntut Umum
batir satu bagian ketiga huruf c.
c) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor:
M.14.PW.07.03 tahun 1983 tanggal 10
Desember 1983 tentang Tambahan
Pedoman Pelaksanaan KUHAP Lampiran
batir 3.
2) Pertimbangan
a) merupakan kewajiban penyidik sesuai
dengan KUHAP dalam rangka pelaksanaan
koordianasi awal antara penyidik dan
penuntut umum dalam rangka melakukan
penyidikan dan atau penuntutan perkara
pidana yang terjadi, sehingga diharapkan
tidak terjadi Berkas Perkara bolak-balik dari
Polri ke Kejaksaan serta tuntutan/putusan
bebas terhadap terdakwa;
b) dasar penunjukkan Jaksa Penuntut Umum
untuk melakukan penelitian dan dan
penyelesaian perkara.
g. Surat pemberitahuan penghentian penyidikan
1) Dasar hukum
a) Pasal 109 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP;
b) Pasal 16 ayat (1) huruf h Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara RI.
2) Pertimbangan
Dalam rangka koordinasi lintas aparat penegak
hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan
tentang kegiatan penyidikan, apakah kegiatan
penyidikan mau dilakukan atau apa kegiatan
penyidikan dihentikan, karena:
a) tidak terdapat CPU bukti;
b) peristiwa tersebut bukan tindak pidana, atau
c) penyidikannya dihentikan demi hukum, karena:
(1) Tersangkanya meninggal dunia, atau
(2) Perkaranya telah kadaluarsa, atau
(3) Perkaranya sudah mendapat putusan
yang tetap/ne bis in idem, atau
(4) Perkara delik aduan yang dicabut.
h. Surat perintah penyidikan lanjutan
1) Dasar hukum
a) Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 7 dan ayat
(1) dan Pasal 11 KUHAP;

PENYIDIKAN9
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Pasal 16 ayat (2), Pasal 20, Pasal 23 ayat (1),


Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 32,
Pasal 33 ayat (1), Pasal 38 (1), Pasal 106,
Pasal 109 dan Pasal 110 KUHAP;
c) Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-undanga
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara RI;
d) Putusan sidang pengadilan Para peradilan
tentang tidak sahnya perhentian penyidikan
oleh penyidik, atau Terhadap perkara yang
telah dihentikan karena tidak cukup bukti
atau peristiwa tersebut bukan tindak pidana,
ditemukan bukti-bukti baru sehingga perkara
tersebut cukup bukti sebagai tindak pidana.
2) Pertimbangan
a) guna memberikan kepastian hukum kepada
pihak-pihak yang berperkara atau dalam
rangka melaksanakan putusan pengadilan
para peradilan;
b) untuk menentukan petugas/penyidik yang
diberi wewenang dan tanggung jawab untuk
melakukan penyidikan lanjutan terhadap
tindakan pidana yang telah dihentikan,
sehingga dapat dijadikan dasar bagi penyidik
yang ditunjuk untuk merencanakan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan penyidikan,
dengan penyampaian gelar perkara awal pada
lingkungan intern maupun kegiatan-kegiatan
lain yang perlu dilakukan.
i. Surat panggilan
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf g dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 112 ayat (1) KUHAP;
c) Pasal 113 KUHAP;
d) Pasal 116 ayat (3) dan (4) KUHAP;
e) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara RI.
2) Pertimbangan
Untuk menghadirkan tersangka dan atau saksi ke
hadapan penyidik/peyidik pembantu guna
kepentingan pemeriksaan terhadap saksi, atau

10 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tersangka (yang terhadapnya tidak dilakukan


penangkapan atau ditahan), dalam rangka
mendapatkan keterangan-keterangan, petunjuk-
petunjuk, bukti-bukti yang diperlukan mengenai
tindak pidana yang terjadi.

j. Surat panggilan ke- 2 surat perintah membawa


tersangka/saksi
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf g dan Pasal 5 ayat (1)
huruf d angka 4 dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 112 ayat (2) KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara RI.
2) Pertimbangan;
Orang yang dipanggil wajib datang kepada
penyidik, apabila pihak yang dipanggil dengan surat
panggilan yang sah, tidak hadir tanpa alasan yang
sah, guna memenuhi amanat salah satu asas
KUHAP tentang pelaksanaan peradilan yang cepat
serta wibawa hukum dan guna pemeriksaan, maka
yang bersangkutan harus dipanggil sekali lagi
dengan memerintahkan petugas untuk membawa
dan menghadapkan yang bersangkutan kepada
penyidik.
k. Surat perintah memeriksa tersangka/saksi
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf g Pasal 5 ayat (1)
huruf d angka 4 dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 113 KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara RI.
2) Pertimbangan
Untuk peningkatan pemeriksaan dalam rangka
penyidikan tindak pidana, apabila pihak yang
dipanggil dengan surat panggilan yang sah,
namun saksi/tersangka tidak dapat hadir dengan
alasan yang sangat patut dan wajar, berdasarkan
ketentuan Pasal 113 KUHAP, untuk kepentingan
pemeriksaan, penyidik dapat melakukan
pemeriksaan saksi/tersangka dikediamannya.
l. Surat perintah tugas

PENYIDIKAN
11
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d KUHAP;
b) Pasal 8 ayat (1) KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara RI.

2) Pertimbangan
Untuk menghindari adanya pelaksanaan
penangkapan yang sewenang-wenang atau pihak-
pihak yang tidak berwenang, maka dalam
pelaksanaan penangkapan selain surat perintah
penangkapan yang dibawakan pada petugas untuk
diberikan kepada tersangka dan keluarganya, juga
kepada petugas harus dilengkapi dengan surat
tugas yang harus diperlihatkan kepada yang akan di
tangkap.
m. Surat perintah penangkapan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1 KUHAP.
b) Pasal 7 ayat (1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP.
c) Pasal 16 ayat (1) KUHAP.
d) Pasal 16 ayat (2) KUHAP.
e) Pasal 17, Pasal 18 ayat (1) KUHAP.
f) Pasal 19 ayat (2) KUHAP.
g) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Untuk memberikan kepastian hukum tentang status
seseorang didalam pelaksanaan penyidikan tindak
pidana, penangkapan dilakukan dalam rangka:
a) untuk kepentingan penyidikan, khususnya
segera dilakukan pemeriksaan yang
didasarkan bukti permulaan yang cukup,
untuk segera diketahui tentang tindak pidana
yang terjadi, keberadaan barang bukti
keterlibatan yang bersangkutan dalam tindak
pidana tersebut dan adanya kemungkinan
adanya tersangka lain keberadaan maupun
statusnya;

12 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) untuk kepentingan penyelidikan oleh penyidik


atas perintah penyidik, khususnya segera
dilakukan pemeriksaan, untuk segera diketahui
tentang kebenaran bahwa peristiwa yang
dilaporkan merupakan tindak pidana,
keterlibatan yang bersangkutan dalam tindak
pidana tersebut.

n. Surat perintah membawa dan menghadapkan tersangka


1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 4 KUHAP;
b) Pasal 16 ayat (1) huruf c Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
c) Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:
M.01.PW.07.03 tahun 1982 tentang Pedoman
Pelaksanaan KUHAP.
2) Pertimbangan
a) adanya keterbatasan waktu yang disediakan
oleh undang-undang (hanya 1 hari) untuk
melakukan penangkapan terhadap tersangka;
b) diduga bahwa keberadaan/kedudukan/
tempat tinggal tersangka cukup jauh, sehingga
waktu tempuh yang dibutuhkan untuk
membawa tersangka dari tempat ia ditangkap
sampai ke kantor penyidik akan melebihi waktu
satu hari.
o. Surat perintah penahanan
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) hauruf d dan Pasal 11
KUHAP;
b) Pasal 20 ayat (1), Pasal 21 ayat (1),(2), (3), (4)
KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) berdasarkan bukti yang cukup, untuk
kepentingan pemeriksaan tersangka yang
diduga keras sebagai pelaku tindak pidana,
karena dikwatirkan akan melarikan diri dan
atau akan merusak/menghilangkan barang
bukti dan atau mengulangi tindak pidana.
b) tindak pidana yang dipersangkakan diancam
hukuman 5 tahu atau lebih, atau

PENYIDIKAN
13
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sebagaimana yang diatur dalam ketentuan


khusus yang dapat ditahan.
c) untuk memberikan kepastian hukum bagi
seseorang atau keluarganya tentang
statusnya dalam pelaksanaan penyidikan
tindak pidana sesuai dengan ketentuan
undang-undang.
p. Surat perintah penahanan lanjutan
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf j dan pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 21 ayat (1), (2) dan ayat (3) KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf 1 Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

d) Surat edaran Mahkamah Agung Nomor tahun


1989, tentang Pembantaran penahanan.
2) Pertimbangan
a) Untuk kepentingan pemeriksaan tersangka
yang diduga keras sebagai pelaku tindak
pidana berdasarkan bukti yang cukup, namun
karena sesuatu hal tidak melaksanakan
sepenuhnya jangka waktu penahanan yang
diterapkan, antara lain dalam hal:
(1) tersangka telah dikeluarkan sebelum
jangka waktu penahanan habis;
(2) tersangka yang ditahan melarikan diri;
(3) penahanan tersangka dibantarkan,
karena tersangka sakit dan terpaksa
dirawat inap dirumah sakit diluar rumah
tahanan;
(4) tersangka telah ditahan pada suatu
kesatuan namun karena sesuatu hal,
maka tempat penahanannya dipindahkan
ke kesatuan lain.
b) Karena tersangka dikwatirkan akan melarikan
diri atau akan merusak/menghilangkan barang
bukti dan atau mengulangi tindak pidana;
c) Untuk memberikan kepastian hukum bagi
seseorang atau keluarganya tentang statusnya
dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana
sesuai dengan ketentuan undang-undang.

14 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

q. Surat permintaan perpanjangan penahanan kepada


Kepala Kejaksaan Negeri setempat
1) Dasar hukum
Pasal 24 ayat (2) KUHAP.
2) Pertimbangan
Karena kepentingan pemeriksaan belum selesai,
serta masih diperlukan tindakan penahanan
karena masih dikhawatirkan tersangka akan
melarikan diri dan atau akan
merusak/menghilangkan barang bukti dan atau
mengulangi tindak pidana.

r. Surat perintah perpanjangan penahanan (dari kepala


Kejaksaan Negeri)
1) Dasar hukum
a) Pasal 24 ayat (2) KUHAP;

b) penetapan perpanjangan penahanan


dari Kejaksaan Negeri.
2) Pertimbangan
a) karena kepentingan pemeriksaan belum
selesai, serta masih diperlukan tindakan
penahanan karena masih dikhawatirkan
tersangka akan melarikan diri dan atau akan
merusak/menghilangkan barang bukti dan
atau mengulangi tindak pidana;
b) untuk memberikan kepastian hukum bagi
seseorang atau keluarganya tentang statusnya
dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana
sesuai dengan ketentuan undang-undang.
s. Surat permintaan perpanjangan penahanan kepada
ketua pengadilan negeri setempat.
1) Dasar hukum
Pasal 29 ayat (1) dan ayat (3) KUHAP.
2) Pertimbangan
a) kepentingan pemeriksaan belum selesai, serta
masih diperlukan penahanan tersangka;
b) karena tersangka menderita gangguan fisik
dan atau mental yang berat, atau tersangka
diancam pidana 9 tahun atau lebih.
t. Surat perintah perpanjangan penahanan
1) Dasar hukum
a) Pasal 29 KUHAP;

PENYIDIKAN
15
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) penetapan perpanjangan penahanan dari


Ketua Pengadilan Negeri.
2) Pertimbangan
a) karena kepentingan pemeriksaan belum
selesai, serta masih diperlukan tindakan
penahanan karena masih dikhawatirkan
tersangka akan melarikan diri dan atau akan
merusak/ menghilangkan barang bukti dan
atau mengulangi tindak pidana;
b) perkara yang sedang diperiksa diancam
dengan pidana sembilan tahun atau lebih;
c) tersangka menderita gangguan fisik atau
mental yang berat, yang dibuktikan
dengan surat keterangan dari dokter;
d) untuk memberikan kepastian hukum bagi
seseorang atau keluarganya tentang statusnya
dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana
sesuai dengan ketentuan undang-undang.
u. Surat perintah penangguhan penahanan
1) Dasar hukum
Pasal 31 ayat (1) KUHAP.
2) Pertimbangan
a) adanya permintaan penangguhan penahanan
dari tersangka atau penasehat hukumnya atas
kuasa tersangka;
b) telah dipenuhinya persyaratan penangguhan
penahanan sesuai dengan undang-undang;
c) keadaan tersangka, tindak pidana yang
dilakukan dan situasi masyarakat yang
memungkinkan dilakukannya penangguhan
penahanan.
v. Surat perintah penangguhan penahanan
1) Dasar hukum
Pasal 31 ayat (2) KUHAP.
2) Pertimbangan
Tersangka melanggar persyaratan yang telah
ditentukan untuk:
a) wajib lapor tiap hari yang telah ditentukan (tiap
senin dan kamis);
b) tidak meninggalkan kota tanpa ijin dari penyidik
yang memeriksa perkaranya;

16 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) tidak mengulangi kejahatan;


d) tidak menghilangkan barang bukti.
w. Surat perintah pemindahan tempat penahanan.
1) Dasar hukum
a) Pasal 9 KUHAP.
Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 20 ayat (1),
Pasal 21 ayat (2) dan Pasal 24 ayat (1)
KUHAP.
b) Pasal 10 ayat (1) huruf 1 Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

2) Pertimbangan
a) bahwa setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata locus delictie perkara tersebut berada
ditempat lain, dan/atau karena sesuatu hal
tersangka dipindahkan tempat penahanannya,
sedangkan tersangka telah beberapa saat
ditahan disuatu kesatuan;
b) kepastian tempat penahanan tersangka,
sebagaimana dikehendaki pada Pasal 21 ayat
(2) KUHAP yang mempersyaratkan bahwa
Surat Perintah Penahanan mencantumkan
tempat ia ditahan.
x. Surat perintah pengalihan jenis penahanan
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d dan j KUHAP.
b) Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP.
c) Pasal 16 ayat (1) huruf 1 Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) tingkat penyelesaian perkara sudah tidak
terlalu memerlukan kehadiran tersangka setiap
saat;
b) tersangka dinilai tidak akan mempersulit
pemeriksaan lebih lanjut;
c) situasi dan kondisi tersangka sedemikian rupa
sehingga perlu dialihkan jenis penahanannya;
d) tindak pidana yang dilanggar tidak terlalu
berat;
e) situasi masyarakat setempat mendukung,
sehingga tidak akan membahayakan terhadap
tersangka.

PENYIDIKAN
17
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

y. Surat perintah pengeluaran tahanan


1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d dan j, Pasal 11 dan
Pasal 20 ayat (1) KUHAP;
b) Pasal 24 ayat (3) dan ayat (4), dan Pasal 29
ayat (5) dan ayat (6) KUHAP;
c) Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi;
b) setelah waktu maksimal yang ditentukan telah
berakhir dan tidak dapat diperpanjang lagi
walaupun perkara tersebut belum selesai;
c) untuk pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan penahanan/pengeluaran
penahanannya.
z. Surat perintah pembantaran penahanan
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d dan j, Pasal 11, Pasal
20, Pasal 21 dan Pasal 24 KUHAP;
b) Pasal 16 ayat (1) huruf 1 Undang-undang
nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
c) Surat edaran Mahkamah Agung No. 1 tahun
1989, tanggal 15 Maret 1989;
d) Surat keterangan dari Dokter yang
memeriksan tersangka
2) Pertimbangan
Setelah dilakukan penahanan, berdasarkan
keterangan dokter ternyata kondisi kesehatan
tersangka memerlukan Rawat inap (opname) di
Rumah Sakit diluar rutan.
Untuk menghindari adanya ”permainan curang”
tersangka dalam usahanya melarikan diri.
aa. Surat permintaan ijin penggeledahan
1) Dasar hukum
Pasal 7 ayat (1) huruf d dan Pasal 23 KUHAP,
Pasal 33 ayat (1) KUHAP, Pasal 16 ayat (1)
huruf i Undang-undang Nomor 2 tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

18 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Pertimbangan
Guna menjamin hak asasi seseorang atas rumah
kediamannya sedangkan dalam pelaksanaan
penyidikan untuk melakukan pemeriksaan, menyita
barang bukti dan atau menangkap pelaku tindak
pidana, penyidik memerlukan tindakan
penggeledahan rumah dimaksud.
bb. Surat perintah penggeledahan rumah
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d KUHAP;
b) Pasal 32 KUHAP;
c) Pasal 33 ayat (2) KUHAP;
d) Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP.;
e) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Jika yang melakukan penggeledahan rumah itu
bukan penyidik sendiri, maka petugas Polri dapat
memasuki rumah seseorang untuk melakukan
penggeledahan (memeriksa, mengambil/menyita
barang bukti dan atau menangkap tersangka)
namun dalam pelaksanaannya harus dapat
menunjukan selain Surat Ijin Ketua Pengadilan
Negeri juga Surat Perintah penggeledahan dari
penyidik.
cc. Laporan untuk mendapatkan persetujuan atas
penggeledahan.
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d dan Pasal 32 KUHAP;
b) Pasal 34 ayat (2) KUHAP.
2) Pertimbangan
Untuk mendapatkan persetujuan penggeledahan dari
ketua pengadilan, sebagai legalitas pelaksanaan
penggeledahan yang telah dilakukan oleh penyidik
dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak
sehingga pada saat itu tidak mungkin untuk
mendapatkan surat ijin terlebih dahulu dari ketua
pengadilan negeri setempat.
dd. Berita acara penggeledahan badan/pakaian
1) Dasar hukum
a) Pasal 16, Pasal 17, Pasal 13 dan Pasal 111
ayat (1) KUHAP.
b) Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP

PENYIDIKAN
19
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Pertimbangan
a) Untuk mempertanggungjawabkan kegiatan
penggeledahan pakaian dan atau badan yang
telah dilakukan oleh penyidik atau penyelidik
pada saat melakukan penangkapan terhadap
tersangka.
b) Dengan maksud untuk mencari barang bukti
yang diduga keras dengan alasan yang cukup
bahwa tersangka menyimpan dalam pakaian
atau dalam badan tersangka untuk dilakukan
penyitaan.
c) Atau mencari kemungkinan adanya senjata
yang diduga disimpan tersangka didalam
pakaiannya untuk menghindari kemungkinan
adanya serangan dari tersangka kepada
petugas atau orang lain.

ee. Berita acara memasuki rumah


1) Dasar hukum
a) Pasal 1 butir 17 KUHAP;
b) Pasal 33 ayat (5), Pasal 126 KUHAP;
c) Pasal 75 ayat (1) huruf e KUHAP.
2) Pertimbangan
Untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan
pemasukan rumah dan atau penggeledahan yang
dilakukan oleh penyidik dalam rangka melakukan
tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan
atau penangkapan tersangka.
ff. Surat permintaan ijin penyitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d KUHAP.
b) Pasal 38 ayat (1), KUHAP.
c) Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP.
d) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Guna menjamin hak asasi seseorang atas
barang miliknya, sedangkan penyidik dalam
kegiatan penyidikannya memerlukan tindakan
penyitaan terhadap barang yang diduga keras

20 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ada kaitannya dengan tindak pidana yang


dimaksud, yaitu:
a) benda atau tagihan tersangka atau terdakwa
yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh,
dari tindak pidana atau sebagian hasil dari
tindak pidana;
b) benda yang telah dipergunakan secara
langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya;
c) benda yang dipergunakan untuk menghalang-
halangi penyidikan tindak pidana;
d) benda yang khusus dibuat atau diperuntukan
melakukan tindak pidana;
e) benda lain yang mempunyai hubungan
langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan;
f) benda yang berada dalam sitaan karena
perkara perdata atau karena pailit dapat juga
untuk kepentingan penyidikan penuntutan dan
mengadili perkara pidana, sepanjang
memenuhi ketentuan tersebut butir (1) s/d (5)
tersebut diatas.
gg. Surat perintah penyitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 38 ayat (1), Pasal 39, Pasal 40 dan Pasal
44 KUHAP;
c) Pasal 128 dan Pasal 129 KUHAP;
d) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) guna kepentingan penyidikan tindak pidana
perlu dilakukan tindakan hukum berupa
penyitaan barang bukti yang diduga ada
kaitannya baik langsung maupun tidak
langsung dengan tindak pidana yang terjadi;
b) guna menjamin hak asasi seseorang atas
barang-barang miliknya.
hh. Berita acara perintah penyitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 75 ayat (1) huruf f, Pasal 129 ayat 92),

PENYIDIKAN
21
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ayat (3) dan ayat (4) KUHAP;


c) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan
penyitaan barang-barang milik seseorang yang
diduga ada kaitannya dengan tindak pidana yang
terjadi.
ii. Surat tanda penerimaan barang sitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 41 dan Pasal 42 KUHAP.
2) Pertimbangan
a) wewenang penyidik untuk memerintahkan
kepada orang yang menguasai benda yang
dapat disita untuk menyerahkan benda
tersebut kepadanya untuk kepentingan
pemeriksaan;
b) guna menjamin hak asasi seseorang atas
barang-barang miliknya secara kepastian
statusnya.
jj. Laporan untuk mendapatkan persetujuan atas penyitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf d KUHAP;
b) Pasal 38 ayat (2) KUHAP.
2) Pertimbangan
Untuk mendapatkan persetujuan penyitaan dari
ketua pengadilan sebagai legalitas pelaksanaan
penyitaan yang telah dilakukan oleh penyidik
dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak
sehingga pada saat itu tidak mungkin untuk
mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Ketua
Pengadilan Negeri.
kk. Surat perintah penyegelan barang bukti
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 38 ayat (1), Pasal 39, Pasal 44 KUHAP;

22 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Pasal 130 ayat (2) KUHAP;


d) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Karena benda sitaan yang ukurannya dan
situasinya sedemikian rupa sehingga tidak mungkin
dapat dibungkus dan atau tidak bisa dipindahkan
ke kantor penyidik dan atau berupa benda tidak
bergerak contohnya rumah
tinggal/kantor/pabrik/tempat usaha dan lain-lain.
ll. Surat perintah penitipan barang bukti
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 44 KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
d) Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) untuk kepentingan penyidikan tindak pidana
perlu dilakukan tindakan hukum berupa
penyitaan barang bukti yang diduga ada
kaitannya baik langsung maupun tidak
langsung dengan tindak pidana yang terjadi;
b) kondisi kondisi benda sitaan tersebut
memerlukan pengamanan dan penanganan
khusus, sedangkan penyidik tidak memiliki
sarana yang memadai untuk melakukan
penyimpanan dan pengamanan benda sitaan
tersebut.
mm. Surat perintah titip rawat barang bukti
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 7 ayat (1) huruf j KUHAP;
c) Pasal 38, Pasal 39 KUHAP;
d) Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
e) Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

PENYIDIKAN
23
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) Untuk kepentingan penyidikan tindak pidana
perlu dilakukan tindakan hukum berupa
penyitaan barang bukti yang diduga ada
kaitannya dengan tindak pidana yang terjadi.
b) Kondisi kondisi benda sitaan tersebut
memerlukan perawatan khusus untuk
menghindari kerusakan, perubahan yang
mengakibatkan turunnya nilai ekonomi secara
drastis, atau kematian (apabila yang menjadi
objek penyitaan berupa manusia dan hewan).
c) Dititipkan kepada orang yang paling berhak
atau instansi yang tugasnya ada kaitannya
merawat benda sitaan tersebut, dengan
catatan tidak untuk dipakai/dipergunakan serta
sewaktu-waktu dapat dihadirkan untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan atau
pemeriksaan di sidang pengadilan.
nn. Surat perintah pengembalian benda sitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP.
b) Pasal 46 ayat (1) KUHAP.
2) Pertimbangan
Karena kepentingan penyidikan atau kepentingan
penuntutan sudah tidak memerlukan lagi terhadap
benda sitaan tersebut.
oo. Surat permintaan bantuan penelitian.
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP.
b) Pasal 45 KUHAP.
c) Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) untuk kepentingan pelelangan, guna
menentukan apakah memang benda sitaan
tersebut dalam kategori benda yang lekas
rusak atau lekas menurun kualitas/kuantitas

24 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

atau membahayakan, sehingga tidak mungkin


untuk disimpan sampai putusan pengadilan
terhadap perkara yang bersangkutan
memperoleh kekuatan hukum yang tetap dan
atau jika biaya penyimpanannya akan menjadi
terlalu tinggi;
b) apabila akan dilanjutkan tindakan perampasan
untuk dipergunakan bagi kepentingan negara
dan atau pemusnahan barang sitaan yang
bersifat terlarang atau dilarang untuk
diedarkan.
pp. Surat perintah penyisihan benda sitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 45 KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
d) Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Guna kepentingan pembuktian di sidang pengadilan
perlu disisihkan sebagian kecil dari benda sitaan
yang akan dilelang.
qq. Surat pemberitahuan dan permintaan persetujuan
lelang benda sitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 38 dan Pasal 45 ayat (1) KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
d) Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2) Pertimbangan
Penyitaan barang sitaan sebagai salah satu upaya
untuk membuktikan bahwa seseorang diduga telah
melakukan tindak pidana yang dimaksud, maka
dalam kegiatan lelang ini diusahakan untuk disetujui
dan disaksikan oleh tersangka atau kuasanya.

PENYIDIKAN
25
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

rr. Permintaan ijin untuk melelang benda sitaan


1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP.
b) Pasal 38 KUHAP.
c) Pasal 45 ayat (10), ayat (2) ayat (3) KUHAP.
2) Pertimbangan
Penyitaan dapat dilakukan atas ijin atau persetujuan
ketua pengadilan negeri berdasarkan laporan dari
penyidik, maka kegiatan lelang harus pula disetujui
oleh ketua pengadilan negeri setempat.
ss. Surat ketetapan/perintah lelang benda sitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 38 KUHAP;
c) Pasal 45 ayat (1), ayat (2), ayat (3) KUHAP;
d) Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
e) Surat ijin lelang dari ketua pengadilan negeri.
2) Pertimbangan
Bahwa benda sitaan tersebut termasuk dalam
kategori benda yang lekas rusak atau lekas
menurun kualitas/ kuantitasnya atau
membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk
disimpan sampai putusan pengadilan terhadap
perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan
hukum yang tetap dan atau jika biaya
penyimpanannya akan menjadi terlalu tinggi,
ditetapkan untuk dilakukan lelang.
tt. Surat permintaan bantuan pelelangan benda sitaan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 38 KUHAP;
c) Pasal 45 ayat (1), ayat (2), ayat (3) KUHAP;
d) Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
e) Ijin lelang dari Ketua Pengadilan Negeri

26 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

setempat.
2) Pertimbangan
Untuk melaksanakan lelang perlu petugas yang ahli
dari kantor lelang negara yang mendampingi petugas
polri yang mendapat surat perintah lelang benda
sitaan.
uu. Berita acara penerimaan hasil lelang benda sitaan.
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP.
b) Pasal 38 KUHAP.
c) Pasal 45 ayat (1), ayat (2), ayat (3) KUHAP.
d) Rísalah lelang dari petugas lelang.
2) Pertimbangan
Hasil pelelangan benda yang bersangkutan yang
berupa uang dipakai sebagai barang bukti pengganti.
vv. Permintaan ijin pemusnahan/perampasan benda sitaan
yang berbahaya dan terlarang/dilarang untuk diedarkan
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP.
b) Pasal 38 KUHAP.
c) Pasal 45 ayat (4) KUHAP.
2) Pertimbangan
Penyitaan dapat dilakukan hanya atas ijin atau
persetujuan ketua pengadilan negeri berdasarkan
laporan dari penyidik, maka kegiatan perampasan
untuk dipergunakan bagi kepentingan negara atau
untuk dimusnahkan harus pula disetujui oleh
ketua pengadilan negeri setempat.
ww. Surat ketetapan/perintah pemusnahan/perampasan
benda sitaan yang berbahaya dan terlarang/dilarang
untuk diedarkan.
1) Dasar hukum
a) Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 7 ayat
(1) huruf d dan Pasal 11 KUHAP;
b) Pasal 38 KUHAP;
c) Pasal 45 ayat (1), ayat (2), ayat (3) KUHAP;
d) Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
e) Ijin lelang dari Ketua Pengadilan Negeri
setempat.

PENYIDIKAN
27
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Pertimbangan
Bahwa benda sitaan tersebut termasuk dalam
kategori benda yang bersifat terlarang atau
dilarang diedarkan, sehingga apabila disimpan
sampai putusan pengadilan terhadap perkara yang
bersangkutan memperoleh kekuatan hukum yang
tetap, maka penyimpanannya akan membawa
resiko dan biayanya akan menjadi terlalu tinggi.
xx. Berita acara pemeriksaan saksi/tersangka
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf g dan h dan pasal 11
KUHAP;
b) Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal
54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 65, Pasal 66,
Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72
KUHAP;
c) Pasal 45 114 dan Pasal 115 KUHAP;
d) Pasal 75 ayat (1) huruf a, h, ayat (2) dan ayat
(3) KUHAP;
e) Pasal 112 dan Pasal 113 KUHAP;
f) Pasal 116 KUHAP;
g) Pasal 117 KUHAP;
h) Pasal 118 dan Pasal 121 KUHAP;
i) Pasal 119 KUHAP;
j) Pasal 120 KUHAP;
k) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
l) Pasal 16 ayat (1) huruf g Undang-undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia
2) Pertimbangan
a) guna mempertanggung jawabkan tindakan
pemeriksaan terhadap saksi atau ahli atau
tersangka yang telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku;
b) sebagai bahan yang akan dipergunakan
dalam pemeriksaan disidang pengadilan serta
mampu memberikan keyakinan kepada pihak-
pihak yang terkait tentang tindak pidana apa
yang sebenarnya terjadi, siapa pelakunya,
siapa saksinya, apa barang buktinya, petunjuk

28 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

serta hal-hal lain yang ada kaitanya dengan


tindak pidana yang terjadi.
yy. Berita acara pemeriksaan konfrontasi.
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf g,h dan j, dan Pasal 11
KUHAP;
b) Pasal 75 ayat (1) huruf k KUHAP;
c) Pasal 116 ayat (2) KUHAP;
d) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
e) Pasal 18 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) untuk mencari kebenaran terhadap
keterangan-keterangan yang janggal dan
tidak ada persesuaian (untuk konfrontasi
langsung);
b) pengenalan seorang baik melalui line up
room, melalui foto maupun melalui gambar.
zz. Berita acara pemeriksaan rekontruksi
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf g, h dan j, dan Pasal
11 KUHAP;
b) Pasal 75 ayat (1) huruf k KUHAP;
c) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
d) Pasal 18 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Merupakan bagian dari kegiatan pemeriksaan
untuk memberikan gambaran yang lebih pasti
dan lebih lengkap kepada pihak-pihak terkait
tentang apa yang sebenarnya terjadi serta
bagaimana kejahatan itu dilakukan.
aaa. Berita acara pengambilan sumpah/janji saksi/ahli
1) Dasar hukum
a) Pasal 7 ayat (1) huruf g, h dan j, dan Pasal
11 KUHAP;
b) Pasal 75 ayat (1) huruf k KUHAP;
c) Pasal 116 ayat (1) KUHAP;

PENYIDIKAN
29
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Pasal 120 ayat (2) KUHAP;


e) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
f) Pasal 18 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
a) apabila saksi yang diperiksa ada cukup alasan
diduga tidak akan dapat hadir dalam
pemeriksaan di pengadilan, setelah didengar
keterangan yang sebenarnya;
b) untuk sahnya suatu keterangan yang
diberikan oleh ahli dimuka penyidik bahwa ia
akan memberikan keterangan menurut
pengetahuannya yang sebaik-baiknya ia harus
mengangkat sumpah atau mengucapkan janji.
bbb. Surat pengiriman berkas perkara/tersangka dan
barang bukti
1) Dasar hukum
a) Pasal 8 ayat (2) huruf a KUHAP;
b) Pasal 8 ayat (2) huruf b KUHAP;
c) Pasal 110 ayat (1) KUHAP;
d) Pasal 120 ayat (2) KUHAP;
e) Pasal 16 ayat (1) huruf f Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan
Sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
penyidikan yang dilakukan oleh penyidik sesuai
ketentuan Undang-undang, setelah selesai
melakukan pemeriksaan dan/atau berkas
perkarannya dinyatakan lengkap oleh Jaksa/Penuntut
Umum.
ccc. Surat permintaan Visum et Repertum.
1) Dasar hukum
a) Pasal 133 dan pasal 134 KUHAP;
b) Pasal 16 ayat (1) huruf g Undang-undang
Nomor Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) Pertimbangan

30 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Untuk mengetahui sebab-sebab


luka/keracunan/kematian korban guna kepentingan
penyidikan lebih lanjut serta bahan pembuktian
pada pemeriksaan didepan sidang pengadilan.
ddd. Surat permintaan pemeriksaan oleh ahli.
1) Dasar hukum
Pasal 132 KUHAP.
2) Pertimbangan
Untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan
barang bukti berupa surat/tulisan yang diduga
palsu, untuk mendukung pelaksanaan penyidikan
dan untuk pembuktian didepan sidang pengadilan.

3. Azas Penyelenggaraan Administrasi Penyidikan


a. Azas tanggung jawab
Pelaksanaan kegiatan penyidikan adalah
merupakan salah satu upaya penegakan hukum
(criminal justice system) sesuai dengan Undang-undang
yang dapat mengakibatkan seseorang yang semula
bebas menjadi terkekang kemerdekaannya bahkan
dapat mengakibatkan seseorang dijatuhi hukuman, maka
untuk itu setiap langkah dipenyidikan harus dapat
dipertanggung jawabkan baik proses pelaksanaannya
maupun penerapan pasal-pasalnya.
Oleh karena itu dalam penyelenggaraan
administrasi penyidikan dilakukan merupakan salah satu
wujud pertanggung jawaban penyidik dalam
melaksanakan kegiatan penyidikan, serta
penyelenggaraannya harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku yang meliputi:
1) Kewenangan dan kewajiban pembuatan,
penandatangan, penyimpanan,
pengiriman/penyerahan dan pencatatan surat-
surat berita acara dalam penyelenggaraan
administrasi penyidikan (termasuk surat panggilan,
surat perintah, berita acara/berita acara
pemeriksaan, penetapan).
Artinya bahwa dalam penyelenggaraan administrasi
penyidikan harus dilakukan oleh pihak-pihak yang
memang benar-benar memiliki kewenangan untuk:
a) membuat atau menyelenggarakan;
b) menandatangani;

PENYIDIKAN
31
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) menyimpan;
d) mendistribusikan surat-menyurat yang ada
hubungannya dengan pelaksanaan penyidikan.
2) Kelengkapan administrasi untuk mempertanggung
jawabkan pelaksaanaan penyidikan sesuai
dengan ketentuan, yang meliputi:
a) Dalam hal penerimaan laporan/pengaduan
yang meliputi pembuatan:
(1) laporan Polisi, yang ditulis berdasarkan
dan sesuai dengan informasi yang
diterima, ditanda tangani oleh pelapor
dan yang menerima laporan;
(2) surat tanda penerimaan
laporan/pengaduan, yang harus diberikan
kepada pelapor atau pengadu.

b) Dalam hal melakukan panggilan, yang meliputi


pembuatan:
(1) surat panggilan, yang benar harus
memuat:
(a) alasan pemanggilan secara jelas;
(b) tenggang waktu yang wajar antara
diterimanya panggilan dan hari
seseorang itu diharuskan memenuhi
panggilan tersebut;
(c) ditandatangani oleh pejabat
penyidik yang berwenang.
(2) surat panggilan kedua yang dibuat apabila
saksi dan atau tersangka yang dipanggil
tidak datang tanpa alasan yang sah;
(3) surat perintah membawa tersangka/saksi,
yang dibuat dan diberikan kepada petugas
yang melaksanakan pemanggilan kedua,
bersama-sama surat panggilan kedua;
(4) berita acara membawa tersangka/saksi,
yang dibuat setelah melaksanakan surat
perintah membawa tersangka/saksi;
(5) surat perintah memeriksa saksi/tersangka
dinkediaman yang dibuat dan diberikan
pada petugas penyidik yang akan
melakukan pemeriksaan terhadap
tersangka dan atau saksi, yang tidak dapat
hadir memenuhi panggilan dengan

32 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

memberikan alasan yang sah.


c) Dalam hal melakukan penangkapan, yang
meliputi pembuatan:
(1) surat perintah penangkapan, yang dibuat
untuk melakukan penangkapan
terhadap seseorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti permulaan yang cukup untuk
diserahkan kepada tersangka dan
tembusannya untuk diberikan kepada
keluarga tersangka;
(2) berita acara penangkapan, yang dibuat
setelah melakukan penangkapan, sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan
penangkapan, yang ditandatangani oleh
penyidik yang menangkap dan tersangka
yang ditangkap;
(3) surat perintah membawa dan
menghadapkan tersangka, yang dibuat
apabila bermaksud menangkap seseorang
yang dalam pelaksanaan penangkapan
membutuhkan waktu tempuh lebih dari
satu hari, sesuai dengan kewenangan
yang diberikan oleh KUHAP (vide Pasal 5
ayat (1) huruf b angka 4);
(4) berita acara membawa dan
menghadapkan tersangka, yang dibuat
setelah melakukan pembawaan tersangka
untuk dihadapkan kepada penyidik
sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan surat perintah membawa dan
menghadapkan tersangka;
(5) surat perintah pelepasan tersangka, yang
dibuat apabila ternyata tersangka yang
ditangkap harus dilepaskan kembali
karena:
(a) tidak cukup bukti.
(b) tersangka tidak dilanjutkan
dengan penahanan karena:
 ancaman hukuman tindak
pidana yang dilanggar dapat
dilakukan penahan (vide
Pasal 21 ayat (4) hurup a
dan huruf b);
 tidak dikhawatirkan tersangka
melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti

PENYIDIKAN
33
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan atau mengulangi tindak


pidana.
hal ini dilakukan sebagai
pertanggung jawaban penyidik yang
melakukan penangkapan, untuk
memberikan kepastian hukum baik
bagi tersangka maupun pihak- pihak
terkait tentang status seseorang;
(c) berita acara pelepasan tersangka,
yang dibuat sesaat akan melakukan
melepaskan tersangka yang
ditangkap sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan
surat perintah pelepasan tersangka,
yang ditandatangani oleh penyidik
dan tersangka yang dilepaskan;
(d) berita acara penerimaan penyerahan
tersangka yang dibuat setelah
penyidik menerima penyerahan
tersangka baik dari masyarakat
maupun pihak lain, untuk
selanjutnya dilakukan penyidikan
sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku. berita acara ini dibuat
sebagai pertanggungjawaban
penyidik menerima seseorang yang
diduga sebagai pelaku tindak pidana.
d) Dalam hal melakukan penahanan, yang
meliputi pembuatan:
(1) Surat perintah penahanan, yang dibuat
untuk melakukan penahanan terhadap
seseorang yang diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti yang
cukup dalam hal:
(1) Adanya keadaan yang
menimbulkan kekuatiran bahwa
tersangka akan melarikan diri,
merusak atau menghilangkan
barang bukti dan atau
mengulangi tindak pidana.
(2) Tindak pidana itu diancam dengan
pidana penjara lima tahun atau
lebih dan atau tindak pidana lain.

34 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(vide Pasal
21 ayat (4) huruf a dan huruf b
KUHAP).
Penyidik yang menahan segera
menyerahkan tembusan surat
perintah penahanan kepada
keluarga tersangka pada
kesempatan pertama.
(3) Surat perintah penahanan
lanjutan, yang dibuat apabila
tersangka karena sesuatu alasan
tidak dapat melaksanakan seluruh
masa tahanan (melarikan diri dari
rutan, dikeluarkan dari rutan,
pembatalan penahanan,
dipindahkan tempat
penahanannya) penyidik
melakukan penahanan lanjutan
(melanjutkan sisa masa tahanan
yang belum dijalani) terhadap
seseorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti yang cukup.
Menyerahkan tembusan surat
perintah penahanan lanjutan
kepada keluarga tersangka pada
kesempatan pertama.
(2) Berita acara penahanan/penahanan
lanjutan, yang dibuat sesaat setelah
melakukan penahanan/penahanan
lanjutan (tersangka dimasukan kedalam
ruang tahanan) sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan
penahanan/penahanan lanjutan, yang
ditanda tangani oleh penyidik yang
melakukan penahanan dan tersangka
yang ditahan.
(3) Surat perintah perpanjangan penahanan,
yang dibuat setelah memperoleh
penetapan perpanjangan penahanan baik
oleh Kajari maupun Ketua Pengadilan
Negeri, apabila ternyata batas waktu
penahanan sudah hampir berakhir, namun
pelaksanaan penyidikan belum selesai,
sehingga masih diperlukan penahanan
terhadap tersangka.
(4) Berita acara perpanjangan penahanan,

PENYIDIKAN
35
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang dibuat sesaat setelah melakukan


perpanjangan penahanan, sebagai
pertanggung jawaban pelaksanaan
perpanjangan penahanan, yang
ditandatangani oleh penyidik yang
melakukan penahanan dan tersangka
yang ditahan.
(5) Surat perintah penangguhan penangguhan
penahanan, yang dibuat setelah penyidik
menerima surat permohonan
penangguhan penahanan dari tersangka
atau kuasanya, dengan pertimbangan
bahwa tersangka tidak dikuatirkan akan
melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti dan atau
mengulangi tindak pidana.
(6) Berita acara penangguhan penahanan,
yang dibuat sesaat setelah melakukan
penangguhan penahanan, sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan
penangguhan penahanan, yang ditanda
tangani oleh penyidik yang melakukan
penangguhan penahanan dan tersangka.
(7) Surat perintah pencabutan penangguhan
penahanan, yang dibuat setelah penyidik
mengetahui atau patut dapat menduga
bahwa tersangka yang ditangguhkan
penahannanya dikuatirkan akan melarikan
diri, merusak atau menghilangkan barang
bukti dan atau mengulangi tindak pidana,
maka penangguhan penahanannya perlu
dicabut, tersangka kembali menjalani sisa
masa penahanan yang belum dijalani.
(8) Berita acara pencabutan penangguhan
penahanan, yang dibuat sesaat setelah
penangguhan penahanan tersangka
dicabut dan tersangka dimasukkan
kembali kedalam ruang tahanan, berita
acara tersebut dibuat sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan
pencabutan penangguhan penahanan,
yang ditanda tangani oleh penyidik dan
tersangka.

36 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(9) Surat perintah pengalihan jenis


penahanan, yang dibuta setelah
penyidik mempertimbangkan bahwa
jenis penahanan terhadap tersangka
karena sesuatu hal perlu dialihkan dari
satu jenis penahanan ke jenis penahanan
lainnya (vide Pasal 22 ayat (1) KUHAP).
(10) Berita acara pengalihan jenis penahanan,
yang dibuat sesaat setelah penyidik
melakukan pengalihan jenis penahanan
tersangka, sebagai pertanggungjawaban
tindakan tersebut, yang ditandatangani
oleh penyidik dan tersangka.
(11) Surat perintah pemindahan tempat
penahanan, yang dibuat sesaat setelah
penyidik mempertimbangkan bahwa
karena sesuatu alasan tersangka perlu
dipindahkan penahanannya dari satu
kesatuan/instansi ke kesatuan/ instansi
lain (vide Pasal 21 ayat (2) KUHAP).
(12) Berita acara pemindahan tempat
penahanan yang dibuat sesaat setelah
penyidik melakukan pemindahan tempat
penahanan tersangka dari satu
kesatuan/instansi ke kesatuan/instansi
lain, sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan pengalihan tempat
penahanan, yang ditandatangani oleh
penyidik dan tersangka.
(13) Surat perintah pembantaran penahanan,
yang dibuat setelah penyidik menerima
surat keterangan dari dokter bahwa
tersangka menderita sakit dan perlu
dirawat dirumah sakit diluar Rutan (vide
surat edaran Mahkamah Agung Nomor 1
tahun 1989).
(14) Berita acara pembantaran penahanan
yang dibuat sesaat setelah penyidik
melakukan pembantaran penahanan
tersangka, sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan pembantaran penahanan
tersangka, yang ditandatangani oleh
penyidik dan tersangka.
(15) Surat perintah pengeluaran penahanan,
yang dibuat setelah penyidik
mempertimbangkan bahwa karena

PENYIDIKAN
37
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sesuatu alasan tersangka harus dikelarkan


dari penahanan (Vide Pasal 24 ayat (3)
dan ayat (4) KUHAP).
(16) Berita acara pengeluaran penahanan,
yang dibuat sesaat sebelum tersangka
akan dikeluarkan dari Rutan, sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan
pengeluaran tersangka dari tahanan, yang
ditandatangani oleh penyidik dan
tersangka.
e) Dalam hal melakukan penggeledahan, yang
meliputi pembuatan:
(1) Surat permintaan ijin penggeledahan,
yang dibuat sebelum penyidik melakukan
penggeledahan, untuk mendapatkan
ijin/penetapan penggeledahan dari ketua
pengadilan negeri (vide Pasal 33 ayat
(1) KUHAP).
(2) Laporan untuk mendapatkan persetujuan
penggeledahan, yang dibuat karena
dalam keadaan sangat perlu dan
mendesak penyidik telah melakukan
penggeledahan, maka untuk
mendapatkan persetujuan/penetapan
penggeledahan dari Ketua Pengadilan
Negeri.
(3) Surat perintah penggeledahan, yang
dibuat sebelum penyidik melakukan
penggeledahan sebagai legitimasi bagi
penyidik dalam melakukan tindakan
hukum tersebut.
(4) Berita acara penggeledahan, yang dibuat
paling lambat dua hari setelah penyidik
memasuki dan atau melakukan
penggeledahan rumah dan turunannya
disampaikan kepada pemilik atau
penghuni rumah yang bersangkutan.
f) Dalam hal melakukan penyitaan yang meliputi
pembuatan:
(1) Surat permintaan ijin penyitaan, yang
dibuat sebelum penyidik melakukan
penyitaan, untuk mendapatkan
ijin/penetapan penyitaan dari ketua

38 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengadilan negeri (vide Pasal 38 ayat


91) KUHAP).
(2) Laporan untuk mendapatkan persetujuan
penyitaan, yang dibuat karena dalam
keadaan sangat perlu dan mendesak
penyidik telah melakukan penyitaan
(hanya untuk benda bergerak), maka
untuk mendapatkan
persetujuan/penetapan penyitaan dari
ketua pengadilan negeri.
(3) Surat perintah penyitaan, yang dibuat
sebelum penyidik melakukan penyitaan
sebagai legitimasi bagi penyidik dalam
melakukan tindakan hukum tersebut.
(4) Berita acara penyitaan, yang dibuat sesaat
setelah penyidik mengambil alih dan atau
menyimpan di dalam kekuasaanya dan
atau melakukan penyitaan dan turunannya
disampaikan kepada orang dari mana
benda itu disita atau keluargannya.
(5) Surat tanda penerimaan barang bukti,
dibuat setelah penyidik menerima
penyerahan barang yang dapat disita dari
orang yang menguasai barang tersebut.
(6) Surat Perintah Ketetapan Lelang, dibuat
apabila dalam hal benda sitaan terdiri atas
benda yang lekas rusak atau yang
membahayakan, sehingga tidak mungkin
untuk disimpan sampai putusan
pengadilan memperoleh kekuatan hukum
tetap, sehingga perlu melakukan
pelelangan benda tersebut.
(7) Surat Perintah Pemusnahan /
Perampasan Barang Bukti, dibuat apabila
penyidik bermaksud memusnahkan atau
merampas untuk dipergunakan bagi
kepentingan Negara, bagi benda sitaan
yang bersifat terlarang atau dilarang untuk
diedarkan.
(8) Surat Perintah Penyisihan Barang Bukti,
dibuat apabila penyidik bermaksud
menyisihkan sebgaian kecil benda sitaan,
karena benda sitaan itu akan dilelang dan
atau untuk dimusnahkan /dirampas untuk
dipergunakan bagi kepentingan negara.
(9) Surat Perintah Penitipan/Titip Rawat
Barang Bukti, dibuat apabila karena

PENYIDIKAN
39
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sesuatu hal benda sitaan harus dititipkan


dan atau instansi yang berkompeten
menerima penitipan/titip rawat benda
sitaan.
(10) Surat Perintah Pengambilan Barang Bukti,
dibuat apabila penyidik bermaksud untuk
mengembalikan benda sitaan kepda yang
paling berhak, karena kepentingan
penyidikan tidak memerlukan bagi benda
tersebut.
(11) Berita Acara. Berita acara Kegiatan
Tersebut, untuk mempertanggung
jawabkan pelaksanaan surat-surat
perintah tersebut Penyidik harus membuat
Berita Acara pelaksanaan tindakan hukum
tersebut sesuai dengan ketentuan undang-
undang.

g) Dalam hal melakukan pemeriksaan tersangka,


saksi dan atau ahli, penyidik harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
dengan berita acara pemeriksaan yang terdiri
dari pembuatan:
(1) Berita acara pemeriksaan saksi.
(2) Berita acara pemeriksaan ahli.
(3) Berita acara pemeriksaan tersangka.
(4) Berita acara penolakan penandatanganan
berita acara pemeriksaan saksi/tersangka.
(5) Berita acara sumpah/janji saksi/ahli.
(6) Berita acara pemeriksaan konfontasi
(langsung/tidak langsung).
(7) Berita acara pemeriksaan rekonstruksi.
h) Dalam hal pembuatan resume, penyidik harus
mampu menyusun resume secara baik dan
benar, yang memcerminkan ringkasan seluruh
rangkaian pelaksanaan penyidikan serta
analisa tentang kasus dan juridisnya, sehingga
dapat menyakinkan pihak- pihak terkait bahwa
benar telah terjadi tindak pidana dan
seseorang sebagai pelakunya, sebagai
pertanggungjawaban penyidik dalam
melaksanakan tugasnya, dengan sistematika
sebagai berikut:

40 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Dasar yang terdiri dari:


(a) Laporan polisi.
(b) Surat perintah penyidikan.
(c) Surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan.
(2) Fakta.
(a) Penanganan TKP.
(b) Panggilan.
(c) Penangkapan.
(d) Penahanan.
(e) Penggeledahan.
(f) Penyitaan.
(g) Barang-barang bukti yang disita.
(h) Alat bukti surat.
(i) Keterangan saksi.
(j) Keterangan ahli.
(k) Keterangan tersangka.

(3) Pembahasan yang terdiri:


(a) Analisa kasus.
(b) Analisa yuridis.
(4) Kesimpulan.
i) Dalam hal melakukan penyusunan berkas
perkara, urut-urutan dan isinya harus
mencerminkan pertanggungjawaban kegiatan
penyidikan, secara kronologis dan sistimatis
yang artinya bahwa pelaksanaan upaya paksa
harus logis urutanya sesuai dengan urut-
urutan tindakan yang dipersyaratkan oleh
undang-undang dan setiap tindakan tersebut
harus dipertanggungjawabkan dengan berita
acaranya, serta harus memenuhi persyaratan-
persyaratan dalam pembuktian perkara
pidananya baik persyaratan formal maupun
persyaratan material. Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
(1) Dalam setiap pelaksanaan rangkaian
penyidikan apapun bentuknya yang
berupa tindakan hukum ( laporan polisi,
penanganan TKP, penyelidikan,
pemanggilan, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan pemeriksaan
saksi/ahli/tersangka) harus dipertanggung
jawabkan dengan administrasi penyidikan
yang sesuai dengan ketentuan dalam
KUHAP.
Sedangkan pelaksanaannya tidak

PENYIDIKAN
41
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dibenarkan dilakukan oleh setiap petugas


POLRI, walaupun yang bersangkutan
telah memiliki surat keputusan selaku
penyidik/penyidik pembantu, tidak begitu
saja dapat melakukan tindakan hukum
apapun dalam rangka penyidikan, tanpa
surat perintah penyidikan dan pejabat
yang berwenang, yang setelahnya harus
dipertanggungjawabkan dengan berita
acara masing-masing tindakan hukum
tersebut.
(2 ) J a n g a n sekali-kali mempertanggung
jawabkan suatu kegiatan penyidikan
dalam bentuk apapun, yang tidak pernah
dilakukan, apapun alasanya, apalagi
tindakan tersebut merupakan tindakan
hukum untuk melaksanakan upaya paksa.
Contoh:
(1) Dalam hal melakukan pemeriksaan
baik terhadap tersangka maupun
saksi yang karena sesuatu hal yang
bersangkutan sudah hadir dihadapan
penyidik yang akan memeriksa
walaupun tanpa panggilan. Tidak
ada satupun ketentuan yang
mengharuskan bahwa kehadiran
tersangka (yang ditahan) dan atau
saksi untuk diperiksa oleh penyidik
harus dilakukan dengan surat
panggilan.
(2) Dalam hal tersangka yang ditahan,
tetapi sebelumnya tidak
pernah ditangkap, didalam KUHAP
tidak ada keharusan penyidik
membuat surat perintah
penangkapan dan berita acaranya,
walaupun ada permintaan dari Jaksa
Penuntut Umum, karena penyidik
telah melakukan penahanan untuk
dilengkapi dengan surat perintah
penangkapan.
(3) Jangan mempertanggung jawabkan
penahanan yang dilakukan oleh

42 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pihak lain (sebagai contoh dahulu


sering Kodim/Korem/Kodam
melakukan penahanan, karena
sesuatu hal dilimpahkan ke POLRI,
kemudian diminta POLRI
mempertanggung jawabkan
penahanan yang dilakukan oleh
Kodim/korem/kodam tersebut
dengan surat perintah penahanan
yang seolah-olah waktu itu yang
bersangkutan ditahan oleh POLRI).
Karena apabila hal ini tetap dilakukan
dengan alasan hubungan baik atau alasan
lain, tanpa didasarkan pada ketentuan
hukum yang berlaku, maka pada gilirannya
akan menimbulkan kesulitan besar bagi
penyidik, baik dalam kegiatan penyidikan
itu sendiri, maupun kegiatan penuntutan
dan peradilan.

j) Dalam penyelenggaraan administrasi


penyidikan kita harus mampu menjabarkan
”kemauan yang tersurat dan tersirat dalam
KUHAP” secara benar dan logis yang dapat
dipertanggungjawabkan secara yuridis formal,
walaupun sementara ini hal itu dianggap tidak
biasa dilakukan atau tidak diatur dalam
juklak/juknis proses penyidikan tindak pidana.
Oleh karena itu sebagai penyidik/penyidik
pembantu yang profesional, jangan hanya
terpaku pada ketentuan-ketentuan
(juklak/juknis) yang sudah ada, tetapi belum
mencerminkan kemauan undang- undang
secara utuh, untuk itu perlu adanya
penyempurnaan, perubahan/pembaharuan
(inovasi) yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan secara yuridis maupun
teknis.
b. Azas kepastian
Penyelenggaraan administrasi penyidikan yang
merupakan persyaratan mutlak dalam rangka
mendukung pelaksanaan penyidikan baik sebelum,
selama maupun sesudahnya, harus dibuat secara pasti
baik mengenai dasar hukumnya, waktu, tempat, pasal
yang dipersangkaan, tindak pidana yang terjadi, barang
bukti yang disita dan/atau identitas tersangka/saksi

PENYIDIKAN
43
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

maupun pihak-pihak lain yang terlibat didalam


pelaksanaan penyidikan, sesuai dengan yang
dikehendaki oleh KUHAP.
Contoh:
Dalam pelaksanaan pemeriksaan terhadap tersangka
atau saksi sebagaimana dikehendaki oleh Pasal 121
KUHAP, menyebutkan bahwa penyidik atas kekuatan
sumpah jabatannya segera membuat berita acara yang
diberi tanggal dan memuat tindak pidana dilakukan,
nama dan tempat tinggal dari tersangka dan atau
saksi, keterangan mereka, catatan mengenai akta dan
atau benda serta segala sesuatu yang dianggap perlu
untuk kepentingan penyelesaian perkara.
Maka dalam penyelenggaraan administrasi penyidikan
dituntut menyebutkan atau menuliskan hal-hal
sebagaimana yang dikehendaki oleh KUHAP secara pasti
dan benar, tidak saja dalam pembuatan berita acara
namun juga dalam penyelenggaraan administrasi lainnya
(baik yang digolongkan sebagai kelengkapan berkas
perkara maupun yang digolongkan bukan merupakan
kelengkapan berkas perkara), apalagi dalam pelaksanaan
upaya paksa. Kepastian dalam hal penulisan/pencatatan
terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Tentang identitas orang, harus secara pasti dan
lengkap, baik mereka yang statusnya sebagai
tersangka, saksi, harus secara pasti dan lengkap,
tentang tempat dan tanggal lahir atau umur,
pekerjaan, agama, kewarganegaraan, jenis
kelamin dan tempat tinggal terakhir, termasuk
ahli penterjemah, penasihat hukum maupun pihak
yang berurusan dan atau berkaitan dengan kegiatan
penyidikan.
Penulisan tersebut harus benar dalam
penulisan/pencatatan nama baik dalam hal
ejaannya, pencantuman nama alias, bin/binti,
gelarnya maupun hal-hal lain, sehingga pihak yang
berurusan dengan penyidik adalah mereka yang
benar-benar kita butuhkan, bukan orang lain,
walaupun kemungkinan ada kesamaan nama.
2) Tentang penerapan pasal–pasal yang
dipersangkakan, harus secara benar, pasti dan
lengkap, baik yang tercantum pada Laporan Polisi,
Surat Perintah, Berita Acara/Berita Acara

44 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pemerisaan, Surat Ketetapan maupun Surat-surat


lain (yang ada hubungannya dengan kegiatan
penyidikan), baik pasal yang menjadi dasar bagi
penyidik/penyidik pembantu/penyidik melakukan
tindakan hukum dan atau upaya paksa terhadap
tersangka dalam kesimpulan resume. Tata cara
Penulisan Persangkaan Pasal yang dilanggar
adalah sebagai berikut:
a) Persangkaan tunggal
Adalah merupakan persangkaan yang
sifatnya sederhana, mudah dibuat oleh karena
dirumuskan satu tindak pidana saja
didalamnya atau karena pasal yang
dipersangkakan sifatnya tunggal.
(Misal: melakukan perkosaan Pasal 285
KUHP, melarikan perempuan dibawah umur
Pasal 332 KUHP, melakukan penadahan
Pasal 480 KUHP).
b) Persangkaan alternatif
Persangkaan ini sering juga disebut ’saling
mengecualikan’ atau ’persangkaan relatif ’ atau
persangkaan pilihan.
Ciri utama dari persangkaan alternatif adalah
adanya kata penghubung ’atau’ antara
persangkaan yang satu dengan yang lainnya,
yang disebabkan karena penyidik tidak
mengetahui secara pasti atau ragu- ragu
perbuatan mana dari ketentuan hukum pidana
yang akan terbukti sidang pengadilan atau
terhadap peraturan hukum pidana yang mana
yang akan diterapkan oleh hakim.
(Misal: Pasal 372 KUHP atau Pasal 378 KUHP
tentang penggelapan atau penipuan).
c) Persangkaan subsidairitas (bersusun/berlapis)
adalah persangkaan yang disusun berlapis-
lapis, dimuali dari persangkaan yang berat
sampai yang ringan, berupa susunan secara
primer, subsider lebih subsider lebih-lebih
subsider.
(Misal: Pasal 340 KUHP Sub Pasal 338
ayat (3) KUHP sub Pasal 353 ayat (3) KUHP
sub Pasal 351 (3) KUHP).
d) Persangkaan komulatif
Adalah persangkaan yang dibuat apabila
seseorang tersangka atau lebih melakukan
lebih dari satu perbuatan pidana dimana
perbuatan tersebut harus dianggap berdiri

PENYIDIKAN
45
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sendiri atau juga dapat dikatakan tidak ada


kaitannya satu dengan yang lain.
(Misal: Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke
1e sub Pasal 338 ayat (3) jo Pasal 55 ayat
(1) ke le dan Pasal 1 ayat (1) UU Dar No.
12/1951).
3) Tentang status seseorang, harus secara benar dan
pasti baik dalam berita acara/berita acara
pemeriksaan, dalam register dan terutama surat
pengadilan, apakah yang bersangkutan statusnya
sebagai tersangka atau saksi, karena hak dan
kewajiban antara tersangka dengan saksi sangat
berbeda bertolak belakang.
dalam formular surat pengadilan biasanya status
orang yang dipanggil telah tercetak secara
permanent/tetap ‘sebagai tersangka/saksi’, maka
untuk memastikan status seseorang coret mana
yang tidak diperlukan.
4) tentang waktu, harus dicantumkan secara benar
dan pasti dalam setiap perbuatan berita acara
terutama berita acara pemeriksaan, disamping
catatan tentang hari, tanggal, bulan dan tahun
harus juga mencantumkan pukul (waktu
pelaksanaannya).
contoh:
---------- Pada hari ini SENIN tanggal 8 bulan April
tahun 2000 dua, pukul 09.00 WIB, saya -----------------
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara
pasti/tepat kapan dan berapa lama dilaksanakan
upaya paksa/pemeriksaan tersebut, guna dapat
diperhitungkan secara pasti dengan kewenangan
penyidik/penyidik pembantu melakukan tindakan
tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-undang
melakukan tindakan tersebut.
5) Tentang keadaan dari sesuatu, baik tentang
cuaca, mengenai barang bukti, mengenai saksi,
tersangka, korban.
Dalam hal pembuatan berita acara penyitaan,
maka pencatatan/penulisan keadaan barang bukti
harus pasti dan benar serta teliti sesuai dengan
kenyataannya.
sebagai contoh dalam penyitaan mobil, harus
disebutkan antara lain tentang:

46 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) data teknis mobil (merk, tahun pembuatan,


tipe, usuran cylinder, warna, nomor rangka/
mesin/polisi);
b) kondisi mobil secara tinci (mesin/jalan/rusak,
kelengkapan kendaraan yang berupa
peralatan/tape recorder/ban serep, dll);
c) ciri-ciri khusus (mungkin bekas tabrakan) dan
lain-lain.
Demikian pula dalam hal menerima
penyerahan tersangka baik dari masyarakat
maupun pihak lain, jangan sekali-kali langsung
dibuatkan ’Berita Acara Penerimaan Penyerahan
Tersangka’ namun cek dulu secara pasti, tentang:
a) apakah perkara yang tersangkanya
diserahkan tersebut sudah ada laporan
polisinya?;
b) apakah orang tersebut memang benar
sebagai pelaku pelanggaran/kejahatan
berdasarkan bukti permulaan yang cukup?;
c) apakah pelanggaran/kejahatan yang
dilakukannya, merupakan kewenangan Polri
dalam penyidikan perkaranya?;
d) apakah tersangka secara hukum dapat
ditahan?
Apabila hal-hal tersebut sudah dipenuhi,
kegiatan selanjutnya adalah menulis/mencatat
secara lengkap, teliti, pasti dan benar keadaan
kesehatan tersangka, tentang:
a) apakah tersangka dalam keadaan sehat.
b) kalau tersangka sakit apa kemungkinan
penyebabnya (apakah akibat penganiayaan
atau bukan, pada bagian mana saja yang
sakit, apakah memerlukan perawatan
dokter/opname dan hal-hal lain).
Apabila perkara tersebut memang merupakan
kewenangan Polri, maka segera buatkan laporan
polisi dan berita acara penerimaan penyerahan
tersangka di tandatangani pula oleh pihak yang
menyerahkan orang/tersangka, saksi dan tersangka,
dan selanjutnya diambil langkah-langkah lanjutan
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku, antara lain dibuatkan surat perintah
penangkapan beserta berita acaranya.
6) Tentang Tempat, yang menjelaskan tempat tinggal
(baik tempat tinggal tetap maupun tempat tinggal
sementara), tempat kejadian perkara (TKP) maka
harus ditulis secara lengkap dan pasti, tidak hanya

PENYIDIKAN
47
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menyebutkan jalan, nomor rumah dan kotanya saja,


namun harus dilengkapi dengan RT/RW nya, karena
ada kemungkinan dalam satu kota terdapat nama
jalan maupun nomor rumah yang sama.
Contoh:
Jalan Megamendung Nomor 1, Rt. 04 Rw. 03,
termasuk Desa/Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor-16750.
7) Tentang Jumlah, ditulis dengan angka kemudian
diulangi dengan huruf dalam kurung.
Contoh :
’........... telah diterima uang tunai sejumlah Rp,
1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah)
........................’...........................................................
Tentang data teknis/spesifikasi, sehubungan
dengan benda yang disita, semua hal tersebut
(data teknis/spesifikasinya) harus ditulis secara
rinci, jelas benar dan pasti, untuk memastikan
nilai pembuktian barang yang disita.
8) Tentang data teknis/spesifikasi, sehubungan
dengan benda yang disita, semua hal tersebut
(data teknis/spesifikasinya) harus ditulis secara
rinci, jelas benar dan pasti, untuk memastikan
nilai pembuktian barang yang disita.
Contoh :
’........ Telah disita sebuah pesawat televisi merk
sony, warna abu-abu, ukuran 29 inch, type SHR
29123 N, nomor seri SG 2900123 NS”.
9) Tentang pasal yang dipersangkakan, didalam
blanko-blanko surat panggilan surat-surat perintah
dan lain-lain, harus ditulis secara rinci dan pasti, dan
lengkap, karena penulisan pasal yang bersangkutan
yang tidak lengkap (hanya ditulis pasal dalam bentuk
pokok, tanpa ayat/butir/ke-) akan dapat berakibat
fatal.
contoh :
Apabila kita ingin menuliskan pasal perkara/tindak
pidana pencurian dengan kekerasan yang
mengakibatkan matinya orang dilakukan oleh dua
orang atau lebih akan dilakukan pada malam hari,
maka penulisan pasalnya harus ditulis lengkap
sebagai berikut Pasal 265 ayat (1) dan ayat (4)
KUHP.

48 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10) Tentang tindak pidana yang terjadi, di dalam


blanko-blanko surat panggilan, surat-surat perintah
dan lain-lain, harus ditulis secara rinci dan pasti,
tidak hanya ditulis bentuk pokok kejahatan dan
pasalnya saja (umpamanya dalam perkara
pembunuhan sebagaimana diatur dalam Pasal 338
KUHP), namun harus juga mampu menjawab
pertanyaan ’7 kah/si-a-di-de – men-ba-ba-bi’ secara
ringkas
Maka sebagai dikehendaki dalam Pasal 112 ayat
(1) KUHAP contoh penulisan yang lengkap dan
benar adalah sebagai berikut :
Untuk didengar keterangannya sebagai tersangka,
dalam perkara pidana sengaja menghilangkan
nyawa orang lain dengan direncanakan terlebih
dahulu, terhadap korban atas nama ALI bin
TOPAN, yang terjadi pada hari minggu, tanggal 7
April 2002, sekitar pukul 01.30 WIB, dirumah haji
ABU BAKAR Jl. barokah 47, termasuk Desa
Cisadar Rt. 01 Rw. 07, Kecamatan
Megamendung, Kabupaten Bogor, berdasarkan
Laporan Polisi No.Pol LP/K/123/IV/2002/Polsek
tanggal 7 April 2002, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 340 sub 338 sub sub 353 ayat (3) sub
351 ayat (3) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
11) Tentang Pemeriksaan saksi, apabila saksi yang
dikuatirkan tidak dapat hadir di pengadilan, maka
dalam pemeriksaan saksi harus disumpah, karena
apabila ternyata pada saat sidang pengadilan
berlangsung ternyata saksi tidak dapat hadir,
sedangkan berita acara pemeriksaan saksi tidak
dilengkapi dengan berita acara sumpah/janji saksi,
maka berita acara pemeriksaan saksi tersebut bukan
merupakan alat bukti yang sah.
12) Tentang Permintaan bantuan ahli, apabila penyidik
menganggap perlu kehadiran ahli, maka harus
minta kepada pimpinan/atasan ahli/pihak yang
dimaksud untuk menunjuk seorang ahli yang ada
kaitannya dengan tindak pidana yang sedang
diperiksa (jadi jangan dipanggil).
c. Azas kecepatan
Seluruh kegiatan dalam proses penyidikan tindak
pidana dibatasi oleh waktu yang sangat ketat, baik
berdasarkan ketentuan- ketentuan yang diatur dalam
KUHAP maupun faktor-faktor lain yang mempengaruhi
dalam pelaksanaan penyidikan.

PENYIDIKAN
49
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Maka dalam hal penyelenggaraan Administrasi


penyidikan perlu memperhatikan kecepatan, baik dalam
proses pembuatan/penyelenggaraan administrasi/
penyidikan maupun hal pendistribusiannya.
Yang perlu diperhatikan kecepatannya yaitu dalam hal :
1) Pengiriman Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP), diharapkan pada kesempatan
pertama dalam hal penyidik mulai melakukan
penyidikan suatu peristiwa yang diduga
merupakan tindak pidana, sebagaimana
dikehendaki oleh Pasal 109 ayat (1) KUHAP, atau
selambat-lambatnya sejak penyidik ”memulai
melakukan pemeriksaan terhadap tersangka” (vide
bidang penuntutan Bab I Surat keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor: M.01.PW.07.03 Tahun 1982
tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP).
Ketentuan yang diatur dalam KUHAP dan atau
dalam pedoman pelaksanaanya ini harus benar-benar
dilaksanakan pada saat penyidik melakukan
penyidikan (sudah melakukan upaya paksa atau
mulai melakukan pemeriksaan tersangka), adalah
tidak benar pendapat sementara pihak yang
mengatakan bahwa dengan penyampaian SPDP
secara dini akan mempersulit kegiatan penyidikan
baru atau ”mengotori administrasi penyidikan’
sebagaimana yang dikhawatirkan juga oleh semenara
penyidik/penyidik pembantu Polri.
Sebab walaupun SPDP belum dikirimkan
kepada penuntut umum, namun apabila ternyata
peristiwa yang telah diterima laporannya oleh Polri
dan telah dilakukan penyidikan, namun ternyata
peristiwa tersebut bukan tindak pidana atau tidak
cukup bukti atau karena sebab tertentu yang
menyebabkan penyidikan harus dihentikan demi
hukum (tersangka meninggal dunia atau
kadaluwarsa atau nebis in idem atau pengaduan
dicabut), maka penyidik harus melakukan
penghentian penyidikan dengan kelengkapan
administrasi penyidikannya yang benar, salah satu
kelengkapannya adalah SPDP sebagai dasar
pertimbangan penghentian penyidikan.
Sebenarnya pengiriman SPDP sesuai dengan
ketentuan Undang-undang, merupakan hal yang

50 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sangat mendukung kepentingan penyidikan itu


sendiri, karena dengan demikian KAJARI setempat
akan segera mengeluarkan surat kode P-
16 (surat penunjukan jaksa penuntut umum
untuk melakukan penelitian dan penyelaian perkara),
hal ini memungkinkan penyidik/penyidik pembantu
sejak dini dapat melakukan koordinasi langsung
dengan jaksa penuntut umum mengenai perkara yang
sedang dilakukan ditangani, sehingga permasalahan
bolak-baliknya berkas perkara diharapkan dapat
ditekan sesedikit mungkin.
Pengiriman surat panggilan, baik untuk
tersangka (yang tidak ditangkap/ditahan) maupun
saksi, diharapkan dikirim langsung oleh petugas
pada kesempatan pertama/sesegera mungkin
setelah tindak pidana terjadi dan atau setelah
orang tersebut dapat dipastikan sebagai tersangka
berdasarkan bukti permulaan atau sebagai saksi
berdasarkan hasil penyelidikan yang akurat dan
atau hasil penyidikan sebelumya, dengan
memperhatikan tenggang waktu yang wajar antara
diterimanya panggilan dan tanggal harus
menghadap serta jarak/waktu tempuh.
Sehingga diharapkan disamping
pengaruh/tekanan (batin) dari peristiwa pidana yang
terjadi masih segar membekas pada diri orang yang
akan dipanggil, juga secara logis yang dipanggil
dapat hadir tepat waktu sebagaimana waktu yang
ditetapkan dalam surat panggilan.
Apabila orang yang dipanggil tidak datang
tanpa alasan yang patut dan wajar, maka segera
dibuatkan surat panggilan kedua dengan sekaligus
dibuatkan surat perintah membawa tersangka/saksi
kepada petugas untuk membawa dan
menghadapkan tersangka atau saksi kepadanya
(vide Pasal 112 ayat (2) KUHAP).
2) Pembuatan surat perintah penangkapan, yang
dilengkapi dengan surat perintah tugas seyogyanya
disiapkan pada saat petugas akan berangkat
melakukan penangkapan.
Jangan sekali-kali petugas berangkat
melakukan tanpa dibekali surat perintah tugas dan
dibekali surat perintah penangkapan, atau surat
perintah penangkapan tersebut, karena yang
dimaksud dengan satu hari sebagaimana diatur
dalam Pasal 19 ayat (1) KUHAP bukan berlakunya
surat perintah penangkapan melainkan

PENYIDIKAN
51
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengekangan sementara waktu kebebasan


tersangka (vide Pasal 1 butir 20 KUHAP).
Waktu yang tercantum dalam surat perintah
penangkapan adalah tenggang waktu yang
diberikan kepada petugas untuk melakukan proses
penangkapan mulai persiapan, waktu perjalanan,
pelaksanaan penangkapan, membawa tersangka
sampai tersangka tiba di Kesatuan penyidik dan
sampai dengan Pemeriksaan Tersangka,
seyogyanya jangka waktu cukup lama dan atau
sampai tersangka tertangkap.
Apabila dibuat dalam waktu paling lama dalam
waktu satu hari ( 1 x 24 jam ), padahal dalam waktu
yang tersedia tersebut tersangka belum dapat
ditangkap, maka Penyidik akan sangat repot harus
membuat Surat Perintah penangkapan setiap hari,
permasalahannya yaitu bagaimana cara menulis
nomor dan Register Surat Penangkapan.
Dalam hal penangkapan tersangka tersebut tidak
dilanjutkan dengan penahanan dan harus
dilepaskan, untuk itu segera dibuatkan Surat
Perintah Pelepasan Tersangka, beserta Berita
Acaranya.
3) Penyiapan dan pembuatan Surat Perintah
Penahanan, sebagaimana dijelaskan dalam butir c
diatas, setelah tersangka selesai diperiksa dan akan
dilanjutkan dengan penahanan, harus diadakan
pengecekan persyaratannya sesuai dengan
ketentuan Undang-undang.
Apabila tersangka yang ditangkap tersebut
memenuhi persyaratan subjektif dan terutama
persyaratan objektif untuk ditahan sebagaimana
diatur dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP, maka segera
dibuatkan surat perintah penahanan (walaupun ada
kemungkinan ’masa penangkapan selama satu hari’
belum berakhir), setelah itu baru tersangka
dimasukkan kedalam rumah tahanan negara/ kamar
tahanan kemudian dibuatkan pula Berita acara
penahanan, yang ditandatangani baik oleh penyidik
maupun tersangka.
Tidak dibenarkan memasukkan seseorang
kedalam ruangan tahanan atau mengkondisikan
tersangka pada situasi yang sudah memenuhi unsur

52 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penahanan sebelum kepadanya dibuatkan surat


perintah penahanan, dengan alasan sebagai
TITIPAN atau PENGAMANAN SEMENTARA,
karena didalam KUHP tidak dikenal istilah TITIPAN
atau PENGAMANAN SEMENTARA. (ancaman
Pasal 333 KUHP).
Sedangkan perhitungan masa penahanan adalah
sejak tersangka masuk kedalam Rumah Tahanan
Negara / kamar tahanan, bukan setelah masa
penangkapan 1 x 24 jam berakhir.
4) Pembuatan Surat Perintah Penggeledahan, dibuat
oleh penyidik segera setelah menerima Surat
ijin/penetapan penggeledahan dari ketua pengadilan
negeri.
Dalam hal penggeledahan dilakukan dalam
keadaan yang sangat perlu dan mendesak
penyidik harus segera bertindak, dalam
kesempatan pertama setelah pelaksanaan
penggeledahan, penyidik harus melaporkan
kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk
mendapatkan persetujuan atas penggeledahan
yang telah dilaksanakan, yang dilampiri dengan
surat perintah penggeledahan dan berita
acaranya. Setelah selesai pelaksanaan
penggeledahan, segera dibuatkan berita acara
penggeledahan , yang ditandatangani oleh
penyidik, tersangka atau keluargannya dan atau
kepala desa atau ketua lingkungan (bagi
penggeledahan yang tidak disetujui / tidak dihadiri
oleh tersangka/ penghuni rumah) dengan dua
orang saksi dalam waktu paling lambat dua hari
setelah memasuki dan atau menggeledah rumah
turunan berita acara penggeledahan disampaikan
kepada pemilik atau penghuni rumah yang
bersangkutan.
5) Pembuatan surat perintah penyitaan, dibuat segera
setelah mendapat ijin/penetapan penyitaan dari
Ketua Pengadilan Negeri.
Dalam hal penyitaan dilakukan dalam keadaan
yang sangat perlu dan mendesak penyidik segera
bertindak, kemudian pada kesempatan pertama
penyidik harus melaporkan kepada Ketua
Pengadilan Negeri setempat untuk mendapatkan
persetujuan atas penyitaan yang telah dilakukan,
dilampiri dengan surat perintah dan berita acara
penyitaan.
Segera setelah selesai dilakukan, ditempat itu

PENYIDIKAN
53
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

segera dibuatkan berita acara penyitaan


(sementara) yang ditandatangani oleh penyidik dan
orang dari mana benda itu disita atau keluargannya
dan atau kepala desa atau ketua lingkungan dengan
dua orang saksi (vide Pasal 129 KUHP).
Turunan berita acara penyitaan/berita acara
penyitaan sementara (walaupun ditulis dengan
tangan) dalam kesempatan pertama/pada saat
benda yang disita akan dibawa oleh penyidik, harus
disampaikan kepada orang dari mana benda itu
disita atau keluarganya atau paling lambat dua hari
setelah pelaksanaan penyitaan turunan berita acara
penyitaan yang resmi harus sudah disampaikan
kepada yang berhak.
Apabila dalam kegiatan penanganan Tempat
Kejadian Perkara (TKP) penyidik/penyidik pembantu
menemukan jejak, barang bukti baik milik tersangka
maupun milik korban atau pihak lain yang diduga
ada hubungannya dengan tindak pidana yang
terjadi, maka apabila terpaksa harus diambil /
dibawa untuk kepentingan penyidikan harus
dibuatkan ’Berita acara penemuan dan penyitaan
barang bukti di TKP’, karena benda yang diambil
dalam TKP belum tentu dapat dijadikan barang
bukti.
Hal ini dilakukan untuk kepentingan
mendapatkan ijin/persetujuan penyitaan dari Ketua
Pengadilan Negeri.
6) Pelaksanaan Pemeriksaan tersangka/saksi/ahli,
harus segera dilaksanakan baik kepada tersangka,
saksi maupun ahli pada kesempatan pertama dan
dibuatkan berita acara pemeriksaan sesuai
dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku.
Bagi tersangka yang ditangkap atau ditahan paling
lambat dalam waktu satu hari (vide Pasal 19 ayat
(1) dan Pasal 122 KUHP) harus sudah
diperiksa/dibuatkan berita acara pemeriksaan,
untuk segera diketahui apa yang terjadi, siapa
pelakunya, saksinya, apa barang buktinya dan
hal-hal lain yang ingin diketahui penyidik sebagai
bahan pertimbangan tindakan lebih lanjut.
7) Penyerahan Berkas Perkara, apabila kegiatan
penyelenggaraan Administrasi penyidikan telah

54 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

selesai, maka penyidik wajib segera menyerahkan


berkas perkara kepada penuntut umum pada
kesempatan pertama (untuk PPNS penyerahan
Berkas Perkara harus melalui penyidik Polri).
Apabila berkas perkara dikembalikan oleh
penuntut umum ’karena dianggap kurang lengkap,
penyidik wajib segera melakukan penyidikan
tambahan dan melengkapi berkas perkara sesuai
dengan petunjuk dari penuntut umum dalam waktu
paling lambat 14 hari.
d. Azas keamanan
Administrasi penyidikan merupakan tulisan/ catatan
yang bersifat otentik dan mempunyai nilai pembuktian
yang tinggi (vide Pasal 187 KUHAP), karena
merupakan salah satu alat bukti yang sah (alat bukti
Surat), yang dijadikan dasar pemeriksaan di sidang
pengadilan.
Oleh karena itu pengamanan semua bentuk
administrasi penyidikan mutlak perlu, dari kemungkinan
adanya gangguan dari pihak yang bertanggung jawab.
Apabila penyelenggaraan administrasi penyidikan karena
suatu hal hasilnya menjadi tidak benar atau tidak
sesuai dengan ketentuan undang-undang, hal itu akan
menimbulkan kesulitan bagi penyidik bahkan mungkin
dapat berakibat tuntutan hukum bagi penyidik/Polri.
Untuk itu pelaksanaan seluruh kagiatan
penyelenggaraan administrasi penyidikan harus
memperhatikan faktor-faktor keamanan terutama dalam
hal:
1) Aman dalam hal penyelenggaraan/pembuatan
Artinya bahwa dalam penyelenggaraan/pembuatan
administrasi penyidikan baik dalam
persiapan, pelaksanaannya maupun mengakhirinya,
harus benar-benar aman dari kemungkinan adanya
kehilangan atau kerusakan atau perubahan.
Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) jangan membiasakan meninggalkan pekerjaan
dalam penyelenggaraan administrasi
penyidikan yang belum selesai, apalagi
membiarkan kertas tetap tertancap dimesin
ketik. Hal ini sangat rawan sebab tulisan
tersebut dapat dibaca, diketahui, diubah atau
bahkan diambil oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab;
b) apabila membuat berita acara pemeriksaan
jangan lupa mempersilahkan yang diperiksa

PENYIDIKAN
55
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

membubuhkan paraf/tandatangan/cap ibu jari


kanannya pada tiap halaman disudut kanan
bawah setelah membaca isinya, dan tanda
tangan pada halaman terakhir, sebagai
perwujudan bahwa yang diperiksa telah
membaca dan menyetujui isi berita acara
pemeriksaan yang tertulis pada halaman
tersebut.
2) Aman dalam hal penyimpanan
Dalam hal ini baik penyimpanan blangko
formulir, buku register, maupun hasil pelaksanaan
penyelenggaraan administrasi penyidikan yang
berupa surat perintah, berita acara/berita acara
pemeriksaan, berkas perkara dan lain- lain baik
yang perkaranya sudah selesai dan terutama yang
perkaranya belum selesai harus ditempatkan pada
tempat khusus secara rapih, tertib dan aman yang
dilakukan oleh petugas khusus pengelola
administrasi penyidikan.
Sebaiknya hindari penyimpanan administrasi
penyidikan tersebut oleh petugas sendiri
(penyidik/penyidik pembantu yang menangani
perkaranya), karena hal-hal tertentu administrasi
penyidikan tersebut harus diselesaikan, sedangkan
penyidik/penyidik pembantu tidak masuk kantor
karena sesuatu sebab, hal ini akan sangat
mengganggu kelancaran penyelenggaraan
administrasi penyidikan perkara tersebut.
3) Aman dalam hal pendistribusian
Pengiriman dan atau penyerahan administrasi yang
berupa:
a) surat panggilan;
b) surat perintah penangkapan/penahanan;
c) surat permintaan ijin penggeledahan atau
laporan untuk mendapatkan persetujuan
penggeledahan;
d) berita acara penggeledahan;
e) surat permintaan ijin penyitaan atau laporan
untuk mendapatkan persetujuan penyitaan;
f) berita acara penyitaan/tanda terima
penyerahan barang bukti;
g) turunan berita acara/berita acara pemeriksaan;

56 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

h) berkas perkara tanpa atau beserta


tersangka dan barang bukti dan lain-lain;
i) surat penyerahan berkas perkara, tersangka
dan barang bukti.
Semuanya harus dilakukan secara benar dan
aman dengan mempergunakan buku ekspedisi,
sampaikan langsung kepada pihak-pihak atau
pejabat yang berhak sesuai dengan alamat.

Yang menerima harus menandatangani dengan


mencantumkan identitasnya pada buku ekspedisi
(khusus penyerahan berkas perkara dan tersangka
beserta barang buktinya, mintakan stempel).
Apabila terpaksa harus dikirim lewat pos (surat
panggilan), maka harus mintakan stempel pada buku
ekspedisi serta perlu diperhatikan tenggang
waktunya.
e. Azas kesinambungan
Seluruh kegiatan penyelenggaraan administrasi
penyidikan pada dasarnya merupakan suatu proses yang
kesinambungan dan saling behubungan satu dengan
yang lain, baik yang berupa laporan/laporan polisi,
surat/surat perintah, berita acara pemeriksaan, buku
register, buku ekspedisi dan jenis-jenis administrasi
penyidikan.
Sebagai contoh adanya kesinambungan dalam
penyelenggaraan administrasi penyidikan adalah sebagai
berikut:
1) apabila seseorang melapor/mengadu kepada
petugas yang berwenang tetang sesuatu peristiwa
pidana, maka petugas yang bersangkutan mencatat
dalam buku register laporan polisi (register B-1),
kemudian memberikan surat tanda penerimaan
laporan kepada pelapor/pengadu. Berdasarkan
laporan tersebut, ditunjuk petugas penyidik dengan
surat perintah penyidikan untuk melakukan
kegiatan penyidikan yang diperlukan, kemudian
membuat laporan hasil penyelidikan;
2) apabila dari hasil penyelidikan tersebut diyakini
bahwa memang benar telah terjadi suatu tindak
pidana, maka dibuat laporan polisi yang
menyebutkan pasal tindak pidana yang dilanggar,
yang selanjutnyadiguankan dasar hukum langkah-
langkah penyidikan berikutnya, dengan
mempersiapkan kegiatan penyidikan dengan
penunjukan penyidik/penyidik pembantu yang akan

PENYIDIKAN
57
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ditugaskan melakukan kegiatan penyidikan dengan


surat perintah penyidikan;
3) apabila penyidik/penyidik pembantu yang ditunjuk
berdasarkan surat penyidikan diatas, mulai
melakukan tugas penyidikan, maka petugas
penyelenggara administrasi penyidikan menyiapkan
segala kepentingan pendukung penyidik dalam
melakukan kegiatan penindakan/upaya paksa (baik
berupa pemanggilan atau penangkapan atau
penahanan) guna kepentingan pemeriksaan atau
penggeledahan atau penyitaan atau tindakan lain
menurut hukum yang bertanggung jawab, dalam
bentuk surat perintah dan atau berita acaranya
beserta segala aspeknya, semua surat perintah
dicatat dalam buku register sesuai dengan
kegunaannya, yang pada akhirnya seluruhnya
dirangkum dalam buku register kejahatan dan
pelanggaran (Register B-2);
4) apabila setelah dilakukan penyidikan pasal yang
dipersangkakan dalam laporan polisi tidak sesuai
dengan alat bukti yang diperoleh, maka penyidik
segera membuat laporan perkembangan penyidikan
atau resume yang menjelaskan bahwa tindak pidana
yang dilakukan oleh tersangka ternyata berbeda
dengan yang tercantum dalam laporan polisi;
5) kegiatan akhir dari penyelenggaraan penyidikan
adalah penyusunan berkas pekara yang terdiri dari
administrasi penyidikan yang merupakan
kelengkapan berkas perkara dengan urut-urutan
sesuai dengan asas tanggung jawab sebagaimana
telah dijelaskan terdahulu, apabila telah di ya kin i
bahwa berkas perkara tersebut sudah lengkap baik
secara administratif maupun ketentuan hukum yang
berlaku, pada kesempatan pertama segera dikirim
kepada penuntut umum dengan surat pengantar.

4. Jenis-jenis Administrasi Penyidikan


a. Jenis administrasi laporan/pengaduan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a
angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf a, Pasal 11, Pasal 102,
Pasal 103, Pasal 106, Pasal 108 KUHAP dan Pasal 15
ayat (1) huruf a Undang- undang Nomor 2 tahun 2002

58 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka


karena kewajibannya, penyidik/penyidik
pembantu/penyidik harus menyiapkan administrasi
pelaporan yang jenisnya sebagai berikut :
1) laporan polisi/pengaduan (model A, model B dan
model C);
2) surat tanda penerimaan laporan/pengaduan.
b. Administrasi penanganan TKP
Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal
34 ayat (1) huruf d, Pasal 73 ayat (1) huruf i KUHAP dan
Pasal 16 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 2 Tahun
2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik
pembantu harus menyelenggarakan administrasi
penyidikan penanganan TKP yang jenisnya sebagai
berikut:
1) berita acara pemeriksaan di tempat kejadian.
2) berita acara pemasukan rumah.
3) berita acara pemotretan.
4) data pemotretan.
5) berita acara penemuan barang bukti.
6) sket Tempat Kejadian Perkara (TKP).
7) berita acara pengambilan barang bukti.
8) berita acara pengambilan sperma/darah/sidik jari dll.
9) kartu pendapatan sidik jari.
c. Administrasi Pembuatan Surat Perintah Dimulainya
Penyidikan (SPDP)
Dalam hal penyidik mulai melakukan penyidikan harus
segera memberitahukan hal tersebut Kepada Kejari,
sebagaimana diataur dalam Pasal 109 ayat (1) KUHAP,
apabila PPNS yang melakukan Penyidikan segera
memberitahukan hal tersebut kepada penyidik Polri
sebagamana diatur dalam Pasal 107 ayat (2) KUHAP
maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu
harus menyelenggarakan administrasi yang jenisnya
sebagai berikut:
1) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(SPDP);
2) surat perintah penyidikan;
3) surat ketetapan penghentian penyidikan;
4) surat perintah penghentian penyidikan;
5) surat pemberitahuan penghentian penyidikan;
6) surat ketetapan penyidikan lanjutan;
7) surat perintah penyidikan lanjutan;
8) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Lanjutan
(SPDPL).

PENYIDIKAN
59
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Administrasi pembuatan Surat Perintah Penghentian


Penyidikan (SP3)
Apabila dalam pelaksanaan penyidikan ternyata tidak
terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata
bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan
dihentikan demi hukum (karena tersangka meninggal
dunia, nebis in idem, kadaluarsa dan perkara dicabut),
penyidikan harus segera memberitahukan hal tersebut
lepada Kejari, tersangka atau keluarganya
sebagaimana diatur dalam Pasal 109 ayat (2) KUHAP,
apabila PPNS yang melakukan penyidikan segera
memberitahukan hal tersebut kepda penyidik Polri
sebagaimana diatur dalam Pasal 107 ayat (2) KUHAP
dan Pasal 16 ayat (1) huruf h Undang- undang Nomor
2 tahun 2002, maka karena kewajibannya,
penyidik/penyidik pembantu harus menyelenggarakan
administrasi penyidikan yang jenisnya sebagai berikut:
1) surat perintah penyidikan;
2) hasil gelar perkara;
3) surat ketetapan penghentian penyidikan.;
4) surat perintah penghentian penyidikan;
5) surat pemberitahuan penghentian penyidikan;
6) surat ketetapan penyidikan lanjutan;
7) surat perintah penyidikan lanjutan;
8) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
Lanjutan (SPDPL).
e. Administrasi pemanggilan terhadap saksi dan tersangka
Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g,
Pasal 11, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114 KUHAP dan
Pasal 15 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 2
tahun 2002, maka karena kewajibannya,
penyidik/penyidik pembantu harus menyelenggarakan
administrasi yang jenisnya sebagai:
1) surat panggilan;
2) surat panggilan ke-2;
3) surat perintah membawa tersangka/saksi;
4) berita acara membawa tersangka/saksi.
f. Administrasi meminta bantuan dan mendatangkan orang
ahli
Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf h, Pasal
120, Pasal 131, Pasal 132, Pasal 133 KUHAP dan asal
16 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 2 tahun

60 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2002, maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik


pembantu harus menyelenggarakan administrasi
yang jenisnya sebagai berikut:
1) surat permintaan bantuan ahli;
2) surat penunjukkan ahli oleh pejabat atasannya;
3) berita acara pemeriksaan ahli;
4) berita acara sumpah/janji ahli;
5) surat keterangan/berita acara pemeriksaan oleh
ahli/visum et repertum.
g. Administrasi penangkapan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 16,
Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 37 KUHAP dan
Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 2
tahun 2002, maka karena kewajibannya,
penyidik/penyidik pembantu harus menyelenggarakan
administrasi yang jenisnya sebagai berikut:
1) surat perintah tugas;
2) surat perintah penangkapan (dalam rangka
penyelidikan);

3) berita acara penangkapan (dalam rangka


penyelidikan);
4) surat perintah penangkapan (dalam rangka
penyidikan);
5) berita acara (dalam rangka penyidikan);
6) surat perintah penangkapan (terhadap pelaku
pelanggaran yang telah dipanggil secara sah dua
kali tidak datang tanpa alasan yang sah);
7) berita acara penangkapan (terhadap pelaku
pelanggaran yang telah dipanggil 2 kali tapi tidak
hadir tanpa alasan yang patut dan wajar);
8) berita acara penggeledahan badan/pakaian;
9) surat perintah pelepasan tersangka;
10) berita acara pelepasan tersangka;
11) surat perintah membawa dan menghadapkan
tersangka;
12) berita acara membawa dan menghadapkan
tersangka.
h. Administrasi penahanan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d,
Pasal 20, Pasal 21 Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal
29, Pasal 31, Pasal 122, Pasal 123 KUHAP dan Pasal 16
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 2 tahun 2002,
maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik
pembantu arus menyelenggarakan

PENYIDIKAN
61
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

administrasi yang jenisnya sebagai berikut:


1) surat perintah penahanan (1 lembar diserahkan
kepada keluarga tersangka sebagai pemberitahuan
penahanan tersangka);
2) berita acara penahanan;
3) surat permintaan perpanjangan penahanan kepada
kepala Kejaksaan Negeri setempat/Ketua
Pengadilan Negeri;
4) surat perintah perpanjangan penahanan (1 lembar
diserahkan kepada keluarga tersangka sebagai
pemberitahuan penahanan tersangka);
5) berita acara perpanjangan penahanan;
6) surat perintah penangguhan penahanan;
7) berita acara penangguhan penahanan;
8) surat perintah pencabutan penangguhan
penahanan;
9) berita acara pencabutan penangguhan penahanan;
10) surat perintah pemindahan tempat penahanan;
11) berita acara pemindahan tempat penahanan;
12) surat perintah pengalihan jenis penahanan;
13) berita acara pengalihan jenis penahanan;
14) surat perintah pembantaran penahanan;
15) berita acara pembantaran penahanan;
16) surat perintah penahanan lanjutan;
17) berita acara penahanan lanjutan;
18) surat perintah pengeluaran tahanan;
19) berita acara pengeluaran tahanan.
i. Administrasi penggeledahan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 32,
Pasal 33 Pasal 34, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 125,
Pasal 126, Pasal 127 KUHAP dan Pasal 16 ayat (1)
huruf a Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, maka
karena kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus
menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai
berikut:
1) surat permintaan ijin penggeledahan kepada
ketua pengadilan negeri setempat;
2) surat perintah penggeledahan rumah dan tempat
tertutup lainnya;
3) berita acara penggeledahan rumah dan tempat
tertutup lainnya;
4) berita acara memasuki rumah;

62 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) laporan untuk mendapatkan persetujuan atas


penggeledahan;
6) surat perintah penggeledahan alat transportasi;
7) berita acara penggeledahan alat transportasi.
j. Administrasi penyitaan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
angka 1, Pasal 7 ayat (1) huruf d dan e, Pasal 38,
Pasal 39, Pasal 40 Pasal 41, Pasal 42, Pasal 44, Pasal
45, Pasal 46, Pasal 128, Pasal 129, Pasal 30 KUHAP
dan Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 2
tahun 2002, maka karena kewajibannya,
penyidik/penyidik pembantu harus menyelenggarakan
administrasi yang jenisnya sebagai berikut:
1) surat permintaan ijin penyitaan kepada ketua
pengadilan negeri setempat;
2) surat perintah penyitaan;
3) surat tanda penerimaan barang bukti;
4) berita acara penyitaan;
5) laporan untuk mendapatkan persetujuan penyitaan
kepada ketua pengadilan negeri setempat
(terhadap penyitaan yang dilakukan dalam keadaan
mendesak);
6) surat perintah pembungkusan barang bukti;
7) berita acara pembungkusan barang bukti;
8) surat perintah penyegelan barang bukti;
9) berita acara penyegelan barang bukti;
10) surat perintah penitipan barang bukti;
11) berita acara penitipan barang bukti;
12) surat perintah titip rawat barang bukti;
13) berita acara titip rawat barang bukti;
14) surat ketetapan pengembalian barang bukti;
15) surat perintah pengembalian barang bukti;
16) berita acara pengembalian barang bukti;
17) surat permintaan bantuan penelitian benda
sitaan/barang bukti;
18) surat pemberitahuan dan permintaan persetujuan
lelang benda sitaan/barang bukti;
19) permintaan ijin untuk melelang benda sitaan/barang
bukti;
20) surat perintah penyisihan benda sitaan/barang bukti;
21) berita acara penyisihan benda sitaan/barang bukti;
22) surat ketetapan lelang benda sitaan/barang bukti;
23) surat permintaan bantuan lelang benda sitaan/
barang bukti;
24) laporan pelaksanaan lelang benda sitaan/barang
bukti;

PENYIDIKAN
63
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

25) surat perintah lelang benda sitaan/barang bukti;


26) risalah lelang benda sitaan/barang bukti;
27) berita acara penerimaan hasil lelang benda
sitaan/barang bukti;
28) surat ijin pemusnahan/perampasan benda sitaan/
barang bukti (yang berbahaya dan terlarang/dilarang
untuk diedarkan);
29) surat ketetapan pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti (yang berbahaya dan
terlarang/dilarang untuk diedarkan);
30) surat perintah pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti (yang berbahaya dan
terlarang/dilarang untuk diedarkan);
31) berita acara pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti (yang berbahaya dan
terlarang/dilarang untuk diedarkan).
k. Administrasi pemeriksaan surat
Sebagaimana diatur dalam Pasal 47, Pasal 48,
Pasal 49 KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf e
Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus
menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai
berikut:
1) surat permintaan penyerahan surat kepada kepala
kantor pos dan telekomunikasi/kepala jawatan atau
perusahaan komunikasi/pengangkutan lain.
2) surat tanda penerimaan surat.
3) surat perintah pemeriksaan surat.
4) berita acara pemeriksaan surat.
l. Administrasi Penyelesaian Berkas Perkara
Sebagaimana diatur dalam Pasal 110 ayat (1) dan
Pasal 138 KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-
undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus
menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai
berikut:

1) pembuatan/penyusunan resume;
2) sampul berkas perkara;
3) daftar isi berkas perkara;
4) daftar barang bukti;
5) daftar saksi;

64 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6) daftar tersangka;
7) surat pengiriman berkas perkara kepada JPU
atau kejaksaan negeri;
8) surat pengiriman tersangka dan barang bukti
kepada kejaksaan negeri;
9) berita acara penyerahan tanggungjawab
tersangka dan barang bukti.

5. Penggolongan Administrasi Penyidikan


a. Golongan I: kelengkapan isi berkas perkara
Kelengkapan isi berkas perkara sesuai dengan kasus
pidana dan atau kepentingan, baik penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik polri maupun Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS), secara urut dan lengkap adalah
sebagai berikut:
1) sampul berkas perkara;
2) daftar isi berkas perkara;
3) resume;
4) laporan polisi/laporan kejadian;
5) surat perintah penyidikan;
6) berita acara pemeriksaan di tempat kejadian perkara
(TKP) beserta kelengkapannya;
7) berita acara pemeriksaan saksi/ahli;
8) berita acara pengambilan sumpah/janji ahli/saksi;
9) berita acara pemeriksaan tersangka;
10) berita acara penolakan menandatangani berita
acara pemeriksaaan (saksi/ahli/tersangka);
11) surat penunjukan penasehat hukum;
12) berita acara konfrontasi;
13) berita acara rekontruksi;
14) surat pemberitahuan dimulainya penyidikan;
15) surat panggilan.
16) surat perintah membawa tersangka/saksi;
17) berita acara membawa tersangka /saksi;
18) surat permintaan bantuan penangkapan;
19) surat persetujuan/penolakan permintaan bantuan
penangkapan;
20) surat perintah memeriksa saksi/tersangka di
kediaman;
21) surat perintah tugas;
22) surat perintah penangkapan (baik untuk kepentingan
penyelidikan, penyidikan maupun terhadap pelaku
pelanggaran yang dipanggil secara sah dua kali
berturut- turut tidak hadir tanpa alasan yang sah);
23) berita acara penangkapan;

PENYIDIKAN
65
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

24) berita acara penggeledahan badan/pakaian;


25) surat perintah membawa dan menghadapkan
tersangka;
26) berita acara membawa dan menghadapkan
tersangka;
27) surat perintah pelepasan tersangka;
28) berita acara pelepasan tersangka;
29) berita acara penerimaan penyerahan tersangka;
30) surat berita bantuan penahanan;
31) surat persetujuan penolakan permintaan bantuan
penahanan;
32) surat perintah penahanan;
33) berita acara penahanan;
34) surat pemberitahuan penahanan tersangka kepada
keluarganya;
35) surat permintaan perpanjangan penahanan kepada
kepala kejaksaan negeri setempat;
36) surat perintah perpanjangan penahanan;
37) berita acara perpanjangan penahanan;
38) surat pemberitahuan perpanjangan penahanan
tersangka kepada keluarganya;
39) surat permintaan perpanjangan penahanan kepada
ketua pengadilan negeri setempat;
40) surat permohonan penangguhan penahanan;
41) surat perintah penangguhan penahanan;
42) berita acara penangguhan penahanan;
43) surat perintah pencabutan penangguhan
penahanan;
44) berita acara pencabutan penangguhan penahanan;
45) surat perintah pemindahan tempat penahanan;
46) berita acara pemindahan tempat penahanan;
47) surat perintah pengalihan jenis penahanan;
48) berita acara pengalihan jenis penahanan;
49) surat perintah pembantaran penahanan;
50) berita acara perintah pembantaran penahanan;
51) surat perintah penahanan lanjutan;
52) berita acara perintah penahanan lanjutan;
53) surat perintah pengeluaran tahanan;
54) berita acara perintah pengeluaran tahanan;
55) surat permintaan ijin penggeledahan;
56) surat perintah penggeledahan rumah dan tempat
tertutup lainnya;
57) berita acara perintah penggeledahan rumah dan

66 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tempat tertutup lainnya;


58) laporan untuk mendapatkan persetujuan atas
penggeledahan;
59) surat perintah penggeledahan alat transportasi;
60) berita acara penggeledahan alat transportasi;
61) berita acara memasuki rumah;
62) surat permintaan ijin penyitaan;
63) surat perintah penyitaan;
64) tanda penerimaan barang bukti;
65) berita acara penyitaan;
66) laporan untuk mendapatkan persetujuan atas
penyitaan;
67) surat perintah penyegelan barang bukti;
68) berita acara penyegelan barang bukti;
69) berita acara pembungkusan barang bukti;
70) surat perintah penitipan barang bukti;
71) berita acara penitipan barang bukti;
72) surat perintah titip rawat barang bukti;
73) berita acara titip rawat barang bukti;
74) surat ketetapan pengembalian barang bukti;
75) surat perintah pengembalian barang bukti;
76) berita acara pengembalian barang bukti;
77) surat permintaan bantuan penelitian benda
sitaan/barang bukti;
78) surat pemberitahuan dan permintaan persetujuan
lelang;
79) permintaan ijin untuk melelang barang sitaan/barang
bukti;
80) surat ketetapan pelelangan benda sitaan/barang
bukti;
81) surat perintah lelang benda sitaan/barang bukti;
82) berita acara lelang benda sitaan/barang bukti;
83) surat perintah penyisihan benda sitaan/barang bukti;
84) berita acara penyisihan benda sitaan/barang bukti;
85) surat permintaan bantuan pelelangan benda
sitaan/barang bukti;
86) laporan/risalah lelang benda sitaan/barang bukti;
87) berita acara penerimaan hasil lelang benda
sitaan/barang bukti;
88) surat ijin pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti yang berbahaya dan
terlarang/dilarang untuk diedarkan;
89) surat ketetapan pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti;
90) surat perintah pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti yang berbahaya dan
terlarang/dilarang untuk diedarkan;

PENYIDIKAN
67
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

91) berita acara pemusnahan/perampasan benda


sitaan/barang bukti yang berbahaya dan
terlarang/dilarang untuk diedarkan;
92) surat permintaan ijin khusus penyitaan surat kepada
ketua pengadilan negeri;
93) surat permintaan penyerahan surat kepada kepala
kantor pos dan telekomunikasi/kepala jawatan atau
perusahaan komunikasi/pengangkutan lainnya;
94) surat tanda penerimaan surat;
95) surat perintah pemeriksaan surat;
96) berita acara pemeriksaan surat;
97) surat perintah penyitaan surat;
98) berita acara penyitaan surat;
99) surat permintaan pemeriksaan oleh ahli;
100) surat permintaan visum et repertum;
101) surat keterangan/berita acara hasil pemeriksaan
oleh ahli;
102) surat hasil visum et repertum;
103) berita acara tindakan lain-lain dan surat-surat lain
yang perlu dilampirkan dalam berkas perkara;
104) fotocopy dokumen pelanggaran;
105) surat kuasa tersangka/keluarganya kepada
penasehat hukum;
106) surat kuasa tersangka/keluarganya kepada
penasehat hukum;
107) petikan surat keputusan pemindahan terdahulu;
108) surat pemberitahuan penghentian penyidikan;
109) surat ketetapan penghentian penyidikan;
110) daftar barang bukti;
111) daftar saksi;
112) daftar tersangka;
113) catatan: surat/berita acara tersebut diatas yang
tercetak miring tambahan khusus untuk PPNS.
b. Golongan II: administrasi penyidikan yang bukan
merupakan kelengkapan isi berkas perkara
1) register surat panggilan.
2) register surat perintah penangkapan.
3) register surat perintah penahanan.
4) register surat perintah penggeledahan.
5) register surat perintah penyitaan.
6) register surat perintah tugas.
7) register tahanan.
8) register ekspedisi berkas perkara.

68 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

9) register barang bukti.


10) register barang temuan.
11) register pencarian orang dan barang.
12) register permintaan keterangan ahli (visum
et repertum).
13) register penerimaan berkas perkara dari penyidik
pegawai negeri sipil.
14) daftar pencarian orang.
15) daftar pencarian barang.

6. Pejabat/pihak yang Berwenang Menandatangani


Administrasi Penyidikan
Pejabat/pihak yang berwenang menandatangani:
a. Dalam hal pembuatan surat, surat ketetapan, ketetapan
dan surat perintah
Pada prinsipnya dibuat dan ditandatangani oleh
kepala kesatuan kewilayahan (Kasatwil) atau pejabat lain
yang ditunjuk sesuai dengan penugasan dan
kewenangannya.
Untuk pembuatan/penandatanganan surat-surat
perintah khususnya dalam hal penangkapan dan
penahanan dibuat oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Kasatwil, maka surat perintah pelepasan tersangka atau
surat perintah pengeluaran penahanan ditandatangani
oleh pejabat satu tingkat lebih tinggi, dalam hal ini
dimaksudkan merupakan sara control dalam penggunaan
kewenangan upaya paksa.
b. Dalam hal pembuatan berita acara/berita acara
pemeriksaan.
Dibuat dan ditandatangani hanya oleh penyidik/penyidik
pembantu yang melakukan kegiatan dimaksud saja (yang
ditunjuk dalam surat perintah penyidikan serta jangan
sekali-sekali dibuat oleh mereka yang tidak termasuk
dalam surat perintah penyidikan dan tau bersama-sama
dengan petugas lain yang sama sekali tidak melakukan
kesiatan dimaksud) sebagai salah satu
pertanggungjawaban dalam pelaksanaan tugas serta
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan dimaksud (vide
Pasal 75 ayat (20 dan (3) KUHAP).

7. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pelaksanaan


Pembuktian di Sidang Pengadilan
Setiap penulisan pada administrasi penyidikan harus

PENYIDIKAN
69
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

merupakan kebulatan pikiran yang jelas, padat dan


menyakinkan bagi pihak- pihak yang terkait khusunya Jaksa
Penuntut Umum dan hakim yang akan menggelar sidang
perkara tersebut, dalam susunan yang sistematis.
Karena administrasi penyidikan merupakan pertanggung
jawaban kegiatan penyidikan untuk kepentingan peradilan,
yang akan digelar dan diperdebatkan di sidang pengadilan,
harus mampu menyakinkan semua pihak yang terkait dalam
pelaksanaan pembuktian di sidang pengadilan (vide Pasal
183 KUHAP) untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Penggunaan bahasa
1) Bahasa yang digunakan dalam penyelenggaraan
administrasi penyidikan pada prinsipnya
menggunakan Bahasa Indonesia yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh semua pihak.
2) Ejaan yang digunakan adalah ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan (EYD) yang
disahkan dengan keputusan menteri P dan K
nomor: 0196/U/1975 tanggal 27 Agustus 1975.
b. Ketelitian
Yang dimaksud dengan ketelitian disini adalah teliti
dalam penulisan, meliputi:
1) Penulisan isi/materi, antara lain dalam hal:
a) penulisan pasal-pasal;
b) pemenuhan persayaratan formal dan material;
c) penulisan data-data teknis secara lengkap
terhadap barang-barang yang ada kaitannya
dalam perkara pidana;
d) penandatanganan, baik surat maupun berita
acara/berita acara pemeriksaan/resume dll;
e) pembubuhan cap jabatan (untuk surat yang
membutuhkan autentikasi);
f) penulisan waktu/pukul, hari, tanggal, bulan dan
tahun dalam pembuatan surat/surat perintah,
berita acara/berita acara pemeriksaan, dll;
g) pencoretan kata/kalimat yang tidak diperlukan
sesuai petunjuk.

c. Cara pengetikan
Diusahakan penampilan administrasi penyidikan menarik

70 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan selalu menaati kaidah-kaidah penulisan yang benar.


Untuk itu perlu memperhatikan:
1) jarak baris dengan spasi 1,5 spasi.
2) cara pemenggalan kalimat.
3) pembuatan nomor halaman.
4) penggunaan garis putus-putus untuk mengisi bidang
kosong pada pembuatan berita acara/berita acara
pemeriksaan.
5) kertas yang digunakan.
dalam penyelenggaraan administrasi penyidikan
seyogyanya menggunakan kertas folio berwarna
putih.
6) ruang tepi.
demi keserasian dan kerapihan tulisan serta
tersediannya ruang untuk perbaikan (khususnya
pembuatan berita acara/berita acara
pemeriksaan/resume), maka tidak seluruh halaman
kertas dipergunakan untuk penulisan surat/surat
perintah kerja, berita acara/berita acara
pemeriksaan, resume dan lain-lain perlu ditetapkan
ruang tepi atas, bawah, kanan dan kiri.
penentuan jarak ruang tepi dilakukan berdasarkan
perhitungan yang terdapat pada mesin ketik:
a) ruang tepi atas, ditetapkan tiga kait dari tepi
atas kertas;
b) ruang tepi bawah, ditetapkan sekurang-
kurangnya dua kait dari tepi bawah kertas;
tulisan terbawah tiap halaman adalah kata
penyambung;
c) ruang tepi kanan, ditetapkan sekurang-
kurangnya lima ketukan dari tepi kanan kertas;
d) perhatikan kelurusan ujung kalimat dan tata
cara pemenggalan kata;
e) ruang tepi kiri, ditetapkan sekurang-kurangnya
sepuluh ketukan dari tepi kiri kertas.
Khusus dalam pembuatan berita acara/berita
acara pemeriksaan jarak dari tepi kiri kertas
sebaiknya lima belas ketukan atau kurang lebih
seperempat halaman, yang dipersiapkan sebagai
Merge untuk perbaikan tulisan.
d. Mantik dan meyakinkan
1) Mantik berarti bahwa, penuangan dan pemolaan
gagasan dalam tulisan (administrasi penyidikan)
dilakukan menurut urut-urutan yang logis dan
sistimatis.
2) Menyakinkan, berarti bahwa pemakaian kalimat

PENYIDIKAN
71
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

secara efektif penting artinya untuk mampu


menyakinkan pihak-pihak terkait, pengguna
administrasi penyidikan pada tingkat penuntutan
maupun pada pemeriksaan di sidang pengadilan,
yang tidak mengikuti secara lengkap proses
penyidikan tindak pidana.
e. Pembakuan
Setiap pembuatan tulisan (administrasi penyidikan)
harus dibuat dan disusun menurut aturan dan bentuk
yang telah di bakukan, baik merupakan tata cara
pembuatan surat/surat perintah, berita acara/berita
acara pemeriksaan, buku register, daftar, formulir
maupun blanko yang disediakan khusus untuk
mendukung pelaksanaan penyidikan.
f. Perbaikan tulisan
Perbaikan tulisan ini digunakan khusus dalam
pembuatan berita acara dan berita acara pemeriksaan
yang membutuhkan waktu yang cepat dan tepat,
sedangkan kalau perbaikan itu diperbaiki dengan
pengetikan ulang maka akan memakan waktu yang
cukup lama (menghambat jalannya proses penyidikan
tindak pidana) sedangkan situasinya juga sudah
berubah.
Perbaikan tulisan dilakukan apabila terdapat penulisan
yang salah dan atau ada kekurangan kata/kalimat dan
atau ada kelebihan kata/kalimat.
1) Apabila ada ”TULISAN YANG SALAH”, cara
perbaikannya adalah sebagai berikut:
a) coret tulisan yang salah tersebut cukup satu
kali saja (dapat dengan peralatan tulis biasa,
tidak harus dengan mesin ketik);
b) tulisan yang salah jangan dihapus dengan
penghapus atau dengan type ex (corection
pen);
c) paraf ujung kanan dan kiri kata/kalimat yang
telah dicoret oleh pembuat (pemeriksa);
d) beri tanda pada ’marge’ sebaris (pada
baris/kalimat paling atas yang akan diperbaiki)
dengan kata/kalimat yang dicoret, awali
dengan kata ’sah diganti’, dibawahnya ditulis
kata/kalimat perbaikannya yang diberi tanda
petik (”..................”) dan di paraf pada ujung

72 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kanan dan kiri kata/kalimat perbaikan tersebut.


2) Apabila ada ”KELEBIHAN TULISAN”, cara
perbaikannya adalah sebagai berikut:
a) beri tanda huruf V dan paraf pada tempat
seharusnya ada kata/kalimat yang seharusnya
ada;
b) sebaris dengan kalimat yang diberi tanda V
tersebut, pada ’Marge’ diberi tanda huruf V
dengan diawali kata ’SAH DITAMBAH’
dibawahnya ditulis kata/kalimat yang akan
ditambahkan, dengan diberi tanda petik
(”....................”) dan diparaf pada ujung kanan
dan kiri kalimat.

Rangkuman
1. Pengertian administrasi penyidikan
Adalah penata usahaan segala kelengkapan administrasi yang
diperlukan untuk mempertanggung jawabkan seluruh kegiatan

PENYIDIKAN
73
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penyidikan meliputi pencatatan, pelaporan, surat menyurat dan


pendataan, untuk menjamin ketertiban, kelancaran, keamanan
dan keseragaman pelaksanaan administrasi baik untuk
kepentingan peradilan, operasional maupun untuk kepentingan
pengawasan.
2. Azas penyelenggaraan administrasi penyidikan
a. Azas tanggung jawab.
b. Azas kepastian.
c. Azas kecepatan.
d. Azas keamanan.
e. Azas kesinambungan.
3. Jenis administrasi laporan/pengaduan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 1,
Pasal 7 ayat (1) huruf a, Pasal 11, Pasal 102, Pasal 103, Pasal
106, Pasal 108 KUHAP dan Pasal 15 ayat (1) huruf a Undang-
undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, maka karena kewajibannya,
penyidik/penyidik pembantu/penyidik harus menyiapkan
administrasi pelaporan yang jenisnya sebagai berikut :
a. Laporan polisi/pengaduan (model A, model B dan model
C).
b. Surat tanda penerimaan laporan/pengaduan.
4. Administrasi penanganan TKP
Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 34
ayat (1) huruf d, Pasal 73 ayat (1) huruf i KUHAP dan Pasal 16
ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus
menyelenggarakan administrasi penyidikan penanganan TKP
yang jenisnya sebagai berikut:
a. Berita acara pemeriksaan di tempat kejadian.
b. Berita acara pemasukan rumah.
c. Berita acara pemotretan.
d. Data pemotretan.
e. Berita acara penemuan barang bukti.
f. Sket tempat kejadian perkara (TKP).
g. Berita acara pengambilan barang bukti.
h. Berita acara pengambilan sperma/darah/sidik jari dll.
i. Kartu pendapatan sidik jari.

5. Administrasi Pembuatan Surat Perintah Dimulainya


Penyidikan (SPDP)

74 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dalam hal penyidik mulai melakukan penyidikan harus segera


memberitahukan hal tersebut Kepada Kejari, sebagaimana
diataur dalam Pasal 109 ayat (1) KUHAP, apabila PPNS yang
melakukan Penyidikan segera memberitahukan hal tersebut
kepada penyidik Polri sebagamana diatur dalam Pasal 107
ayat (2) KUHAP maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik
pembantu harus menyelenggarakan administrasi yang jenisnya
sebagai berikut:
a. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).
b. Surat perintah penyidikan.
c. Surat ketetapan penghentian penyidikan.
d. Surat perintah penghentian penyidikan.
e. Surat pemberitahuan penghentian penyidikan.
f. Surat ketetapan penyidikan lanjutan.
g. Surat perintah penyidikan lanjutan.
h. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Lanjutan
(SPDPL).
6. Administrasi pembuatan Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3)
Apabila dalam pelaksanaan penyidikan ternyata tidak terdapat
cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan
tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum (karena
tersangka meninggal dunia, nebis in idem, kadaluarsa dan
perkara dicabut), penyidikan harus segera memberitahukan hal
tersebut lepada Kejari, tersangka atau keluarganya
sebagaimana diatur dalam Pasal 109 ayat (2) KUHAP, apabila
PPNS yang melakukan penyidikan segera memberitahukan hal
tersebut kepda penyidik Polri sebagaimana diatur dalam Pasal
107 ayat (2) KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf h Undang-
undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena kewajibannya,
penyidik/penyidik pembantu harus menyelenggarakan
administrasi penyidikan yang jenisnya sebagai berikut:
a. Surat perintah penyidikan.
b. Hasil gelar perkara.
c. Surat ketetapan penghentian penyidikan.
d. Surat perintah penghentian penyidikan.
e. Surat pemberitahuan penghentian penyidikan.
f. Surat ketetapan penyidikan lanjutan.
g. Surat perintah penyidikan lanjutan.
h. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan Lanjutan
(SPDPL).
7. Administrasi pemanggilan terhadap saksi dan tersangka
Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g, Pasal 11,
Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114 KUHAP dan Pasal 15 ayat (1)
huruf a Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus

PENYIDIKAN
75
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai:


a. Surat panggilan.
b. Surat panggilan ke-2.
c. Surat perintah membawa tersangka/saksi.
d. Berita acara membawa tersangka/saksi.
8. Administrasi meminta bantuan dan mendatangkan orang ahli
Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf h, Pasal 120,
Pasal 131, Pasal 132, Pasal 133 KUHAP dan asal 16 ayat (1)
huruf g Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus
menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai
berikut:
a. Surat permintaan bantuan ahli.
b. Surat penunjukkan ahli oleh pejabat atasannya.
c. Berita acara pemeriksaan ahli.
d. Berita acara sumpah/janji ahli.
e. Surat keterangan/berita acara pemeriksaan oleh ahli/visum
et repertum.
9. Administrasi penangkapan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1,
Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 16, Pasal 17, Pasal
18, Pasal 19, Pasal 37 KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus
menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai berikut:
a. Surat perintah tugas.
b. Surat perintah penangkapan (dalam rangka penyelidikan).
c. Berita acara penangkapan (dalam rangka penyelidikan).
d. Surat perintah penangkapan (dalam rangka penyidikan).
e. Berita acara (dalam rangka penyidikan).
f. Surat perintah penangkapan (terhadap pelaku pelanggaran
yang telah dipanggil secara sah dua kali tidak datang tanpa
alasan yang sah).
g. Berita acara penangkapan (terhadap pelaku pelanggaran
yang telah dipanggil 2 kali tapi tidak hadir tanpa alasan yang
patut dan wajar).
h. Berita acara penggeledahan badan/pakaian.
i. Surat perintah pelepasan tersangka.
j. Berita acara pelepasan tersangka.
k. Surat perintah membawa dan menghadapkan tersangka.
l. Berita acara membawa dan menghadapkan tersangka.
10. Administrasi penahanan

76 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 20,


Pasal 21 Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 29, Pasal 31,
Pasal 122, Pasal 123 KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu arus
menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai berikut:
a. Surat perintah penahanan (1 lembar diserahkan kepada
keluarga tersangka sebagai pemberitahuan penahanan
tersangka);
b. Berita acara penahanan;
c. Surat permintaan perpanjangan penahanan kepada kepala
Kejaksaan Negeri setempat/Ketua Pengadilan Negeri;
d. surat perintah perpanjangan penahanan (1 lembar
diserahkan kepada keluarga tersangka sebagai
pemberitahuan penahanan tersangka);
e. Berita acara perpanjangan penahanan;
f. Surat perintah penangguhan penahanan;
g. Berita acara penangguhan penahanan;
h. Surat perintah pencabutan penangguhan penahanan;
i. Berita acara pencabutan penangguhan penahanan;
j. Surat perintah pemindahan tempat penahanan;
k. Berita acara pemindahan tempat penahanan;
l. Surat perintah pengalihan jenis penahanan;
m. Berita acara pengalihan jenis penahanan;
n. Surat perintah pembantaran penahanan;
o. Berita acara pembantaran penahanan;
p. Surat perintah penahanan lanjutan;
q. Berita acara penahanan lanjutan;
r. Surat perintah pengeluaran tahanan;
s. Berita acara pengeluaran tahanan.
11. Administrasi penggeledahan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1,
Pasal 7 ayat (1) huruf d, Pasal 11, Pasal 32, Pasal 33 Pasal 34,
Pasal 36, Pasal 37, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127
KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 2
tahun 2002, maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik
pembantu harus menyelenggarakan administrasi yang jenisnya
sebagai berikut:
a. Surat permintaan ijin penggeledahan kepada ketua
pengadilan negeri setempat.
b. Surat perintah penggeledahan rumah dan tempat tertutup
lainnya.
c. Berita acara penggeledahan rumah dan tempat tertutup
lainnya.
d. Berita acara memasuki rumah.

PENYIDIKAN
77
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e. Laporan untuk mendapatkan persetujuan atas


penggeledahan.
f. Surat perintah penggeledahan alat transportasi.
g. Berita acara penggeledahan alat transportasi.
12. Administrasi penyitaan
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1,
Pasal 7 ayat (1) huruf d dan e, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40
Pasal 41, Pasal 42, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 128,
Pasal 129, Pasal 30 KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, maka karena
kewajibannya, penyidik/penyidik pembantu harus
menyelenggarakan administrasi yang jenisnya sebagai berikut:
a. Surat permintaan ijin penyitaan kepada ketua pengadilan
negeri setempat.
b. Surat perintah penyitaan.
c. Surat tanda penerimaan barang bukti.
d. Berita acara penyitaan.
e. Laporan untuk mendapatkan persetujuan penyitaan kepada
ketua pengadilan negeri setempat (terhadap penyitaan yang
dilakukan dalam keadaan mendesak).
f. Surat perintah pembungkusan barang bukti.
g. Berita acara pembungkusan barang bukti.
h. Surat perintah penyegelan barang bukti.
i. Berita acara penyegelan barang bukti.
j. Surat perintah penitipan barang bukti.
k. Berita acara penitipan barang bukti.
l. Surat perintah titip rawat barang bukti.
m. Berita acara titip rawat barang bukti.
n. Surat ketetapan pengembalian barang bukti.
o. Surat perintah pengembalian barang bukti.
p. Berita acara pengembalian barang bukti.
q. Surat permintaan bantuan penelitian benda sitaan/barang
bukti.
r. Surat pemberitahuan dan permintaan persetujuan lelang
benda sitaan/barang bukti.
s. Permintaan ijin untuk melelang benda sitaan/barang bukti;
t. Surat perintah penyisihan benda sitaan/barang bukti.
u. Berita acara penyisihan benda sitaan/barang bukti.
v. Surat ketetapan lelang benda sitaan/barang bukti.
w. Surat permintaan bantuan lelang benda sitaan/barang bukti;
x. Laporan pelaksanaan lelang benda sitaan/barang bukti.
y. Surat perintah lelang benda sitaan/barang bukti.
z. Risalah lelang benda sitaan/barang bukti.

78 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

aa. Berita acara penerimaan hasil lelang benda


sitaan/barang bukti.
bb. Surat ijin pemusnahan/perampasan benda sitaan/ barang
bukti (yang berbahaya dan terlarang/dilarang untuk
diedarkan).
cc. Surat ketetapan pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti (yang berbahaya dan terlarang/dilarang
untuk diedarkan).
dd. Surat perintah pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti (yang berbahaya dan terlarang/dilarang
untuk diedarkan).
ee. Berita acara pemusnahan/perampasan benda sitaan/barang
bukti (yang berbahaya dan terlarang/dilarang untuk
diedarkan).
13. Administrasi pemeriksaan surat
Sebagaimana diatur dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49
KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf e Undang-undang Nomor
2 tahun 2002, maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik
pembantu harus menyelenggarakan administrasi yang jenisnya
sebagai berikut:
a. Surat permintaan penyerahan surat kepada kepala kantor
pos dan telekomunikasi/kepala jawatan atau perusahaan
komunikasi/pengangkutan lain.
b. Surat tanda penerimaan surat.
c. Surat perintah pemeriksaan surat.
d. Berita acara pemeriksaan surat.
14. Administrasi penyelesaian berkas perkara
Sebagaimana diatur dalam Pasal 110 ayat (1) dan Pasal 138
KUHAP dan Pasal 16 ayat (1) huruf i Undang-undang Nomor 2
tahun 2002, maka karena kewajibannya, penyidik/penyidik
pembantu harus menyelenggarakan administrasi yang jenisnya
sebagai berikut:
a. Pembuatan/penyusunan resume;
b. Sampul berkas perkara;
c. Daftar isi berkas perkara;
d. Daftar barang bukti;
e. Daftar saksi;
f. Daftar tersangka;
g. Surat pengiriman berkas perkara kepada JPU atau
kejaksaan negeri;
h. Surat pengiriman tersangka dan barang bukti kepada
kejaksaan negeri;
i. Berita acara penyerahan tanggungjawab tersangka dan
barang bukti.
15. Pejabat/pihak yang berwenang menandatangani:
a. Dalam hal pembuatan surat, surat ketetapan, ketetapan

PENYIDIKAN
79
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dan surat perintah


Pada prinsipnya dibuat dan ditandatangani oleh
kepala kesatuan kewilayahan (Kasatwil) atau pejabat lain
yang ditunjuk sesuai dengan penugasan dan
kewenangannya.
b. Dalam hal pembuatan berita acara/berita acara
pemeriksaan
Dibuat dan ditandatangani hanya oleh
penyidik/penyidik pembantu yang melakukan kegiatan
dimaksud saja (yang ditunjuk dalam surat perintah
penyidikan serta jangan sekali-sekali dibuat oleh mereka
yang tidak termasuk dalam surat perintah penyidikan dan
tau bersama-sama dengan petugas lain yang sama sekali
tidak melakukan kesiatan dimaksud) sebagai salah satu
pertanggungjawaban dalam pelaksanaan tugas serta semua
pihak yang terlibat dalam kegiatan dimaksud (vide Pasal 75
ayat (20 dan (3) KUHAP).
16. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pembuktian di sidang pengadilan
a. Penggunaan bahasa.
b. Ketelitian.
c. Cara pengetikan.
d. Mantik dan meyakinkan.
e. Pembakuan.
f. Perbaikan tulisan.

Latihan
1. Jelaskan pengertian administrasi penyidikan!
2. Jelaskan dasar hukum pembuatan administrasi penyidikan!
3. Jelaskan azas penyelenggaraan administrasi penyidikan!
4. Jelaskan jenis-jenis administrasi penyidikan!
5. Jelaskan penggolongan administrasi penyidikan!
6. Jelaskan pejabat/pihak yang berwenang menandatangani
administrasi penyidikan!
7. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pembuktian di sidang pengadilan!

80 PENYIDIKAN
DIKBANGSPES BINTARA DASAR FT. RESKRIM
19
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA


DIKBANGSPES PERWIRA PERTAMA DASAR FUNGSI TEKNIS RESKRIM

Anda mungkin juga menyukai