DAERAH SAMARINDA
RESOR SAMARINDA ULU
I. PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Penyidikan tindak pidana sebagai salah satu tahap dari penegakan hukum harus
dilakukan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Merupakan sarana pengawasan dan pengendalian, gelar perkara mempunyai fungsi
untuk kepentingan pertanggung jawaban managemen bagi Kepala Kesatuan di satu
sisi dan kepentingan pertanggungjawaban teknis / taktis serta juridis bagi atasan
Penyidik dan Penyidik Pembantu.
c. Penyidikan mengalami hambatan dalam proses penyidikan maka dilakukan gelar
perkara untuk membedah perkara guna menentukan langkah-langkah penyidikan
selanjutnya.
2. Dasar.
a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Perkap No. 12 Tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara
Pidana Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam Gelar Perkara meliputi Persyaratan-persyaratan dalam Gelar Perkara,
Jenis perkara, Pejabat yang berwewenang menyelenggarakan gelar, Peserta gelar,
Pelaksanaan gelar dan laporan setelah gelar.
1
5. Pengertian Gelar Perkara
Gelar Perkara adalah upaya Penyidik/Penyidik Pembantu berupa bedah perkara dan tindakan
Penyidik/Penyidik Pembantu dalam rangka percepatan penyelesaian proses penyidikan.
II. PERSYARATAN
1. Jenis Perkara.
Jenis perkara yang digelar adalah :
c. Komplain masyarakat
Adanya Komplain masyarakat terhadap tindakan Penyidik / Penyidik Pembantu yang
menangani perkara dan kuat dugaan terjadi penyimpangan teknis / taktis dan atau
kekeliruan penerapan pasal Undang-undang dalam penyidikan.
d. Putusan Pengadilan
Adanya Putusan Pengadilan yang menyatakan tindakan penyidik / Penyidik Pembantu
tidak syah.
2
2. Penggelar
a. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara.
b. Atasan Penyidik/Penyidik Pembantu.
c. Kepala Kesatuan yang sekarang secara Struktural membawahi Penyidik / Penyidik
Pembantu.
3. Peserta Gelar Perkara.
Peserta gelar yang berhak menghadiri Gelar Perkara disesuaikan dengan kepentingan dan
kebutuhan.
a. Polri (Intern).
1) Kepala Kesatuan atau pejabat yang mewakili/ditunjuk.
2) Atasan Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara bertindak selaku
pimpinan Gelar Perkara.
3) Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara sebagai pemapar.
4) Irwasda
5) Propam
6) Bidkum
7) Notulen yang bertugas mencatat semua kegiatan dan tanya jawab Gelar Perkara. b.
Instansi di luar Polri (Ekstern).
1) Pimpinan dan pejabat-pejabat tertentu dalam rangka Criminal Justice System (CJS).
2) Pejabat-pejabat tertentu lainnya yang ada hubungannya dengan pemeliharaan
keamanan.
Peserta Gelar Perkara harus terpilih dan dapat dipercaya tidak mempunyai hubungan
kepentingan dengan pihak-pihak yang terlibat di dalam perkara.
4. Pimpinan dan Penanggung jawab.
Penyelenggaraan Gelar Perkara dipimpin oleh Kepala Kesatuan, sedang tanggung jawab
penyelenggaraan Gelar Perkara secara fungsional berada pada Kasat Resnarkoba /Pawasdik.
1. Sebelum pelaksanaan.
a. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara menyusun dan mengajukan
rencana gelar perkara kepada yang bertugas mengatur Gelar Perkara (Pawasdik).
b. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara menyiapkan bahan/materi
paparan Gelar Perkara.
c. 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan, para Peserta telah menerima undangan Gelar
Perkara.
d. Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara menentukan Notulen yang
bertugas mencatat lengkap semua kegiatan Gelar Perkara.
2. Saat pelaksanaan.
a. Pembukaan.
b. Paparan Penyidik/Penyidik Pembantu yang menangani perkara.
3
c. Pembahasan / Diskusi.
d. Kesimpulan dan Penutup.
Gelar perkara yang diminta oleh Satuan lain (Mabes Polri, Polda, Propam, Binkum dan
Irwasda)pelaksanaannya atas permintaan secara tertulis dan harus didampingi oleh Atasan
Penyidik atau Pawasdik.
IV. PENUTUP
Demikian Standar Operasional Prosedur ( Sop ) ini dibuat sebagai pedoman dan panduan bagi
penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan penyidikan
TTD
Yanuar Anas
SISWA / 2329031057