Anda di halaman 1dari 7

KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR

RESOR ROTE NDAO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)

Ba’a, Januari 2021


2
KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR
RESOR ROTE NDAO

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR


NOMOR : SOP / / I / 2021 / SAT SABHARA

TENTANG

TIPIRING

I. PENDAHULUAN

1. Umum

a. Bahwa setiap tindak pidana yang terjadi di berbagai wilayah hukum NKRI harus ditangani secara
konsisten dan konsekuen termasuk tindak pidana ringan guna menjamin adanya kepatuhan dan
ketaatan hukum;

b. Fungsi Sabhara merupakan bagian integral dari penegakan hukum khususnya penegakan hukum
terbatas terhadap perkara tindak pidana ringan yang ada di wilayahnya;

c. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Tipiring diperlukan adanya Standard Operasional


Prosedur yang dapat digunakan sebagai landasan dan acuan para petugas di lapangan.

2. Dasar

a. Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. Undang-Undang No.8 tahun 1981 tentang KUHAP;

c. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP / 1529 / XI / 2000, tanggal 30 Nopember 2000 tentang
Bujuklak kegiatan rutin Polri;

d. Peraturan Kababinkam Polri Nomor : Perkababninkam / 13 / XII / 2009, tanggal 31 Desember


2009 tentang TIPIRING;

e. Peraturan Kapolri Nomor : Perkap / 23 / X / 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian Resort.

f. Peraturan Kabaharkam Polri Nomor 06 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011 tentang
Penanganan Tindak Pidana Ringan (Tipiring);

g. Standar Operasional Prosedur yang mengacu pada Perkabaharkam Polri nomor 11 tahun 2016
tentang penyusunan Standar Operasional Prosedur dilingkungan Polri.
h. Rencana .......
3

h. Rencana Kerja Sat Sabhara Polres Rote Ndao T.A. 2021.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud
Maksud dibuatnya naskah Standard Operasional Prosedur ini adalah agar dapat dipakai sebagai
landasan / acuan / dan pedoman para petugas penanganan Tipiring.

b. Tujuan
Agar menjamin adanya kepatuhan dan ketaatan hukum warga masyarakat serta menyamakan
persamaan persepsi dan cara bertindak sehingga pelaksanaan penanganan Tindak Pidana
Ringan berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan yang diharapkan.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup naskah Standard Operasional Prosedur penanganan tindak pidana ringan terbatas pada
penegakan hukum yang dilakukan oleh Satuan Sabhara mulai tingkat Polsek, Polres dan Polda

5. Pengertian - Pengertian

a. Tindak Pidana Ringan yang selanjutnya disingkat Tipiring adalah perkara yang diancam dengan
pidana penjara atau kurungan paling lama 3 bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya tujuh
ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali pelanggaran lalu lintas;

b. Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik
terhadap tersangka dan atas kuasa penuntut umum dalam waktu tiga hari menyerahkan hasil
pemeriksaan, tersangka, barang bukti dan saksi ke sidang pengadilan;

c. Acara Pemeriksaan Cepat Tindak Pidana Ringan adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
penyidik terhadap tersangka dan atas kuasa penuntut umum dalam waktu tiga hari menyerahkan
hasil pemeriksaan, tersangka, barang bukti dan saksi ke sidang pengadilan.

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

6. Tahap Persiapan

a. Menyusun rencana kegiatan;

b. Menyiapkan kelengkapan administrasi penugasan;

c. Melakukan koordinasi dengan Kejaksaan, Pengadilan dan Pemda setempat;

d. Sebelum pelaksanaan penanganan penegakkan hukum terbatas terhadap perkara Tipiring, Kepala
Satuan melaksanakan Acara Pimpinan Pasukan (APP) kepada seluruh anggota yang terlibat
dengan menyampaikan :

1) gambaran .......
4

1) gambaran situasi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan


penegakkan hukum terbatas;

2) gambaran situasi objek yang menjadi sasaran;

3) rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas;

4) larangan petugas, seperti :


a) melakukan tindakan kekerasan, penganiayaan, mengeluarkan kata-kata kasar/kotor,
ancaman, penghinaan terhadap tersangka/pelaku;
b) melakukan tindakan pelecehan dalam bentuk apapun terhadap tersangka/pelaku;
c) tindakan lain yang dapat membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda.

5) kewajiban petugas, seperti :


a) menghormati harkat dan martabat setiap warga negara;
b) memperlakukan secara manusiawi setiap warga negara;
c) memegang teguh asas praduga tak bersalah.

7. Tahap Pelaksanaan

a. Dalam hal tertangkap tangan, cara bertindak terhadap penanganan pelanggaran Tipiring adalah:
1) melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran yang terjadi;
2) membawa tersangka dan barang bukti ke markas satuan;
3) melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi;
4) melakukan penyitaan barang bukti; dan
5) atas kuasa penuntut umum menghadapkan tersangka beserta barang bukti ke sidang
pengadilan.

b. Dalam hal kegiatan rutin kepolisian, cara bertindak terhadap penanganan pelanggaran Tipiring
adalah:
1) mendatangi secara serentak tempat terjadinya pelanggaran;
2) melakukan pemeriksaan ada atau tidaknya pelanggaran yang terjadi;
3) membawa tersangka dan barang bukti ke markas satuan;
4) melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi;
5) melakukan penyitaan barang bukti; dan
6) atas kuasa penuntut umum menghadapkan tersangka beserta barang bukti ke sidang
pengadilan;

c. Dalam .......
5

c. Dalam hal kegiatan gabungan, cara bertindak terhadap penanganan pelanggaran Tipiring adalah:
1) menentukan sasaran yang dijadikan target kegiatan;
2) melakukan pembagian tugas;
3) mendatangi secara serentak tempat terjadinya pelanggaran;
4) melakukan pemeriksaan ada atau tidaknya pelanggaran yang terjadi;
5) membawa tersangka dan barang bukti ke markas satuan;
6) melakukan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi;
7) melakukan penyitaan barang bukti; dan
8) atas kuasa penuntut umum menghadapkan tersangka beserta barang bukti ke sidang
pengadilan atau sidang di tempat;

8. Tahap Pengakhiran

a. Konsolidasi dilakukan oleh satuan dalam rangka mengakhiri kegiatan penegakan hukum terbatas
dengan melakukan pengecekan kekuatan personel, perlengkapan dan hasil yang telah dicapai
yang dilaksanakan oleh kepala satuan.

b. Setelah selesai melaksanakan tugas penanganan Tipiring, seluruh satuan kembali ke markas
satuan masing-masing dengan tertib.

9. ketentuan lain-lain

a. Dukungan anggaran penugasan Tipiring menggunakan anggaran sesuai DIPA Satker;

b. Yang berwenang melakukan penyidikan Tipiring adalah anggota Sabhara dan/atau Penyidik
Pegawai Negeri Sipil yang telah memiliki Surat Keputusan Penyidik/Penyidik Pembantu;

c. Pasal-Pasal yang merupakan pelanggaran Tipiring, tercantum dalam lampiran yang tidak
terpisahkan dari SOP ini;

d. Administasi penyidikan perkara Tipiring tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari
SOP ini;

e. Ketentuan lain yang berkaitan dengan Standard Operasional Prosedur Tipiring ini sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan, dapat digunakan sebagai rujukan agar lebih memantapkan
pelaksanaan tugas kedepan;

f. Untuk mendapatkan nilai aplikatif yang optimal tidak menutup kemungkinan Kasatwil
menjabarkan dalam bentuk “Urut-urutan Tindakan” sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah
masing-masing;

g. Standard Operasional Prosedur Tipiring ini berlaku 1 (satu) tahun untuk pelaksanaan uji coba dan
penyempurnaan.

III. PENUTUP .......


6

III. PENUTUP

Demikian Standar Operasional Prosedur (SOP) Tipiring ini dibuat agar dapat dipergunakan dan
dipedomani bagi setiap anggota Polri yang ditugaskan dalam pelaksanaan Tipiring.

Dikeluarkan di : Ba’a
Pada tanggal : Januari 2021
KEPALA SATUAN SABHARA POLRES ROTE NDAO

YOHANES SURI, SH.


INSPEKTUR POLISI SATU NRP 77050809

Disahkan : Ba’a
Pada Tanggal : Januari 2021
KEPALA KEPOLISIAN RESOR ROTE NDAO

FELLI HERMANTO, S.I.K., M.Si


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 77061135
7

Anda mungkin juga menyukai