Anda di halaman 1dari 10

1

BAB II
PROSES GELAR PERKARA OLEH BAGIAN ANALISIS DITRESKRIM
POLDA JABAR

A. Struktur Organisasi, Peran dan Fungsi Bagian Analisis Polda Jabar

1. Peran dan fungsi bagian analisis di Polda Jabar.


Berdasarkan Kep. Kapolda No. Pol. : Kep/7/1/20005 Tgl 31 Jan 2005
tentang perunbahan atas Kep/54/X/2002 Tgl 17 Okt 2002 tentang OTK di Polda.
Bagian analisis (Bag. Analisis) adalah unsur pembantu pimpinan dan staf yang
bertugas melakukan analisis dan gelar perkara setiap kasus dan isu-isu yang
berkaitan dengan rangkaian kasus-kasus menonjol beserta penanganannya dan
mempelajari/mengkaji efektivitas palaksanaan tugas lidik/sidik TP oleh satuan-
satuan fungasi reskrim dalam lingkungan Polda, termasuk penghimpunan dan
pemeliharaan Bp yang telah selesai diproses dan bahan literatur yang terkait.
Bagian Analis dipimpin Kepala bagian analis, yang bertanggung-jawab
kepada Dirreskrim/Dirnarkoba dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah
kendali dari Wadirreskrim.
Kepala bagian analis dibantu 2 Kasubbag, yaitu:
a. Kasubbag Produk
b. Kasubbag Doklit
Tugas Bagian Analis, diantaranya:
a. Analisis
b. Gelar perkara
c. Mengkaji/pelajari lidik/sidik TP
d. Menghimpun dan memelihara BP
2

B. Pelaksanaan Gelar Perkara


1. Dasar pelaksanaan gelar perkara, yaitu:
a. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
b. Petunjuk Pelaksanaan No. Pol. : Juklak/5/IV/1984/Ditserse,
tanggal 1 April 1984 tentang Pelaksanaan Gelar Perkara.
c. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/1205/IX/2000 tanggal 11
September 2000 tentang Himpunan Juklak dan Juknis proses penyidikan
tindak pidana.
d. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/53/X/2002 tanggal 17 Oktober
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Bareskrim Polri.
e. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/53/X/2002 tanggal 17 Oktober
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Bareskrim Polda.
f. Undang-undang No. 2 Tahun 2003 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

2. Pengetian dan Tujuan Gelar Perkara.


a. Pengertian
Gelar perkara adalah suatu upaya berupa kegiatan penggelaran proses
perkara yang dilakukan oleh Penyidik dalam rangka menangani tindak
pidana tertentu secara tuntas sebelum diajukan kepada Penuntut Umum.
b. Tujuan Gelar Perkara
1) untuk mencegah terjadinya pra peradilan.
2) Untuk memantapkan penetapan unsur-unsur pasal yang
dituduhkan.
3) Sebagai wadah komunikasi antar penegak hukum.
4) Untuk mencapai efisiensi dan penuntasan dalam penanganan
perkara.
Dalam pengertian dan tujuan tersebut diharapkan inisiatif galar perkara
pada Penyidik yang menangani kasus yang didasarkan pada pertimbangan :
a. Adanya kendala atau hambatan dalam melaksanakan proses
penyidikan.
3

b. Adanya komplain masyarakat yang sesuai pertimbangan perlu


dilaksanakan galar perkara.
c. Atas petunjuk atau perintah pimpinan karena adanya sesuatu hal,
sehingga kasus tersebut perlu digelar.

3. Penyelenggaraan Gelar Perkara


a. Tingkat Bareskrim : Roanalis/Dit
b. Tingkat Polda : Bagian Analis
c. Tingkat Polwil/tabes : Bag/Sat
d. Tingkat Polres/ta : Sat/KBO
e. Tingkat Polsek: Unit

4. Jenis Perkara yang digelar


a. Pada prinsipnya semua jenis kasus atau perkara (sesuai penilaian
penyidik) dan khusus jenis-jenis kasus yang ditetapkan sebagai Crime
Indek oleh masing-masing wilayah.
b. Kasus-kasus menonjol, dengan kriteria menonjol dari aspek :
1) Pelapor atau Terlapor/Tersangka (pejabat negara/pejabat lainnya)
2) Korban
3) Kerugian
4) Dampak yang luas
5) Atensi Pimpinan

5. Pimpinan Gelar
a. Tingkat Bareskrim : Kaba/Wakaba/Dir/Karo
b. Tingkat Polda : Kapolda/Waka/Dir/Wadir/Kasat
c. Tingkat Polwil/tabes : Kapolwil/Waka/Kabag/Kasat
d. Tingkat Polres/ta : Kapolres/Waka/Kasat/KBO
e. Tingkat Polsek: Kapolsek/Waka/Kaunit
(disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan gelar perkara).
4

6. Peserta Gelar
Peserta gelar disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan gelar
perkara. Bila dipandang perlu dapat pula gelar perkara diikuti peserta :
a. Pejabat Utama Satwil.
b. Pakar/ahli bidang tertentu.
c. Unsur CJS.
d. Instansi/Departemen yang ada kaitannya dengan kasus/perkara
yang digelar.
e. Pelapor/terlapor dan pengacara, bila dianggap perlu.

7. Tahapan/pelaksanaan Gelar Perkara


a. Sebelum proses penyidikan :
Untuk menentukan hasil penyelidikan apakah dapat ditingkatkan menjadi
penyidikan, dan untuk menentukan apakah peristiwa tersebut merupakan
suatu tindak pidana atau (pidana)
b. Selama dalam proses penyidikan :
1) Bila dalam proses penyidikan ada perkembangan-perkembangan
yang menonjol/penting (kendala/hambatan).
2) Bila terjadi permasalahan/perbedaan persepsi petunjuk JPU dengan
penyidik yang masih diperlukan penyamaan pemahaman tentang
sesuatu masalah antara JPU dengan penyidik.
c. Sebelum mengakhiri proses penyidikan :
1) Sebelum pemberkasan. Hal ini untuk lebih meyakinkan penyidik
bahwa proses penyidikan benar-benar sempurna dan optimal.
2) Sebelum menghentikan penyidikan. Hal ini untuk lebih akuntabel dan
transparan bahwa penghentian penyidikan sudah memenuhi
persyaratan yuridis dan sudah sesuai prosedur.
d. Adanya hal-hal penting.
5

Yang menurut pertimbangan bahwa perkara tersebut perlu digelar


walaupun berkas perkara sudah dianggap tutas/selesai (tahap II). Seperti
bila terjadi putusan bebas atau ternyata dalam kasus tersebut penyidik
salah menentukan sebagai tersangka dan setelah proses peradilan selesai
ternyata ditemukan tersangka yang sebenarnya (kasus Res Bekasi)

8. Mekanisme Gelar Perkara :


a.Sebelum melaksanakan gelar perkara penyidik harus membuat rencana
gelar perkara yang meliputi :
a. Nomor dan tanggal Laporan Polisi
b. Uraian kasus posisi
c. Identitas tersangka dan saksi/korban
d. Pimpinan dan peserta gelar perkara
e. Penyidik yang memaparkan
f. Resume, tempat, tanggal dan jam pelaksanaan gelar
perkara
b. Rencana gelar perkara tersebut disampaikan kepada fungsi analis
c.Fungsi analis menyusun jadwal gelar perkara yang terntunya
dikoordinasi dengan penyidik khususnya yang berkaitan dengan penentuan
waktu dan tempat gelar perkara serta peserta gelar perkara yang harus
hadir dan mungkin diperlukan pakar/ahli bidang-bidang tertentu yang ada
kaitannya dengan kasus yang digelar.
d. Setelah jadwal dikoordinasikan dengan penyidik dan disepakati maka
gelar perkara dapat dilaksanakan.
e.Penyidik melaksanakan paparan pada gelar perkara.
f. Akhir pelaksanaan gelar perkara harus menghasilkan suatu kesimpulan
tentang proses penanganan perkara yang sudah dilaksanakan dan proses
penanganan yang akan dilakukan serta bagaimana tindak lanjut kasus
tersebut.
g. Hasil gelar perkara dapat dijadikan bahan laporan (7a) dan bahan
analisa/kajian (7b).
6

h. Penyidik membuat laporan hasil gelar perkara dan laporan tersebut


disampaikan pada pimpinan.
i. Fungsi analis menganalisis, mempelajari dan mengkaji kasus posisi dan
penanganannya dari bahan hasil gelar perkara.
j. Dari analis hasil gelar perkara tersebut fungsi analisis memberikan
rekomendasi kepada pimpinan yang meliputi antara lain :
1) Penerapan pasal-pasal atau Undang-undang.
2) Sudah benar atau tidaknya penanganan kasus oleh penyidik.
3) Berkaitan dengan alat bukti dan pembuktian serta unsur-unsur
pasal.
4) Tindak lanjut penanganan kasus.
k. Fungsi analisis menyampaikan rekomendasi/saran/pendapat tersebut
kepada pimpinan

9. Pemaparan dan materi paparan dalam gelar perkara

a. Pemaparan
Pemapar dalam gelar perkara pada prinsipnya disampaikan oleh penyidik
yang bertanggung-jawab dan menguasai perkara/kasus yang sedang
ditangani.
b. Materi paparan
Pada prinsipnya materi yang dipaparkan singkat, jelas dan merupakan
fakta-fakta hukum yang ada hubungannya dengan peristiwa/kasus yang
terjadi antara lain :
1) Histori/riwayat suatu obyek perkara tertentu dapat
berupa Perusahaan/PT, tanah dan sebagainya.
2) Kasus posisi dan dugaan Undang-undang/pasal
yang dipersangkakan.
3) Lidik/sidik yang telah dilakukan :
a) Keterangan para saksi (fakta hukum).
7

b) Keterangan para tersangka/terlapor (pokok-pokok


fakta hukum).
c) Intisari keterangan ahli.
d) Barang bukti yang telah disita.
e) Hasil pemeriksaan secara ilmiah (Labfor).
f) Pengetrapan pasal dan fakta-fakta hukum yang
mendukung.
g) Tersangka ditahan/tidak ditahan atau ditangguhkan
(dengan alasan pertimbangan penyidik).
4) Kendala dan hambatan (bila ada).
5) Lidik/sidik yang akan dilakukan.
6) Kesimpulan proses lidik/sidik yang telah dilakukan.
7) Saran/rekomendasi. Hal ini bila penyidik ada
hubungan dengan Satuan/Instansi lain.

10. Laporan hasil gelar perkara


Laporan hasil gelar perkara dibuat oleh Sekretaris gelar perkara/Notulen
yang telah ditunjuk, dengan format sebagai berikut :
a. Judul : Laporan Hasil Gelar Perkara Kasus/ Tindak
Pidana…………. Ditandatangani……………
b. Dasar : Laporan Polisi (surat komplain dan sebagainya).
c. Pelaksanaan :
1) Pinpinan gelar.
2) Peserta gelar.
3) Pemapar.
4) Waktu dan tempat.
5) Meteri paparan (sesuai meteri paparan yang
sudah disiapkan pemapar).
6) Tanggapan peserta gelar.
d. Permasalahan/hambatan.
e. Saran/rekomendasi (bila diperlukan).
8

f. Kesimpulan hasil gelar.


g. Penutup.

C. Pelaksanaan Kerja Praktek


Didalam melaksanakan kerja praktek ini, tentu ada waktu persiapan
supaya dalam pelaksanaan kerja praktek dapat berjalan dengan lancar. Adapun
waktu dari kerja praktek ini terbagi dalam beberapa fase, yaitu:
. Fase persiapan.
Dalam waktu persiapan kerja praktek, penyusun mempunyai waktu sekitar
satu bulan sebelum pelaksanaan untuk menentukan instansi mana yang akan
ditempati. Dalam fase ini penyusun mengalami kendala karena pada awalnya
penyusun mengajukan permohonan kerja praktek di PT. TOMENBO
INDONESIA, alasannya karena penyusun ingin mengetahui lebih banyak
mengenai masalah ketenagakerjaan khusunya mengenai sistem pengupahan. Pada
awalnya pihak perusahaan dapat menerima penyusun untuk melakukan kerja
praktek di perusahaan tersebut tetapi selain perusahaan tersebut tidak memiliki
kantor khusus di bagian hukum (legal office), syarat untuk kerja praktek di tempat
tersebut harus penuh layaknya pegawai perusahaan dimana kerja seminggu penuh
dari senin sampai dengan jum’at dari pukul 08.00 sampai dengan 15.00 WIB.
Sedangkan penyusun sendiri masih harus menyelesaikan mata kuliah yang
lainnya. Akhirnya penyusun tidak jadi kerja praktek di tempat tersebut dan
selanjtnya penyusun mengajukan kembali permohonan kerja praktek di instansi
lain yaitu Kepolisian Daerah Jawa Barat (POLDA JABAR). Kemudian penyusun
diterima oleh pihak polda jabar dan ditempatkan di Direktorat Reserse Kriminal
bagian Analisis.
. Fase Pelaksanaan.
Kerja praktek yang dilaksanakan penyusun dimulai dari tanggal 16
Oktober 2006 sampai dengan tanggal 4 Desember 2006. jadwal kerja praktek
yang dilaksanakan penyusun disesuaikan dengan jadwal perkuliahan penyusun.
Dan jumlah jam yang telah di penuhi oleh penyusun adalah minimal 80 (delapan
9

puluh) jam sesuai dengan yang harus dipenuhi dalam kerja praktek di Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia.
. Fase Penyusunan Laporan.
Setelah pelaksanaan kerja praktek selesai karena telah memenuhi syarat
yaitu minimal 80 jam, maka penyusun melakuan penyusunan laporan kerja
praktek yang dimulai dari tanggal 10 Desember 2006 sampai dengan tanggal 6
februari 2007.

D. Keadaan Umum Tempat Kerja Praktek


Intansi yang ditempati penyusun unutk kerja praktek ini bertempat di
MAPOLDA JABAR di Jalan Soekarno-Hatta No. 784 Bandung 40613. Penyusun
khususnya ditempatkan di bagian Analisis dibawah Direktorat Reserse Kriminal
yang mempunyai banyak pekerjaan yang harus dilakukan setiap harinya, terutama
mengadakan gelar perkara.

E. Kegiatan Kerja Praktek


Selama menjalani kerja praktek di bagian Analisis dibawah Direktorat
Reserse Kriminal Polda Jabar, penyusun diberikan pekerjaan umum sesuai dengan
tugas, peran dan fungsi bagian Analisis Direktorat Reserse Kriminal Polda Jabar.
Salah satu tugas dari bagian Analisis Direktorat Reserse Kriminal Polda Jabar
adalah melakukan gelar perkara.
Selain itu, selama melaksanakan kerja praktek, penyusun diberikan
pekerjaan yaitu :
1. Mencatat jumlah tahanan beserta pasal yang dilanggarnya dan data lain yang
ada di ruang tahanan Polda Jabar.
2. Mencatat surat yang masuk dan surat yang keluar.
3. Memberi penomoran terhadap administrasi penyidikan (Mindik).
4. Membuat undangan gelar perkara.
5. Membuat materi gelar perkara.
10

6. Membuat Laporan gelar perkara.


7. Membuat keliping mengenai kasus-kasus yang menonjol yang bersumber
dari surat kabar.
8. Membuat tabel kasus-kasus yang menonjol.

Anda mungkin juga menyukai