Anda di halaman 1dari 46

Modul

Deteksi Dini Gangguan


Keamanan dan ketertiban

Penulis:
MITRO SUBROTO
IMAN SANTOSO

PUSAT PENGEMBANGAN DIKLAT TEKNIS DAN


KEPEMIMPINAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
HUKUM DAN HAM
2019

1
Hak Cipta © Pada : BPSDM Hukum dan HAM
Edisi Tahun 2019

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia


Republik Indonesia

Jl. HR. Rasuna Said kav 6-7 Kuningan,


Jakarta Selatan,

DKI Jakarta, Indonesia-12940

Deteksi Dini Gangguan Keamanan dan


ketertiban

Jakarta – BPSDM-2019
… hlm: 15 x 21 cm

ISBN: xxx – xxxx – xx – x

2
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan karunia-Nya modul Pelatihan Petugas
Pengamanan Tingkat Lanjutan berjudul “Pengenalan Deteksi
Dini Gangguan Keamanan dan Ketertiban” telah terselesaikan.
Modul ini disusun untuk membekali para peserta pelatihan dan
pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas
dan fungsi pemasyarakatan.
Modul “Pengenalan Deteksi Dini Gangguan Keamanan
dan Ketertiban” merupakan strategi pendokumentasian
pengetahuan tacit yang menjadi bagian dari aset intelektual
organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber–
sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus
dipindahtempatkan atau direplikasi guna meningkatkan kinerja
individu maupun organisasi. Keberadaan modul “Pengenalan
Deteksi Dini Gangguan Keamanan dan Ketertiban” dapat
mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan materi
pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam
konteks pengembangan kompetensi yang terintegrasi
(Corporate University) dengan pengembangan karir.
Modul “Pengenalan Deteksi Dini Gangguan Keamanan
dan Ketertiban” pada artinya dapat menjadi sumber belajar
guna memenuhi hak dan kewajiban pengembangan
kompetensi paling sedikit 20 Jam Pelajaran (JP) dalam 1
tahun bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi
amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).
Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian
modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna
meningkatkan kualitas pelatihan ini. Semoga modul ini dapat
memberikan kontribusi positif bagi para pembacanya dan para
pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Selamat Membaca. Salam Pembelajar.

Depok, 13 Oktober 2020


Kepala Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Dr. Asep Kurnia


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa, karena atas kehendak dan perkenan-Nya masih
diberikan kesempatan untuk melaksanakan amanah dalam
rangka penyusunan modul dan bahan ajar Pengenalan Deteksi
Dini Gangguan Keamanan dan Ketertiban pada Pelatihan
Petugas Pengamanan Tingkat Lanjutan bagi Petugas
Pemasyarakatan.
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan
pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan
sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan
bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan
pidana. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dan Rumah
Tahanan Negara (RUTAN) sebagai ujung tombak pelaksanaan
sistem pemasyarakatan, harus didukung oleh Petugas
Pemasyarakatan yang memiliki kemampuan dan kompetensi
yang memadai dalam melaksanakan tugas pembinaan
terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan.
Sebagaimana Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 42 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Pelatihan Teknis Pemasyarakatan, salah satu upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan kompetensi Petugas
Pemasyarakatan perlu dibekali dengan menyelenggarakan
pelatihan teknis pemasyarakatan. Oleh karena itu dipandang
perlu untuk menyusun modul sebagai bahan ajar pada
pelatihan dimaksud. Penyusunan modul secara teknis
penulisan mengacu pada Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penulisan Modul Pendidikan dan Pelatihan, dan subtansi modul
sesuai dengan kondisi dan ketentuan yang berlaku.
Demikian modul Pengenalan Deteksi Dini Gangguan
Keamanan dan Ketertiban disusun, dengan harapan modul ini
dapat bermanfaat serta meningkatkan kompetensi bagi petugas
pemasyarakatan dalam pelatihan dan saat melaksanakn tugas.

Depok, 7 Oktober 2020


Kepala Pusat Pengembangan Diklat
Teknis dan Kepemimpinan,
tugas.
tugas.
Hantor Situmorang
NIP 196703171992031001
DAFTAR ISI
SAMBUTAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang 5
B. Deskripsi Singkat 7
C. Hasil Belajar 8
D. Indikator Hasil Belajar 9
E. Materi Pokok 9
F. Manfaat 10
G. Petunjuk Belajar 10

BAB II DETEKSI DINI GANGGUAN KAMTIB 13


A. Pengantar 13
B. Pengertian Inspeksi 14
C. Pengertian Intelijen 15
D. Pengertian Pengawasan Komunikasi 16
E. Latihan 17
F. Rangkuman 17
G. Evaluasi 17
H. Umpan Balik 17

BAB III TEKNIK DAN TATA CARA DETEKSI DINI 19


GANGGUAN KAMTIB
A. Pengantar 19
B. Tahapan Inspeksi 19
C. Fungsi Intelijen 21
D. Mekanisme Pengawasan Komunikasi 30
E. Latihan 32
F. Rangkuman 32
G. Evaluasi 33
H. Umpan Balik 34

3
BAB IV PENUTUP 35
KUNCI JAWABAN 36
DAFTAR PUSTAKA 40
GLOSARIUM 41

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemasyarakatan merupakan institusi


pemerintah yang mempunyai tugas pokok membina
narapidana, yang didalamnya dengan menegakan
hak asasi manusia, dengan meberikan perlindungan,
dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut, maka dalam
institusi Pemasyarakatan diperlukan fungsi-fungsi
yang salah satunya adalah Intelijen. Sementara ini
Intelijen di Indonesia belum sepenuhnya
mendapatkan posisi yang tepat, baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Belum tepatnya posisi intelijen dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta beragamnya persepsi masyarakat
terhadap intelijen, tentu saja akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dari aparat intelijen itu
sendiri dalam melaksanakan tugasnya. Sikap dan
perilaku masyarakat terhadap intelijen yang
diwujudkan dalam bentuk sinisme, cacian dan

5
cercaan, sehingga bisa kita jadikan motivasi untuk
meluruskan dan menempatkan intelijen pada posisi
yang seharusnya.
Kata intelijen juga sering digunakan untuk
menyebut pelaku pengumpul informasi, baik sebuah
dinas intelijen maupun seorang agen. Untuk
mengumpulkan informasi, perlu diingat bahwa dalam
manajemen sekuriti, intelijen merupakan salah satu
unsur dalam sebuah struktur sistem, sehingga sistem
adalah bukan pekerjaan individu tetapi kerjasama
tim. Dalam melakukan evaluasi atau kajian ulang
terhadap sistem yang tengah berjalan perubahan
kebijakan tergantung dari input data atau informasi
aktual dari seorang intelijen. Sehingga sistem
informasi secara tidak langsung ikut berperan dalam
suatu intelijen, baik dari segi apapun seperti sumber,
subsistemnya, unsur pokok yang terkandung dan
lain-lain.
Seiring dengan modernisasi diberbagai
bidang bahwa Ilmu intelijen sudah dipakai dan
diterapkan oleh berbagai kalangan. Penggunaan ilmu
intelijen di kalangan militer sudah sangat jelas karena
salah satu kegiatan militer adalah perang. Ilmu

6
intelijen sangat diperlukan oleh militer untuk
mengetahui gerakan musuh sehingga bisa
direncanakan serangan - serangan yang efektif untuk
mempertahankan diri atau serangan menghancurkan
musuh. Polisi tentu juga membutuhkan intelijen
dalam menumpas kejahatan serta upaya
menggagalkan penyelundupan dan peredaran
narkoba. Penjahat juga menggunakan ilmu intelijen
saat melakukan aksi dan saat menghindari jeratan
hukum.
Demikian pula dengan para Petugas
Pemasyarakatan sudah semestinya memerlukan ilmu
intelijen untuk bisa mengungkap berbagai kasus-
kasus pelanggaran tata tertib ataupun gangguan
keamanan dan ketertiban baik yang bersumber dari
dalam maupun dari luar sehingga bisa digunakan
sebagai deteksi dini, dan masukan bagi pengambil
keputusan pimpinan pemasyarakatan.

B. Deskripsi Singkat

Kemajuan teknologi membawa pengaruh


dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat yang
juga disertai meningkatnya kuantitas dan kualitas
gangguan keamanan dan ketertiban termasuk lebih

7
khusus di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan).
Terjadinya beberapa peristiwa gangguan
keamanan dan ketertiban yang terjadi di Lapas dan
Rutan selama ini salah satu penyebabnya karena
kekurangmampuan petugas dalam mendeteksi dini
dan mengidentifikasi peristiwa / data yang muncul
sebelum terjadinya gangguan keamanan dan
ketertiban yang di hadapi di Lapas dan Rutan.
Untuk memelihara stabilitas keamanan dan
ketertiban di lingkungan Lapas dan Rutan perlu
dilaksanakan tugas fungsi intelijen yang
mengedepankan upaya/usaha pencegahan dengan
cara deteksi dini dan mengidenfikasi tantangan yang
dihadapi, yang akan dan yang mungkin akan
dihadapi sebagai bahan bagi pengambilan
keputusan atau kebijakan pimpinan dalam
memelihara stabilitas keamanan ketertiban di
lingkungan Lapas dan Rutan.

C. Hasil Belajar

Setelah mempelajari modul ini, peserta


diharapkan mampu menjelaskan dan mempraktekan

8
Deteksi Dini Gangguan Keamanan dan Ketertiban
sehingga mampu berkontribusi dalam mendeteksi
secara dini dan idenfikasi permasalahan baik dari
dalam maupun dari luar lingkup Lapas dan Rutan,
sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam
mengambil keputusan atau kebijakan dalam
tugasnya memelihara stabilitas keamanan dan
ketertiban dilingkup Lapas dan Rutan.

D. Indikator Hasil Belajar

Setelah mempelajari modul ini, peserta


diharapkan dapat:
1. Menjelaskan kegiatan Deteksi Dini Gangguan
Keamanan dan Ketertiban;
2. Mempraktekan Deteksi Dini Gangguan Keamanan
dan Ketertiban.

E. Materi Pokok

Materi pokok yang dibahas dalam modul ini adalah:


1. Deteksi dini gangguan keamanan dan ketertiban;
a. Inspeksi;
b. Intelijen;
c. Pengawasan Komunikasi.

9
2. Mempraktikan deteksi dini gangguan keamanan
dan ketertiban di Lapas dan Rutan.
a. Teknik dalam melakukan Inspeksi;
b. Teknik dalam melakukan Fungsi Intelijen
c. Tenik dalam pengawasan komunikasi.

F. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari


modul ini adalah:

1. Peserta pelatihan dapat memiliki dan


meningkatkan pengetahuan deteksi dini gangguan
keamanan dan ketertiban.
2. Peserta pelatihan dapat mempraktikan deteksi dini
gangguan keamanan dan ketertiban, dalam upaya
memelihara keamanan dan ketertiban di
lingkungan Lapas dan Rutan.

G. Petunjuk Belajar

Dalam proses pembelajaran mata pelatihan


“Deteksi Dini Gangguan Kemanan dan Ketertiban” ,
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara baik,
peserta disarankan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:

10
1. Bacalah secara cermat, dan pahami indikator hasil
belajar atau tujuan pembelajaran yang tertulis
pada setiap awal bab, karena indikator belajar
memberikan tujuan dan arah. Indikator belajar
menetapkan apa yang harus Anda capai.
2. Mempelajari setiap bab secara berurutan, mulai
dari Bab I sampai dengan Bab IV.
3. Laksanakan secara sungguh-sungguh dan tuntas
setiap tugas pada akhir bab (Latihan).
4. Belajarlah secara mandiri atau berkelompok
secara seksama. Untuk belajar mandiri, dapat
seorang diri, berdua atau berkelompok dengan
yang lain untuk mempraktikkan deteksi dini
gangguan keamanan dan ketertiban secara baik
dan benar.
5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari
sumber lain, seperti yang tertera pada Daftar
Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-
segan bertanya kepada siapa saja yang
mempunyai kompetensi dalam deteksi dini
gangguan keamanan dan ketertiban.

11
Baiklah, selamat belajar!, semoga Anda sukses
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
diuraikan dalam mata pelatihan ini, sebagai upaya untuk
meningkatkan tugas-tugas pengamanan secara baik.

12
BAB II
DETEKSI DINI GANGGUAN KAMTIB

Setelah membaca bab ini, peserta diklat


diharapkan mampu menjelaskan jenis deteksi
dini gangguan keamanan dan ketertiban

A. Pengantar
Berbagai potensi gangguan kemanan dan
ketertiban dapat ditanggulangi berkat kesigapan
petugas dalam mendeteksi dan mengatasi gejala
awal gangguan keamanan dan ketertiban diLembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara
(Lapas dan Rutan). Di samping itu, masih lemahnya
sistem penanganan keamanan dan ketertiban
sebagai dampak masih rendahnya profesionalitas
Petugas Pemasyarakatan. Fungsi deteksi dini
gangguan kemanan dan ketertiban salah satunya
adalah intelijen, sehingga mempunyai fungsi sebagai
mata dan telinga dalam segala hal. intelijen harus
mampu mengumpulkan data yang akurat dengan
cepat untuk peringatan dini (early warning) terhadap

13
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan demi
keamanan. Kegiatan inspeksi merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam mendeteksi secara dini
gangguan kemanan dan ketertiban. Artinya harus
mampu mengumpulkan informasi secara cepat untuk
mendeteksi dini sebuah ancaman terhadap
keamanan dan ketretiban.
Demikian dengan institusi pemasyarakatan
bahwa peran intelijen sangat dibutuhkan untuk
mengantisipasi / deteksi dini adanya Ancaman,
Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG)
terhadap stabilitas keamanan dan ketertiban
manajemen Lapas dan Rutan. Produk Intelijen sangat
dibutuhkan untuk membantu manajemen / pimpinan
Lapas dan Rutan dalam pengambilan kebijakan dan
atau keputusan.

B. Inspeksi
secara terminologi inspeksi adalah
pemeriksaan dengan saksama; pemeriksaan secara
langsung tentang pelaksanaan peraturan, dan tugas.
Inspeksi dimanfaatkan disegala bidang ilmu termasuk
untuk memastikan upaya serta program kemanan dan

14
ketertiban berjalan sebagaimana mestinya. Inspeksi
sangat berperan dalam mengidentifikasi dan
mengontrol bahaya sebelum masalah timbul atau
muncul, Inspeksi dilakukan terhadap pelaksanaan
prosedur pengamanan di Lapas atau Rutan.

C. Intelijen
Pengertian “ Intelijen” dalam bahasa
Indonesia merupakan terjemahan langsung dari
bahasa Inggris “ Intelligence” (kata benda), yang
berarti kemampuan berpikir atau kecerdasan
manusia. Intelijen juga diartikan sebagai seni
mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi
strategis yang diperlukan sebuah negara tentang
negara “ musuh” . Intelijen juga merujuk pada
organisasi yang melakukan seni pencarian,
pengumpulan dan pengolahan informasi.
Intelijen diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan dan pengolahan dari bahan keterangan
(Baket) atau informasi yang didapat. Bahan
keterangan merupakan bahan dasar yang masih
mentah. Bahan mentah ada yang memenuhi syarat
dan ada yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan

15
data / informasi intelijen. Bahan mentah yang
memenuhi syarat untuk dijadikan intelijen adalah
bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah
keamanan, yang dapat dipercaya sumbernya dan
relevan dengan masalah yang dicari atau dibutuhkan.

D. Pengawasan Komunikasi
Pengawasan adalah proses dalam
menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan
yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah
ditetapkan tersebut.
Pengawasan komunikasi adalah menguasai
atau membatasi informasi (kuantitas dan kualitas) dan
dengan informasi tersebut dapat digunakan untuk
mempengaruhi perilaku dan keputusan-keputusan
yang diambil oleh individu, kelompok, atau organisasi.
Pengawasan komunikasi sebagaimana dimaksud
dilakukan untuk mengawasi, mencatat, meneliti, dan
membatasi kegiatan komunikasi Narapidana dan
Tahanan baik dengan sesama narapidana maupun
dengan dunia luar.

16
E. Latihan
1. Jelaskan pengertian inspeksi?
2. Jelaskan pengertian intelijen?
3. Jelaskan pengertian pengawasan komunikasi?
F. Rangkuman
Deteksi dini gangguan kemananan dan
ketertiban dalam unit pelaksana teknis adalah suatu
teknik yang digunakan untuk melakukan pencegahan
gangguan keamanan dan ketertiban. Petugas
pemasyarakatan harus dapat mengerti fungsi dari
deteksi dini gangguan keamanan dan ketertiban
tersebut, sehingga bias memberikan sumbangan yang
sangat penting bagi kepala Unit pelaksana teknis
dalam mengambil langkah langkah dan keputusan
yang tepat.
G. Evaluasi
Sebutkan teknik deteksi dini gangguan
kemanan dan ketertiban yang terdapat pada modul ini
dan jelaskan pengertian dari masing-masing!
H. Umpan Balik
1. Apakah bahan modul ini tidak terlalu berat bagi peserta
pelatihan?

17
2. Apakah waktu yang digunakan cukup untuk
pembelajaran peserta pelatihan dalam penyampaian
modul?
3. Apakah modul tersebut sudah dikuasai oleh peserta
pelatihan?

18
BAB III
TEKNIK DAN TATA CARA
DETEKSI DINI GANGGUAN KAMTIB

Setelah membaca bab ini, peserta diklat


diharapkan mampu mempratikan Teknik dan
tata cara deteksi dini gangguan keamanan dan
ketertiban

A. Pengantar
Petugas pemasyarakatan harus dapat
mempratikan jenis deteksi dini gangguan keamanan
dan ketertiban guna pencegahan gangguan keamanan
dan ketertiban. Dalam mempratikan jenis deteksi dini
gangguan keamanan dan ketertiban ada beberapa hal
yang harus dilakukan agar mendapatkan informasi
yang berkualitas sehingga menjadi acuan kepala unit
pelaksana teknis dalam mengambil keputusan.

B. Tahapan dalam Inspeksi


Selain untuk membantu mengidentifikasi
potensi gangguan Keamanan dan ketertiban, Inpeksi
adalah pengecekan paling populer dalam masyarakat,
yang biasanya dilakukan oleh Petugas untuk

19
menemukan hal hal yang menjadi catatan dalam
menciptakan keamanan dan ketertiban.
Perlu diingat bahwa inspeksi memiliki
perbedaan secara konsep dengan audit. Inspeksi lebih
cenderung menangkap gap/temuan bersifat lokal atau
sesaat berupa kondisi tidak aman maupun perilaku
tidak aman. Sedangkan audit yang berasal dari kata
audi (mendengarkan) menyelesaikan temuan secara
sistemik mulai dari kebijakan/policy, standar
operasional hingga pada penerapan.
Tahapan pelaksanaan inspeksi dilakukan
dengan konsep managemen PDCA (Plan – Do –
Check – Action)
1. Plan atau Perencanaan Inspeksi, dengan
membuat persiapan-persiapan inspeksi seperti
menentukan jenis inspeksi, frekuensi inspeksi,
lokasi/area yang menjadi sasaran, dan catatan
inspeksi.
2. Do atau Pelaksanaan Inspeksi, befokuslah pada
area yang telah ditentukan dan perhatikan dengan
seksama bahwa seluruh area sasaran telah
diperiksa.

20
3. Check atau Pelaporan Inspeksi dilakukan melalui
suatu alat atau sarana yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan komunikasi yang
efektif.
4. Action atau Tindak lanjut atau Pemantauan
dengan membuat skala prioritas terhadap upaya-
upaya yang harus dilakukan

C. Fungsi Intellijen
Keamanan dan ketertiban menjadi
perhatian penting untuk selalu dijaga kestabilannya
dari berbagai ancaman yang muncul. Ancaman yang
datang diharapkan bisa diminimalisir bahkan
dihilangkan dengan keberadaaan intelijen. Sumber
ancaman terhadap keamanan dan ketertiban menjadi
meluas, baik ancaman eksternal ke internal.
Globalisasi dan kemajuan teknologi turut memicu
ploriferasi ancaman terhadap keamanan dan
ketertiban, sehingga perlu melakukan langkah
strategis dan memanfaatkan intelijen. Langkah-
langkah strategis dan pemanfaatan intelijen berkaitan
dengan manfaat dan penggunaan ilmu intelijen itu
sendiri. Secara kualitas para pengemban fungsi

21
intelijen harus dilengkapi dengan berbagai
kemampuan dalam sumber daya manusia, metode,
dan fasilitasnya. Kekurangan dan kelangkaan dalam
bidang tersebut kerap mendatangkan berbagai
kesulitan pada tataran operasional. Intelijen yang
mempunyai filsafat sendiri yaitu pancasila sebagai
landasan setiap bekerja. Dengan demikian,
penggunaan ilmu intelijen dalam lingkungan strategis
mengarah kepada pusat informasi untuk
mengantisipasi ancaman dan gangguan.
Segala usaha, kegiatan dan pekerjaan
yang dilakukan secara perorangan maupun bersama
secara terpimpin untuk mencari, menemukan,
mengumpulkan, menyimpulkan, mengolah dan
menafsirkan semua bahan keterangan, data, informasi
yang dibutuhkan mengenai masalah tertentu yang
kemudian disampaikan kepada pimpinan atau pihak
yang berwenang untuk membuat suatu perencanaan
atau pemikiran mengenai masalah yang dihadapi,
sehingga dapat ditentukan kebijaksanaan dan
tindakan-tindakan dengan resiko yang telah
diperhitungkan. Secara fungsi inspeksi dibagi menjadi
3 (tiga) yang terdiri dari;

22
1. Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi merupakan prinsip dasar
dari intelijen, yakni upaya untuk mendapatkan
informasi tentang orang, tempat, kejadian, dan
kegiatan yang dibutuhkan oleh pemerintah namun
tidak dapat diperoleh melalui sumber-sumber yang
terdapat secara luas dalam masyarakat, jalur
diplomatik, maupun melalui kontak-kontak lainnya.
Tanpa pengumpulan informasi, intelijen hanyalah
merupakan perkiraan belaka. Sistem pengelolaan
pengumpulan informasi digunakan untuk masing-
masing dari ketiga metode utama pengumpulan:
a. Intelijen manusia (HUMINT)
Informasi yang dikumpulkan oleh manusia
seperti mata-mata, agen, orang dalam, atau
diambil dari pembelot, pengadu, informan,
diplomat, pelaku bisnis, pelaku perjalanan dan
media, dan lain-lain.
Intelijen manusia dapat dipecah lagi menjadi
pengumpulan terbuka dan rahasia (tertutup).
1) Bersifat terbuka, melalui:
a) Penelitian atau riset;
b) Wawancara atau interview; dan

23
c) Interograsi.
2) Bersifat tertutup, melalui:
a) Pengamatan dan penggambaran
b) Ellicting;
c) Penjejakan (surveillance);
d) Penyusupan;
e) Penyadapan; dan
f) Penyurupan.
Keterampilan dan teknik intelijen manusia
secara rahasia sangat berbeda dengan yang
dibutuhkan untuk pengumpulan intelijen
manusia secara terbuka dan karena itu
pengaturan dan tanggungjawabnya juga
berbeda.
b. Intelijen sinyal (SIGINT)
Terdiri dari data dan informasi yang
dikumpulkan melalui penyadapan radio, radar,
atau pancaran elektronik lainnya (HP, Internet)
termasuk laser, cahaya yang terlihat dan optik
elektronik.
c. Intelijen gambar (IMINT)
Merupakan data dan informasi yang
dikumpulkan melalui foto, atau teknologi

24
pengambilan gambar secara elektronik,
inframerah, ultra-violet dari darat, angkasa,
ataupun luar angkasa.
Secara teoritis, semua kemampuan pengumpulan
harus dilakukan terhadap target yang sama untuk
memastikan konfirmasi fakta yang independen
terhadap hasil yang diperoleh melalui penggunaan
satu metode. Karena berbagai kerumitan dan
kebutuhan yang berbeda, ini tidaklah selalu praktis
untuk dilakukan dan terkadang sangatlah mahal.
Jadi sumber terbuka atau informasi yang tersedia
secara publik dibutuhkan untuk mengenali
kesenjangan pengetahuan, mengkonfirmasi
bahwa informasi hanya bisa diperoleh dengan
menggunakan metode intelijen tertentu, dan untuk
memastikan bahwa kebutuhan yang ada memang
membenarkan untuk penggunaan kemampuan
pengumpulan yang mahal atau beresiko, dan baru
sesudah itu tugas diberikan kepada pengumpul
intelijen.
Sistem pengumpulan intelijen tidak boleh
digunakan untuk mengumpulkan informasi yang
tersedia secara luas dalam masyarakat. Walaupun

25
mungkin akan terkumpul sebagai produk
sampingan selama pengumpulan intelijen,
informasi publik harusnya didapatkan dengan cara
lain tanpa menggunakan cara-cara rahasia.
Kemampuan pengumpulan intelijen yang berbeda-
beda seharusnya digunakan hanya untuk
mengumpulkan informasi yang secara masuk akal
dapat ditetapkan atau sebelumnya telah divalidasi
sebagai sesuatu yang penting bagi pembuat
kebijakan atau pengguna intelijen. Lebih jauh lagi,
biaya politis yang mungkin ada harus betul-betul
diperhitungkan dengan keuntungan potensialnya.
Dengan demikian pejabat kebijakan senior
haruslah terlibat dalam proses ini.
Adapun sasaran kegiatan pengumpulan
bahan keterangan dan informasi tersebut pada
dasarnya diarahkan untuk menemukan dan
mengidentifikasi adanya hakekat ancaman
ataupun potensi gangguan kemanan dan
ketertiban.
a. Sasaran Umum:
Yaitu yang berkaitan dengan ambang
gangguan merupakan faktor penyebab

26
tumbuhnya ancaman ataupun potensi
gangguan kemanan dan ketertiban yang perlu
dilakukan langkah-langkah pencegahan
terjadinya kriminalitas atau hal yang dapat
membahayakan orang lain atau masyarakat
dan gangguan nyata merupakan ancaman
yang terjadi dalam masyarakat / tempat
tertentu.
b. Sasaran khusus:
Sasaran khusus, penyelidikan diarahkan
kepada ancaman keamanan yang lebih
spesifik seperti terorisme atau ancaman
kriminalitas berkadar tinggi lainya.
2. Pengelolaan Informasi
Adalah istilah yang digunakan untuk
proses pencocokan, penguraian, dan evaluasi
informasi mentah dan dari berbagai sumber diolah
menjadi produk intelijen, dalam bentuk peringatan
dan laporan situasi, analisa, penilaian, perkiraan,
dan kertas briefing. Analisa dan produksi
sebaiknya dilakukan dalam kedekatan dengan
para pengguna produk intelijen. Dalam mengelola
pengumpulan, analisa dapat bertumpu pada

27
metode-metode pengumpulan untuk menyediakan
informasi mentah maupun olahan untuk dievaluasi
dan kemudian membentuk produk agar sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Produk ini harus
mencakup apa yang diketahui (fakta), bagaimana
hal itu diketahui (sumber), dasar pertimbangan
(asumsi kunci), dampak dari perubahan dasar
pertimbangan (hasil-hasil alternatif), dan apa yang
tetap tidak diketahui.
Tujuan utamanya adalah untuk
meminimalisasi ketidakpastian yang harus
dihadapi oleh para pembuat kebijakan dalam
membuat keputusan tentang keamanan baik
internal maupun eksternal. Analisa juga harus
membantu dalam memaknakan isu-isu yang rumit
dan menggugah perhatian ke masalah-masalah
atau ancaman-ancaman yang akan muncul. Jadi
yang penting bukan hanya untuk menentukan apa
yang akurat melainkan juga apa yang relevan
untuk kebutuhan pembuat kebijakan.
Agen-agen Intelijen tidak boleh memenuhi
permintaan analisa bila sebelumnya mereka
mengetahui bahwa informasi yang didapatkan

28
melalui intelijen hanya sedikit tingkat relevansinya
terhadap analisa keseluruhan dari subyek
tersebut. Mereka juga tidak boleh menerima
permintaan analisa ketika hal itu dapat dicapai
menggunakan sumber-sumber publik yang
tersedia kecuali bila para analis atau agen intelijen
tersebut dapat memberikan bobot tambahan yang
signifikan terhadap analisa materi dari sumber-
sumber terbuka.
3. Penyebaran Informasi
Langkah terakhir, yang mencakup
penanganan dan distribusi intelijen akhir kepada
pengguna intelijen, yakni pembuat kebijakan yang
sama yang kebutuhannnya telah memicu jalan
awal kegiatan intelijen. Ini merupakan tahap yang
penuh dengan kemungkinan akan terjadinya
informasi yang salah.
Informasi yang tersaji harus memiliki 5(lima)
karakter penting agar dapat berguna: relevansi,
tepat waktu, akurat, cakupan, dan murni. Artinya
informasi tersebut bebas dari manipulasi politik
(informasi yang salah, propaganda, penipuan, dan
lain lain.).

29
Penyebaran adalah aspek intelijen yang
paling sulit untuk ditangani secara tepat. Berbagi
intelijen, bahkan dalam suatu pemerintahan,
adalah sulit karena kebutuhan untuk
merahasiakan metode dan sumber intelijen
tersebut. Namun menyebarkan intelijen ke
sebanyak mungkin pejabat yang bertanggung
jawab adalah penting untuk memastikan
keamanan dan ketertiban serta keselamatan yang
efektif.

D. Mekanisme Pengawasan Informasi


Pengawasan dalam komunikasi dilakukan
terhadap narapidana dan tahanan, baik dengan
sesama narapidana atau tahanan dan dengan pihak
luar, seperti mengirim dan menerima surat serta
menggunakan alat komunikasi di Lapas dan Rutan
yang meliputi:
1. Pemeriksaan Surat-surat;
a. Isi pembicaraan dan isi surat harus dijaga
kerahasiaannya kecuali berisi:
1) Materi yang membahayakan keamanan
negara.

30
2) Materi yang membahayakan keamanan dan
ketertiban Lapas dan Rutan.
3) Materi yang membahayakan jiwa
masyarakat, petugas, narapidana dan
tahanan.
2. Pencatatan dan Pembatasan Komunikasi
Lahirnya perangkat teknologi komunikasi
menjadikan narapidana mampu menembus
tembok Lapas tanpa harus melewati kawat
berduri. Handphone membuat mereka tidak
terasing lagi dari pergaulan masyarakat. Bahkan
handphone mampu menjadikan mereka tetap
mampu menjalankan aktifitas bisnisnya (baik
bisnis yang halal maupun yang haram, seperti
bisnis narkoba) dari dalam Lapas. Mereka hanya
kehilangan bergerak, tetapi tidak kehilangan akses
mereka ke dunia luar Lapas.
Dalam upaya untuk membatasi akses
dengan masyarakat di luar maka alat komunikasi
yang digunakan narapidana dan tahanan di dalam
Lapas dan Rutan adalah Warung Telekomunikasi
Khusus (Wartelsus). Sehingga setiap warga

31
binaan yang berkomunikasi melalui wartelsus,
petugas bisa membuat catatan terkait dengan;
1) Nomor tujuan;
2) Identitas tujuan;
3) Isi pembicaraan yang dianggap berpotensi
menimbulkan gangguan kemanan dan
ketertiban.

E. Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman Saudara
mengenai Deteksi Dini Gangguan Keamanan dan
Ketertiban , cobalah latihan dan diskusikan dengan
peserta diklat lainnya. Diskusikan antar peserta atau
kelompok sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian tentang inspeksi.
2. Jelaskan masing-masing apa yang dimaksud
dengan HUMINT, SIGINT, dan IMINT ?!
3. Jelaskan Apa yang dimaksud dengan
pembatasan informasi?

F. Rangkuman
Dalam bab ini menjelaskan inspeksi sebagai
alat untuk membantu mengidentifikasi potensi

32
gangguan Keamanan dan ketertiban, Inpeksi adalah
pengecekan paling populer dalam masyarakat, yang
biasanya dilakukan oleh Petugas untuk menemukan
hal hal yang menjadi catatan dalam menciptakan
keamanan dan ketertiban.
Dalam mendukung terciptanya keamanan
dan ketertiban maka Fungsi intelijen dapat dibagi ke
dalam 3(tiga) fungsi, yaitu fungsi pengumpulan bahan
keterangan (Pulbaket), pengelolaan, dan penyebaran
Informasi, yang pada prinsipnya bertujuan untuk
memelihara keamanan dan ketertiban yang
mengedepankan upaya pencegahan dengan jalan
deteksi dini, yang termasuk didalamnya dengan
pembatasan komunikasi baik lewat surat maupun alat
komunikasi, sehingga bisa mengidenfikasi tantangan
yang dihadapi, yang akan dihadapi dan yang mungkin
bakal dihadapi sebagai bahan bagi pengambilan
keputusan atau kebijakan pimpinan dalam
melaksanakan tugas memelihara keamanan
ketertiban.
G. Evaluasi
Setelah menerima materi tentang deteksi dini
gangguan keamanan dan ketertiban dalam modul ini,

33
coba jelaskan tata cara teknik pendeteksian dini
gangguan kemanan dan ketertiban.

H. Umpan Balik
1. Apabila Saudara sudah menguasai materi
pokok pada bab 2 mencapai 75% Anda di dapat
menlanjutkan ada materi pokok pada bab 3.

2. Apabila Saudara mampu menjawab


pertanyaan-pertanyaan pada evaluasi materi
pokok bab 2 di atas nilai 70% sesuai tertera
pada kunci jawaban, silahkan selanjutnya
mempelajari bab 3.

3. Bacalah materi pokok bab 3 dengan terliti dan


seksama, agar memperoleh pengetahuan yang
paripurna.

34
BAB IV
PENUTUP

Keamanan atau pengamanan dalam Lapas


dan Rutan menjadi medan/area yang sangat krusial
dan penting agar tercipta situasi, kondisi dan
keadaan dalam pemberian layanan dapat optimal
dilaksanakan. Untuk itu, dituntut kemampuan
seorang petugas pengamanan Lapas dan Rutan
yang handal dan profesional.

Keamanan / Pengamanan ditujukan tidak


saja pada potensi gangguan yang muncul dari dalam
Lapas dan Rutan, tetapi juga muncul dari luar. Salah
satu kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh
setiap petugas pemasyarakatan adalah kemampuan
melakukan deteksi dini dalam upaya mencegah
terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban. Oleh
karena itu, pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan praktik dasar-dasar Intelijen
Pemasyarakatan penting dimiliki oleh setiap petugas
pemasyarakatan.

35
KUNCI JAWABAN

A. Evaluasi Materi Bab II


Sebutkan Deteksi Dini Gangguan Keamanan dan
ketertiban;
1. inspeksi adalah pemeriksaan dengan
saksama; pemeriksaan secara langsung
tentang pelaksanaan peraturan, tugas.
Inspeksi dimanfaatkan disegala bidang ilmu
termasuk untuk memastikan upaya serta
program kemanan dan ketertiban berjalan
sebagaimana mestinya.
2. “ Intelijen” dalam bahasa Indonesia
merupakan terjemahan langsung dari
bahasa Inggris “ Intelligence” (kata
benda), yang berarti kemampuan berpikir
atau kecerdasan manusia. Intelijen juga
diartikan sebagai seni mencari,
mengumpulkan dan mengolah informasi
strategis yang diperlukan sebuah negara
tentang negara “ musuh” . Intelijen juga
merujuk pada organisasi yang melakukan

36
seni pencarian, pengumpulan dan
pengolahan informasi.
3. Pengawasan komunikasi adalah
menguasai atau membatasi informasi
(kuantitas dan kualitas) dan dengan
informasi tersebut dapat digunakan untuk
mempengaruhi perilaku dan keputusan-
keputusan yang diambil oleh individu,
kelompok, atau organisasi.

B. Evaluasi Materi Bab III


Jelaskan Deteksi Dini Gangguan Keamanan dan
ketertiban;
a. Inspeksi; dengan tahapan PDCA (Plan – Do –
Check – Action)
1. Plan atau Perencanaan Inspeksi, dengan
membuat persiapan-persiapan inspeksi seperti
menentukan jenis inspeksi, frekuensi inspeksi,
lokasi/area yang menjadi sasaran, dan catatan
inspeksi.
2. Do atau Pelaksanaan Inspeksi, befokuslah
pada area yang telah ditentukan dan

37
perhatikan dengan seksama seluruh area
sasaran telah diperiksa.
3. Check atau Pelaporan Inspeksi dilakukan
melalui suatu alat atau sarana yang dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan
komunikasi yang efektif.
4. Action atau Tindak lanjut atau Pemantauan
dengan membuat skala prioritas terhadap
upaya-upaya yang harus dilakukan
b. Intelijen
1. Pengumpulan Informasi
2. Pengelolaan Informasi
3. Penyebaran Informasi
c. Pengawasan Komunikasi
1. Pemeriksaan Surat surat, Isi pembicaraan dan
isi surat dijaga kerahasiaannya kecuali berisi;
a) Materi yang membahayakan keamanan
negara.
b) Materi yang membahayakan keamanan dan
ketertiban Lapas dan Rutan.
c) Materi yang membahayakan jiwa
masyarakat, petugas, narapidana dan
tahanan.

38
2. Pencatatan dan Pembatasan Komunikasi;
a) Nomor tujuan
b) Identitas tujuan;
c) Isi pembicaraan yang dianggap berpotensi
menimbulkan gangguan kemanan dan
ketertiban.

39
DAFTAR PUSTAKA

http://www.etunas.com/web/pengantar-bisnis-
intelejen.htm

http://kwijanegara.blogspot.co.id/2011/08/intelijen-
bisnis.html

http://xcontohmakalah.blogspot.co.id/2013/03/sistem-
informasi-intelijen.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Intelijen

http://www.empirisnetwork.net/2008/02/tekhnik-
intelijen.html

https://pinora.wordpress.com/2012/12/23/memahami-
intelijen/

http://irwansyah-
kresna.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-
intelijen.html

https://ranggablack89.wordpress.com/2009/06/01/sim-
sistem-informasi-manajemen/

https://prabugomong.wordpress.com/2012/04/28/memah
ami-konsep-dasar-intelijen/

http://www.kompasiana.com/duljonmaster/teknologi-
informasi-teknologi-intelijen-dalam-organisasi-
intel indonesia_5528f4256ea834e24f8b45bb
http://irwansyah-

40
kresna.blogspot.co.id/2015/10/teori-dasar-
intelijen.html

http://hikmahkholil.blogspot.co.id/2008/04/dasar-dasar-
intelejen.html#comment-form

http://www.academia.edu/8303077/Intel_oh_Intel_1_DAS
AR-
DASAR_INTELIJEN_Oleh_Letjend_Purn_Z.A.
_Maulani_Mantan_Kepala_BAKIN

http://www.unison.org.uk/acrobat/11999.pdf

https://www.kompasiana.com/awrivai/5a7014d9dcad5b4
e99741de5/mengapa-masih-ada-narkoba-di-
dalam-penjara?page=all

41
GLOSARIUM
ATHG = Ancaman, Tantangan, Hambatan,
dan Gangguan.
Baket = bahan keterangan atau informasi.
Cover of action
Deteksi Dini = kemempuan mengamati dan
menganalisa keadaan sejak awal.
Early warning = peringatan dini.
Estimate = perkiraan keadaan
Forecasting = Intelijen yang diramalkan.
Gaspas = Petugas Pemasyarakatan.
HUMINT = Humnity Intelijen (Intelijen
manusia).
IDD = Intelijen Dasar Diskriptif
IDP = Intelijen Dasar Pemasyarakatan
IMINT = Intelijen Gambar.
Lapas = Lembaga Pemasyarakatan
Rutan = Rumah Tahanan Negara
MODUL = Buku materi belajar yang mudah
dipelajari sendiri.
SIGINT = Intelijen sinyal
Surveillance = Penjejakan.
WBP = Warga Binaan Pemasyarakatan.
Wartelsus = Warung telekomunikasi khusus

42

Anda mungkin juga menyukai