Anda di halaman 1dari 17

Isu-isu pada kebijakan

KEBIDANAN
Fitri Puspita Sari, S.S.T., M.Kes
PENDAHULUAN

“Sebagai seorang penyedia layanan kesehatan, bidan


memiliki peran yang strategis dan sangat unik. Bidan
adalah seorang agen pembaru yang sangat dekat
dengan masyarakat dan hidup di tengah-tengah
masyarakat, serta berperan dalam memberdayakan
perempuan dan masyarakat”
LATAR BELAKANG
• Kebijakan KIA diartikan sebagai rangkaian tindakan yang mempengaruhi
tatanan institusi, organisasi, layanan dan pengaturan pendanaan sistem
KIA.
• Kebijakan-kebijakan KIA mencakup tindakan-tindakan terencana
organisasi berkaitan dengan faktor eksternal sistem kesehatan yang
mempunyai akibat terhadap indikator KIA, contohnya seperti sanitasi
air, dan pendidikan.
• Adalah penting untuk mengangkat isu bahwa masalah Kesehatan Anak
bukanlah masalah (klinis) sekunder atau tersier. Ada beragam masalah
primer (seperti kurangnya pendidikan, air dan sanitasi).
Perspektif Global dalam Pelayanan Kebidanan
TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT :
• Berdasarkan riwayat alamiah penyakit, ada tiga tahap pencegahan penyakit,
yaitu I, II, III.
• Pencegahan I bertujuan untuk mencegah kontak awal dengan faktor resiko
(diagnosa dan pengelolaan faktor resiko). Di kesehatan anak, kebijakan dalam
pencegahan I berkaitan dengan faktor determinan sosial dari kesehatan,
termasuk air dan sanitasi. Kebanyakan kebijakan sosial kesehatan publik dan
lingkungan ada pada tahap ini.
• Pencegahan II mencakup beberapa kegiatan untuk mencegah kontak awal
dengan penyebab penyakit. Pencegahan tersebut dapat digambarkan sebagai
diagnosa dan pengobatan dini.
• Pencegahan III mencakup aktivitas klinis untuk mencegah kematian dan
kelumpuhan (cacat).
Analisa ISI KEBIJAKAN

• Secara tradisional KIA adalah sebuah program vertikal yang


diatur oleh kebijakan nasional.
• Sebagian besar kebijakan utama KIA adalah inisiatif nasional
yang dipengaruhi oleh organisasi internasional seperti Bidan
Desa, Membuat Kehamilan lebih Aman (MAKING PREGNANCY
SAVER), KEMUDIAN MUNCUL PROGTAM 7 T, 10 T, 14 T, dan
Manajemen Terintegrasi dari Penyakit Masa Anak-anak (MTBM
DAN MTBS), KEBIJAKAN KUNJUNGAN NIFAS MINIMAL 4 X.
Analisa ISI KEBIJAKAN

• Dibandingkan dengan kebijakan mengenai Kesehatan Ibu, kebijakan


untuk Kesehatan Anak relatif tidak kuat.
• Dokumen ini adalah sebuah refleksi komitmen pemerinyah Indonesia
dalam deklarasi A World Fit for Children di Sidang Umum PBB ke 27 Sesi
Khusus mengenai Anak tahun 2001 ada 4 persoalan dalam deklarasi
tersebut: mempromosikan hidup sehat, menyediakan pendidikan
berkualitas, melindungi dari pelecehan, eksploitasi dan kekerasan, dan
melawan HIV/AIDS
Analisa ISI KEBIJAKAN
• Rencana Strategis National tentang Membuat Kehamilan Lebih Aman
(Makes Pregnancy Safer) di Indonesia menyatakan visinya adalah
“memastikan bahwa semua ibu mengalami kehamilan dan persalinan
yang aman dan melahirkan bayi yang sehat. “
• Misinya adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang
baru lahir. Obyektif: mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
yang baru lahir melalui perbaikan sistem kesehatan untuk menjamin
akses kepada intervensi dengan biaya-efektif dan berkualitas,
memberdayakan ibu- ibu, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir sebagai prioritas nasional..
Analisa ISI KEBIJAKAN

• Strategi utama yang diimplementasikan meliputi: meningkatkan akses


dan jangkauan layanan kesehatan ibu dan neonatal yang berkualitas;
Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama antar program
dan antar sektor dan koordinasi yang lebih baik; Meningkatkan
pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan
untuk menjamin perilaku yang sehat dan memanfaatkan layanan untuk
ibu dan bayi baru lahir; dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam
penyediaan dan pemanfaatan layanan kesehatan ibu dan neonatal
KENDALA
• Jika dikaji lebih lanjut, isi kebijakan sebagian besar berada di wewenang
DitJen Bana Kesehatan Masyarakat.Jarang ada kebijakan mengenai kesehatan
ibu dan anak yang berasal dari Ditjen Pelayanan Medik, Akibatnya di lapangan
terjadi fragmentasi pelayanan KIA antara pelayanan dengan pelayanan
sekunder dan tertier.
• Kebijakan monitoring dan evaluasi program KIA belum maksimal dijalankan,
padahal kunci keberhasilan program berada pada monitoring dan evaluasi
program dan pelaksanaan kebijakan.
• Dana dekonsentrasi untuk perencanaan dan pembinaan teknis (termasuk
monev) belum maksimal dipergunakan.Secara tegas dapat dinyatakan bahwa
kebijakan KIA kurang memberikan perhatian pada indikator kematian.
ANALISIS PELAKU KEBIJAKAN KIA
• Pelaku yang terlibat dalam penyusunan kebijakan dan fungsi regulasi. Ada
beragam organisasi yang dapat digambarkan sebagai sektor kesehatan dan
sistem antar sektor. Penyusunan kebijakan sektor kesehatan dan peraturan
diselenggarakan oleh KementErian Kesehatan dan Dinas Kesehatan di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota. Kelompok intersektoral dipimpin oleh Bappenas
di tingkat pusat dan Bappeda di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
• Pelaku pada fungsi keuangan. Sumber daya keuangan KIA bisa dari
pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Beberapa pendanaan datang dari
donor bilateral asing, rencana multilateral, dan Tanggug Jawab Social
Perusahaan (CSR- Corporate Social Responsibility).
ANALISIS PELAKU KEBIJAKAN KIA

• Pelaku pada fungsi penyediaan layanan. Beragam institusi dan


perorangan menyediakan layanan KIA seperti: rumah sakit pemerintah
dan swasta, klinik, praktek perorangan. Dalam intervensi preventif dan
promotif, beragam organisasi bekerja di KIA seperti sebagai LSM,
organisasi swasta, pemimpin formal dan informal.
GERAKAN SAYANG IBU
• Gerakan Sayang Ibu diperkenalkan oleh Wakil Menteri Peranan Wanita
sebagai gerakaN nasional untuk mendorong kesehatan ibu. Puncak
semua event tersebut terjadi pada tanggal 22 Desember 1996 saat
Presiden Suharto mengumumkan pelunvuran secara resmi Gerakan
Sayang Ibu, Pada tahun 2000 diperkenalkan kebijakan Membuat
Kehamilan yang Lebih Aman (MPS-Making Pregnancy Safer) sebagai
strategi global WHO.
• Pada tahun 2002, Kementrian Kesehatan merampungkan tinjauannya
dan rencana strategisnya dan secara resmi meluncUrkan Membuat
Kehamilan yang Lebih Aman.
Analisis konteks kebijakan
• Faktor Situasional
Sektor kesehatan Indonesia pada dasarnya adalah sistem berbasis pasar.
Secara historis layanan kesehatan didominasi oleh sistem keuangan out
of pocket (biaya sendiri). Sistem jaminan kesehatan yang dibiayai oleh
pemerintah baru diperkenalkan pada 1998, setelah krisis ekonomi.
Pada 2008, program jaminan kesehatan nasional yang terakhir
(Jamkesmas) dibuat, bertujuan untuk menyediakan akses kepada
pelayanan kesehatan untuk orang miskin dan agak miskin, dengan
membebaskan mereka dari biaya- biaya yang dikeluarkan saat
menggunakan pelayanan kesehatan.
• Faktor Struktural
Kebijakan desentralisasi adalah faktor struktural yang penting yang
mempengaruhi kebijakan MNMCH. Pada 1999, kebijakan desentralisasi
dipicu oleh tekanan politik selama masa reformasi. Dalam sebuah situasi
yang tidak siap, desentralisasi membawa dampak negatif pada sektor
kesehatan seperti: kegagalan sistem, kurangnya koordinasi, sumber daya
yang tidak mencukupi, jenjang karir sumber daya manusia yang buruk,
dan pengaruh politik yang berlebihan. Pada 2004, UU No. 22/1999
diamandemen dengan UU no.32/2004. UU yang mengamendir
menekankan pada peranan baru pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi. Akan tetapi, sektor kesehatan masih tetap didesentralisasi.
ANALISIS PROSES KEBIJAKAN
• Mencakup identifikasi masalah dan pengenalan persoalan, perumusan
kebijakan, dan implementasi kebijakan pada tingkat nasional dan daerah.
• Pada tingkat nasional, identifikasi masalah menghadapi ketidaktersediaan
data. Sebagian besar data (IMR dan U5MR) dianalisa dari metode estimasi.
Hasilnya bisa dianalisa berdasarkan data provinsi.
• Akan tetapi, tidak mungkin mendapatkan analisa data tingkat
kabupaten/kota menggunakan kondisi sedang berlangsung.
• Kebijakan Kesehatan KIA menjadi normatif. Saat kebijakan tersebut ditransfer
dari program perencanaan dan anggaran, ada dasar non sistemik untuk
merencanakan dan mealokasikan sumber daya dari tingkat pusat. Akan tetapi,
dalam dua tahun fiskal terakhir ini, secara bertahap dibuat sebuah kebijakan
untuk alokasi sumber daya yang lebih rasional.
KENDALA

• Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa Kebijakan KIA sering ditetapkan


secara top-down dari pemerintah pusat. Di masa lalu sebagian inisiatif
kebijakan sering berasal dari lembaga di luar negeri.Kebijakan yang
berasal dari daerah belum banyak muncul.Saat ini dari NTT dan DIY
sudah mulai ada inisiatif untuk kebijakan di daerah.Inisiatif daerah ini
menimbulkan berbagai inovasi seperti adanya Revolusi KIA di NTT atau
penyusunan manual rujukan dan Peraturan Gubernur tentang Rujukan
KIA di DIY.
KENDALA

•Saat ini belum popular adanya tim monitoring dan


evaluasi kebijakan dan program KIA yang independen.
Akibatnya belum ada mekanisme kontrol yang sehat
terhadap efektifitas kebijakan dan program KIA

Anda mungkin juga menyukai