Anda di halaman 1dari 19

ASKEB RENTAN

Kebutuhan Khusus Permasalahan Sosial


Irma Mulyani, S.S.T., M.Tr.Keb
PERMASALAH SOSIAL

• PSK
• KEHAMILAN PENJARA
• SINGLE PARENT
• LGBT
• SURROGATE MOTHER
• KEMISKINAN
• BANYAK ANAK
PSK (Pekerja seks komersial)

Pekerja seks komersial atau Wanita Tuna Susila adalah


wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan
kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa
ataupun tidak.
Pekerja seks komersial
Faktor ekonomi menjadi pemicu utama yang menyebabkan PSK tetap
menjalankan pekerjaannya sebagai penjaja seks. Masalah kesehatan yang
ditimbulkan yaitu penyebaran HIV-AIDS yang semakin sulit dikontrol
menjadi dampak serius yang perlu segera ditanggulangi.
masih adanya anak-anak yang mengalami abuse, kekerasan, eksploitasi dan
diskriminasi. pelanggaran Hak Asasi yang menyangkut masalah Pekerja
Anak, Perdagangan Anak untuk tujuan pekerja seks komersial, dan anak
jalanan. Masalah pekerja anak merupakan isu sosial yang sukar dipecahkan
dan cukup memprihatinkan karena terkait dengan aspek sosial, ekonomi,
dan budaya masyarakat.
Kehamilan di penjara
Ada beberapa hak yang mendapat perlakuan khusus dari narapidana pria
yang berbeda dalam beberapa hal, diantaranya karena wanita mempunyai
kodrat yang tidak dipunyai oleh narapidana pria yaitu menstruasi, hamil,
melahirkan, dan menyusui
Peraturan Pemerintah Nomor : 32 Tahun 1999 Pasal 20 mengatur
perlindungan terhadap narapidana wanita yaitu :
narapidana dan Anak didik pemasyarakatan yang sakit, hamil dan
menyusui berhak mendapat makanan tambahan sesuai dengan petunjuk
dokter.
Pelaksanaan hak-hak lain narapidana wanita dilaksanakan berdasarkan
kebijakan-kebijakan masing-masing lembaga pemasyarakatan, seperti:
1. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan olah raga;
2. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan kerja bakti; dan
3. Memberikan dispensasi terhadap kegiatan-kegiatan yang membahayakan
kesehatan si ibu maupun kandungannya.
Single parent
Single parent adalah keluarga yang mana hanya ada satu orang tua tunggal,
hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk biasa terjadi pada
kelurga sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum,
baik hukum agama maupun hukum pemerintah
Dampak negative Single Parent bagi Perkembangan Anak
1. Tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga anak kurang dapat
berinteraksi dengan lingkungan, menjadi minder dan menarik diri.
2. Pada anak single parent dengan ekonomi rendah, biasanya nutrisi tidak seimbang
sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
3. Single parent kurang dapat menanamkan adat istiadat dan murung dalam keluarga,
sehingga anak kurang dapat bersopan santun dan tidak meneruskan budaya keluarga,
serta mengakibatkan kenakalan karena adanya ketidakselarasan dalam keluarga.
4. Dibidang pendidikan, single parent sibuk untuk mencari nafkah sehingga pendidikan
anak kurang sempurna dan tidak optimal.
5. Dasar pendidikan agama pada anak single parent biasanya kurang sehingga anak jauh
dari nilai agama.
6. Single parent kurang bisa melindungi anaknya dari gangguan orang lain, dan bila Dalam
jangka waktu lama, maka akan menimbulkan kecemasan pada anak atau Gangguan
psikologis yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak.

Dampak Single Parent Terhadap Ibu


1. Beban ekonomi
2. Fungsi seksual dan reproduksi
3. Hubungan dalam interaksi sosial
Penanganan Single Parent
1. Memberikan Kegiatan Yang Positif.
Berbagai macam kegiatan yang dapat mendukung anak untuk lebih bisa mengaktualisasikan
diri secara positif antara lain dengan penyaluran hobi, kursus sehingga menghindarkan anak
melakukan hal-hal yang positif.
2. Memberi Peluang Anak Belajar Berperilaku Baik .
Bertandang pada keluarga lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk
meneladani figur orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
3. Dukungan Komunitas.
Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua tunggal dapat memberikan
dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang bernasib sama sehingga tidak merasa
sendirian.

Upaya Pencegahan Single Parent dan Pencegahan Dampak Negatif Single Parent
1. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
2. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam segi
psikologis , keuangan, spiritual.
3. Menjaga komunikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
4. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
5. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
LGBT
Pada era globalisasi dan modern sekarang ini, gaya hidup atau life style
merupakan hal yang sangat penting dan kerap menjadi ajang untuk
menunjukkan jati diri seseorang. Berbagai macam cara dilakukan
orang-orang untuk bisa menunjukkan jati dirinya masing-masing, baik itu
dari segi berpakaian, pola hidup, bahkan sampai ke perilaku seksual
menyimpang, atau disebut juga dengan perilaku Lesbian, Gay, Biseksual,
dan Transgender (LGBT)
Kelompok LGBT merupakan kelompok yang rentan memiliki resiko tinggi
tertular virus
berhubungan seks sesama jenis rata-rata memiliki masalah mental seperti
depresi, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, penggunaan stimulan,
dan paparan kekerasan seksual mempengaruhi resiko penularan HIV pada
golongan lesbi, gay, dan biseksual.
Data WHO secara global menunjukan fakta bahwa orangorang LGBT sering
mengalami hasil kesehatan yang lebih buruk dibandingkan dengan populasi
umum. Serta memenghadapi hambatan seperti diskriminasi, stigma negatif,
dan perlakuan yang tidak menyenangkan untuk perawatan kesehatan yang
sangat mempengaruhi kesehatan mereka secara keseluruhan.
Surrogate Mother
saat ini surrogate mother atau yang biasa disebut dengan sewa rahim ini
telah marak di dunia, bahkan isu sewa rahim telah sampai di Indonesia.
Banyaknya pasangan suami istri yang menginginkan keturunan namun
belum juga dikaruniai keturunan.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya kondisi rahim yang
kurang sehat, suami tidak bisa mengekskresikan sperma, kondisi rahim
yang tidak memungkinkan untuk hamil, factor usia, serta di era globalisasi
ini wanita cenderung mementingkan karir.
Dalam Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(“UU Kesehatan”) diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat
dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu;
c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Jadi, yang diperbolehkan oleh hukum Indonesia adalah metode pembuahan sperma
dan ovum dari suami istri yang sah yang ditanamkan dalam rahim istri dari mana
ovum berasal. Metode ini dikenal dengan metode bayi tabung.

Adapun metode atau upaya kehamilan di luar cara alamiah selain yang diatur dalam
Pasal 127 UU Kesehatan, termasuk ibu pengganti atau sewa menyewa/penitipan
rahim, secara hukum tidak dapat dilakukan di Indonesia.
Kemiskinan
kemiskinan dan kesehatan punya mata rantai yang tidak terputus.
Kemiskinan menyebabkan kesulitan mendapatkan makanan yang
berkualitas dan bergizi tinggi. Kemiskinan akan menyudutkan seseorang
atau masyarakat ke lingkungan hidup yang buruk dan pengetahuan tentang
kesehatan yang rendah.
Umumnya, mereka yang terjerat dalam kemiskinan bergaya hidup buruk
dan rentan terkena penyakit. Dan akibat kemiskinannya itu mereka tidak
dapat membayar biaya perawatan dan pengobatan ketika sudah jatuh sakit.
Perbaikan layanan kesehatan bagi masyarakat miskin merupakan dorongan
untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin mempunyai arti penting, paling tidak karena
dua alasan pokok.
• Pertama, untuk menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat
miskin dan kedua untuk stabilitas politik nasional yakni menjaga keutuhan
integrasi bangsa, dengan meningkatkan upaya pembangunan (termasuk
kesehatan) didaerah miskin. Seperti halnya masalah kemiskinan, kesehatan
juga telah menjadi perhatian masyarakat global. Mandat global telah
menyatakan bahwa kesehatan rakyat sebagai tanggung jawab pemerintah
masing-masing.
• Kedua, ada kesepakatan di tingkat global bahwa kesehatan adalah hak asasi
manusia. Ditingkat nasional tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
pelayanan dan fasilitas kesehatan yang layak kepada warga negara antara
lain tercantum dalam pasal 28 ayat (1) dan pasal 34 ayat (3) UUD 1945.
Banyak Anak
Anak memiliki posisi dan peran sosial penting sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Masalah anak yang berkembang di masyarakat masih dianggap menjadi tanggungjawab
orang tua, karena anak tidak berdaya, lemah, dan polos. Anak hampir selalu menjadi pihak
yang dirugikan. Namun. di lain pihak ada pandangan positif dari masyarakat yang
menunjukkan bahwa anak adalah penerus keturunan yang dapat mengangkat status sosial
dan ekonomi orang tua. Sehingga orang tua berusaha memenuhi kebutuhan anak.

Walaupun anak semula dipandang sebagai beban ekonomi, tetapi karena


keberhasilan anak akan mengangkat derajat orang tua, maka orang tua akan
mengusahakan apa saja agar masa depan anak lebih baik dari mereka. Akibatnya
ketergantungan anak terhadap orang tua tinggi yang mengakibatkan kemandirian anak
berkurang. Sedangkan pandangan negatif masyarakat menunjukan bahwa anak adalah
seorang yang dapat dijadikan sarana mencari nafkah. Akibatnya anak dipaksa bekerja dan
tidak dapat sekolah, menjadi anak jalanant, terlantar dan tidak dapat tumbuh wajar.
Anak yang karena umumya secara fisik dan mental lemah polos, dan rentan
sering ditempatkan pada posisi yang kalah dan hanya diperlukan sebagai
obyek. Inisiatif, ide, keinginan dan kemauan anak sering tidak diakui, apa
yang baik menurut orang tua adalah terbaik untuk anak akibatnya
kreatifitasnya berkurang. Sebagian masyarakat memandang bahwa anak
adalah aset ekonomi, banyak anak banyak rezeki. Pandangan ini ternyata
telah mendorong sikap orang tua memberlakukan anak-anaknya sebagai
aset ekonomi sehingga anak dipekerjakan untuk menambah penghasilan
keluarga. Sesungguhnya masalah anak akan selesai jika masing-masing
orang tua bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang dekat akan
membahayakan keselamatan baik ibu dan anak. Jika seorang perempuan
kembali hamil dalam jangka waktu kurang dari enam bulan, perempuan itu
berisiko melahirkan bayi prematur. Ibu juga berisiko terkena anemia
selama masa kehamilan. Hal ini disebabkan tubuh seorang ibu belum
mengumpulkan cadangan nutrisi yang cukup setelah masa kehamilan
sebelumnya.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu solusi yang
adapat dipakai untuk menurunkan AKI. Dengan menggunakan KB, ibu dapat
mengontrol kehamilan sehingga tidak ada kehamilan yang tidak
direncanakan, terlalu sering, terlalu banyak, terlalu muda, dan terlalu tua.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai