Anda di halaman 1dari 10

Skrip Moderator

Pembuka: 2 menit

Baik, terima kasih Nabila selaku MC yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
melanjutkan rangkaian acara pada siang hari ini.

Assalamualaikum wr wb, shalom, om swastiastu, namo buddhaya, dan salam kebajikan bagi
kita semua.

Apa kabar teman-teman di siang yang cerah ini? Saya harap semuanya sudah siap ya untuk
mengikuti acara pelatihan hari ini.

Sebelumnya, perkenalkan kembali, saya Ananda Ma’rifah, selaku moderator pada acara
Pelatihan Penulisan Eksternal yang mengusung tema “LEGISLATIVE DRAFTING AS
IMPLEMENTATION OF RECHTSSTAAT”. Bagi para peserta semua tentunya sudah tidak
asing lagi dong ya dengan Legislative Drafting. Nah, bagi para peserta yang belum tahu, pas
banget nih hari ini kita berkesempatan untuk belajar dari ahlinya.

Diharapkan, melalui pelatihan hari ini, para peserta dapat menambah pengetahuan perihal
penulisan Legislative Drafting yang diantaranya terkait:

● Teori perundang-undangan;
● Proses pembuatan perundang-undangan;
● Hal-hal khusus, seperti pendelegasian wewenang, penyidikan, pencabutan, dan
perubahan; dan
● Hal-hal umum, seperti naskah akademik, penyebarluasan, sumber informasi, dan
penggunaan bahasa

Untuk itu, tanpa berlama-lama lagi, mari kita undang Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H.,
M.H. selaku pemateri pada pelatihan penulisan eksternal hari ini. Sesi pemaparan materi
akan dilaksanakan selama 2 jam. Selama pemaparan materi, peserta diharapkan untuk
menyalakan kamera dan mematikan microphonenya demi kelangsungan acara. Setelah
itu akan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 30 menit setelah pemaparan
materi usai.
Pembacaan CV Pemateri: 3 menit

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. (lahir di Kota Surakarta, Jawa Tengah, 14 Juni
1949; umur 71 tahun) adalah hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Indonesia periode
2008-2018. Sebelum menjadi hakim konsitusi, ia adalah Guru Besar Ilmu
Perundang-Undangan di Universitas Indonesia. Ia juga adalah hakim konsitusi wanita
pertama di Indonesia.

Prof. Maria menyelesaikan program sarjana hukum pada tahun 1975, kemudian meneruskan
pada jenjang Notariat yang diselesaikan pada tahun 1982, Pasca Sarjana Bidang Hukum
Universitas Indonesia yang diselesaikan pada tahun 1997, dan pada tahun 2002
menyelesaikan program doktoralnya di Program Doktor Ilmu Hukum UI. Ia juga
memperdalam ilmunya dalam bidang Pendidikan Teknik Perundang-undangan (legal
drafting) di

● Leiden, Belanda;
● Pendidikan Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (wetgevingsproces)
di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda;
● Pendidikan Legislative Drafting Project University of San Francisco School of Law
Indonesia Program;
● Pendidikan Legislative Drafting Boston University School of Law, Amerika Serikat;
serta
● The Residence Course in Legislative Theory, Methodology and Techniques, Boston
University School of Law Boston, Amerika Serikat.

Sebelum menjadi hakim konsitusi, beliau adalah Guru Besar Ilmu Perundang-Undangan di
Universitas Indonesia, dan juga menjabat

● sebagai Ketua Bidang Perundang-Undangan dan sebagai Ketua Komisi


Perundang-Undangan pada Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum
Administrasi Negara sejak tahun 1999,
● Anggota Tim Perumus dan Anggota Tim Penyelaras pada Komisi Konstitusi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, serta
● Anggota Board of Advisor, International Consortium on Law and Development
(ICLAD) - Boston University Program on Legislative Drafting for Democratic Social
Change,
● Anggota Tim Pakar Hukum Departemen Pertahanan Republik Indonesia, sebagai ahli
dalam perancangan dan pembentukan peraturan perundang-undangan.

Kepada pembicara, waktu dipersilahkan.

Question and Answer Session: 30 menit

Baik, terima kasih atas penjelasannya yang insightful pemateri. Sekarang kita akan memasuki
sesi tanya jawab. Bagi para peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, dipersilahkan untuk
menyalakan kameranya dan microphonenya agar dapat mengajukan pertanyaan secara
langsung, atau bisa juga dengan mencantumkan pertanyaan di kolom chat untuk ditanyakan
oleh moderator. Terima kasih.

Bagi para peserta yang ingin mengajukan pertanyaan secara langsung dimohon untuk
menulis nama_institusi dan bagi para peserta yang ingin ditanyakan oleh moderator
bisa langsung mencantumkan pertanyaannya di kolom chat box.

Putra Perdana A.S dari FH Univ. Bengkulu hadir. Pertanyaan sy tujukan kpd Ibu Prof. Maria
Farida Indrati:

1. salah 1 pertimbangan hukum MK dlm membatalkan secara formil UU KKR & SDA adalah
Pasal2 yg diuji adalah Pasal yg merupakan jantungnya UU. Pertanyaannya: bagaimana cara
menentukan Pasal yg merupakan jantungnya UU?

2. Mengenai ada UU Cipta Kerja yg ada beberapa Pasal salah ketik. Apakah itu bisa
dikatakan melanggar asas formil pembentukan perundang2an?

3. Prof. Mahfud MD dalam disertasinya menyatakan rezim otoriter akan menghasilkan


produk hukum yg ortodoks & menindas. Rezim yg demokratis akan menghasilkan produk
hukum yg populis & pro rakyat. Pertanyaan nya: Bagaimana Prof melihat praktik legislasi
saat ini yg dikatakan rezim demokratis tetapi produk hukum yg dihasilkan sifatnya Ortodoks
& menindas, seperti UU MK & UU Ciptaker?

1. Panji Purnama (FHUI) - Hal dasar apa saja yang perlu diperhatikan untuk menulis
legislative drafting?
2. Lathiifa Wirasatya Listyo Putri (FHUI) - Bagaimana legislative drafting yang ideal
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan?
3. Firman (FH Univ. Pancasila) - Apakah terdapat lisensi untuk menjadi seorang
legislative drafter ? seperti advokat yang lisensinya diberikan peradi.
4. Sarah Bouty (Perorangan) - Bagaimana sebaiknya legislative drafting yang benar
dengan perspektif pengurangan obesitas regulasi/PUU?
5. Kgs.M.Solihin,SH,MH (Perorangan) - Bagaimana cara membatalkan undang-undang
atau aturan yang berlaku?
6. Rifdah Rudi (FHUI) - Bagaimana proses penyusunan produk legislatif yang umum
dilakukan di Indonesia?
7. Andie Yan Setiawan (Perorangan) - Bagaimana membuat legal drafting yang benar?
8. Putra Perdana Ahmad (Fakultas Hukum Universitas Bengkulu)

- Salah 1 pertimbangan hukum MK dlm membatalkan secara formil UU Komisi


Kebenaran dan Rekonsiliasi & UU Sumber Daya Air adalah Pasal2 yg diuji
adalah Pasal yg merupakan jantungnya UU. Pertanyaannya: bagaimana cara
menentukan Pasal yg merupakan jantungnya suatu UU?

intinya, sifat kekeluargaannya ga disana. tdk sesuai dgn pasal 1 ANGKA (1).
KALO ITU UDH BERMASALAH MAKA RUNTUHNYA SEMUANYA
HINGGA PASAL2 TERAKHIR. JD TDK BERARTI LG SMUANYA.

- Prof. Mahfud MD mengatakan dlm disertasinya, rezim yg demokratis akan


menghasilkan UU yg demokratis tetapi ada paradoks disini Prof. Mengapa pasca
Reformasi yg disebut rezim demokratis tp UU yg dihasilkan masih Ortodoks &
menindas? Contohnya UU No.7 Tahun 2020 ttg MK yg berwatak konvensional
& Ortodoks.
9. Syariffudin (FH UISU MEDAN) - Apa asas yang terpenting dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan?
10. Rahmawati (FH universitas wahid hasyim semarang) - Apakah penyusunan prolegnas
dan prolegda khususnya di periode 2019-2024 saat ini sudah sesuai dengan ketentuan
legislative draftingnya?
11. Rylo Herdiansyah (STAI HAJI AGUS SALIM CIKARANG) - Bagaimana tips
berlatih menulis drafting legal yang baik bagi pemula?
12. Abubakar, SH., M.Si (Kementerian Hukum dan HAM) - Apakah dlm penyusunan
PUU yg tdk melibatkan peran serta masyarakat maka puu tersebut bs di batalkan oleh
MK/MA?
13. Retno Dwi (FH UNS) - Bagaimana strategi perumusan peraturan
perundang-undangan berdasarkan nilai pancasila?
14. Sari (Fakultas Hukum Universitas Suryakancana) - bagaimana cara menghadapi
tantangan sebagai legal drafter ditengah kontraversi rancangan undang- undang?
15. Hastu Mega Primasto (FH UNS) - Bagaimana cara membuat Legislative drafting
yang benar?
16. Haikal (FH Uncen) - Bagaimana cara menyusun legislative drafting yang benar?
17. Muhammad Ari Faizal Kumkelo (Perorangan) - Bagaimana untuk membuat suatu
peraturan Perundang-Undangan atau sejenisnya, agar tidak bertentangan dengan UU
dan/atau UUD?
18. Inaz Indra (FH Undip) - Bagaimana proses pembuatan UU dalam pembentukan
lembaga negara baru?
19. Jonathan Fide Mulya (FH Unpad) -

(1) Apa yang harus diperhatikan pertama kali dalam penyusunan atau pembentukan
Legal Drafting?

(2) Apabila pembentukan ini melenceng daripada kaidah yang termuat dalam
UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undang, apakah UU
tersebut tetap bisa disahkan atau sudah dapat dianggap cacat secara fomil?

harus diliat dulu pembahasan naskah akademiknya dulu seperti apa

kalau mengubah substansi baru dapat dicek kembali melalui surat perintah

baru setelah rumusannya masuk ke dpr


(3) Bagaimana menentukan dasar filosofis yang baik dalam melakukan penyusunan
peraturan perundang-undangan?

(4) Kenapa hingga saat ini ada beberapa produk hukum, seperti UU CIPTAKER,
melenceng daripada pembentukan hukum yang baik? Terlebih terjadi typoo di dalam
naskahnya.

(5) Apakah dalil TYPOO dapat dijadikan dalih dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan?

(6) Dalam ke-TYPOO-an ini, siapakah yang harus bertanggung jawab atas
penyusunan pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut? ex: uu
ciptaker (merujuk pasal 17 pdhl pasal 17 nya udh dicabut.

20. Aris Mohamad Ghaffar Binol (Firma Hukum) - Bagaimana pendapat pemateri
tentang teknik legal drafting oleh legislatif kita dewasa ini, mengingat produk
hukum yg di buat selalu menjadi kontroversi. contoh UU omnibus law yg
menuai pro dan kontra dari masyarakat
21. Abdul Majid (Perorangan) - Apakah setelah UU disahkan Draf UU/Naskah
akademik dapat dijadikan bahan interpretasi hukum UU tersebut?
22. Lilis Suganda, S.H.,CLA. (Kantor Hukum) - Selain harus terbiasa melakukan
Drafting, apa hal penting lainnya yang harus dimiliki atau dilakukan seseorang
agar bisa mahir Drafting?
23. Alif Fachrul Rachman (UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA) - Bagaimana
sistematika pembuatan UU yang baik dan apa saja hal-hal yang harus diperhatikan
sebelum memulainya
24. Natar Julian Fery Situmorang, S.H., C.L.A., C.Me. (Perorangan) - Bagaimana
pokok-pokok dalam penyusunan Legislative Drafting?
25. Mar atun Fitriah (FH UGM) - Apa yg menjadi tolak ukur suatu undang-undang
masuk dalam program legislasi prioritas, dan tolak ukur membuat suatu
undang-undang dikeluarkan dari daftar prolegnas ataupun prioritas?? Apakah
luasnya materi muatan atau alasan alotnya pembahasan utk mencapai suatu
kesepakatan dapat menjadi salah satu faktornya?
kalo diliat dr uu 11/12 apa yg perlu kita keluarkan dr prolegnas gaada
batasannya secara tegas. apa yg dimasukan ke prolegnas itu kembali lagi kepada
keputusan lembaga hukum terkait.

jadi tidak masalah ya prof. karena apabila dilihat dari pasal 22a apa yang
terjadi hanya berkaitan dengan proses dan tekniknya saja),

26. Ahmad Yakub (Kantor Hukum FATMAH S.Sy., MH & associate) - Apakah
perundang-undangan itu bisa di rubah sedikit demi sedikit??
27. Karina Tri Ambarsari (Perorangan) - Apa saja yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan dan pengamatan materi dalam legal drafting?
28. MOCH ZAKI FATHONI, S.H. (FH Ubhara) - Apa syarat jadi seorang legal drafter?
29. Sikkop Parluhutan Hotmatua Sianturi (FH Unkris) - Bagaimana
mengimplementasikan rasa keadilan dalam sebuah drafting undang-undang?
30. Rafik Hikmawan (Perorangan) - Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi dalam
proses pembentukan peraturan perundang-undangan agar menghasilkan sebuah
undang- undang yang baik?
31. Rizky Arjuna (Umum) - Pemerintah melalui siaran pers yg dilakukan
Kemenkumham, mengatakan metode omnibus law adalah suatu terobosan
hukum, padahal dalam uu dan peraturan perundang-undangan di Indonesia
tidak ada yang mengatur perihal metode omnibus law, bagaimana pandangan
Prof terhadap hal tersebut. Apakah ini dapat ditafsirkan sebagai terobosan
hukum, ataukah penyelundupan hukum ataukah ada pandangan lain? Mohon
pencerahannya Prof. Terimakasih.
32. Malik Anwar (FH UGM) - Apa pentingnya legislative drafting dalam pembuatan
perundang undangan?
33. Anies Mahanani (FH UNS) - Apa yang perlu dipersiapkan dalam legislative drafting?
34. Arya Putra Nugraha (Kementerian Sosial) - Bagaimana penulisan legislatif
drafting terhadap suatu aturan yang baik dan benar agar tidak menimbulkan
permasalahan setelah aturan tersebut diundangkan?
35. Indah Faridah (Perorangan) - Bagaimana tindak lanjut perkara untuk bukti bukti untuk
tersangka itu hilang, apakah diusut sampai tuntas atau stop untuk di tindak lanjuti
36. Ridha Kusmawardiningrum (FH UNJA) - apa dasar-dasar dari penulisan legislative
drafting dan bagaimana formulasi yang ideal dalam pembuatannya
37. Azka Andika Aziz (FH UMM) - Seperti apa mahasiswa hukum yang benar dan baik.
Apabila masih banyak orang hukum yang tidak benar
38. Najib Satria (FH UNS) - Bagaimana cara menggabungkan unsur sosiologis, yuridis,
dan filosofis menjadi satu?
39. JUNIFAR RIDWAN PRATAMA (Perorangan) - Bagian penting dan krusial apa
sajakah yang sangat menentukan dalam proses legislative drafting
40. ABDUL MUHAIMIN RAHIM MULSIN (UNHAS) - Bagaimana peran perancang
dalam penataan produk hukum?
41. Muhammad Reza Baihaki (FHUI) - Bagaimana sistematika pembuatan UU yang baik,
dan apa yang harus dipersiapkan sebelum memulai pembuatan UU?
42. Nurafni, SH (FHUI) - Standar apa yang dipakai dalam legislative drafting? Dan
Apakah dalam menyusun perundang-undangan memperhatikan juga kepada
biaya dan manfaat (cost and benefit) ? Terima kasih 🙏
43. Nur Azizi .MJ (FH UNJA) - Apa modal utama dalam mempersiapkan penulisan
legislative drafting?
44. Kariswan Pratama Jaya, S.H (Perorangan) - Apa dampak hukum cacat prosedur dalam
proses pembuatan Undang-Undang?
45. Muhammad Nirwan Farbianto (Farbianto dan Rekan) - Bagaimana menciptakan
reason drafting legal yang matang?
46. Andini Yuliati (FH Unija) - Poin apa saja yang perlu dipersiapkan dan
dipertimbangkan dalam menulis legislative drafting?

15.25 : "baik mungkin ini pertanyaan terakhir mengingat keterbatasan waktu"

Rangkuman Materi: 5 menit

Teknik Perancangan Peraturan Perundang-Undangan.

1. Pasal 5 ayat 1 UUD 1945, “presiden berhak mengajukan rancangan UU kepada DPR”
2. Pasal 20 ayat (1)
- DPR memegang kekuasaan membentuk UU.
- Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan
bersama.
- Jika RUU itu tidak mendapat persetujuan bersama, RUU itu tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
- Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama untuk menjadi UU
- Dalam hal RUU yg telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak RUU tsb. disetujui, RUU
tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan.

Rumusan pasal 5 dan pasal 20 uud 1945 sesudah amandemen menguatkan kekuasaan
presiden dalam pembentukan UU.

Penyusunan UU jika mengacu pada Pasal 43 dapat berasal dari DPR atau Presiden. Dan
Mengacu pada Pasal 65 pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau
menteri yang ditugasi.

Untuk mewujudkan negara hukum diperlukan tatanan yang tertib (good


governance) antara lain di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan.
Tertib pembentukan peraturan perundang-undangan harus dirintis sejak saat
perencanaan sampai dengan pengundangannya supaya tidak kehilangan arah atau
tujuan sebagai negara hukum (rechtstaat). Untuk membentuk peraturan
perundang-undangan yang baik, diperlukan berbagai persyaratan yang berkaitan
dengan sistem, asas, tata cara penyiapan dan pembahasan, teknik, penyusunan
maupun pemberlakuannya. Landasan hukum yang digunakan dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah UU No. 12/2011. Secara normatif, yakni
berdasarkan Pasal 1 angka 1 dan 2 UU 12/2011, pembentukan peraturan
perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup
tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan. Peraturan perundang-undangan sendiri adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-Undangan. Terkait proses perencanaan penyusunan UU, tahap pertamanya
dilakukan dalam prolegnas. Prolegnas merupakan skala prioritas program pembentukan UU
dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional. Penyusunan prolegnas dibentuk
berdasarkan atas: perintah UUD NRI 1945, perintah TAP MPR RI, perintah UU lainnya,
sistem perencanaan pembangunan nasional, rencana pembangunan jangka panjang nasional,
rencana pembangunan jangka menengah, dan rencana kerja pemerintah dan rencana strategi
DPR RI.

Penutup: 2 menit

Kesimpulan tadi sekaligus mengakhiri perjumpaan kita pada Pelatihan Penulisan Eksternal:
LEGISLATIVE DRAFTING AS IMPLEMENTATION OF RECHTSSTAAT hari ini,
diharapkan para peserta dapat memahami materi yang telah dipaparkan. Saya selaku
moderator pamit undur diri, semoga kita dapat bertemu di acara-acara lainnya yang diusung
oleh LK2 FHUI.

Wassalamualaikum wr wb., Shalom, Om shanti shanti shanti Oom, Namo Buddhaya, dan
salam kebajikan untuk kita semua.

Acara saya kembalikan ke MC.

Anda mungkin juga menyukai