Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan gambar yang dihasilkan oleh teknologi kecerdasan buatan menjadikan batas antara

kenyataan dan fiksi semakin kabur. Berbagai terobosan dalam teknologi pembuatan gambar
memungkinkan seseorang menjadi seniman dadakan dan menghasilkan karya yang menakjubkan
dan terkadang menakutkan.

Seperti gambar Paus Fransiskus yang pernah viral pada awal tahun ini. Kalau itu, Fransiskus terlihat
mengenakan mantel musim dingin berwarna putih. Ternyata, gambar itu sepenuhnya hasil dari
kecerdasan buatan atau AI. Kualitas gambarnya meyakinkan sehingga membuat banyak orang
kagum dan tidak percaya. Lalu batas antara apa yang nyata dan tidak menjadi kabur.

Gambar-gambar yang dihasilkan oleh AI ini mengancam dan kian meresahkan masyarakat, termasuk
para seniman. Bahkan seniman di seluruh China telah memboikot salah satu pelantar media sosial
terbesar di China, Xiaohongshu.

Pemboikotan dilakukan karena Xiaohongshu menggunakan teknologi pembuat gambar AI. Dalam
laporan pada Kamis (28/9/2023), CNN mengungkap kontroversi mengenai isu ini dimulai Agustus.

Banyak teknologi yang dikembangkan oleh raksasa teknologi yang memiliki bank data besar.
Mahadata itu memungkinkan mereka melakukan banyak hal. Mereka pun tidak peduli apakah
teknologi yang dibuat dilindungi peraturan atau tidak.

Karena Trik AI memiliki bank data yang lebih kecil, kemiripan antara konten yang dihasilkan AI dan
karya asli seniman menjadi lebih jelas. Hal itu memudahkan penyelidikan secara hukum. Kasus
pelanggaran hak cipta akan lebih sulit dideteksi jika lebih banyak karya dimasukkan ke dalam bank
data yang lebih besar.

Para ahli mengatakan, negara-negara besar seperti China cenderung memprioritaskan sentralisasi
kekuasaan dari perusahaan teknologi ketika merancang peraturan dan fokus menjadi yang terdepan
dalam kompetisi teknologi global. Negara tidak berfokus pada hak-hak individu.

Anda mungkin juga menyukai