Anda di halaman 1dari 2

ARTIFICIAL INTELLIEGENCE (AI) MUSUH MANUSIA DI MASA DEPAN

Oleh Maria R.I Misales

Perkembangan teknologi Artificial Intelliegence (AI) dimasa yang akan datang akan
memusnakan umat manusia. Kemunculan kecerdasan buatan ini disinyalir akan menggantikan
posisi manusia. Posisi manusia sebagai pencipta lambat laun akan tergantikan dengan sendirinya
oleh barang ciptanya, kita bisa apa? Kalau situasi ini akan benra-benar terjadi di masa depan.
Inovasi teknologi tiap tahun kian melejit, melahirkan banyak perubahan pada dunia digitalisasi
dari yang inovatif jadi yang instan. Pasar global ramai-ramai memamerkan hasil temuan ilmuan
menarik perhatian para elit negara mengunjuk kebolehan dengan teknologi yang baru.
Menunjukan kehabatan dengan mulai membuka pasar ilegal pelelangan data pribadi. Jutaan
orang kian merana karena kehilangan pekerjaan yang telah diambil alih Artificial Intelliegence
(AI) yang mengakibatkan tingkat pengangguran dan kejahatan yang meningkat. Sedikit demi
sedikit Artificial Intelliegence (AI) mulai unjuk diri sebagai penguasa.

Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon musk dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa
teknlogi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah sebuah teknologi yang sangat
berbahaya yang dapat mengancam umat manusia. Selain itu, Geoffrey Hinton yang dikenal
sebagai bapak kecerdasan buatan dalam sebuah wawancaranya di CBS News mengatakan bahwa
Artificial Intelliegence (AI) bisa saja menghapus umat manusia dengan kecerdasanya.
Pernyataan dari Geoffrey dan Elon ini bukan hanya sebuah pernyataan kosong yang hanya
menggertak tetapi sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan penelitian dan riset yang panjang.
Hal ini justru harus menjadi pertimbangan besar untuk teknologi Artificial Intelliegence (AI) di
masa depan. Sebuah robot humannoid yang diciptakan dengan teknologi Artificial Intelliegence
(AI) dalam sebuah wawancara berkata i will destroy humans yang artinya aku akan
mengahancurkan manusia. Ini bukan sebuah lelucon dari sebuah robot pintar tetapi ini adalah
sebuah kejujuran. Bahwa di masa depan mereka akan menghancurkan umat manusia dan
menjadikan manusia sebagai budak teknologi. Artificial Intelliegence (AI) ini juga dapat meniru
dan merekam tingkah manusia, dari hal ini saja kita dapat memahami bahwa AI akan dengan
muda berperilaku seperti manusia. Bagaimana keadaan manusia dimasa depan? Ketika
kecerdasan buatan lebih dominan dan lebih berkuasa, perkembangan teknologi yang sangat cepat
tidak dapat di prediksi. Invasi manusia oleh Artificial Intelliegence (AI) akan terjadi secara
perlahan dan akan menjadi bumerang untuk umat manusia di masa depan.

Disamping itu, gereja mendukung perkembanga teknologi yang tidak merugikan atau
bertentangan dengan kepentingan umum. Gereja menginginkan penggunaan Artificial
Intelliegence (AI) harus berakar pada martabat manusia.Gereja juga mengharapkan agar
keberadaan Artificial Intelliegence (AI) tidak menyebabkan kesenjangan yang akan merugikan
umat manusia. Gereja juga mengharapkan dengan adanya Artificial Intelliegence (AI) tidak
mengabaikan persoalan etika dan moral. Dalam Ensiklik Centesimus Annus (1991), Sri Paus
Yohanes Paulus II memberikan penekanan bahwa acuan utama kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan adalah penghargaan akan pribadi manusia, dan hubungan antar ciptaan dalam suatu
tatanan yang baik dan teratur.

Dengan demikian, Artificial Intelliegence (AI) akan menjadi masalah besar di masa depan.
Yang akan membawa kehancuran besar pada umat manusia. Kelahiran inovasi baru dari
Artificial Intelliegence (AI) disetiap tahunnya menjadi sebuah pertanda buruk bahwa teknologi
AI sudah mulai menguasai kehidupan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai