Anda di halaman 1dari 2

Dalam sastra Bugis terdapat sebuah Pantun yang berbunyi” Dua Kuala seperti daun pisang di alamnya senantiasa

nya senantiasa tumbuh saling berganti. Daun tua


Sappo” Unganna panasae na beli kanuku” artinya ada 2 kejadian pagar yaitu belum layu telah tumbuh daun muda, yang dalam bahasa Bugis disebut”
kembang nangka dan penghias kuku. maccolli maddaung”.

Kembang nangka, dalam bahasa Bugis dinamakan “lempu” disamakan 4. Daun nangka ( panasa)
dengan kata” lempu” atau jujur.
Dirangkaikan sebanyak 7 atau 9 lembar dan diletakkan di atas daun pisang.
Penghias kuku namanya “Pacci” yang dihubungkan dengan kata Paccing Melambangkan harapan bagi calon pengantin dalam bahasa Bugis disebut”
yang artinya bersih atau suci. Jadi makna pantun di atas adalah “kejujuran Minasa” atau ” mamminasa” yang berarti cita-cita yang luhur.
dan kesucian” . Merupakan benteng dalam kehidupan, karena kejujuran dan
kesucian adalah penjelmaan dari pancaran kalbu seseorang. 5 Benno

Perlengkapan dan maknanya: Benno adalah gabah / padi yang telah disangrai hingga mekar

Perlengkapan yang disiapkan dalam acara mappacci, terdiri dari berbagai (Mpenno). Diletakkan di atas piring. Melambangkan atau bermakna sebagai
benda sebagai simbol, yang masing-masing mengandung arti dan makna suatu harapan agar calon mempelai mendapat keturunan yang baik. Dalam
tersendiri yaitu: bahasa Bugis di sebut” mpenno eialei’ .

1. Bantal 6. Tai wani ( Patti)

Bantal dihiasi seindah mungkin dan diletakkan di depan calon mempelai. Tai wani atau Patti adalah sejenis lilin dari lebah. Dalam kehidupan modern
ini. ” Tai wani diganti dengan “lilin ” melambangkan suluh atau penerang,
Bantal tersebut terbuat dari kapas, sebagai simbol kemakmuran, berfungsi yang bermakna agar perjalanan kedua mempelai senantiasa mendapat jalan
sebagai pengalas kepala, artinya kehormatan atau martabat. Bantal ini yang terang dan damai dalam kehidupannya, sebagaimana kehidupan
mengandung makna kemakmuran, atau martabat dalam bahasa Bugis di sebut masyarakat lebah.
” mappakalebbi”.
7. Daun Pacci
2. Sarung
Dahulu daun Pacci ditumbuk halus, ditempatkan di sebuah wadah yang
Sarung disusun sebanyak tujuh lembar di atas bantal dan di bentuk disebut” bekkeng” bermakna kesatuan jiwa calon mempelai, sehingga tercipta
sedemikian rupa, bermakna “prestise ” atau harga diri. Sedangkan jumlah kerukunan dalam rumah tangga.
tujuh diartikan bahwa suatu pekerjaan yang terbaik dalam bahasa Bugis
disebut ” tujui” atau ” mattujui”. Sekarang ini Pacci tidak lagi di tumbuk tetapi diambil dengan tangkainya dan
di tempatkan berdiri pada pada sebuah wadah.
3. Daung pisang
8. Kelapa dan gula merah
Daun pisang diletakkan di atas bantal yang telah dilapisi sarung tujuh lembar,
melambangkan atau bermakna” kehidupan yang sambung menyambung”
Gula merah disimpan di dalam kelapa yang sudah dibelah melambangkan”
cenning na lunra”. Bermakna kehidupan yang manis dan harmonis dalam
rumah tangga yang senantiasa diharapkan bersama.

Kelapa adalah tumbuhan yang serba guna bermakna sebagai harapan bersama
untuk menjadi manusia yang berguna bagi sesama dan alam sekitar.

Demikian sekelumit acara mappacci yang harus kita lestarikan sebagai


warisan budaya leluhur bagi generasi yang akan datang.

Hadirin yang kami Hormati


Demikian sekelumit makna, symbol, tafaul atau sennu-sennuang yang
terkandung dalam Upacara Adat Mappacci. Semoga doa restu para
hadirin dapat mengantar pasangan suami isteri dalam kehidupan yang
bahagia, sejahtera, aman dan damai dalam keluarga yang sakinah
mawaddah warahmah
Akhirnya : COKKONG MUA MENASAE, NAKKELO DEWATA
SEUWWAE NAIYYA MADDUPA.. Artinya berpucuk jua, harapan,
kehendak Tuhan jualah yang berlaku maka itulah yang menjadi
kenyataan.
Cukup sekian mohon maaf atas segala kekurangan dan terima kasih
atas perhatiannya.
Wabillahi Taufiq Walhidayah Wassalamu Alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai