Pitra Yadnya
Pada pelaksanaan Pitra Yajna biasanya diperlukan perlengkapan upacara baik
sebagai tempat maupun simbol- simbol yang diperlukan pada setiap tahapan
upacara antara lain :
2.Lante/rante
Dibuat dari sebitan paenjalian atau rotan. Penjalin ini digulungkan dengan
tali “ketikung” yang dibuat dari penjalin. Ketekung adalah perubahan dari
ulat menjadi kupu-kupu. Demikianlah diibaratkan manusia mati, yang
merupakan proses untuk lahir kembali menjadi manusia.
3.Tumpang Salu
Adalah tempat dimana sawa yang ada dalam peti bandusa mendapatkan
penyucian (Samskara) oleh Pandita. Tumpang Salu ini dibuat dari bamboo
gading. Balainya diikat dengan kawat Panca Datu yaitu emas, perak,
tembaga, timah, dan besi. Dengan demikian, balainya merupakan symbol dari
bumi. Dinding belakangnya bertumpang. Oleh karenanya bale ini disebut
“Tumpang Salu”. Tumpang Salu merupakan “pelinggihan” Sawa dan rohnya.
Ia diibaratkan Naga Tatsaka yang akan menerbangkan roh.
4.Pelengkungan
Penutup Tumpang Salu yang dibuat dari sebitan bambu yang diulat seperti
bedeg jarang, panjangnya sampai menutup Tumpang Salu sehingga tidak
kelihatan.
5.Pengulungan
Dibuat dengan tikar dan kain putih (kasa). Kain putih yang bertuliskan
“Padma”dengan aksara “Walung Kapala”. Aksara Walung Kapala adalah
aksara kulit manusia. Jadi pengulungan adalah simbolik dari kulit itu sendiri.
6.Tatindih
Adalah kain sutra putih yang dikerudungkan pada Sawa, adalah merupakan
simbolik selimut.
8.Tragtag
9.Ubes-ubes
10.Iber-iber
Berupa ayam atau burung. Binatang ini diterbangkan ketika sawa mulai
dibakar, sebagai simbol perginya Atma dari badan ke asalnya.
11.Penuntun
Sarananya terdiri dari tulup, yang ditancapkan pada beruk yang berisi
“jijih”.Beruk ini dialasi wajan yang dilengkapi bebanten pras dan penyeneng,
lalu dibungkus dengan kain putih. Beruknya dialasi dengan daun tunjung dan
dibungkus dengan kaping. Pada tulup memakai single uang kepeng 225 lalu
dihubungkan dengan benang tiga tukel (tridatu). Benang ini nantinya
disambung dengan tali dihubungkan dengan Sawa pada bandusa/wadah dll.
Penuntun ini berfungsi untuk menuntun orang yang sudah meninggal, guna
kembali kepada asalnya. Dipakainya tulup sebagai alat penuntun, karena
tulup bisa mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai.
12.Tah/Arug/Sabit mabakang-bakang
Sabit ini berfungsi untuk merabas apa saja yang menghalangi perjalanan
Atma untuk kembali ke asalnya.
13.Gender
14.Petulangan
15.Bale Gumi
Adalah bale yang berundag tiga dengan lantainya tanah. Bale Gumi adalah
tempat Sawa yang akan dibakar. Oleh karenanya juga disebut “bale
pamuhun” .Seperti namanya Bale Gumi berfungsi sebagai bumi.
16.Sekarura
Bale ini ditancapkan Bale Gumi. Bale Lunjuk bertiang 4 dan beratap.Bale ini
dibuat dari bambu gading Pada atapnya “meringring” dengan hiasan warna –
warni. Bale salunglung artinya Bale keindahan atau keasrian. Di bawah ini
Sawa itu dibakar.
18.Cegceg
Adalah beberapa butir padi yang dimasuki uang kepeng. Sepanjang jalan
cegceg ini diletakkan dipinggir jalan yang berfungsi sebagai oleh-oleh Atma
untuk kembali ke asalnya.
20.Tetukon
Simbol dari keseluruhan satu sosok tubuh manusia. Sebagai alasnya adalah
sok tempeh tembong yang didalamnya dimasukkan berbagai isi alam sebagai
symbol kepala, mata, telinga, hidung, pererai, leher, tubuh, dan isinya,tangan
dan kaki.
21.Pangrekan
Adegan artinya perwujudan dari orang mati tempat berstananya Panca Maha
Bhuta. Adegan ini terdiri dari ortenan daun rontal dengan dihiasi kertas
sedemikian rupa,lengkap dengan rambutnya.Pada ortenan daun rontal ini
ditancpkam lukisan orang-orangan, yang dilukiskan pada sebilah kayu
cendana atau majegau. Lalu dihadapannya ditaruh anak pisang . Karenanya
upakara ini disebut Pisang Jati. Pisang Jati merupakan simbolik dari
swadarma manusia utama. Ia tidak akan berhenti nangun yasa kerti atau jasa.
Bagaikan si pisang, tidak akan mati sebelum dapat mempersembahkan
buahnya yang lezat. Pisang Jati diletakkan pada hulu dari pada Sawa, sebagai
perwujudan manusia utama.
23.Puspa lingga
Sama seperti Adegan, namun pada saat ini Panca Maha Bhuta sudah menjadi
Panca Tan Matra.
24.Angenan
25.Kreb Sinom
Kreb Sinom artinya krudung muda atau krudung sari. Disebut juga Kreb Sari.
Peralatan ini berfungsi sebagai krudung.
26.Kajang
Kajang artinya selimut. Adalah kain putih yang bertuliskan Sad Dasa Aksara.
Kajang adalah symbol daripada kulit.
27.Sok bekel/Ponjen
Adalah nerupakan bekal bagi orang yang akan kembali kepada asalnya. Isis
ok bekel ini antara lain : Sanggar surya, Cermin, jinah bolong 200, isi
ceraken, tiuk atau pengutik.Sok bekel ini dihias kain putih, beralaskan bokor
bersama gagutuk.Sok bekel ini diletakkan di atas perut Sawa. Seperti
namanya sok bekel, peralatan ini merupakan bekel bagi Sawa untuk kembali
keasalnya.
28.Gegutuk/Gerutuk
29.Lis pering
Adalah sepasang lis yang dibuat dari ron jaka. Lis pering ini adalah symbol
dari bumi dengan isinya. Lis ini diletakkan pada kaki Sawa dengan berdiri.
Hal ini merupakan simbolik, bahwa ia tetap berdiri diatas bhumi.
30.Jempana
Adalah wahana untuk menghanyutkan atau melarung sekah atau tulang yang
telah dihaluskan.
Dibuat dari daun rontal berupa deling, ditaruh pada sebuah wakul kecil yang
berisi beras 3 genggam dan uang kepeng 200, benang satukel. Deling
diberikan pakaian, diisi daun ancak beringin. Dikasi muka (prarai) dari
cendana. Dan dikasi rambut. Kesi-kesi deling ini adalah simboldari Atma .
Kesi-kesi deling ini diletakkan bagian hulu tempat Sawa.
32.Ampilan
Dibuat dari bambu kuning memakai baju kain putih untuk yang sudah kawin
dan yang kuning untuk yang belum kawin.Seperti orang-orangan kepalanya
dibuat seperti keranjang berisi 25 kepeng uang pada pucuknya, cawan berisi
arang dibungkus dengan kain putih.
33.Bale pawedaan
Adalah bale tempat Sulinggih mepuja, terbuat dari kayu dan atapnya dari
alang-alang.
34.Sunari
Sumber:
Puragunung Salak
Google Images