Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM GKS JEMAAT WULLA


1. Sejarah GKS Jemaat Wulla
Kehadiran gereja baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang
tentu tidak dapat dipisahkan dari pengalaman masa lampau (sejarah). Sejarah
merupakan salah satu momen penting yang memberikan arti yang sangat besar bagi
gereja dan jemaat itu sendiri. Dengan adanya sejarah, warga jemaat akan dapat
mengetahui bagaimana awal mula berdirinya suatu gereja dan hal-hal yang berkaitan
dengan pelayanan yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, menyadari betapa
pentingnya sejarah, maka berikut ini akan diuraikan sejarah singkat berdirinya GKS
Jemaat Wulla.
Jemaat Wulla lahir dan berdiri sejak tahun 1952 dan dipimpin Oleh Bapak
Ndena Nggaba Karambu, dimana tempat ibadahnya masih dilakukan di kampung
Lumbu Winu. Sejak masa pimpinannya, tentu belum banyak warga yang mengikuti
Ibadah, tetapi seiring berjalannya waktu maka semakin bertambah pula warga jemaat
yang mau beribadah. Pelaksanaan ibadah Minggu masih dilakukan dirumah bapak
Ndena Nggaba Karambu, karena pada saat itu belum terdapat Pos pelayanan sebagai
tempat beribadah. Pada saat itu mereka beribadah seperti ibadah PA Rumah Tangga
oleh karena mereka belum memahami liturgi.
Pada tahun 1969, maka semakin bertambah pula jemaat yang mau beribadah
sehingga jemaat bersepakat dan memutuskan untuk mendirikan sebuah tempat ibadah
yaitu sebuah Pos PI. Pos PI saat itu hanya beratapkan Daun Manggit (Lontar) dengan
bangunan seadanya. Pos PI ini di dirikan di salah satu kampung, yaitu kampung
Manggit Kaleka dan dilayani oleh seorang penolong Guru Injil yaitu bapak Tundu
Pekuali. Cara beribadahnya pun belum berubah karena belum menggunakan Liturgi
lengkap. Seiring berjalannya waktu, penolong Guru Injil Tundu Pekuali meminta
kepada jemaat untuk dirinya berhenti melakukan pelayanannya karena beliau
kewalahan dengan jarak yang ia tempuh dari rumahnya ketempat beribadah. Beliau
harus menempuh perjalanan 9 KM menggunakan kuda dengan usianya yang sudah
lanjut.
Setelah berakhir masa pelayanan dari penolong Guru Injil Tundu Pekuali,
jemaat tetap bersemangat untuk melaksanakan ibadah. Sehingga pada tahun 1970 –

1
1972, jemaat memanggil seorang pendeta yang bernama Pdt. Stepanus Umbu Tuang
Dapayapu S.Th, dan seorang penolong Guru Injil untuk melayani jemaat yaitu Bapak
Hota Lili Tuang.
Tahun 1973, Pdt. Stepanus Umbu Tuang Dapayapu S.Th memindahkan
Bapak Hota Lili Tuang untuk melayani di cabang Walakari dan Pos PI Wulla dilayani
Oleh Bapak Guru injil Martinus Radjah. Setelah beberapa waktu terlihat bagaimana
kerinduan jemaat yang semakin hari semakin rindu untuk beribadah dan juga
pertumbuhan anggota jemaat yan semakin bertambah banyak, maka Bapak GI.
Martinus Radjah mendorong warga jemaat untuk mendirikan (membangun) tempat
ibadah yang lebih memadai dan layak dipakai. Oleh karena pertolongan Tuhan bagi
warga jemaat maka pada tahun 1978 pemerintah memberikan bantuan kepada jemaat
yaitu dengan membangun rumah ibadah yang dikenal dengan rumah Reslemen.
Setelah itu Bapak GI. Martinus Radjah minta untuk berhenti menjadi pelayan dan di
ganti Oleh Bapak GI. Kalikit Kaimaraku.
Tahun 1981, rumah ibadah dipindahkan ke tempat yang lebih luas dan warga
jemaat mengadakan gotong royong dan menempati gedung ibadah yang terletak
didesa Wulla. Berikut para pelayan di Jemaat Wulla: Masa pelayanan Bapak GI.
Kalikit Kaimaraku diganti Oleh Bapak GI. Simson Rawa Ndihi dan setelah selesai
masa pelayanan Bapak GI. Simson Rawa Ndihi diganti Oleh Bapak GI. Rena
Malahina, dan kemudian setelah selesai masa pelayanannya Bapak GI. Rena Malahina
diganti oleh ibu GI. Yuliana Atakuni dan ibu GI. Rina Anawulang.
Dengan melewati proses yang panjang akhirnya jemaat Wulla dimekarkan dari
jemaat Baing menjadi jemaat yang mandiri tepatnya pada tanggal 4 november 2015.
Jemaat ini dimekarkan bersamaan dengan jemaat Kalala. Melalui proses penjaringan
dan pemilihan Vicaris maka yang terpilih menjadi calon pendeta untuk jemaat Wulla
yakni Vic. Ina Margaretha, S.Th dan Untuk Jemaat Kalala Vic Susanto Vendi Klau
Brani, S.Th. Jadi sejak tahun 2015 hingga saat ini yang melayani dijemaat Wulla
adalah Pdt. Ina Margaretha, S.Th bersama 2 Orang Guru Injil yakni: GI. Yuliana
Atakuni sebagai penanggung jawab dicabang lumbung dan GI Rina Anawulang
ditempatkan dijemaat pusat Wulla.

2
2. Letak Geografis
Adapun wilayah pelayanan secara Geografis jemaat Wulla berada di dataran
rendah berdekatan dengan laut. GKS Jemaat Wulla merupakan bagian dari Klasis
Pahunga Lodu dengan wilayah pemerintahan berada di Desa Wulla, Kecamatan
Wulla Waijelu, dengan batas – batas geografis sebagai berikut :
 Sebelah Timur perbatasan dengan Desa Kaliuda, Kecamatan Pahunga
Lodu.
 Sebelah Barat perbatasan dengan Desa Hadakamali, Kecamatan Wulla
Waijelu.
 Sebelah Utara perbatasan dengan Desa Pamburu, Kecamatan Pahunga
Lodu.
 Sebelah Selatan perbatasan dengan Laut Sawu.

3. Kondisi ekonomi dan budaya


Pada umumnya, warga jemaat Wulla didominasi oleh suku Sumba Timur dan
Sabu. Hal ini terjadi karena adanya hubungan kawin-mawin, pekerjaan, dan juga
perantau. Mengenai Sumber Daya Manusia dari warga GKS Jemaat Wulla bisa
digolongkan cukup baik. Tingkat pendidikan dalam jemaat Wulla cukup beragam,
mulai dari yang belum sekolah, putus sekolah, Paud, TK, SD, SMP,SMA hingga yang
berpendidikan Sarjana. Bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia, bahasa
sumba timur dan bahasa sabu. Budaya di jemaat ini masih cukup kental dan masih
dilestarikan hingga saat ini adalah menyuguhkan siri pinang (Mbuala Pahappa)
kepada setiap orang yang bertamu ke rumah jemaat. Budaya ini adalah bentuk
penghargaan dan penerimaan kepada setiap orang yang membawa pengaruh pada
eratnya tali persaudaraan dan kebersamaan.
Warga jemaat GKS Jemaat Wulla memiliki mata pencaharian yang berbeda-
beda namun mayoritasnya adalah petani, sedangkan yang lainnya adalah PNS bahkan
wiraswasta/wirausaha. Berbagai penghasilan yang diperoleh tentunya cukup untuk
memenuhi setiap kebutuhan hidup dari jemaat. Sehingga ini juga berpengaruh
terhadap pemberian jemaat kepada gereja melalui persembahan baik berupa uang
maupun hulu hasil.

3
4. Statistik Jemaat
a. Data Statistik Jemaat pusat Wulla dan cabang Lumbung

NO JEMAAT KK SIDI BAPTIS SIMPATISAN JLH

L P L P L P

1. PUSAT 72 58 75 65 62 5 2 267

2. CABANG 85 68 78 133 137 5 3 424

JUMLAH 157 126 153 198 199 10 5 691

b. Ketenagaan pelayan di jemaat pusat Wulla dan cabang Lumbung

N JEMAAT MAJELIS JEMAAT PENGERJA AKTIF PENGERJA KOSTER


O NON AKTIF

PENATUA DIAKEN PDT GI EMR KA


GI

1. PUSAT 9 2 1 1 - 1 1

2 CABANG 6 2 - 1 1 - 1

JUMLAH 15 4 1 2 1 1 2

c. Harta Milik GKS Jemaat Wulla

NO URAIAN PUSAT CABANG JUMLAH

1. Gedung Gereja 1 Unit 1 Unit 2 Unit

2. Pastori 1Unit - 1 Unit

3. Tanah Gereja 1 Ha 2 Ha 3Ha

4. Kursi 141 Pcs 104 Pcs 245 Pcs

5. Meja 3 Pcs 1 Pcs 4 Pcs

6. Mimbar Besar 1 pcs 1 pcs 2 pcs

7. Mimbar Kecil 1 pcs 1 pcs 2 pcs

8. Wadah Tangguk 1 pcs 1 pcs 2 pcs

4
Persembahan

9. Tangguk Persembahan 8 pcs 14 pcs 22 pcs

10. Lemari 1 unit 1 unit 2 unit

11. Laptop Asus 1 unit - 1 unit

12. Komputer LG (rusak) 1 unit - 1 unit

13. Printer Canon 1 unit - 1 unit

14. Salon Aktif 1 unit 2 unit 3 unit

15. Mic 3 pcs 1 pcs 4 pcs

16. Tongkat Mic 1 pcs 1 pcs 2 pcs

17. Kain Mimbar 2 lembar 2 lembar 4 lembar

18. Kain Meja 4 lembar 3 lembar 7 lembar

19. Kain Pintu 2 lembar 2 lembar 4 lembar

20. Kain Jendela 20lembar 12 lembar 32 lembar

21. Kain Dekorasi 8 lembar 2 lembar 10 lembar

22. Bunga Mimbar 8 pot 2 pot 10 pot

23. Sloki 100 pcs 100 pcs 200 pcs

24. Cawan 1 pcs - 1 pcs

25. Dulang Anggur 2 pcs 2 pcs 4 pcs

26. Piring Roti 2 pcs 2 pcs 4 pcs

27. Pohon Natal 1 unit 1 unit 2 unit

28. Hiasan Pohon Natal 1 set 1 set 2 set

5
B. SISTEM ORGANISASI JEMAAT
1. Gambaran Struktur Organisasi Jemaat/Majelis Jemaat
a. Struktur Perangkat Majelis Jemaat
 Badan Pelaksana Majelis Jemaat Wulla( BPMJ)
 Ketua BPMJ : Pdt. Ina Margaretha, STh
 Wakil Ketua : Pnt. Yuliana Atakuni
 Sekertaris I : Pnt. Rina Anawulang
 Sekertaris II : Pnt. Abner Ngabi Akak
 Bendahara I : Pnt. Amelia Lima
 Bendahara II : Dkn. Yuliana Bangi Maja
b. Pengurus Komisi-Komisi dan Panitia Pembangunan
 Komisi Anak/ Remaja
Ketua : Kristina Nona Nggala
Sekretaris : Ibu Yanthi Ndihi
 Komisi pemuda
Ketua : Asnafri Taranau
Wakil : Ayub Kaimaraku
Sekretaris : Yakub H Radamuri
Bendahara : Samuel Kaimarak
 Komisi Bapak
Ketua : Aris Lu Bombu
Wakil : Abner Ngabi Akak
Sekretaris : Yulius Piter
Bendahara : Kornelis Riwu
 Komisi Perempuan
Ketua : Ibu Tenga Lunga
Wakil : Ibu Lusiana Lemba Patang
Sekretaris : Ibu Alse Anapaku
Bendahara : Ibu M. Alu Riwu
 Panitia Pembangunan Gereja :

6
Ketua : Bpk. Melkianus Djami Lobo
Wakil :Bpk. Harpenas Mbuhang
Sekretaris : Ibu Ngguna Manggil
Bendahara : Ibu Uru Hida Atandewa

2. Mekanisme Kerja Majelis Jemaat


Mekanisme kerja majelis jemaat Wulla berjalan sesuai dengan Tata Gereja dan
kesepakatan-kesepakatan yang ada. Persidangan dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan yaitu tiga bulan sekali. Demikian juga penggarisan dan
pembagian tugas kerja majelis jemaat cukup jelas sesuai dengan bidang dan
fungsinya masing-masing. Adapun pelaksanaan pelayanan sesuai dengan jadwal
yang telah ada dan ditetapkan selama beberapa bulan atau triwulan, namun
terkadang juga terjadi perubahan karena harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada dari pelayan.

3. Aspek Kepemimpinan Jemaat Dan Kegiatan-Kegiatan Dalam Jemaat


Dalam wilayah pelayanan GKS Jemaat Wulla, aspek kepemimpinan dalam
jemaat ada pada Majelis Jemaat dan setiap keputusan yang ada dan dijalankan
tentunya diputuskan secara bersama-sama pada persidangan Majelis Jemaat. setiap
rencana dan program kerja dibahas dalam rapat Majelis Jemaat dan akan
dilaksanakan sepenuhnya oleh jemaat. Hal ini tentunya dengan sepengetahuan dan
dalam kontrol majelis dan BPMJ sebagai badan pelaksanaan Majelis Jemaat.

4. Pengelolaan Administrasi Dan Keuangan Jemaat


GKS Jemaat Wulla belum memiliki tenaga administrasi, sehingga segala
sesuatu yang dibutuhkan baik surat menyurat dan kebutuhan lainnya biasa dilakukan
oleh perangkat BPMJ. Untuk pengelolaan keuangan, direkap langsung oleh
bendahara. Begitupun dengan penetapan RAPBJ menjadi APBJ berjalan dengan
baik melalui rapat majelis Jemaat. Pembukuan keuangan pun terdiri dari Buku Kas
yang dipegang oleh bendahara cabang dan pusat, kemudian akan dilaporkan pada
setiap rapat Majelis Jemaat.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN PELAYANAN VICARIS


1. Pelayanan Berkhotbah
a) Ibadah Minggu
Pelaksanaan ibadah minggu di Jemaat Wulla setiap minggunya mencakup
Pusat dan Cabang Lumbung. Ibadah di pusat dilaksanakan jam 09:00 WITA
begitupun di cabang Lumbung. Pelayanan ibadah minggu dilaksanakan oleh para
pelayan yang ada baik Pendeta, vicaris dan guru injil, sesuai dengan jadwal yang
sudah dipersiapkan sebelumnya. Tingkat kehadiran warga jemaat dalam setiap
ibadah minggu tentu bervariasi oleh karena kesibukan dari tiap-tiap warga jemaat.
Selama penulis menjalani masa Vicariat kehadiran warga jemaat cukup baik dari
setiap minggunya.
b) Ibadah Rumah Tangga
Dalam pelaksanaan Pemahaman Alkitab Rumah Tangga (PART) di Jemaat
Wulla baik pusat dan cabang dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari
senin, rabu dan jumat. Dalam pelayanan PART, penulis melayani di pusat pada hari
senin dan jumat, kemudian melayani di cabang Lumbung pada hari rabu. Jam
pelayanan yang dilakukan tentunya berdasarkan jadwal yang ada ataupun melalui
kesepakatan bersama tuan rumah yang dilayani.
c) Ibadah Kategorial
1. Komisi Perempuan
Komisi perempuan di jemaat Wulla berjalan dengan cukup baik. Ibadah
komisi perempuan biasanya dilaksanakan dua minggu sekali dan dilakukan
bergilir ditiap-tiap rumah jemaat.
2. Komisi Pemuda
PA Komisi Pemuda berjalan setiap hari selasa di pusat pukul 19:00 WIB,
sedangkan di cabang setiap hari sabtu pukul 17.00 WITA. Ibadah gabungan
dilaksanakan sebulan sekali pada minggu pertama, dan akan bergilir di pusat
maupun di cabang. Komisi pemuda juga merupakan salah satu komisi yang aktif
baik dalam pelaksanaan ibadah ataupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
ketika perayaan Paskah, HUT Gereja bahkan juga menyambut Natal. Komisi ini
pun turut aktif dalam upaya-upaya untuk melanjutkan pembangunan menara

8
gereja. Komisi pemuda juga mencoba membangun relasi dengan pemuda-
pemuda dari gereja-gereja terdekat salah satunya dengan mengikuti ibadah
gabungan baik di GKS Wulla maupun di gereja lain .
3. Komisi Anak dan Remaja
Ibadah sekolah minggu diadakan setiap hari minggu sebelum kebaktian
minggu dimulai baik di pusat maupun di cabang. Ibadah sekolah minggu di
mulai dari jam 07.00- 08.00 pagi. Kemudian pada hari selasa diadakan ibadah
bagi anak-anak remaja yang di mulai dari jam 16.00-17.00 sore. Komisi Anak
dan Remaja juga mengadakan kegiatan- kegiatan dimulai dari kegiatan paskah,
menyambut HUT gereja dan juga menyambut natal.
4. Komisi Bapak
Komisi Bapak merupakan satu-satunya komisi yang tidak berjalan di GKS
Jemaat Wulla baik pusat maupun cabang. Hal ini bukan dikarenakan tidak ada
kepengurusan, melainkan karena kesibukan-kesibukan yang menyebabkan
komisi ini tidak berjalan. Untuk kegiatan lainnya belum terlaksana karena
komisi bapak tidak aktif.
d) Ibadah Syukuran
Ibadah-ibadah syukuran di jemaat ini berjalan dengan cukup baik. Ibadah ini
dilaksanakan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan jemaat. Selama melayani di
Jemaat Wulla, ibadah syukur yang dilaksanakan oleh jemaat adalah sebagai berikut:
1. Syukuran Ulang tahun
2. Syukuran Adat-istiadat kawin-mawin
3. Syukuran Baptis, nikah, sidi
4. Syukuran tutup duka kematian
e) Ibadah Pemakaman
Adapun jemaat yang mengalami dukacita selalu memberitahukan kepada
Majelis Jemaat untuk meminta pelayanan dalam bentuk ibadah penghiburan yang di
laksanakan selama tiga malam berturut-turut setelah meninggal dan ibadah malam
terakhir sebelum pengebumian. Pelayanan penghiburan biasanya dipimpin secara
bergilir oleh pendeta, vicaris dan guru injil (mahasiswa jika ada). Pelaksanaan
ibadah pemakaman pun secara bergantian disesuaikan dengan kondisi dan
kesibukan pelayan. Selama menjalani masa Vicariat di Jemaat Wulla, penulis di beri
kesempatan memimpin ibadah penghiburan, pengebumian sekaligus syukur tutup
duka keluarga.

9
f) Ibadah dan pelayanan Lain- lain :
 Memimpin ibadah rapat BPMJ
 Perkunjungan orang sakit dan lansia
 Mengikuti Kelas Katekisasi bagi peserta sidi
 Perkunjungan keluarga Jemaat
 Pelayatan kedukaan
g) Keterlibatan Dalam Persidangan Gerejawi
Selama menjalani masa vicariat, penulis selalu diikutsertakan dalam
persidangan dan kerapatan yang di laksanakan baik pada aras jemaat baik rapat
BPMJ maupun sidang lengkap majelis jemaat. Sedangkan dalam aras Klasis juga
penulis diberi kesempatan untuk mengikuti persidangan dan kegiatan atau seminar
yang ada. Pelaksanaan rapat BPMJ di laksanakan sebanyak 4 kali dalam setahun
sesuai dengan kesepakatan waktu dari semua majelis jemaat.
2. Perkunjungan jemaat dan pelayanan pastoral
 Perkunjungan Jemaat
Perkunjungan dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan sakramen perjamuan
kudus triwulan 1, 2, 3 dan 4. Dalam melaksanakan perkunjungan tersebut majelis
jemaat dan semua pelayan terbagi dalam beberapa wilayah perkunjungan sehingga
memudahkan pelayan dan majelis jemat untuk menjangkau semua waga jemaat baik
pusat maupun cabang. Dalam perkunjungan majelis jemaat menyampaikan undangan
Tuhan kepada jemaat untuk mengikuti perjamuan kudus, kemudian di lanjutkan
dengan pertanyaan ketersedian tuan rumah untuk menerima undangan tesebut atau
tidak. Bagi warga jemaat yang tidak ada dalam pergumulan atau halangan, maka akan
bersedia mengikuti sehingga perkunjungan tersebut diakhiri dengan doa. Sedangkan
bagi mereka yang ada dalam pergumulan, maka akan dilanjutkan dengan percakapan.
Namun, ketika itu adalah pergumulan yang cukup berat, maka pelayan atau majelis
yang ada di wilayah perkunjungan tadi akan berkonsultasi dengan BPMJ sehingga
akan ditindaklanjuti pada perkunjungan selanjutnya. Selain itu penulis juga
melakukan perkunjungan sekedar untuk mengenal jemaat-jemaat dan membangun
relasi.
 Pelayanan Pastoral

Perkunjungan bagi jemaat yang mengalami kedukaan selalu dilakukan ketika ada
jemaat yang meninggal. Hal ini dilakukan oleh semua pelayan, majelis jemaat bahkan

10
semua warga jemaat yang berkesempatan untuk mengambil bagian dalam pelayanan
ini sambil membawa diakonia kedukaan.
 Penanganan jemaat yang bermasalah.
Penanganan Jemaat yang bermasalah dilakukan dengan perkunjungan pelayan
bersama majelis jemaat. Dalam perkunjungan tersebut pelayan akan memberikan
pemahaman dan mendoakan keluarga yang bermasalah, bahkan mendamaikan pihak-
pihak yang bermasalah. Perkunjungan akan terus dilakukan bagi pihak-pihak yang
bermasalah hingga mendapatkan penyelesaian.
B. ANALISA TANTANGAN DAN HAMBATAN
1. Keadaan warga jemaat secara umum
Selama berproses di Jemaat Wulla dengan pengalaman seadanya yang penulis
miliki, tentu ada banyak tantangan yang dihadapi. Namun, oleh karena letak
geografis gereja bahkan rumah-rumah jemaat yang sangat strategis, membuat
penulis hampir sepenuhnya menjangkau jemaat. Jemaat Wulla memiki lingkup
pelayanan yang tidak terlalu luas karena hanya mencakup satu wilayah pedesaan
saja. Mayoritas pekerjaan dari warga jemaat adalah petani, selain itu jemaat juga
bekerja sebagai nelayan, peternak dan wirausaha. Populasi jemaat yang bekerja
sebagai ASN kurang lebih 5-10% dari seluruh jumlah jemaat yang ada.
Dikarenakan letak geografis yang cukup memadai maka jemaat banyak mengelolah
lahan yang ada untuk ditanami kelapa, jagung, sayur dan lain sebagainya. Namun,
penghasilan yang didapatkan tidak terlalu maksimal oleh karena curah hujan yang
tidak menentu.
Jemaat Wulla memiliki ikatan kekeluargaan yang cukup kuat walaupun
sebenarnya berbeda suku dan budaya, yaitu suku Sumba dan Sabu. Namun, ikatan
kekeluargaan itu terlihat dalam setiap acara adat baik kawin mawin dan kematian,
maka warga jemaat akan saling bahu-membahu satu dengan yang lain. Sumber daya
manusia (SDM) di GKS Jemaat Wulla baik di pusat maupun di cabang terlihat
cukup baik karena presentase tingkat pendidikan warga jemaat ialah SMP-SMA
bahkan perguruan tinggi sehingga dalam pelaksanan pelayanan, jemaat dapat
memahami dan mengikutinya dengan baik.
Akan tetapi, dengan kondisi jemaat yang cukup baik dari segi sosial, ekonomi
serta pendidikan, hal ini juga rupanya menjadi hambatan tersendiri dalam pelayanan
oleh karena tingkat kesadaran untuk bersekutu bersama menjadi terancam karena

11
berbagai alasan kesibukan yang ada. Kesibukan dalam berkerja terkadang menjadi
hambatan untuk dapat bergantung pada Sang Pemberi hidup. Sehingga, kehadiran
jemaat pada pertemuan-pertemuan ibadah mengalami pengurangan.
2. Penatalayanan (pengorganisasian jemaat)
Penatalayanan atau pengorganisasian jemaat mesti menjadi perhatian dalam
menjalankan sebuah lembaga atau organisasi. Sebuah lembaga dalam hal ini gereja
akan berjalan dengan baik dan efektif bergantung pada sistem penatalayanan yang
ada. Di GKS Jemaat Wulla, pengorganisasian dalam jemaat sudah ada dan
dijalankan dengan cukup baik, dan ini membantu penulis oleh karena banyak hal
yang penulis pelajari dan amati mengenai pengorganisasian Jemaat. Namun, terdapat
kendala menurut penulis yaitu kurangnya volume atau tingkat kehadiran majelis
jemaat dalam kerapatan-kerapatan yang ada. Kurangnya kehadiran tentu sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan keputusan sidang dan pelayanan lainnya oleh
karena beberapa anggota majelis jemaat yang tidak mengetahui pergumulan apa
yang dihadapi jemaat dan keputusan apa yang sudah ambil. Hal ini kemudian
berdampak pada pelayanan yang kurang efektif dan efisien.
3. Kegiatan pelayanan
Bagi penulis tantangan dan hambatan dalam pelayanan selama manjalani masa
Vicariat di Jemaat Wulla tentunya akan menjadi pembelajaran bagi penulis dalam
mengembangkan dan melanjutkan pelayanan ke depan. Menjadi vicaris di Jemaat
yang di layani oleh seorang pendeta, kemudian dibantu oleh dua guru injil dengan
wilayah pelayanan yang cukup strategis serta pemahaman jemaat yang cukup baik
dari segi pendidikan dan ekonomi menjadikan pelayanan yang dilakukan tidak
terlihat sebagai sebuah beban atau rutinitas semata. Terdapat banyak hal yang sudah
membentuk penulis bahkan meneguhkan komitmen pelayanan. Namun, dalam setiap
pelayanan yang dilakukan, tak dapat dipungkiri bahwa ada kendala dan hambatan
yang penulis lihat dan amati, seperti :
 Kurang aktifnya majelis jemaat dalam mengikuti kerapatan atau persidangan
sehingga menjadi kendala dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
 Kurang aktifnya majelis jemaat dalam hal ini bendahara sehingga sulit untuk
mengkoordinasi masalah keuangan.
 PA rumah tangga yang sering ditunda oleh karena kesibukan dari tuan
rumah ataupun karena ketidaktahuan dari tuan rumah jika ada pelayanan PA
rumah tangga karena tidak hadir pada kebaktian minggu.. Kemudian, waktu

12
pelaksanaan ibadah yang tidak konsisten karena harus menyesuaikan dengan
kesiapan dari tuan rumah.
 Kurangnya kesadaran dari jemaat untuk hadir dalam ibadah-ibadah baik
ibadah hari minggu, komisi, maupun ibadah rumah tangga ditetangga
lainnya.
 Kurangnya tanggung jawab Majelis Jemaat dalam mengerjakan tugas
pelayanan. Majelis Jemaat jarang hadir dalam ibadah rumah tangga,
sehingga pelayan (pendeta,vikaris, dan guru injil) tidak didampingi ketika
melakukan pelayanan.
4. Program-program kategorial
Salah satu hal yang menjadi pendukung bertumbuh dan berkembangnya suatu
lembaga keagamaan secara khusus jemaat-jemaat dalam lingkup GKS adalah
jalannya komisi-komisi (kategorial). GKS Jemaat Wulla adalah salah satu Jemaat
yang program-program kategorialnya berjalan dengan cukup baik walaupun
mengalami pasang-surut tetapi program-programnya tetap terlaksana. Hal ini
perlahan-lahan menjadi daya tarik atau motivasi bagi jemaat yang lain untuk juga
terlibat aktif dalam tiap komisi yang ada. Bahkan, selain dari komisi-komisi yang
ada, juga dilaksanakan ibadah atau PA bagi majelis jemaat yang dilakukan dua kali
dalam sebulan bertempat di rumah-rumah majelis jemaat baik pusat maupun cabang.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam melakukan tugas pelayanan sebagai vikaris, pendeta atau apapun
jabatan yang dimiliki, tentunya akan selalu berjumpa dengan berbagai resiko dan
tantangan dalam pelayanan. Komitmen dan kesetiaan terhadap pelayanan pun akan
terus teruji. Namun jika dijalani dan nikmati segala dinamika pelayanan yang ada
maka penulis sekilas cukup memahami apa artinya sebuah makna panggilan dalam
memikul salib Kristus. Satu hal yang membuat penulis tetap berkomitmen untuk
menjadi pelayan Tuhan ialah ketika penulis berjumpa dengan hamba-hamba Tuhan
yang secara langsung telah memberikan begitu banyak nilai-nilai yang berharga baik
untuk kehidupan pribadi bahkan terlebih terkait pelayanan. Sehingga penulis juga
menyakini bahwa Tuhan sang pemilik pelayanan tidak pernah salah menghadirkan
orang-orang dikehidupan kita, yang akan terus memampukan dan menopang hamba-
hambaNya untuk terus melakukan tugas dan panggilan pelayanan ke depannya.
Banyak hal yang telah dipelajari selama menjalani masa vicariat tahap 1 di
Jemaat Wulla. Penulis belajar berbagai hal baik terkait dunia pelayanan, karakter
jemaat, keadaan wilayah setempat, dan berbagai hal lainnya yang bagi penulis
sangat membantu untuk membentuk karakter dalam menjadi hamba Tuhan nantinya.
Tentunya setiap hal yang sudah dilalui menjadikan penulis lebih memahami dan
mengerti tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pelayan. Selama berproses pun,
terdapat kebersamaan yang sudah terjalin antara penulis dengan jemaat sudah ada
pada tahap ikatan emosional, kedekatan kekeluargaan selama setahun tetapi karena
sudah menjadi tanggung jawab seorang vicariat untuk terus berproses dengan situasi
dengan tempat yang baru lagi, sehingga tiba juga pada kalimat perpisahan dengan
jemaat Wulla. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan setiap perpisahan pasti
akan ada kesedihan, tetapi penulis percaya bahwa kita akan tetap bertemu dalam
kesempatan dan waktu yang berbeda jika Tuhan ijinkan. Untuk itu penulis sangat
menyadari bahwa ada banyak kelemahan dan kekurangan penulis yang mungkin saja
melukai hati Majelis Jemaat bahkan warga jemaat. Oleh karena itu sebelum penulis
melanjutkan masa vicariat pada tahap yang selanjutnya ke jemaat yang baru, penulis
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pelayan,
baik Ibu Pdt, Majelis jemaat bahkan semua warga jemaat. Terimakasih untuk setiap

14
cinta kasih yang tulus bagi penulis, dan akhirnya walaupun kita akan berpisah secara
fisik, tetapi kita akan selalu dipertemukan dalam doa-doa kita. Sekiranya Kasih
Kristus Sang Kepala Gereja dan pemilik pelayanan ini akan terus memberkati kita
sekalian.
B. USUL DAN SARAN
 BPMJ dan MJ GKS Jemaat Wulla
 Membangun rasa memiliki yang lebih kepada gereja baik dari warga
Jemaat dan Majelis Jemaat untuk pertumbuhan dan perkembangan
Jemaat Wulla baik secara spiritual dan fisik gereja ke depannya.
 Meningkatkan perkunjungan kepada jemaat yang menjauhkan diri dari
gereja.
 Diharapkan kepada Majelis Jemaat untuk lebih aktif mengikuti
kerapatan dan persidangan agar MJ dapat mengetahui dengan seksam
apa yang menjadi pergumulan pelayanan di dalam jemaat.
 Bagi MJ diharapkan untuk lebih semangat lagi bahkan lebih memaknai
dengan sungguh panggilan pelayanan yang Tuhan sudah percayakan
sehingga tetap setia melakukan tanggung jawab yang ada.
 BPMS
 Diharapkan BPMS dapat terus mengadakan kegiatan-kegiatan atau
seminar untuk terus memperkaya pemahaman-pemahaman dari tiap
vikaris.
 Perlu adanya ruang bagi Pendeta mentor dan vikaris untuk
mengevaluasi setiap pelayanan yang ada.
 Diharapkan dengan adanya Konven Vikaris dapat kembali meneguhkan
akan komitmen pelayanan yang ada bahkan menjadi tempat untuk
saling berbagi kisah-kisah pelayanan ditiap-tiap wilayah pelayanan.
C. PENUTUP
Demikian laporan ini dibuat untuk dapat diperhatikan sebagai salah satu acuan
bagi pelayanan Vicaris di jemaat-jemaat yang ada dalam lingkup GKS baik bagi
BPMJ maupun BPMS. Terimakasih kepada BPMJ dan BPMS yang telah memberi
kesempatan bagi penulis untuk melayani di GKS Jemaat Wulla. Kiranya Tuhan
Yesus memberkati kita sekalian.

15

Anda mungkin juga menyukai