PENDAHULUAN
1
1972, jemaat memanggil seorang pendeta yang bernama Pdt. Stepanus Umbu Tuang
Dapayapu S.Th, dan seorang penolong Guru Injil untuk melayani jemaat yaitu Bapak
Hota Lili Tuang.
Tahun 1973, Pdt. Stepanus Umbu Tuang Dapayapu S.Th memindahkan
Bapak Hota Lili Tuang untuk melayani di cabang Walakari dan Pos PI Wulla dilayani
Oleh Bapak Guru injil Martinus Radjah. Setelah beberapa waktu terlihat bagaimana
kerinduan jemaat yang semakin hari semakin rindu untuk beribadah dan juga
pertumbuhan anggota jemaat yan semakin bertambah banyak, maka Bapak GI.
Martinus Radjah mendorong warga jemaat untuk mendirikan (membangun) tempat
ibadah yang lebih memadai dan layak dipakai. Oleh karena pertolongan Tuhan bagi
warga jemaat maka pada tahun 1978 pemerintah memberikan bantuan kepada jemaat
yaitu dengan membangun rumah ibadah yang dikenal dengan rumah Reslemen.
Setelah itu Bapak GI. Martinus Radjah minta untuk berhenti menjadi pelayan dan di
ganti Oleh Bapak GI. Kalikit Kaimaraku.
Tahun 1981, rumah ibadah dipindahkan ke tempat yang lebih luas dan warga
jemaat mengadakan gotong royong dan menempati gedung ibadah yang terletak
didesa Wulla. Berikut para pelayan di Jemaat Wulla: Masa pelayanan Bapak GI.
Kalikit Kaimaraku diganti Oleh Bapak GI. Simson Rawa Ndihi dan setelah selesai
masa pelayanan Bapak GI. Simson Rawa Ndihi diganti Oleh Bapak GI. Rena
Malahina, dan kemudian setelah selesai masa pelayanannya Bapak GI. Rena Malahina
diganti oleh ibu GI. Yuliana Atakuni dan ibu GI. Rina Anawulang.
Dengan melewati proses yang panjang akhirnya jemaat Wulla dimekarkan dari
jemaat Baing menjadi jemaat yang mandiri tepatnya pada tanggal 4 november 2015.
Jemaat ini dimekarkan bersamaan dengan jemaat Kalala. Melalui proses penjaringan
dan pemilihan Vicaris maka yang terpilih menjadi calon pendeta untuk jemaat Wulla
yakni Vic. Ina Margaretha, S.Th dan Untuk Jemaat Kalala Vic Susanto Vendi Klau
Brani, S.Th. Jadi sejak tahun 2015 hingga saat ini yang melayani dijemaat Wulla
adalah Pdt. Ina Margaretha, S.Th bersama 2 Orang Guru Injil yakni: GI. Yuliana
Atakuni sebagai penanggung jawab dicabang lumbung dan GI Rina Anawulang
ditempatkan dijemaat pusat Wulla.
2
2. Letak Geografis
Adapun wilayah pelayanan secara Geografis jemaat Wulla berada di dataran
rendah berdekatan dengan laut. GKS Jemaat Wulla merupakan bagian dari Klasis
Pahunga Lodu dengan wilayah pemerintahan berada di Desa Wulla, Kecamatan
Wulla Waijelu, dengan batas – batas geografis sebagai berikut :
Sebelah Timur perbatasan dengan Desa Kaliuda, Kecamatan Pahunga
Lodu.
Sebelah Barat perbatasan dengan Desa Hadakamali, Kecamatan Wulla
Waijelu.
Sebelah Utara perbatasan dengan Desa Pamburu, Kecamatan Pahunga
Lodu.
Sebelah Selatan perbatasan dengan Laut Sawu.
3
4. Statistik Jemaat
a. Data Statistik Jemaat pusat Wulla dan cabang Lumbung
L P L P L P
1. PUSAT 72 58 75 65 62 5 2 267
1. PUSAT 9 2 1 1 - 1 1
2 CABANG 6 2 - 1 1 - 1
JUMLAH 15 4 1 2 1 1 2
4
Persembahan
5
B. SISTEM ORGANISASI JEMAAT
1. Gambaran Struktur Organisasi Jemaat/Majelis Jemaat
a. Struktur Perangkat Majelis Jemaat
Badan Pelaksana Majelis Jemaat Wulla( BPMJ)
Ketua BPMJ : Pdt. Ina Margaretha, STh
Wakil Ketua : Pnt. Yuliana Atakuni
Sekertaris I : Pnt. Rina Anawulang
Sekertaris II : Pnt. Abner Ngabi Akak
Bendahara I : Pnt. Amelia Lima
Bendahara II : Dkn. Yuliana Bangi Maja
b. Pengurus Komisi-Komisi dan Panitia Pembangunan
Komisi Anak/ Remaja
Ketua : Kristina Nona Nggala
Sekretaris : Ibu Yanthi Ndihi
Komisi pemuda
Ketua : Asnafri Taranau
Wakil : Ayub Kaimaraku
Sekretaris : Yakub H Radamuri
Bendahara : Samuel Kaimarak
Komisi Bapak
Ketua : Aris Lu Bombu
Wakil : Abner Ngabi Akak
Sekretaris : Yulius Piter
Bendahara : Kornelis Riwu
Komisi Perempuan
Ketua : Ibu Tenga Lunga
Wakil : Ibu Lusiana Lemba Patang
Sekretaris : Ibu Alse Anapaku
Bendahara : Ibu M. Alu Riwu
Panitia Pembangunan Gereja :
6
Ketua : Bpk. Melkianus Djami Lobo
Wakil :Bpk. Harpenas Mbuhang
Sekretaris : Ibu Ngguna Manggil
Bendahara : Ibu Uru Hida Atandewa
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
gereja. Komisi pemuda juga mencoba membangun relasi dengan pemuda-
pemuda dari gereja-gereja terdekat salah satunya dengan mengikuti ibadah
gabungan baik di GKS Wulla maupun di gereja lain .
3. Komisi Anak dan Remaja
Ibadah sekolah minggu diadakan setiap hari minggu sebelum kebaktian
minggu dimulai baik di pusat maupun di cabang. Ibadah sekolah minggu di
mulai dari jam 07.00- 08.00 pagi. Kemudian pada hari selasa diadakan ibadah
bagi anak-anak remaja yang di mulai dari jam 16.00-17.00 sore. Komisi Anak
dan Remaja juga mengadakan kegiatan- kegiatan dimulai dari kegiatan paskah,
menyambut HUT gereja dan juga menyambut natal.
4. Komisi Bapak
Komisi Bapak merupakan satu-satunya komisi yang tidak berjalan di GKS
Jemaat Wulla baik pusat maupun cabang. Hal ini bukan dikarenakan tidak ada
kepengurusan, melainkan karena kesibukan-kesibukan yang menyebabkan
komisi ini tidak berjalan. Untuk kegiatan lainnya belum terlaksana karena
komisi bapak tidak aktif.
d) Ibadah Syukuran
Ibadah-ibadah syukuran di jemaat ini berjalan dengan cukup baik. Ibadah ini
dilaksanakan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan jemaat. Selama melayani di
Jemaat Wulla, ibadah syukur yang dilaksanakan oleh jemaat adalah sebagai berikut:
1. Syukuran Ulang tahun
2. Syukuran Adat-istiadat kawin-mawin
3. Syukuran Baptis, nikah, sidi
4. Syukuran tutup duka kematian
e) Ibadah Pemakaman
Adapun jemaat yang mengalami dukacita selalu memberitahukan kepada
Majelis Jemaat untuk meminta pelayanan dalam bentuk ibadah penghiburan yang di
laksanakan selama tiga malam berturut-turut setelah meninggal dan ibadah malam
terakhir sebelum pengebumian. Pelayanan penghiburan biasanya dipimpin secara
bergilir oleh pendeta, vicaris dan guru injil (mahasiswa jika ada). Pelaksanaan
ibadah pemakaman pun secara bergantian disesuaikan dengan kondisi dan
kesibukan pelayan. Selama menjalani masa Vicariat di Jemaat Wulla, penulis di beri
kesempatan memimpin ibadah penghiburan, pengebumian sekaligus syukur tutup
duka keluarga.
9
f) Ibadah dan pelayanan Lain- lain :
Memimpin ibadah rapat BPMJ
Perkunjungan orang sakit dan lansia
Mengikuti Kelas Katekisasi bagi peserta sidi
Perkunjungan keluarga Jemaat
Pelayatan kedukaan
g) Keterlibatan Dalam Persidangan Gerejawi
Selama menjalani masa vicariat, penulis selalu diikutsertakan dalam
persidangan dan kerapatan yang di laksanakan baik pada aras jemaat baik rapat
BPMJ maupun sidang lengkap majelis jemaat. Sedangkan dalam aras Klasis juga
penulis diberi kesempatan untuk mengikuti persidangan dan kegiatan atau seminar
yang ada. Pelaksanaan rapat BPMJ di laksanakan sebanyak 4 kali dalam setahun
sesuai dengan kesepakatan waktu dari semua majelis jemaat.
2. Perkunjungan jemaat dan pelayanan pastoral
Perkunjungan Jemaat
Perkunjungan dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan sakramen perjamuan
kudus triwulan 1, 2, 3 dan 4. Dalam melaksanakan perkunjungan tersebut majelis
jemaat dan semua pelayan terbagi dalam beberapa wilayah perkunjungan sehingga
memudahkan pelayan dan majelis jemat untuk menjangkau semua waga jemaat baik
pusat maupun cabang. Dalam perkunjungan majelis jemaat menyampaikan undangan
Tuhan kepada jemaat untuk mengikuti perjamuan kudus, kemudian di lanjutkan
dengan pertanyaan ketersedian tuan rumah untuk menerima undangan tesebut atau
tidak. Bagi warga jemaat yang tidak ada dalam pergumulan atau halangan, maka akan
bersedia mengikuti sehingga perkunjungan tersebut diakhiri dengan doa. Sedangkan
bagi mereka yang ada dalam pergumulan, maka akan dilanjutkan dengan percakapan.
Namun, ketika itu adalah pergumulan yang cukup berat, maka pelayan atau majelis
yang ada di wilayah perkunjungan tadi akan berkonsultasi dengan BPMJ sehingga
akan ditindaklanjuti pada perkunjungan selanjutnya. Selain itu penulis juga
melakukan perkunjungan sekedar untuk mengenal jemaat-jemaat dan membangun
relasi.
Pelayanan Pastoral
Perkunjungan bagi jemaat yang mengalami kedukaan selalu dilakukan ketika ada
jemaat yang meninggal. Hal ini dilakukan oleh semua pelayan, majelis jemaat bahkan
10
semua warga jemaat yang berkesempatan untuk mengambil bagian dalam pelayanan
ini sambil membawa diakonia kedukaan.
Penanganan jemaat yang bermasalah.
Penanganan Jemaat yang bermasalah dilakukan dengan perkunjungan pelayan
bersama majelis jemaat. Dalam perkunjungan tersebut pelayan akan memberikan
pemahaman dan mendoakan keluarga yang bermasalah, bahkan mendamaikan pihak-
pihak yang bermasalah. Perkunjungan akan terus dilakukan bagi pihak-pihak yang
bermasalah hingga mendapatkan penyelesaian.
B. ANALISA TANTANGAN DAN HAMBATAN
1. Keadaan warga jemaat secara umum
Selama berproses di Jemaat Wulla dengan pengalaman seadanya yang penulis
miliki, tentu ada banyak tantangan yang dihadapi. Namun, oleh karena letak
geografis gereja bahkan rumah-rumah jemaat yang sangat strategis, membuat
penulis hampir sepenuhnya menjangkau jemaat. Jemaat Wulla memiki lingkup
pelayanan yang tidak terlalu luas karena hanya mencakup satu wilayah pedesaan
saja. Mayoritas pekerjaan dari warga jemaat adalah petani, selain itu jemaat juga
bekerja sebagai nelayan, peternak dan wirausaha. Populasi jemaat yang bekerja
sebagai ASN kurang lebih 5-10% dari seluruh jumlah jemaat yang ada.
Dikarenakan letak geografis yang cukup memadai maka jemaat banyak mengelolah
lahan yang ada untuk ditanami kelapa, jagung, sayur dan lain sebagainya. Namun,
penghasilan yang didapatkan tidak terlalu maksimal oleh karena curah hujan yang
tidak menentu.
Jemaat Wulla memiliki ikatan kekeluargaan yang cukup kuat walaupun
sebenarnya berbeda suku dan budaya, yaitu suku Sumba dan Sabu. Namun, ikatan
kekeluargaan itu terlihat dalam setiap acara adat baik kawin mawin dan kematian,
maka warga jemaat akan saling bahu-membahu satu dengan yang lain. Sumber daya
manusia (SDM) di GKS Jemaat Wulla baik di pusat maupun di cabang terlihat
cukup baik karena presentase tingkat pendidikan warga jemaat ialah SMP-SMA
bahkan perguruan tinggi sehingga dalam pelaksanan pelayanan, jemaat dapat
memahami dan mengikutinya dengan baik.
Akan tetapi, dengan kondisi jemaat yang cukup baik dari segi sosial, ekonomi
serta pendidikan, hal ini juga rupanya menjadi hambatan tersendiri dalam pelayanan
oleh karena tingkat kesadaran untuk bersekutu bersama menjadi terancam karena
11
berbagai alasan kesibukan yang ada. Kesibukan dalam berkerja terkadang menjadi
hambatan untuk dapat bergantung pada Sang Pemberi hidup. Sehingga, kehadiran
jemaat pada pertemuan-pertemuan ibadah mengalami pengurangan.
2. Penatalayanan (pengorganisasian jemaat)
Penatalayanan atau pengorganisasian jemaat mesti menjadi perhatian dalam
menjalankan sebuah lembaga atau organisasi. Sebuah lembaga dalam hal ini gereja
akan berjalan dengan baik dan efektif bergantung pada sistem penatalayanan yang
ada. Di GKS Jemaat Wulla, pengorganisasian dalam jemaat sudah ada dan
dijalankan dengan cukup baik, dan ini membantu penulis oleh karena banyak hal
yang penulis pelajari dan amati mengenai pengorganisasian Jemaat. Namun, terdapat
kendala menurut penulis yaitu kurangnya volume atau tingkat kehadiran majelis
jemaat dalam kerapatan-kerapatan yang ada. Kurangnya kehadiran tentu sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan keputusan sidang dan pelayanan lainnya oleh
karena beberapa anggota majelis jemaat yang tidak mengetahui pergumulan apa
yang dihadapi jemaat dan keputusan apa yang sudah ambil. Hal ini kemudian
berdampak pada pelayanan yang kurang efektif dan efisien.
3. Kegiatan pelayanan
Bagi penulis tantangan dan hambatan dalam pelayanan selama manjalani masa
Vicariat di Jemaat Wulla tentunya akan menjadi pembelajaran bagi penulis dalam
mengembangkan dan melanjutkan pelayanan ke depan. Menjadi vicaris di Jemaat
yang di layani oleh seorang pendeta, kemudian dibantu oleh dua guru injil dengan
wilayah pelayanan yang cukup strategis serta pemahaman jemaat yang cukup baik
dari segi pendidikan dan ekonomi menjadikan pelayanan yang dilakukan tidak
terlihat sebagai sebuah beban atau rutinitas semata. Terdapat banyak hal yang sudah
membentuk penulis bahkan meneguhkan komitmen pelayanan. Namun, dalam setiap
pelayanan yang dilakukan, tak dapat dipungkiri bahwa ada kendala dan hambatan
yang penulis lihat dan amati, seperti :
Kurang aktifnya majelis jemaat dalam mengikuti kerapatan atau persidangan
sehingga menjadi kendala dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.
Kurang aktifnya majelis jemaat dalam hal ini bendahara sehingga sulit untuk
mengkoordinasi masalah keuangan.
PA rumah tangga yang sering ditunda oleh karena kesibukan dari tuan
rumah ataupun karena ketidaktahuan dari tuan rumah jika ada pelayanan PA
rumah tangga karena tidak hadir pada kebaktian minggu.. Kemudian, waktu
12
pelaksanaan ibadah yang tidak konsisten karena harus menyesuaikan dengan
kesiapan dari tuan rumah.
Kurangnya kesadaran dari jemaat untuk hadir dalam ibadah-ibadah baik
ibadah hari minggu, komisi, maupun ibadah rumah tangga ditetangga
lainnya.
Kurangnya tanggung jawab Majelis Jemaat dalam mengerjakan tugas
pelayanan. Majelis Jemaat jarang hadir dalam ibadah rumah tangga,
sehingga pelayan (pendeta,vikaris, dan guru injil) tidak didampingi ketika
melakukan pelayanan.
4. Program-program kategorial
Salah satu hal yang menjadi pendukung bertumbuh dan berkembangnya suatu
lembaga keagamaan secara khusus jemaat-jemaat dalam lingkup GKS adalah
jalannya komisi-komisi (kategorial). GKS Jemaat Wulla adalah salah satu Jemaat
yang program-program kategorialnya berjalan dengan cukup baik walaupun
mengalami pasang-surut tetapi program-programnya tetap terlaksana. Hal ini
perlahan-lahan menjadi daya tarik atau motivasi bagi jemaat yang lain untuk juga
terlibat aktif dalam tiap komisi yang ada. Bahkan, selain dari komisi-komisi yang
ada, juga dilaksanakan ibadah atau PA bagi majelis jemaat yang dilakukan dua kali
dalam sebulan bertempat di rumah-rumah majelis jemaat baik pusat maupun cabang.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam melakukan tugas pelayanan sebagai vikaris, pendeta atau apapun
jabatan yang dimiliki, tentunya akan selalu berjumpa dengan berbagai resiko dan
tantangan dalam pelayanan. Komitmen dan kesetiaan terhadap pelayanan pun akan
terus teruji. Namun jika dijalani dan nikmati segala dinamika pelayanan yang ada
maka penulis sekilas cukup memahami apa artinya sebuah makna panggilan dalam
memikul salib Kristus. Satu hal yang membuat penulis tetap berkomitmen untuk
menjadi pelayan Tuhan ialah ketika penulis berjumpa dengan hamba-hamba Tuhan
yang secara langsung telah memberikan begitu banyak nilai-nilai yang berharga baik
untuk kehidupan pribadi bahkan terlebih terkait pelayanan. Sehingga penulis juga
menyakini bahwa Tuhan sang pemilik pelayanan tidak pernah salah menghadirkan
orang-orang dikehidupan kita, yang akan terus memampukan dan menopang hamba-
hambaNya untuk terus melakukan tugas dan panggilan pelayanan ke depannya.
Banyak hal yang telah dipelajari selama menjalani masa vicariat tahap 1 di
Jemaat Wulla. Penulis belajar berbagai hal baik terkait dunia pelayanan, karakter
jemaat, keadaan wilayah setempat, dan berbagai hal lainnya yang bagi penulis
sangat membantu untuk membentuk karakter dalam menjadi hamba Tuhan nantinya.
Tentunya setiap hal yang sudah dilalui menjadikan penulis lebih memahami dan
mengerti tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pelayan. Selama berproses pun,
terdapat kebersamaan yang sudah terjalin antara penulis dengan jemaat sudah ada
pada tahap ikatan emosional, kedekatan kekeluargaan selama setahun tetapi karena
sudah menjadi tanggung jawab seorang vicariat untuk terus berproses dengan situasi
dengan tempat yang baru lagi, sehingga tiba juga pada kalimat perpisahan dengan
jemaat Wulla. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan setiap perpisahan pasti
akan ada kesedihan, tetapi penulis percaya bahwa kita akan tetap bertemu dalam
kesempatan dan waktu yang berbeda jika Tuhan ijinkan. Untuk itu penulis sangat
menyadari bahwa ada banyak kelemahan dan kekurangan penulis yang mungkin saja
melukai hati Majelis Jemaat bahkan warga jemaat. Oleh karena itu sebelum penulis
melanjutkan masa vicariat pada tahap yang selanjutnya ke jemaat yang baru, penulis
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pelayan,
baik Ibu Pdt, Majelis jemaat bahkan semua warga jemaat. Terimakasih untuk setiap
14
cinta kasih yang tulus bagi penulis, dan akhirnya walaupun kita akan berpisah secara
fisik, tetapi kita akan selalu dipertemukan dalam doa-doa kita. Sekiranya Kasih
Kristus Sang Kepala Gereja dan pemilik pelayanan ini akan terus memberkati kita
sekalian.
B. USUL DAN SARAN
BPMJ dan MJ GKS Jemaat Wulla
Membangun rasa memiliki yang lebih kepada gereja baik dari warga
Jemaat dan Majelis Jemaat untuk pertumbuhan dan perkembangan
Jemaat Wulla baik secara spiritual dan fisik gereja ke depannya.
Meningkatkan perkunjungan kepada jemaat yang menjauhkan diri dari
gereja.
Diharapkan kepada Majelis Jemaat untuk lebih aktif mengikuti
kerapatan dan persidangan agar MJ dapat mengetahui dengan seksam
apa yang menjadi pergumulan pelayanan di dalam jemaat.
Bagi MJ diharapkan untuk lebih semangat lagi bahkan lebih memaknai
dengan sungguh panggilan pelayanan yang Tuhan sudah percayakan
sehingga tetap setia melakukan tanggung jawab yang ada.
BPMS
Diharapkan BPMS dapat terus mengadakan kegiatan-kegiatan atau
seminar untuk terus memperkaya pemahaman-pemahaman dari tiap
vikaris.
Perlu adanya ruang bagi Pendeta mentor dan vikaris untuk
mengevaluasi setiap pelayanan yang ada.
Diharapkan dengan adanya Konven Vikaris dapat kembali meneguhkan
akan komitmen pelayanan yang ada bahkan menjadi tempat untuk
saling berbagi kisah-kisah pelayanan ditiap-tiap wilayah pelayanan.
C. PENUTUP
Demikian laporan ini dibuat untuk dapat diperhatikan sebagai salah satu acuan
bagi pelayanan Vicaris di jemaat-jemaat yang ada dalam lingkup GKS baik bagi
BPMJ maupun BPMS. Terimakasih kepada BPMJ dan BPMS yang telah memberi
kesempatan bagi penulis untuk melayani di GKS Jemaat Wulla. Kiranya Tuhan
Yesus memberkati kita sekalian.
15