Anda di halaman 1dari 24

Nama : Nafisatul Musyarofah

NIM : 21104010046
Kelas : PAI B
Mata Kuliah : Komunikasi Pendidikan

Pertemuan Ke-9
KOMUNIKASI PEDAGOGIK, ANDRAGOGIK, DAN HEUTAGOGIK

Secara hafiah, pedagogik berarti memimpin anak. Pedagogik merupakan ilmu yang
membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat di butuhkan
oleh guru khususnya guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka akan
berhadapan dengan anak yang belum dewasa. Hakekat pendidikan yang harus diketahui oleh
seorang guru dalam konteks proses pendidikan (pedagogik) yaitu (1) hakekat manusia (2)
hakekat anak (3) hakekat pendidikan (4) hakekat proses pendidikan.
Andragogik adalah suatu seni belajar oerang dewasa yang didalamnya terdapat
berbagai latar belakang dan kesiapan mereka serta tujuannya dalam mendapatkan pengetahuan.
Proses pendidikan ini setidaknya perlu mengenal karakter orang dewasa yakni pembelajaran
lebih ditekankan mengarah pada proses pendewasaan, penjagaan diri, pemecahan masalah serta
berbagai hal terkait kehidupan dan psikologi orang dewasa. Perlu memperhatikan empat
asumsi pokok yakni pengalaman, kematangan, motivasi, serta tujuan memecahkan masalah.
Sebagai calon pendidik juga harus menguasai prinsip mengajar orang dewasa antara lain
belajar swa arah, mengetahui cara belajar, evaluasi, mementingkan perasaan pendidik, dan
menciptakan suasana nyaman.
Heutagogik merupakan konsep pendidikan yang menekankan pada realisasi dengan
melibatkan peserta didik untuk ikut serta merancang pembelajarannya. Guru atau fasilitator
melatih kemandirian pada peserta didik dalam memecahkan masalah. Beberapa implikasi yang
mengarah pada konsep ini dalam mempersiapkan tenaga pendidik antara lain penguatan
pembelajaran HOTS, literasi digital, mengembangkan LMS yang lengkap dan handal, serta
penerapan pelatihan guru dengan pendekatan heutagogik secara masif.
Perbedaan pedagogik, andragogik, dan heutagogik dapat dilihat dari tipe pembelajaran,
peran pendidik, fokus pembelajaran, dan motivasi. Contoh dari pedagogik, andragogik, dan
heutagogik di lingkungan pendidikan Agama Islam adalah berkaitan dengan konsepnya dan
teratah pada lingkungan pendidikan Agama Islam.

Pertemuan Ke-10
BENTUK KOMUNIKASI VERBAL & NON-VERBAL

1. Konsep Komunikasi Verbal & Non-Verbal


Komunikasi verbal didefinisikan sebagai komunikasi menggunakan kata-kata yang secara
sadar diungkapkan manusia secara verbal untuk berhubungan dengan orang lain. Sedangkan
komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang disampaikan dengan isyarat atau ekspresi.
Penerapan Komunikasi Verbal & Non-Verbal dapat dilihat melalui metode dalam
berkomunikasi, diantaranya metode bercerita, metode bernyanyi, dan metode bermain.
Komunikasi Verbal & Non-Verbal memiliki beberapa perbedaan, diantaranya yaitu:
• Komunikasi verbal memiliki persepsi yang lebih penting pada niat, sedangkan non-
verbal cenderung dilakukan dengan tidak sengaja.
• Pemrosesan di dalam otak pada pesan komunikasi yang disampaikan secara verbal
dilakukan secara terstruktur, sedangkan komunikasi non-verbal tidak.
• Komunikasi verbal memiliki konteks struktur pesan yang terstruktur karena
mempersyaratkan aturan tata bahasa dan sintaksis, sedangkan komunikasi non-verbal
kurang terstruktur.
• Komunikasi verbal menggunakan linguistik, sedangkan komunikasi non-verbal non-
linguistik.
• Komunikasi non-verbal dianggap bersifat kontinyu, sementara komunikasi verbal
bersifat terputus-putus.
• Kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak sebelah kanan, sedangkan
stimuli verbal yang memerlukan analisis dan penalaran, diproses dalam bagian otak
sebelah kiri.
2. Hambatan & Strategi Komunikasi Verbal & Non-Verbal
a. Hambatan => secara umum (teknis, fisik, semantik, manusiawi, & psikologis) dan
secara khusus (status effect, semantic problems, perceptual distorsion, cultural
differences, physical distractions, poor choice of communication channels, & no
feed back).
b. Solusi/cara penyelesaian => segi kapasitas (hubungan antar personal, berurutan, &
posisional) dan segi penerapan (menggunakan feedback, pemahaman perbedaan
individu, komunikasi langsung, dan bahasa yang sederhana).
Bagaimaana cara dan metode yang tepat digunakan dalam berkomunikasi, jika peserta didik
tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara?
A. Pada siswa tuna netra
Dalam pendidikan, guru secara umum akan memberikan bahasa isyarat untuk
berkomunikasi dengan siswa yang tunanetra. Bahasa isyarat yang digunakan untuk
anak tunanetra adalah huruf braile. Guur menggunakan huruf braile untuk memberikan
pengajaran kepada siswa tunanetra karena bahasa braile akan sangat mempermudah
siswa tersebut untuk mendapatkan informasi dan merupakan komunitas total dalam
proses belajar mengajar. Semua buku yanag digunakan dalam pembelajaran
menggunakan huruf braile.
Satu-satunya cara berkomunikasi yang akan digunakan pada saat anak tunanetra tidak
mengerti isi pembicaraan dan agar tidak terjadi kesalahpahaman arti adalah dengan
rabaan. Yaitu dengan memberikan media rabaan agar anak tunanetra dapat memiliki
persepsi atau konsep awal tentang sebuah hal. Metode guru dalam mengajakan
simbolisasi kepada siswa tunanetra, melalui metode alat peraga. Guru memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memilih dan mengadaptasikan
materi pelajaran dan metode pengajaran menurut kebutuhan khusus setiap siswa.
Penggunaan media sebagai metode guru dalam membantu siswa tunanetra
berkomunikasi dengan lingkungannya.
B. Pada siswa tuna rungu
Metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan siswa tunarungu dalam proses
pembelajaran adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, drill (latihan),resitasi
(penugasan), dan demonstrasi. Dalam penerapan metode-metode tersebut guru selalu
mengombinasikannya dengan metode terapi wicara bagi siswa tunarungu seperti
metode SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia), metode lips reading (membaca bibir),
serta Metode Maternal Reflektif (MMR).
C. Pada siswa tuna wicara
Cara yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan siswa yang tuna wicara dalam
pendidikan adalah dengan metode bahasa manual atau bahasa isyarat menggunakan
ejaan jari. Selain itu, bisa juga dengan cara auditori visual therapy, yaitu metode yang
memadukan penerapan suara bahasa bibir dengan mimik muka.

Pertemuan Ke-11
KOMUNIKASI PERSONAL: INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL

Komunikasi personal adalah komunikasi seputar diri seseorang baik dalam perannya
sebagai komunikan atau sebagai komunikator. Komunikasi personal dibagi menjadi dua
macam, yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal.
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau
proses komunikasi dengan diri sendiri yang bertujuan untuk melakukan prediksi, evaluasi
dan penguatan/ pelemahan. Proses intrapersonal ini menjelaskan bagaimana seorang
individu menerima informasi, mengolah, menyimpan, dan menghasilkannya kembali, yang
melalui tahapan sensasi, asosiasi, persepsi, memori, dan berpikir.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi timbal balik yang berlangsung
antara dua orang atau lebih secara tatap muka, langsung, dan melalui kontak pribadi.
Terdapat enam alasan utama individu melakukan komunikasi interpersonal, yakni: kontrol,
kelekatan, inclusion (keterlibatan), relaksasi, melarikan diri dan kesenangan.
• Karakteristik komunikasi interpersonal diantaranya: Bermula pada diri sendiri,
bersifat transaksional, mencakup pada aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi,
mempersyaratkan pihak yang berkomunikasi untuk melibatkan kedekatan fisik,
menempatkan pihak yang berkomunikasi untuk saling bergantung, dan tidak bisa
diubah atau diulang.
• Unsur-unsur dalam komunikasi interpersonal: Pengiriman dan penerimaan pesan,
kompetensi interpersonal, pesan, saluran komunikasi, noise (hambatan), konteks,
dampak, dan etika.
• Jenis-jenis komunikasi interpersonal
1. Berdasarkan jumlah individu yang terlibat: Komunikasi diadik, komunikasi
triadik.
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai: Hubungan tugas, hubungan sosial.
3. Hubungan berdasarkan jangka waktu: Hubungan jangka pendek, hubungan
jangka panjang.
4. Hubungan berdasarkan tingkat kedalaman keintiman: Hubungan biasa dan
hubungan akrab.
• Tujuan komunikasi interpersonal: Mengungkapkan perhatian kepada orang lain,
menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membangun dan memelihara
hubungan yang harmonis, mempengaruhi sikap dan tingkah laku, mencari
kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu, menghilangkan kerugian akibat
komunikasi, memberikan bantuan (konseling).
Implementasi komunikasi interpersonal dalam pembelajaran PAI dapat dilakukan seperti
membangun hubungan antara guru dan murid, berusaha mengubah sikap dan tingkah laku
murid, meningkatkan pengetahuan dengan prestasi belajar.

Pertemuan Ke-12
KOMUNIKASI MASSA DAN MEDIA KOMUNIKASI
Komunikasi massa diartikan sebagai proses komunikasi melalui media massa. Komunikasi
massa dapat dijelaskan dari dua cara pandang, yakni bagaimana orang memproduksi pesan dan
menyebarkannya melalui media di satu pihak, dan bagaimana orang-orang mencari serta
menggunakan pesan-pesan tersebut di pihak lainnya. Klasifikasi media dalam pendidikan
agama islam yaitu:
a. Media visual yang dapat dilihat, termasuk media grafis. Contohnya chart/bagan,
gambar/foto, diagram, dan grafik.
b. Media audio, seperti radio, laboratorium bahasa dan alat perekam pita magnetik.
c. Media proyeksi diam, seperti slide, film rangkai, ohp, televisi, proyektor opaque,
tachitoscape, microprojection dan microfilm.
d. Dramatisasi, contohnya guru mendemonstrasikan cara berwudhu’ yang benar.
Keterbatasan waktu dan jam belajar di sekolah mengharaapkan media massa dapat
menyampaikan pesan-pesan moral keagamaan menjadi strategi khusus dalam memajukan
pendidikan agama islam. Pengaruh media massa terhadap pendidikan islam, yaitu:
a. Sebagai ruang publik untuk mencari informasi tentang sebuah partai.
b. Sebagai ruang publik untuk menyampaikan pendapat, ide, saran, kritik, dan lain
sebagainya
Yang berkaitan dengan politik.
c. Sebagai ruang publik untuk berdebat dan mempertajam ide di bidang politik.
d. Sebagai ruang publik untuk propaganda partai termasuk program-program dan
kebijakan-kebijakan partai.
e. Sebagai ruang publik untuk mendeskreditkan kelompok lain.
Fungsi komunikasi massa terhadap pendidikan agama islam, diantaranya sebagai berikut:
• Fungsi informasi
• Fungsi pendidikan
• Fungsi memengaruhi
• Fungsi hiburan.
HOAX
1. Zaman sekarang, kita bisa dengan sangat mudah menemukan untuk berita-berita hoax.
Kita akan menemukan berita-berita hoax ketika kita berselancar di media online.
Berbagai situs dan platform di media sosial kerap kali menjadi sarana penyebaran hoax,
yang selain mudah dan dapat diakses oleh semua orang, media sosial adalah sarana
komunikasi yang sangat besar. Sehingga berita-berita yang ditampilkan akan dengan
sangat mudah pula diserap dan tersebar di masyarakat.
2. Media yang seringkali digunakan dalam penyebaran berita hoax diantaranya adalah
situs web sebesar 34, 90 persen, aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram) sebesar
62,80 persen, dan melalui media sosial (Facebook, Instagram, Twitter) sebesar 92,40
persen.
3. Ciri-ciri berita hoax adalah didistribusikan melalui email atau media sosial yang
efeknya lebih besar, berisi pesan yang membuat cemas atau panik para pembaca,
diakhiri dengan imbauan agar pembaca segera menyebarkan peringatan tersebut ke
forum yang lebih luas, dan pengirim awal dari berita hoax tidak disebutkan atau
diketahui identitasnya.
4. Beberapa motif pembuatan dan penyebaran berita hoax, diantaranya:
a) Motif eksistensi, yaitu karena ingin terkenal, keren, populer, mendapatkan
pengakuan dan prestise, atau status baru dalam isu terkait di tengah masyarakat
atau komunitas tertentu.
b) Motif ideologis, yaitu menciptakan hoax sebagi alat bantu untuk
menyebarluaskan ideologi atau nilai yang diyakini, atau untuk menghantam
ideologi lain yang dinilai membahayakan eksistensinya.
c) Memperbesar keuntungan ekonomi baik secara langsung (misalnya,
meningkatkan web traffic) atau secara tidak langsung (menggiring opini
khalayak).
d) Motif protektif, yaitu melindungi pihaknya atau pihak lain dengan menciptakan
hoax guna mengalihkan perhatian.
e) Motif anarkis, yaitu melempar hoax yang disengaja guna menciptakan kekacauan
di tengah publik.
5. Cara menanggulangi berita-berita hoax agar kita tidak mudah termakan adalah dengan
menghindari judul-judul yang provokatif, memeriksa sumber berita, memeriksa
keaslian foto jika berita disajikan dalam bentuk foto, memeriksa verifikasi dari alamat
situs web, bergabung dengan grup/komunitas anti-hoax, berpikir secara logis dan kritis
terhadap berita yang diperoleh, dan membaca keseluruhan berita terlebih dahulu agar
tidak terjadi kesalahpahaman.
6. Peran guru dalam memerangi berita hoax yang bisa dilakukan di sekolah maupun di
luar sekolah adalah dengan membudayakan literasi, mempelopori dan menggalakkan
gerakan “turn back hoax” dan memberikan pemahaman yang utuh tentang bahayanya
berita hoax.
MAKALAH
FUNGSI KOMUNIKASI PAI PADA ERA DIGITAL,
MILENIUM, DAN DISRUPSI

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi


Pendidikan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H Sutrisno, M.Ag. dan Asniyah Nailasariy,M.Pd.I.

Disusun oleh:

WIRDATUL ALIYAH (21104010013)


MUHAMMAD SODRI NUR MUHSIN (21104010019)
NAFISATUL MUSYAROFAH (21104010046)
LUTFYYATUL MUSLIMAH (21104010042)
MUHAMAD MARJAN HIDAYAT (21104010034)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah rabb semesta alam, yang dengan izin dan karunia-Nya lah,
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Fungsi Komunikasi PAI Pada Era
Digital, Milenium, Dan Disrupsi”. Dan tidak lupa pula shalawat serta salam penulis
haturkan kepada Rasulullah Muhammad ‫ﷺ‬. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari
akhir kelak. Aamiin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Pendidikan.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang “Fungsi
Komunikasi PAI Pada Era Digital, Milenium, Dan Disrupsi”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H Sutrisno, M.Ag dan Asniyah
Nailasariy, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Pendidikan yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami, sehingga kami dapat menambah wawasan
berkenaan dengan tema makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Yogyakarta, 26 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................2

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................3

C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................4

A. Pengertian Komunikasi .....................................................................................................4

C. Pengertian Era Digital, Milenial, dan Disrupsi .................................................................8

D. Fungsi Komunikasi PAI di Era Digital, Milenial, dan Disrupsi........................................9

E. Kompetensi Guru PAI di Era Digital, Milenial, dan Disrupsi ........................................12

BAB III PENUTUP....................................................................................................................16

A. Kesimpulan......................................................................................................................16

B. Saran................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan majunya perkembangan zaman pada saat ini, perkembangan mengenai
informasi dan teknologi juga menjadi semakin cepat. Kemajuan ini tentunya berpengaruh
kepada perkembangan komunikasi dan teknologi yang merupakan suatu bagian dari
konsekuensi modernitas serta termasuk usaha eksistensi manusia. Manusia akan terus
menemukan metode yang sekiranya dapat mempermudah hidupnya sehingga dapat
berkompetisi dan terus belajar. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap seluruh bidang
pendidikan, tak terkecuali pendidikan agama Islam yang secara tidak langsung dituntut
untuk mengikuti perkembangan zaman serta dapat menguasai teknologi, sehingga perlu
adanya inovasi terhadap komunikasi pendidikan agar sesuai dengan eranya. Komunikasi
sangat diperlukan dalam pendidikan, yang mana komunikasi tersebut menjadikan proses
pembelajaran semakin bermakna, sehingga komunikasi termasuk bagian penting dalam
pendidikan yang mana tentu memiliki manfaat yang besar. Begitu pula dalam Pendidikan
Agama Islam pasti membutuhkan komunikasi, sebab komunikasi berpengaruh terhadap
tujuan pendidikan Islam. Apalagi pada era digital, milenial serta disrupsi ini yang mana
segala sesuatu pasti membutuhkan teknologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dan fungsi dari komunikasi pendidikan Islam?
2. Apa fungsi dari komunikasi PAI pada era digital?
3. Apa fungsi dari komunikasi PAI pada era milenium?
4. Apa fungsi dari komunikasi PAI pada era disrupsi?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi dan fungsi komunikasi pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi PAI pada era digital
3. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi PAI pada era milenium
4. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi PAI pada era disrupsi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Hardjana mengemukakan definisi komunikasi secara etimologis yang berasal dari
bahasa latin yaitu cum dan umus. Cum adalah sebuah kata depan yang artinya dengan, atau
bersama dengan. Sedangkan umus adalah kata bilangan yang berarti satu. Kedua kata
tersebut membentuk kata communio, ia adalah sebuah kata benda yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan communion yang memiliki arti kebersamaan, persatuan
persekutuan gabungan pergaulan atau hubungan. Kata communion dibuat menjadi kata
kerja, yaitu communicare yang artinya membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar,
membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bertukar
pikiran, bercakap-cakap, berteman atau berhubungan. Hal tersebut dilakukan karena untuk
ber-communio dibutuhkan adanya usaha dan kerja. Dengan begitulah, komunikasi
memiliki makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan pertukaran pikiran atau
hubungan.1
Komunikasi adalah kebutuhan manusia yang kekal, sebagaimana halnya bernafas.
Oxford English Dictionary memuat beberapa definisi komunikasi, diantaranya
communication means that information is passed from one place to another, yaitu
komunikasi adalah informasi yang disampaikan dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu,
ada juga definisi yang mengemukakan bahwa komunikasi adalah the importing, conveying
or exchange of ideas knowledge or information whether by speech writing or signs
(memberi, meyakinkan atau bertukar ide, pengetahuan atau informasi baik melalui ucapan,
tulisan atau tanda). Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja dari partisipan yang
terlibat dalam proses komunikasi. Jika partisipannya memiliki keterlibatan dan perhatian
yang sama terhadap topik yang disampaikan, maka komunikasi akan berlangsung dengan
baik.2
Komunikasi adalah keniscayaan dalam kehidupan keseharian manusia. Manusia
yang merupakan makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain dan menuntutnya untuk
berinteraksi antar sesama. Begitu pula dalam konsep pendidikan, komunikasi memiliki

1 Masdul, M. R. (2018). Komunikasi pembelajaran. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan Dan


Keislaman, 13(2), hal 3.
2 Oktarina, Y., & Abdullah, Y. (2017). Komunikasi dalam perspektif teori dan praktik. Hal. 2.

4
peran yang sangat besar bagi terjalin dan terjaminnya keberhasilan proses pendidikan.
Transfer pengetahuan dalam pendidikan dilakukan lewat komunikasi, sehingga antara guru
dengan peserta didik harus memiliki bahasa komunikasi yang baik. Pendidik sebagai
komunikator diharuskan menguasai komunikasi, terutama komunikasi lisan dalam
konteks instruksional yang akan menentukan keberhasilan belajar siswa.3 Pentingnya
komunikasi pendidikan dapat dilihat dalam dua pertimbangan mendasar4,yakni:
1. Dunia pendidikan sangat membutuhkan sebuah pemahaman yang holistik,
komprehensif, sistematis dan mendasar tentang pemanfaatan komunikasi dalam
implementasi kegiatan belajar mengajar.
2. Komunikasi pendidikan adalah perantara untuk menunjukkan arah dari proses
konstruksi sosial atas realitas pendidikan
B. Fungsi Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu informasi oleh seseorang kepada orang
lain, yang mana dari proses tersebut akan menimbukan timbal balik atau feedback sehingga
dengan komunikasi menjadikan seseorang merasa puas akan kehidupannya manakala
semua kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial dan praktis dapat terwujud (Adler
dan Rodman, 2003). Adapun beberapa fungsi komunikasi secara universal, diantaranya:
1. Memenuhi Kebutuhan Fisik
Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, komunikasi dapat
berfungsi untuk menyembuhkan manusia. Ba
hkan menurut Adler dan Rodman (2003) menjelaskan bahwa orang yang kurang
atau jarang melakukan interaksi dengan orang lain, berisiko tiga atau empat
mengalami kematian. Begitupun sebaliknya, orang yang sering berinteraksi dengan
orang lain maka memiliki peluang hidup empat kali lebih besar. Dengan demikian,
komunikasi yang merupakan salah satu bentuk interaksi antara satu orang dengan
orang lain dapat membuat seseorang meningkatkan kualitas fisiknya.
2. Memenuhi Kebutuhan Identitas

3D. Kurniawan, “Komunikasi Model Laswell Dan Stimulus-Organism-Response Dalam Mewujudkan


Pembelajaran Menyenangkan”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2 No. 1 (2018): hal 62.
4D. S. Napitupulu, “Komunikasi organisasi pendidikan Islam”, At-Ta'dib: Jurnal Ilmiah ProdiPendidikan
Agama Islam (2019): hal 134.

5
Sebenarnya, komunikasi dapat diibaratkan dengan KTP (Kartu Tanda
Pendudukan), yang mana merupakan kartu berisi identitas seseorang. Kemudian,
kartu tersebut menjadi sangat bermanfaat jika terdapat orang yang membutuhkan
informasi tersebut. Sebab, terkadang komunikasi dapat terjalin dengan baik jika
komunikan dan komunkator saling mengetahui identitas mereka. Riset
menunjukkan bahwa sebagian besar orang akan merasa tertarik bilamana identitas
diri diketahui sehingga dapat dikenang.
3. Memenuhi Kebutuhan Sosial
Komunikasi juga dapat memenuhi kebutuhan sosial seseorang, misalnya mengisi
waktu luang, kebutuhan untuk disayangi, kebutuhan untuk dilibatkan, kebutuhan
untuk keluar dari masalah yang sulit, kebutuhan untuk menenangkan pikiran, serta
mengontrol diri sendiri dan orang lain.
4. Memenuhi Kebutuhan Praktis
Komunikasi merupakan kunci penting yang mana seakan-akan membuka pintu
agar kebutuhan praktis kita terpenuhi, sehingga seseorang melakukan interaksi
dengan orang lain.
Selain beberapa fungsi diatas, terdapat fungsi dasar komunikasi, disantaranya:
1. Pendidikan dan Pengajaran
Fungsi ini sebenarnya telah dikenal sejak awal kehidupan manusia yang dimulai
dari dalam rumah oleh orang tua dan anggota yang lain, misalnya pendidikan nilai
dan norma budaya, budi pekerti, serta sopan santun. Sehingga komunikasi menjadi
sarana dalam penyediaan pengetahuan, keahlian, keterampilan dengan maksud
untuk memperlancar peranan manusia serta memberikan peluang bagi orang lain
agar berpartisipasi aktif dalam kehitupan bermasyarakat.
2. Informasi
Setiap orang pasti membutuhkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup
mereka, yang mana informasi tersebut dapat diperoleh baik dari komunikasi lisan
ataupun tertulis, komunikasi antarpersonal atau kelompok, organisasi maupun
melalui komunikasi massa. Kemudian, orang yang memiliki kekayaan informasi
dapat menjadi tempat bertanya bagi mereka yang membutuhkan informasi tersebut.
Terdapat pepatah yang mengatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, maka
dialah yang menguasai dunia, dan komunikasi menyediakan informasi tentang
6
keadaan dan perkembangan lingkungan sekelilingnya.
3. Hiburan
Setiap manusia pasti pernah mengalami masalah, namun manusia tersebut dapat
mengalihkan perhatiannya sejenak dari situasi yang membuat dirinya stres ke situasi
yang lebih santai dan menyenangkan, yaitu hiburan. Hiburan merupakan salah satu
kebutuhan penting bagi semua orang, sehingga komunikasi menyediakan hiburan
yang tiada habisnya, misalnya melalui film, televisi, radio, drama, komedi,
permainan.
4. Diskusi
Ketika terdapat suatu permasalahan, belum tentu pendapat antara satu orang
dengan orang lain sama, sehingga diperlukan diskusi antarpersonal maupun dalam
kelompok. Melalui diskusi tersebut akan ditemukan kesatuan pendapat serta tetap
menghargai perbedaan yang dimiliki orang lain. Sehingga, komunikasi merupakan
sarana yang baik untuk mengungkapkan pendapatnya dan berdiskusi mengenai
gagasan baru yang lebih kreatif guna membangun kehidupan bersama.
5. Persuasi
Persuasi mendorong seseorang agar terus berkomunikasi dengan tujuan
menyatukan pandangan yang berbeda dalam rangka mengambil keputusan personal
maupun kelompok atau organisasi.
6. Promosi Kebudayaan
Komunikasi menyediakan kemungkinan atau peluang untuk mengenalkan,
menjaga dan melestarikan tradisi budaya suatu masyarakat. Komunikasi menjadikan
manusia dapat menyampaikan dan mengembangkan kreativitasnya dalam rangka
pengembangan kebudayaan.
7. Integrasi
Sejumlah orang yang melintasi ruang dan waktu di muka bumi dapat
diintegrasikan melalui komunikasi, maksudnya dengan komunikasi menjadikan
banyak orang saling mengenal dan mengetahui keadaan masing-masing. Bahkan,
suatu bangsa yang besar dapat diintegrasikan melalui komunikasi, misalnya
komunikasi melalui media massa.

Sedangkan, komunikasi dalam dunia pendidikan memiliki beberapa fungsi untuk


7
mendukung segala aktivitas pembelajaran. Beberapa fungsi komunikasi dalam pendidikan
diantaranya :
1. Fungsi informatif, yaitu fungsi komunikasi untuk memberi keterangan, data atau
fakta yang bermanfaat bagi segala aspek kehidupan sehingga melalui komunikasi
guru dapat menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada siswa dalam bentuk
lisan maupun tulisan.
2. Fungsi edukatif, yaitu fungsi komunikasi untuk mendidik setiap orang menuju
pencapaian kedewasaan yang mandiri dan dapat mengetahui luasnya ilmu.
3. Fungsi persuasif, yaitu komunikasi berfungsi untuk mengajak atau membujuk
seseorang (peserta didik) untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yangdiinginkan
oleh komunikator (pendidik). Komunikasi akan membangun pengertian dan
kesadaran bagi komunikan bahwa sesuatu yang disampaikan diharapkan bisa
membawa perubahan sikap berdasarkan kehendak sendiri baik berupa motivasi
maupun bimbingan.

C. Pengertian Era Digital, Milenial, dan Disrupsi


1. Era Digital
Era digital merupakan kondisi dimana setiap orang dapat mengakses berbagai
informasi dalam jaringan (daring). Berbagai informasi di era ini tersedia secara bebas
di dunia maya yang memudahkan siapa saja untuk mengaksesnya tanpa batas ruang
dan waktu. Era digital bisa dimaknai sebagai suatu keadaan dimana penggunaan
perangkat komunikasi dan informasi berbasis digital (internet)5 semakin masif dan
mendominasi berbagai aktivitas keseharian manusia, mulai dari kegiatan ekonomi,
kesenian, olahraga, pemerintahan, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.
Era digital telah merasuk ke berbagai kawasan negara-negara di dunia. Semua
saling terhubung satu sama lain. Seakan tiada batas yang menjadi sekat (borderless).
Segala informasi terbuka yang ada dalam suatu kawasan dapat diketahui seketika juga
oleh penduduk di kawasan lain. Semua itu terjadi karena hadirnya era digital yang
telah menggantikan dominasi era konvensional. Era digital sendiri terlahir dari rahim

5 Fandy Tjiptino dan Totok Budi Santoso, Strategi Riset Lewat Internet (Yogyakarta: Andi, 2010), hlm.
2.

8
serta pesatnya perkembangan era global atau globalisasi.6
2. Era Milenial
Istilah milenial berasal dari “millennials” yang terdapat dalam beberapa buku dari
dua pakar sejarah dan penulis Amerika, yaitu William Staruss dan Neil Howe.
Beberapa ilmuwan dan pakar menggolongkan generasi manusia sesuai dengan tahun
kelahirannya.7 Pertama, generasi Babyboomers (lahir 1946-1964). Kedua, Generasi X
(lahir 1965-1980). Ketiga, generasi Y (lahir 1980/81-1994). Keempat, generasi Z
(1995- 2010) serta generasi alpha (lahir 2011-2025). Adapun generasi milenial
merupakan generasi muda yang lahir sekitar tahun 1980 sampai 2000.8
3. Era Disrupsi
Disrupsi dalam KBBI berarti hal yang tercabut dari akarnya. Sedangkan apabila
dimaknai dengan kehidupan sehari-hari disrupsi merupakan terjadinya perubahan
yang fundamental atau mendasar, yakni evolusi teknologi yang mendasar dalam
kehidupan manusia.9 Istilah disrupsi pertama kali dipopulerkan oleh Clayton
Christensen sebagai kelanjutan dari tradisi berpikir “for you to win, you’ve got to
make somebody lose”. Disrupsi menggantikan teknologi lama yang serba fisik dengan
teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang lebih efisien dan juga lebih
bermanfaat. Era ini merupakan pergeseran kebiasaan masyarakat di dunia nyata ke
dunia maya yang berimbas kepada seluruh pola mulai dari bisnis, perbankan,
transportasi, sosial masyarakat bahkan berpengaruh hingga ke dunia pendidikan.

D. Fungsi Komunikasi PAI di Era Digital, Milenial, dan Disrupsi


Komunikasi dalam seluruh pendidikan tidak terkecuali dalam pendidikan agama
islam mengalami acuh tak acuh harus mengikuti perkembangan teknologi dan mengalami
pergeseran dalam komunikasi pendidikan yang disebabkan perubahan kebiasaan

6 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 10.
7 A. Suprayitno & W. Wahyudi, Pendidikan Karakter di Era Milenial (Yogyakarta: Deepublish, 2020),hlm.
22.
8 Asmat Purba & Rudi M.S., “Komunikasi Guru dalam Pengajaran di Era Milenial”, Jurnal TEDC Vol,13
No, 3. 2019, hlm. 240.
9
Wayan Lasmawan, “Era Disrupsi Dan Implikasinya Bagi Reposisi Makna Dan Praktek Pendidikan (Kaji
Petik Dalam Perspektif Elektik Sosial Analisis)”, Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Vol. 1 No. 1 (April 2019): hal 56.

9
masyarakat yang disebabkan oleh era disrupsi. Pada mulanya pembelajaran harus dilakukan
secara fisik seperti menghadiri pelajaran dikelas, setelah terjadi disrupsi peserta didik dan
pendidik cukup melakukan pembelajaran dengan sistem daring (dalam jaringan). Sistem
pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tatap muka antara peserta didik dan
pendidik secara langsung melalui online menggunakan jaringan internet.10 Hal ini seperti
yang telah terjadi pada dua tahun terakhir yang mana masih gencar-gencarnya wabah
coronavirus (Covid-19).
Pada abad ini, kita melihat bahwa media merupakan kekuatan terbesar yang ada pada
dunia saat ini. Kemajuan digital yang sangat pesat ini menyebabkan teknologi informasi dan
komunikasi berkembang dengan luar biasa. Internet dan jejaring online lainnya merupakan
alat komunikasi yang paling banyak digunakan di era ini, banyak situs-situs internet baik
yang bersifat negatif maupun positif. Pada era ini penggunaan sosial media tentu tidak bisa
dicegah, sehingga semuanya Kembali kepada individu masing-masing apakah dapat
menggunakannya secara bijak atau tidak, untuk mengantisipasi pengaruh negatif yang
dapat ditimbulkan oleh media sosial penanaman pendidikan sejak dini mengenai etika
dalam menggunakan social media sangat diperlukan, terutama dari lingkup keluarga dan
pendidikan.11
Pada era yang juga disebut dengan era milenial, sebagian pendidik dan peserta didik
termasuk ke dalam kategori yang berbeda, sehingga dalam pendidikan Islam guru
diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengkomunikasikan pengajarannya
agar murid yang diajarnya dan bernotabene anak- anak milenial dapat memahami materi
yang disampaikan dan diajarkan oleh guru. Dalam hal ini, fungsi komunikasi pendidikan
agama Islam sangat berpengaruh terhadap daya tangkap siswa mengenai pengajaran agama
Islam. Oleh sebab itu, jika guru menggunakan komunikasi yang kurang baik atau tidak
sesuai dengan kebutuhan siswa yang diajar, maka kemungkinan siswa menjadi tidak
responsif dan malas terhadap materi yang diajarkan, sehingga dalam hal ini fungsi
komunikasi sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran.

10 D. P. Parlindungan, G. P. Mahardika, & D. Yulinar, “Efektivitas Media Pembelajaran Berbasis Video


Pembelajaran dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SD Islam An-Nuriyah”’ In Prosiding Seminar Nasional
Penelitian LPPM UMJ Vol. 1, No. 1. (Oktober 2020): hal 2.
11 Bakti, Andi Faisal, dan Venny Eka Meidasari. “Trendsetter Komunikasi di Era Digital: Tantangan dan
Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam”, Jurnal Komunikasi Islam Vol. 4 No. 1 (juni 2014): hlm. 21.

10
Dengan adanya berbagai teknologi yang masuk ke sendi-sendi kehidupan, peran
pendidik mulai tergeser akibat adanya teknologi yang memudahkan peserta didik untuk
belajar melalui teknologi yang sekiranya dapat memberikan kemudahan dalam belajar
kapanpun dan dimanapun. Namun, posisi pendidik tetap tidak dapat tergantikan walaupun
terdapat teknologi apapun sebab manusia sebagai pendidik mempunyai kelebihan yaitu
memiliki sifat atau rasa emosional yang tidak bisa dibuat-buat, sedangkan teknologi tidak
memiliki rasa emosional tersebut. Oleh sebab itu, peran pendidik sebagai pengajar sekaligus
komunikator seharusnya dapat dioptimalkan melalui pengajaran etika, nilai kebijaksanaan,
nilai budaya serta nilai pengalaman sehingga tujuan dari pendidikan agama Islam dapat
tercapai. Selain itu, dikarenakan pada era ini mulai adanya teknologi sehingga pendidik
dapat mengontrol serta memberikan informasi dan bimbingan kepada peserta didik dalam
penggunaan teknologi-teknologi tersebut agar tidak terjadi penyimpangan terhadap ajaran
agama Islam. Dengan kata lain, bahwa fungsi komunikasi pendidikan agama Islam adalah
sebagai pengawasan.12
Komunikasi pendidikan agama islam pada era saat ini, memiliki makna tujuan yang
jelas, yakni pentransferan keilmuan agama islam dari pendidik kepada peserta didik.
Adapun dalam fungsi yang lainnya, komunikasi pendidikan islam pada era peralihan saat
ini memiliki peranan tersendiri yakni komunikasi pendidikan atau pentransferan keilmuan
beralih menjadi terpusat pada peserta didik yang pada mulanya terpusat pada
guru/pendidik.13 Peranan lainnya dari komunikasi pendidikan yakni terdapatnya sistem e-
learning atau daring. Sistem ini sangat mempermudah dalam penyampaian keilmuan
pendidikan islam, memiliki jangkauan yang luas melewati batas-batasan fisik seperti
lembaga pendidikan dan negara. Bahkan sebagian lembaga pembelajaran bahkan
menyediakan pembelajaran secara gratis yang dapat diakses dimanapun dan oleh siapapun.
Sebagai sebuah keniscayaan akan hadirnya teknologi digital, pendidikan Islam
dituntut mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri agar tidak tertinggal jauh dari
pendidikan model lainnya. Pendidikan Islam dengan segala sumber dayanya diharapkan
dapat memanfaatkan peluang teknologi digital guna mengukuhkan eksistensinya sebagai

12 Ety Nur Inah, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan”, Jurnal Al-Ta’dib (2013): hlm. 183.
13 A. Fikri, “Pengaruh Globalisasi dan Era Disrupsi terhadap Pendidikan dan Nilai-Nilai Keislaman”,
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 3 No. 1(Januari-Juni 2019): hal 124.

11
pionir pendidikan yang unggul dan bermutu, baik dalam konteks keindonesiaan maupun
dalam kancah peradaban global.14

E. Kompetensi Guru PAI di Era Digital, Milenial, dan Disrupsi


1. Kompetensi Pedagogik
Yang dimaksud dengan Kompetensi pedagogik yaitu skill atau kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru dalam melihat kepribadian atau karakter anak didiknya dari
berbagai macam aspek dalam kehidupan, baik moral, emosional, maupun
intelektualnya. Pelaksanaan dari kompetensi ini kiranya dilihat dari bagaimana
kompetensi seorang guru dalam penguasaannya terhadap prinsip pembelajaran, yang
diawali dari teori belajarnya sampai dimana seorang guru harus menguasai bahan
ajar.15 Kompetensi ini dimulai dengan guru yang melakukan analisis terhadap para
muridnya, kemudian merancang pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga
melakukan evaluasi hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Kompetensi ini memiliki peran penting dalam proses pendidikan terutama pada
zaman digital ini. Banyak tantangan baru bagi guru PAI yang harus dilalui dalam
mendidik para muridnya. Maka, dengan kompetensi ini guru PAI harus mampu
beradaptasi dengan tantangan tersebut dan dapat mendidik muridnya sesuai dengan
tujuan pendidikan yang telah dirancangnya.
2. Kompetensi Kepribadian
Inti sikap seorang guru adalah dinilai dari kepribadiannya. Karena dengan
kepribadian itulah yang akan menjadi penentu apakah guru tersebut akan menjadi
yang mendidik atau membina yang baik terhadap anak didiknya atau sebaliknya guru
tersebut menjadi yang merusak atau menghancurkan masa depan anak didiknya
khususnya anak didik yang masih usia dibawah pada tingkatan Sekolah Dasar dan
mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah

14 Nuryadin, “Strategi Pendidikan Islam di Era Digital”, FITRAH Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Vol.

03 No. 1 (Juni 2017): hlm. 211


15 Djam’an Satori, dkk. (2003). Materi Pokok Profesi Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
12
kemampuan yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
Kepribadian yang mantap dan stabil, Kepribadian yang dewasa, Kepribadian yang
arif, Kepribadian yang berwibawa serta berakhlak mulia dan teladan bagi peserta
didik.16 Oleh sebab itu seorang guru wajib memperlihatkan pribadi yang baik terhadap
anak didiknya, tidak hanya menggugurkan kewajibannya dalam mengajar disekolah
melainkan di luar sekolah juga guru tetap memperlihatkan pribadi yang baik menjadi
panutan anak didiknya karna hal inilah yang akan menjaga wibawa dan citra guru
sebagai seorang yang mendidik, yang akan selalu diikuti oleh anak didik pada
khususnya dam masyarakat pada umumnya.
Kompetensi ini memiliki peran penting terutama pada era kemerosotan moral dan
akhlak dalam penanaman moral dan akhlak yang baik bagi para muridnya. Karna guru
dapat menjadi suri tauladan yang mana para murid akan menggugu dan meniru apa
yang gurunya lakukan. dan dengan menjunjung tinggi kejujuran maka para murid akan
membenarkan dan menerima tuntunan yang diberikan gurunya tersebut.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pendidik
dalam berkomunikasi dan bergaul dengan anak didiknya, sesama guru, dan pegawai
lainnya yang ada dilingkungan pendidikan serta wali murid dan masyarakat. Hal ini
digambarkan dalam bentuk uraian dalam RPP mengenai pendidik bahwa kompetensi
sosial adalah kemampuan seorang pendidik yang menjadi bagian dari masyarakat.
dalam hal ini seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam
mengkomunikasikan sesuatu baik secara lisan, tulisan dan dalam bentuk isyarat dan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional dan
bersahabat/bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, Bergaul secara santun dengan masyarakat.17
Dalam hal ini dapat Disimpulkan bahwa dalam kompetensi sosial seorang
pendidik pendidikan agama islam dalam membina muridnya untuk memiliri rasa
sosial dan bermasyarakat serta harus mampu menyesuaikan diri dengan bergaul

16 Anwar, Qomari. (2002). Reorientasi Pendidikan Dan Profesi Keguruan. Jakarta : Uhamka Press.
17 Sarimaya, Farida. (2008). Sertifikasi Guru. Bandung: Yrama Widya.
13
bersama secara selektif dengan membangun interaksi sosial satu dengan lainnya
khususnya peserta didik, mampu bergaul secara efektif dengan pendidik dan tenaga
kependidikan, serta mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
4. Kompetensi Profesional
Guru adalah faktor terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Meningkatkan mutu pendidik tidak hanya dengan menambah nilai kesejahteraan guru
dalam bentuk menaikkan gaji dan memberi tunjangan khusus melainkan yang paling
pokok adalah profesionalitasnya. UU No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1: “Menyatakan
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sebagai seorang pendidik profesional guru wajib mempunyai potensi
pendidik yang cukup dan mumpuni. Kemampuan atau nilai kompetensi seorang
pendidik terlihat pada tahap bagaimana guru mampu menerapkan sejumlah konsep,
asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun
pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.”
Profesi yaitu kedudukan dalam suatu pekerjaan yang mana menuntut keahlian setiap
individu, yang mana pekerjaan tersebut tak dapat dilaksanakan oleh sembarang orang
yang tak memiliki keahlian dibidangnya dan tidak ada persiapan khusus untuk
melaksanakan pekerjaan yang dimaksud untuk itu tiap orang harus ahli sesuai dengan
bidangnya agar dapat disebut profesional dalam bekerja.
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang yaitu Memahami mata pelajaran
yang telah dipersiapkan untuk mengajar, Memahami standar kompetensi dan standar
isi mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan Pemerintah serta bahan ajar yang ada
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Memahami struktur, konsep, dan
metode keilmuan yang menaungi materi ajar, Memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Kompetensi Kepemimpinan
Kompetensi kepemimpinan yaitu kompetensi guru dalam menjalankan tanggung
jawabnya terhadap profesinya sebagai pendidik, yang mana dalam hal ini guru harus
mampu merencanakan, membudayakan, dan mengamalkan pembelajaran agama dan
14
sikap akhlak yang mulia pada lingkungan pendidikan atau sekolah sebagai salah satu
bagian dari proses pembelajaran agama, kemampuan dalam mengelola potensi yang
ada dilingkungan sekolah yang secara sistematis dalam menyokong pembudayaan
dalam pengamalan agama pada komunitas atau kelompok dilingkungan pendidikan.
Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor
dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah, dan
Kemampuan menjaga, mengendalikan dan mengarahkan pembudayaan pengamalan
ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar
pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guru
profesional tercermin dalam tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.18
Kompetensi ini memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran
pendidikan agama. Karena seorang pendidik mestinya mampu mengorganisir seluruh
potensi sekolah dalam mewujudkan budaya islami pada satuan pendidikan. Sehingga
peserta didik mampu menumbuhkan dan meningkatkan jiwa islami dalam dirinya
serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.

18 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 pasal 16


15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi memiliki peran yang sangat besar bagi keberhasilan proses pendidikan.
Transfer pengetahuan dalam pendidikan dilakukan lewat komunikasi, sehingga antara guru
dengan peserta didik harus memiliki bahasa komunikasi yang baik. Pendidik sebagai
komunikator diharuskan menguasai komunikasi terutama komunikasi lisan dalam konteks
instruksional yang akan menentukan keberhasilan belajar siswa. Komunikasi dalam dunia
pendidikan memiliki beberapa fungsi utama, yakni: fungsi informatif, edukatif dan
persuasif.
Komunikasi pada tiap era memiliki peranan masing-masih. Pada era digital
komunikasi antara pendidik dan peserta didik dengan mengoptimalkan media digital yang
ada dalam proses pendidikan. Kemudian pada era milenial komunikasi harus dapat
menumbuhkan kreativitas pada peserta didik, pendidik harus membiasakan berkomunikasi
multi arah yang mana melibatkan beberapa pihak turut aktif di dalamnya. Sedangkan
komunikasi pendidikan pada era disrupsi pentransferan keilmuan beralih menjadi terpusat
pada peserta didik yang pada mulanya terpusat pada guru/pendidik dan saran komunikasi
pendidikan dimudahkan dengan e-learning.

B. Saran
Setelah mempelajari fungsi komunikasi pendidikan agama Islam di era digital,
milenium dan disrupsi maka sebagai mahasiswa sebaiknya kita dapat memanfaatkan
komunikasi dengan baik sesuai zamannya sehingga selain dapat mencapai tujuan pendidikan
Islam, juga tidak mengalami ketertinggalan zaman.

16
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2008). Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris.


Yogyakarta:Pustaka Pelajar, cet ke-2.
Anwar, Qomari. (2002). Reorientasi Pendidikan Dan Profesi Keguruan. Jakarta : Uhamka
Press.
Bakti, Andi Faisal, and Venny Eka Meidasari. 2014. Trendsetter Komunikasi di Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jurnal
Komunikasi Islam Vol. 4 No. 1 juni 2014.

Djam’an Satori, dkk. (2003). Materi Pokok Profesi Kependidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Fandy Tjiptino dan Totok Budi Santoso. (2010). Strategi Riset Lewat Internet. Yogyakarta:
Andi.
Fikri, A. (2019). Pengaruh Globalisasi dan Era Disrupsi terhadap Pendidikan dan Nilai-Nilai
Keislaman. Sukma: Jurnal Pendidikan, 3(1), 117-136.
Inah Nur, Ety. 2013. “Peran Komunikasi dalam Penidikan.” Jurnal Al- Ta’dib.

Jejen Musfah (ed.). (2012). Pendidikan Holistik: Pendekatan Lintas Perspektif. Jakarta:
Kencana, cet ke-1.
Kurniawan, D. (2018). Komunikasi Model Laswell Dan Stimulus-Organism-Response
Dalam Mewujudkan Pembelajaran Menyenangkan. Jurnal Komunikasi Pendidikan,
2(1), 60- 68.
Lasmawan, I. W. (2019). Era Disrupsi Dan Implikasinya Bagi Reposisi Makna Dan Praktek
Pendidikan (Kaji Petik Dalam Perspektif Elektik Sosial Analisis). Jurnal Media
Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1), 54-65.
Napitupulu, D. S. (2019). Komunikasi organisasi pendidikan islam. At-Ta'dib: Jurnal Ilmiah
Prodi Pendidikan Agama Islam, 127-136.
Nata, Abuddin. (2012). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
cet. ke-1.
Nuryadin. Strategi Pendidikan Islam di Era Digital. FITRAH Jurnal Kajian Ilmu-ilmu
Keislaman Vol. 03 No. 1 Juni 2017
Parlindungan, D. P., Mahardika, G. P., & Yulinar, D. (2020, October). Efektivitas Media
17
Pembelajaran Berbasis Video Pembelajaran dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di
SD Islam An-Nuriyah. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ (Vol.
1, No. 1).
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 pasal 16
Purba, A., & Rudi, M. S. 2019. Komunikasi Guru dalam Pengajaran di Era Milenial. Jurnal
TEDC, 13(3), 239-247.
Sarimaya, Farida. (2008). Sertifikasi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Suprayitno A. & Wahyudi W. (2020) Pendidikan Karakter di Era Milenial.
Yogyakarta:Deepublish

18

Anda mungkin juga menyukai