PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal ini sejalan dengan pendapat Shardlow (1998) sebagaimana dikutip oleh Adi
bahwa pengertian pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri
dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka.
Di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi,
atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
Adapun tujuan :
1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat
desa di Provinsi Papua Barat, serta cara-cara mengatasi permasalahan
tersebut.
2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai dasar pertimbangan
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat tentang
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat tentang
Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung.
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Papua Barat tentang Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung.
D. Metode Penulisan
A. Kajian Teoretis
Dengan adanya perbaikan bisnis yang dijalankan, diharapkan akan ada perbaikan
penghasilan yang didapatnya, dan juga pendapatan keluarga dan masyarakat.
Kehidupan yang lebih baik sangat terdukung jika lingkungan fisik dan sosial yang
ada juga lebih baik, hal ini diharapkan bisa terwujudnya kehidupan masyarakat
yang lebih baik juga. menurunnya konflik, kejahatan dan lain-lain.
Pemberdayaan memang sebuah proses. Akan tetapi dari proses tersebut dapat
dilihat dengan indikator-indikator yang menyertai proses pemberdayaan menuju
sebuah keberhasilan. Untuk mengetahui pencapaian tujuan pemberdayaan secara
operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat
menunjukkan seseorang atau komunitas berdaya atau tidak. Dengan cara ini kita
dapat melihat ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan, segenap
upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan
(misalnya keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan.
Keberhasilan pemberdayan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan meraka
yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan akses kesejahteraan, dan
kemampuan kultur serta politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat
dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power within), ‘kekuasaan
untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over) dan ‘kekuasaan dengan (power
with).
Tahap persiapan dalam kegiatan pengembangan masyarakat terdiri dua hal, yaitu
persiapan petugas dan persiapan lapangan. Persiapan petugas diperlukan untuk
menyamakan persepsi antar anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai
pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.
Sedangkan persiapan lapangan dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah
yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara formal maupun informal.
Pada tahap ini petugas secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berpikir tentang masalah yang mereka hadapi, bagaimana cara mengatasinya serta
memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan.
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam
proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada
kerjasama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun kerjasama
antarwarga.
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program
yang sedang berjalan. Pada tahap ini sebaiknya melibatkan warga untuk
melakukan pengawasan secara internal agar dalam jangka panjang diharapkan
membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan
umpan balik bagi perbaikan kegiatan.
Menurut Pasal 4 ayat (4) Permendagri Nomor 80 Tahun 2015, Perda Provinsi
memiliki hierarki lebih tinggi dari pada Perda kabupaten/kota. Selanjutnya ayat
(5) Permendagri tersebut mengatur bahwa Perda Provinsi memuat materi muatan
untuk mengatur:
a. Kewenangan provinsi;
b. Kewenangan yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;
c. Kewenangan yang penggunanya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu
provinsi;
d. Kewenangan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah
kabupaten/kota dalam satu provinsi; dan/atau
e. Kewenangan yang pengunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan
oleh daerah provinsi.
A. LANDASAN FILOSOFIS
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
C. LANDASAN YURIDIS
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI
B. Judul
Judul peraturan daerah yang akan disusun adalah Peraturan Daerah Provinsi
Papua Barat Tentang Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung.
3. Ruang Lingkup
E. Ketentuan Peralihan
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, produk hukum Daerah yang
mengatur mengenai pemberdayaan masyarakat dan Kampung tetap berlaku
sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
F. Ketentuan Penutup
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN
DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI
MAKALAH
DISAMPAIKAN DALAM
SELEKSI LELANG JABATAN PRATAMA
PADA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT
DISAMPAIKAN OLEH
NIKOLAS SAIDUI
TAHUN
2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan
D. Metode Penulisan
BAB II
A. Kajian Teoretis
BAB III
BAB IV
A. LANDASAN FILOSOFIS
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
C. LANDASAN YURIDIS
BAB V
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka