BAB II
TINJAUAN TEORITIS
keberhasilan seorang atlet menembak. Bila salah satu fakor diabaikan, maka
tujuan akhir yaitu pencapaian prestasi yang optimal tidak akan tercapai.
Faktor pendukung antara lain : 1) Kemampuan fisik dan otot-otot untuk sikap atau
pengaturan nafas dan pegangan grip secara sempurna, 3) Kesiapan mental untuk
penembak, maka dalam melakukan penembakan tidak menjadi suatu kendala dan
beraktivitas sehari-hari. Seorang atlet yang memiliki kondisi fisik yang prima,
maka atlet tersebut akan mudah untuk mengerjakan tugasnya sebagai atlet yaitu
untuk berlatih dan bertanding. Untuk memiliki kondisi fisik yang baik atlet
16
tersebut harus berlatih, dan latihan tersebut haruslah disusun secara teliti serta
atau posisi adalah faktor yang sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil
yang baik. Dalam mengambil posisi atau sikap menembak, faktor ini harus benar-
anatomis dari si penembak itu sendiri. Kita mengenal sikap ini dalam 2 (dua)
jenis:
Penembak pistol dengan posisi berdiri yang stabil, dalam hal ini posisi
kaki harus stabil untuk dapat menunjang tubuh dengan benar, penembak harus
dapat membagi keseimbangan antara titik berat badan dengan senjata untuk
menerus.
Demikin juga letak pipi pada popor, diusahakan agar penempatan kepala
tetap tegak, jangan sampai kepala dimiringkan untuk dapat menempatkan mata di
17
belakang lobang diopter. Perlu juga diperhatikan posisi tinggi rendahnya letak
atau sikap yang benar agar dapat melaksanakan penembakan secara sempurna,
c) Kepala tegak dan mengarah ke arah sasaran sejajar dengan garis pandang
Setelah diperoleh suatu sikap dasar yang diinginkan, penembak siap untuk
pergelangan tangan atau siku dan otot-otot bahu, dalam keadaan kontraksi. Untuk
memperoleh suatu posisi yang benar, kita dapat melakukan pengecekan sebagai
berikut : arahkan bidikan ke sasaran kemudian cek sikap atau posisi dengan cara
menutup kedua mata dan bernafas secara wajar. Keseluruhan penjelasan di atas
2. Sikap yang timbul atau terdapat dalam diri pribadi (Inner Stand)
adalah hal-hal yang bersumber dari dalam pribadi yang disebutkan sebagai ”Inner
Stand”. Seberapa besar kita mengerahkan tenaga otot dalam memegang senjata
menguasai sikap ini, namun bila sikap ini secara sempurna dapat dikuasai, tidak
akan terjadi kesalahan pada penembakan dan saling menunjang satu dengan yang
lainnya.
cenderung begerak atau bergetar, walaupun suatu posisi sudah tepat dan stabil.
Sebaliknya bila ”Inner Stand” sudah dikuasai secara sempurna, tetapi posisi salah
(tidak mengarah secara benar ke sasaran), senjata memang bisa tetap diam tapi dia
akan bergerak ke kiri/ ke kanan, dan akan percuma membetulkan kesalahan ini,
karena keletihan, apakah karena terlalu lama menahan senjata, atau posisi tidak
mengarah secara sempurna. Bila ini yang menjadi sebab, segera turunkan senjata
dan dapat mulai dari awal lagi. Namun jika itu merupakan kesalahan yang
bersumber dari dalam diri pribadi, akan lebih sulit kita dapat mengetahuinya.
Jangan lakukan penembakan bila terdapat keraguan walau sekecil apapun, dan hal
olahraga yang kompleks, maka selain kebutuhan fisik yang baik diperlukan juga
kemahiran teknik dan keadaan mental yang baik supaya seorang atlet menembak
a) Daya tahan
Daya tahan merupakan suatu unsur kondisi fisik yang dibutuhkan hampir
semua cabang olahraga, selain itu daya tahan merupakan modal dasar dari
olahraga. Mengenai batasan daya tahan dijelaskan oleh Juliantine dkk (200:3.13)
yaitu : ”Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam
waktu yang lama”. Latihan untuk daya tahan waktu pelaksanaanya harus lama
atau bentuk latihan apapun yang memaksa tubuh untuk bekerja dalam waktu yang
lama, atau melakukan latihan dengan pengulangan yang banyak. latihan daya
tahan termasuk latihan pada tingkat aerob, artinya suplay O2 masih cukup untuk
Pada olahraga menembak yang diperlukan yaitu daya tahan otot, karena
pada proses pelaksanaan menembak relatif memerlukan waktu yang lama. Latihan
untuk mengembangkan daya tahan otot yaitu dengan latihan tahanan, dan latihan
tahanan ini bisa dengan menggunakan beban badan sendiri misalnya latihan
jogging, sit up (perut dan paha belakang), back up (punggung), skip rope, balance
statis (perut), side jump (seluruh otot kaki terutama bagian luar), push up (bahu
dan dada) serta dengan beban buatan misalnya latihan weight training.
b) Kelentukan
dalam ruang gerak sendi.” Pada setiap cabang olahraga kelentukan memegang
20
otot yang memerlukan gerak yang sangat luwes dan harus dimiliki setiap atlet,
sebab dengan kelentukan yang tinggi merupakan modal dasar bagi tubuh. Pada
(PNF).” Keempat faktor tersebut merupakan tahapan yang harus dilakukan oleh
c) Kekuatan
unsur kekuatan hal ini sangat mempengaruhi pada saat hasil tembakan harus dapat
mencapai sasaran yang tepat. Kekuatan otot dijelaskan Ixdiana (2006:28) adalah
”Kemampuan otot untuk membangkitkan tenaga atau kontraksi otot pada suatu
beban yang diberikan”. Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna
penggerak setiap aktifitas fisik, kekuatan juga sebagai pemegang peranan penting
dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet dapat
21
melempar dan menendang lebih jauh, memukul lebih keras, dan membantu
harus memegang senapan dan pistol untuk menopang berat dari senapan dan
pistol tersebut, dan kaki untuk menahan pijakan guna membantu dalam
menempatkan tubuh pada sikap atau posisi yang aman, sehingga bidikan tepat
pada sasaran.
teknik yang benar oleh atletnya. Dengan teknik yang benar akan membantu atlet
menembak teknik yang harus dikuasai yaitu : (1) Teknik membidik, (2) Teknik
pengendalian trigger, (3) Teknik pengaturan nafas, dan (4) Pegangan grip secara
sempurna. Keempat teknik tersebut harus dilatih sejak awal, supaya dalam
1. Membidik
adalah suatu tindakan/ cara meluruskan sejata pada suatu sasaran yang
diinginkan melalui alat bidik, dan dan ini merupakan salah satu dari dasar
berhasil digunakan (dan ini merupakan yang sangat dianjurkan) adalah dengan
menggunakan apa yang dikenal dengan sistem daerah bidikan (Aiming Area),
dan pada saat membidik tersebut fokus mata si penembak tertuju ke ”fisir
belakang”.
Hal ini dimaksudkan agar fisir depan maupun bundaran hitam sasaran
masih terlihat agak jelas. Khusus bagi penembak senapan, perlu diperhatikan
jarak antara mata dengan diopter belakang, tidak lebih kecil dari 5cm dan tidak
lebih besar dari 15cm. Yang penting jarak ini harus tetap disaat melaksanakan
bidikan. Teknik yang dipakai dalam membidik ini, harus dibina dan dilatih
secara seksama agar mendapatkan suatu tindakan yang otomatis, dan hal ini
akan didapat berkat suatu latihan intensif yang dilakukan secara terus menerus.
atau karena penyimpangan senjata dari garis bidik pada saat menarik trigger.
Karena pandangan hanya mungkin terfokus pada suatu titik sebentar saja, dan
tidak mungkin juga lama menahan senjata dengan betul-betul diam, maka pada
saat yang ”sebentar” itulah diharapkan tembakan lepas, sehingga senjata yang
23
saat itu berada pada posisi yang paling stabil akan bergerak hanya diseputar
Secara logika, setiap orang akan mampu menarik trigger secara mudah tanpa
Jika terlalu cepat akan menimbulkan hentakan, tapi bila terlalu lama akan
keinginan untuk manerik nafas menjadi tidak tertahan, dan membuat sudut
bidikan tidak tetap. Kalau penembak menunda menekan trigger sampai sudut
yakni pada saat bidikan stabil, dan ini berkisar antara detik ke 5 sampai detik
trigger ini, bagi pistol teknik melepaskan trigger sebaiknya adalah pada saat
penembak mulai mengangkat senjata ke daerah badikan, dia harus sudah mulai
24
memberikan tekanan pada trigger (menekan trigger) sampai saat ini penembak
mulai mendapat sudut pandang (sight) yang baik. Begitu penembak sudah
(match) hal ini mungkin lebih riskan sebelum penembak benar-benar dapat
melepaskan tembakan, tidak boleh terjadi suatu ketegangan, baik pada otot-otot
maupun seluruh badan. Walaupun perlu untuk tidak bernafas pada waktu
melepas tembakan, akan tetapi tidak perlu untuk mengisi paru-paru sebanyak
udara yang telah dipakainya saat tembakan dilepaskan. Teknik yang digunakan
dalam pengaturan nafas pada saat menembak adalah : Tariklah nafas secara
normal sebelum/saat mengangkat senjata lalu keluarkan, dan pada saat kita
udara ini pada suatu waktu akan berhenti dengan sendirinya, pada waktu inilah
nafas ditahan untuk membidik dan melepas tembakan. Jika tembakan tidak
lepas setelah waktu lebih dari 10 detik, turunkan senjata dan ulangi gerak
semula.
25
akan mengecil atau normal dan otot-otot dalam keadaan rileks. Pada titik atau
kuantitas udara yang baik pada saat pengambilan nafas, yang cukup untuk
sampai melepaskan suatu tembakan, dan nilai akhir dari suatu tembakan, juga
kontrol trigger yang paling sempurna sekalipun, tidak dapat memperbaiki hasil
maupun tekanan telapak tangan terhadap grip, dan ini harus sama setiap saat.
Melalui grip senjata, berat senjata terbagi rata keseluruh tangan. Tekanan jari
lainnya juga harus tetap, karena ini dapat mempengaruhi arah senjata saat
meledak. Jika genggaman grip tidak stabil atau letaknya tidak benar, hasilnya
dengan suatu latihan fisik (secara khusus) serta latihan dengan menggunakan
Manusia adalah kesatuan dari jiwa dan raga, dan antara keduanya
merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Pengaruh yang dirasakan oleh
jiwa akan dirasakan pula oleh raga kita. Pada waktu berolahraga atau bertanding
atlet akan dipengaruhi oleh mental emosional yang ditimbulkan oleh pertandingan
tersebut, misalnya stress menghadapi beratnya latihan, sasaran prestasi yang harus
dicapai, menghadapi juri dan penonton, lingkungan yang kurang mendukung, dan
prasarana yang kurang. Semua itu, prestasi atlet akan terhambat bila atlet yang
olahraga lain. Cabang olahraga ini berisi hal-hal yang sedikitnya menuntut dan
dan supaya atlet dapat konsisten mempertahankan prestasi yang telah didapatnya,
latihannya seorang atlet diberikan latihan mental berupa latihan kondisi fisik yang
mencakup beberapa komponen seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan dan lain-
lain. Dengan usaha tersebut, diharapkan seorang atlet dapat berprestasi tinggi dan
dapat memiliki mental kuat guna menghadapi segala stress yang mungkin terjadi.
tempat untuk atlet, juri dan pelatih dalam melaksanakaan kegiatan ini. Disamping
fasilitas yang cukup spesifik olahraga ini juga membutuhkan dukungan berbagai
(2) Penutup Mata (Side Blinders), (3) Jaket Menembak (Shooting Jacket), (4)
Glove), (6) Sepatu (Shoes), (7) Senjata Laras Panjang (Air Long Rifle), (8)
28
Senjata Laras Pendek (Air pistol), (9) Peluru (Pellet) dan (10) Kertas Target
(Target Papper). Secara rinci berikut merupakan penjelasan dari alat-alat tersebut:
penembak pada saat latihan maupun latihan, untuk lebih jelasnya mengenai
All shooters and other person in the immediate vicinity of the firing line
are urged to wear ear plugs, ear muffs, or similar ear protection. Ear
protection incorporating any type of receiving devices are not permitted for
shooters.
Maksud dari kutipan di atas adalah semua penembak dan semua orang
mata tetap fokus pada sasaran dan penutup mata ini memiliki aturan, yang
A blinders may be attached to the rifle or to the rear sight. the blinders
must not be more than 30 mm deep (A) not or extend further than 100 mm
from the center (B) of the rear sight aperture on the side of the non aiming
eye. a blinders must not be used on the side of the aiming eye. Side blinders
attached to the hat, cap, shooting glasses, or to a head band, not exceeding
40mm deep (A) are permitted. these blinders must not extend further forward
than to a line from the center of the forehead.
diletakan pada senapan atau di depan penglihatan. Lebar penutup mata tidak
boleh lebih dari 30 mm dan jarak dari mata ke penutup tidak lebih dari 100
mm. Panjang penutup mata tidak melebihi 40mm. Penutup mata ini panjangnya
tidak harus melebihi garis dari tengah dahi. Penutup mata tidak boleh
digunakan pada sisi mata yang bertujuan untuk membidik sasaran. Sisi penutup
mata dapat dipasang pada topi, kacamata menembak, atau pengikat kepala.
30
Adapun aturan yang harus diperhatikan pada jaket, diatur oleh ISSF
The body and sleeves of the jacket, including the lining, must not exceed
2,5mm in single thickness and 5mm in double thickness at any point where
flat surfaces may be measured.Tthe jacket must not be longer than the bottom
of the balled fist. The maximum size of the pocket is 250mm high from the
lower edge of the jacket and 200mm wide. All inside pockets are prohibited.
Only one exsternal pocket is permitted, located on the right front side (left
front side for left hand shooters) of the jacket.
termasuk lapisan itu, jika satu lapis tidak boleh melebihi ketebalan 2,5 mm
dan ketebalan 5mm di ganda pada setiap titik di mana permukaan datar dapat
31
diukur. Jaket itu tidak boleh lebih dari bagian bawah mengepalkan kepalan.
Ukuran maksimum saku adalah 250mm dari tinggi tepi bawah jaket dan lebar
200mm. Tidak boleh ada banyak saku, karena hanya satu saku exsternal yang
diizinkan, terletak di sisi kanan depan (kiri bagian depan untuk penembak
Celana menembak adalah celana yang dibuat secara khusus bagi para
penembak, seperti halnya jaket yang memiliki fungsi sama dengan celana
Aturan yang harus diperhatikan pada celana menembak, diatur oleh ISSF
The trousers, including the lining, must not exceed 2,5mm in single
thickness and 5mm in double thickness at any point where flat surfaces may
be measured. The top of the trousers must not fit or be worn higher on the
body than 50mm above the crest of the hip bone.
32
lapis tidak boleh lebih dari 2,5 mm dan ketebalan 5mm di ganda pada setiap
titik di mana permukaan datar dapat diukur. Bagian atas celana tidak harus
sesuai atau lebih tinggi dikenakan pada tubuh dari 50 mm di atas puncak
tulang pinggul.
oleh seorang penembak, sarung tangan ini digunakan hanya pada event Air
berfungsi untuk membantu menopang senjata agar tangan tidak sakit/ cedera
dan senjata tidak selip dari tangan. Sarung tangan menembak memiliki aturan
The total thickness must not exceed 12mm when measuring front and
back materials together at any point other than on seams and joints. The
glove must not extend more than 50 mm beyond the wrist measured from the
centre of the wrist knuckle (shooting gloves) any strap or other closure device
at the wrist is prohibited. However a portion of the wrist may be elasticated
33
to enable the glove to be put on, but it must leave the glove loose around the
wrist .
bahan depan dan belakang bersama di titik lain daripada lapisan dan sendi.
diukur dari pusat buku jari pergelangan tangan (menembak sarung tangan).
6. Sepatu (Shoes)
pada cabang olahraga lain karena sepatu menembak memiliki beberapa fungsi
menjelaskan bahwa :
The material of the upper (above the line of the sole) must be of soft.,
flexible, pliable material, not thicker than 4mm, including all linings, when
measured on any flat surfaces. Maximum thickness of the sole at the toe
10mm, overall length of shoe according to size of wearers foot. maximum
height of shoe not to exceed two-thirds (2-3) length 10mm. upper part of the
shoe maximum thickness 4mm, the extension of the toe of the sole must be not
more than 10mm in front of the shoe and may be cut at an angle on the sole of
either or both shoes. No other extension of the sole in length and width
permitted.
Maksud dari kutipan di atas bahwa bahan dari bagian atas (di atas
garis tunggal) harus yang lembut, lentur, bahan halus, tebalnya tidak lebih
dari 4 mm, termasuk semua lapisan, bila diukur pada permukaan datar.
sesuai dengan ukuran kaki pemakai. Tinggi maksimum sepatu tidak melebihi
bagian depan sepatu dan dapat dipotong pada sudut di telapak salah satu atau
35
kedua sepatu. Tidak ada ekstensi lain dari tunggal panjang dan lebar
diperbolehkan.
menembak dan dapat digunakan untuk berburu binatang kecil seperti burung
event, yaitu: 1) 300m Rifle, 2) 300m Standard Rifle, 3) 50m Rifle, dan 4)
10m Air Rifle. Pada pelaksanaan PORDA JABAR XI-2010 event yang
dipertandingkan yaitu 10m Air Rifle Match Men-Women dan 10m Air Rifle
Hunting Men-Women.
mekanisme senjata 850 mm, dan 3) jenis peluru kaliber 4,5 mm (177”).
36
10 meter Air Pistol Men dan Air Pistol Women. Pada dasarnya pistol hanya
boleh diisi dengan satu peluru setiap akan melakukan tembakan, jika pistol
tanpa sengaja dibuat dan dimuat lebih dari satu peluru, maka si penembak
kemudian harus mengawasi bongkar muat pistol dan denda tidak akan terjadi.
melanjutkan dengan cara biasa. Adapun aturan yang harus diperhatikan pada
Neither the grip nor any part of the pistol may be extended or
constructed in any way that would allow it touch beyond the hand. The wrist
must remain visibly free when the pistol is held in the normal firing position.
Bracelets, wristwatches, or similar items are prohibited on the hand, and
arm, which holds the pistol.
bagian dari pistol dapat diperpanjang atau dibuat dengan cara apapun yang
terlihat bebas saat pistol tersebut dilakukan dalam posisi menembak normal.
Gelang, jam tangan, atau barang serupa tidak diizinkan digunakan di tangan,
9. Peluru (pellet)
atau pistol udara. Peluru biasanya tidak mengandung bahan peledak, tetapi
yang merupakan kombinasi peluru, kasus / shell, bubuk, dan primer. Ini
non-bola yang dirancang untuk ditembakkan dari sebuah pistol udara. Tapi
ini tidak selalu terjadi. Peluru udara berbeda dari peluru yang digunakan
dalam senjata api karena tekanan yang dihadapi. Senjata api beroperasi pada
pada tekanan serendah 50 atmosfer. Senjata api memiliki tekanan yang cukup
mereka sering dirancang untuk menjadi inheren stabil, banyak seperti Foster
meter pistol disiplin udara. Ini 4,5 mm (0,177 in) kaliber pelet memiliki apa
yang dikenal sebagai kepala wadcutter, yang berarti bagian depan (hampir)
peristiwa ISSF di Piala Dunia. Target terdiri dari sebuah tanda hitam dan
tembakan telah mengenai kertas target. Tergantung pada aturan yang berlaku,
target kertas diganti untuk setiap shot (10 M dan 50 M senapan), masing-
39
masing 5 tembakan (50 M pistol) atau mencetak dan patch antara Strings Api.
Untuk kegiatan non-ISSF bentuk lainnya dapat dicetak di atas kertas saham
kualitas:
- Non-permukaan reflektif.
Kertas target dibagi menjadi beberapa jenis dan sesuai event yang
Dimensi
Dimensi
ini didesain sedemikian rupa. Luas lapang yang dipertandingkan pada PORDA
JABAR XI-2010 untuk event 10m Air Rifle Hunting dan Air Rifle Matcth
putra/purti dan 10m Air Pistol putra/putri adalah 10 meter terdiri dari minimal 40
mesin/ban, jarak antara satu penembak dengan penembak lainnya adalah 1 meter,
dan jarak dari penembak ke penonton minimal 5 meter. Dalam cabang olahraga
pada sasaran minimal 1500 lux dan penerangan di atas penembak 300 – 800 lux.
Ketinggian meja pun harus 0,70 – 0,80 meter, meja juri atau operator berukuran
3. Teknik Penembakan
beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh para atletnya. Adapun teknik dasar
dari olahraga menembak yang penulis kutip dari buku PELATNAS PELATIH
Membidik
Yaitu suatu tindakan atau cara meluruskan senjata pada suatu daerah atau
sasaran yang diinginkan melalui alat bidik dan pada saat membidik tersebut fokus
mata si penembak tertentu ke “fisir belakang”, seperti pada gambar dibawah ini.
Pengendalian trigger
Pada saat penarikan trigger, gerakan ini tidak akan memberikan perubahan
yang berarti terhadap senjata secara keseluruhan, sementara itu penembak tetap
Yaitu faktor yang sangat perlu diperhatikan utnuk memperoleh hasil yang
baik, dalam mengambil posisi atau sikap menembak faktor ini harus benar-benar
sempurna, dan ini memerlukan suatu penyesuaian dengan keadaan anatomis dari
Pengaturan nafas
Pada saat membidik dan melepaskan tembakan tidak boleh terjadi suatu
ketegangan, baik pada otot-otot maupun seluruh badan, walaupun perlu untuk
tidak bernafas pada waktu melepas tembakan akan tetapi tidak perlu untuk
2
mengisi paru-paru sebanyak ½ sampai /3 dari kapasitas paru-paru.
Pegangan grip
maupun tekanan telapak tangan terhadap grip, dan ini harus sama setiap saat, jika
genggaman grip tidak stabil atau letaknya tidak benar, hasilnya adalah yang
terpencar-pencar.
4. Kriteria Penilaian
barusaha untuk mendapat poin yang tinggi. Untuk menjadi pemenang, atlet perlu
45
Pada tingkat ini merupakan tingkat paling umum dilakukan pada cabang
a) Putra
• 10 m Air Pistol
untuk setiap penembak adalah 65 lembar. Setiap tembakan harus pada satu lembar
kertas sasaran.
b) Putri
• 10 m Air Pistol
disediaakan untuk setiap penembak adalah 40 lembar. Setiap tembakan harus pada
atas akan banyak membantu pelatih dalam mengembangkan diri dalam teori dan
metodologi latihannya. Tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training
semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang perlu
diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh itu (a) latihan fisik, (b) latihan
secara serempak. Kesalahan umum para pelatih kita adalah bahwa aspek
diperhatikan pada waktu melatih, oleh karena mereka selalu hanya menekankan
47
yang sempurna.
tentang training, nampaknya jumlah batasan yang dibuat oleh para ahli adalah
sama banyaknya dengan jumlah ahli-ahli itu sendiri. Salah satu batasan yang
sederhana yang mungkin dapat diberikan untuk training adalah, “Training adalah
proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-
ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”
Harsono (1982:101).
menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah ke sukar, latihan yang
hari maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk
neurophysiologis kita akan menjadi bertambah baik, gerakan yang semula sukar
sebelum melakukan latihan-latihan tersebut. Dengan demikian maka hal ini akan
tambahan yang tidak diperlukan kini dapat diabaikan. Hanya melalui rangsangan
atau stimulasi yang maksimal atau hampir maksimal, dan latihan yang kian hari
dimaksud dengan latihan, bahwa latihan adalah proses perubahan baik itu lahir
maupun batin. Perubahan itu bisa terjadi secara nampak maupun perubahan yang
tidak dapat diamati, tetapi perubahan itu bersifat perubahan yang positif.
perubahan tingkah laku pada orang tesebut, yang sebelumnya tidak ada atau
tingkah laku sebelumnya masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki unsur
objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau unsur
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan
hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang telah
melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau
menjelaskan :
Ada sejumlah unsur yang menjadi ciri-ciri setiap perubahan tingkah laku
:
• Tingkah laku di motivasi. Seorang mau berbuat sesuatu karena adanya
tujuan yang hendak dicapainya. Perubahan tingkah laku dimulai dari
49
diatas kita bisa mengetahui bahwa belajar itu memiliki peranan yang sangat
penting dalam setiap perkembangan hidup kita kepada perubahan yang positif.
2. Definisi Pelatihan
Secara sederhana latihan dapat dirumuskan yaitu segala daya dan upaya
sistematis dan berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban,
VO2 MAX, kekuatan serta daya tahan tubuh atau otot tertentu.
2. Overload Principle adalah penambahan beban pada latihan ini sangat penting
sekali karena penambahan latihan yang konstan. Tidak akan mencapai tujuan
3. Hari libur latihan adalah penyusunan jadwal latihan harus diselingi dengan
hari libur dari segala kegiatan fisik, yaitu minimal 1 hari di dalam satu
4. Kembali menurun adalah hasil latihan akan kembali turun ke keadaan semula
apabila tidak berlatih. Oleh karena itu berlatihlah terus agar kondisi fisik yang
Tujuan merupakan dasar untuk mengukur hasil latihan dan juga menjadi
landasan utnuk menetukan isi latihan dan metode melatih. Jika kita lihat dari
bahwa tujuan pelatihan secara umum harus berdasarkan pada proses pelatihan
secara umum. Tujuan pelatihan secara khusus harus berdasarkan pada tercapainya
pada proses pelatihan menembak atlet harus mampu mejelaskan sesuatu mengenai
Prinsip ini biasanya disebut prinsip beban lebih atau overload principle,
dan prinsip ini adalah prinsip yang terpenting dalam training. Meskipun latihan
secara sistematis sekali pun, akan tetapi apabila tidak dibarengi dengan
prinsip yang paling mendasar akan tetapi penting dan yang dapat diterapkan pada
prinsip training tersebut atlet akan dapat lebih cepat meningkatkan prestasinya
pada atlet-atlet dan pelatih-pelatih kita adalah bahwa mereka kurang mengetahui
Banyak pelatih yang gagal untuk memberikan latihan yang berat kepada
atletnya. Sebaliknya banyak pula atlet yang enggan atau tidak berani melakukan
latihan-latihan yang berat yang melebihi ambang rangsangnya. Mungkin hal ini
disebabkan oleh (a) ketakutan bahwa latihan yang berat akan mengakibatkan
kurangnya motivasi, atau (c) karena memang tidak tahu bagaimana prinsip-prinsip
(courage) pelatih untuk bertindak tegas terhadap atlet-atletnya atau ragu dalam
menuntut disiplin yang keras akan tetapi sebenarnya wajar. Akibatnya ialah
52
mungkin apabila atlet dilatih atau berlatih melalui suatu program latihan yang
intensif yang dilandaskan pada prinsip overload, dimana kita secara progresif
Lebih penting dari pada intensitas latihan adalah mutu atau kualitas latihan
yang diberikan oleh pelatih kepada atlet. Setiap latihan haruslah berisi dril-dril
yang bermanfaat yang jelas arah serta tujuan latihannya. Atlet haruslah merasakan
bahwa apa yang diberikan oleh pelatih adalah memang berguna baginya, dan
bahwa hari itu dia telah lagi belajar atau mengalami sesuatu yang baru. Kalau
bukan di bidang fisik, teknik, atau taktik, dalam segi mental dia telah
Akan tetapi latihan yang intensif tersebut belum tentu dengan sendirinya
berarti bahwa latihan tersebut bermutu. Latihan yang bermutu adalah apabila
latihan dan dril-dril yang diberikan memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
prinsip-prinsip overload diterapkan, baik dalam segi fisik maupun mental atlet.
53
Latihan-latihan yang walaupun kurang intensif, akan tetapi bermutu, sering kali
lebih berguna dari pada latihan-latihan yang intensif akan tetapi tidak bermutu.
sampai dengan tingkat motor skill yaitu tingkat koordinasi yang halus, hanya otot-
otot tertentu saja yang berperan dalam pola gerakan yang dihasilkannya, yaitu
pelatih. Dengan bahan tersebut, para atlet dapat mempelajari hal-hal yang
diperlukan dalam upaya mencapai tujuan latihan. Karena itu penentuan bahan
latihan mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Pada proses pelatihan
menembak ini, yang menjadi bahan latihan adalah sebuah program latihan yang
2.7. Metode
Metode merupakan suatu jalan atau alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan latian. Penggunaan suatu metode pelatihan biasanya mengacu pada tujuan
dan materi latihan yang akan disampaikan. Untuk materi latihan yang bersifat
praktek atau motorik, metode latihan yang dapat digunakan adalah metode bagian
Pada proses pelatihan tidak hanya penjelasan dalam bentuk lisan tetapi
dalam menerima dan merespon apa yang sudah diterangkan. Agar lebih efektif
perlu dibantu dengan alat bantu lain yang berupa pandang (visual) dan dengar
hal yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta
pirantinya utnuk kegiatan tersebut.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Hamalik (1995:51) menjelaskan, “Alat bantu belajar merupakan semua alat
kedudukan alat bantu atau media dalam proses latihan adalah penting sama
Dalam upaya mengkaji suatu perubahan dari hasil belajar aatu latihan
bagian yang tidak dapat dipisahkan (integral) dari suatu proses belajar mengajar.
Evaluasi sebagai salah satu cara untuk memantau perkembangan belajar mengajar
dan seberapa jauh tujuan pengajaran itu dapat dicapai oleh siswa.”
55
pengukuran dan perbaikan terhadap hasil dari pelaksanaan tugas atau kerja dalam
suatu aktivitas yang disesuaikan dengan rencana dan tujuan. Hal ini berarti
dan sasaran yang telah direncanakan. Evaluasi biasanya dilakukan dalam rangka
menguji, memperbaiki dan meningkatkan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.
tidak perlu berarti akhir dari latihan mental. Nasihat-nasihat atau informasi-
informasi intelektual dan verbal yang diberikan selama latihan aka lebih mudah
diingat oleh atlet apabila pada akhir latihan informasi-informasi tersebut diulang
kembali. Latihan akan produktif apabila diakhiri dengan suatu evaluasi verbal-
intelektual antara pelatih dan atlet. Sedikitnya sekali dalam seminggu pelatih
selama seminggu, termasuk menilai kondisi fisik atlet, sikap mentalnya, dan
penunjangnya. Bila salah satu faktor kondisi fisiknya diabaikan, maka tujuan
akhir yaitu pencapaian prestasi yang optimal tidak akan tercapai. Untuk itu dalam
56
Dalam hal ini adalah penyiapan masalah otot-otot yang sangat berguna
latihannya. Disini yang diutamakan adalah daya tahan otot jantung dan
Jangka waktu pelaksanaan latihan pada tahap ini kurang lebih 4 sampai
4. Musim Pertandingan
Dalam waktu pelaksanaan latihan pada tahap ini antara 5 sampai 4 bulan
(20 - 16 minggu). Sedangkan tujuan tahap ini adalah untuk stabilisasi dan
realisasi kondisi puncak yang telah didapat pada tahap persiapan. Kondisi
dalam arti mencapai prestasi yang lebih tinggi dari prestasi yang
yang berjenjang.
5. Musim Transisi
Jangka waktu pelaksanaan latihan pada tahap ini yaitu kurang lebih satu
bulan ( 4 minggu). Sedangkan tujuan dari tahap ini adalah istirahat aktif
(active relaxing), dalam arti tidak istirahat penuh, akan tetapi lebih
didasarkan pada menjaga agar kondisi fisik tetap berada dalam tingkatan
tertentu dan tidak terlalu menurun dengan drastis. Aktivitas dalam tahap
ini adalah olahraga rekreatif, tanpa target tertentu, dalam arti melakukan
kegiatan olahraga lain dari olahraga utamanya. Dalam tahap ini kondisi
puncak akan merurun untuk sementara saja, akan tetapi tidak boleh
menurun terus. Untuk itu atlet harus tetap menjaga kondisi fisiknya sampai
tingkatan tertentu.
58
musim latihan, perlu diperhatikan pula tentang prinsip-prinsip latihan. Dalam hal
ini sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan program latihan tersebut.
1. Prinsip Sistematis
Dalam hal ini materi latihan dan tugas yang diberikan kepada para atlet
dimulai dari sesuatu yang sederhana sampai ke yang komplek atau dari
yang mudah ke yang sulit.
2. Prinsip Pengulangan
Dalam hal ini materi latihan dan tugas diberikan secara berulang-ulang,
sehingga terbentuk gerak reflek. Pengulangan disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. Prinsip Penambahan Beban
Dalam hal ini materi latihan dan tugas yang diberikan dinaikkan secara
bertahap. Dengan kata lain beban latihan yang harus diselesaikan semakin
berat.
4. Prinsip Individual
Dalam hal ini materi latihan dan tugas khusus yang diberikan kepada atlet
disesuaikan dengan kondisi individualnya, karena tidak ada individu yang
sama persis dalam kemampuan dan bakatnya.