Pada bagian ini kita akan mempelajari dan membahas analisis biaya produksi dalam pembuatan bisnis
ritel. Seperti bahan lain, prototipe juga memerlukan biaya dalam pembuatan. Biaya pembuatan tersebut
yang nantinya akan menjadi biaya produksi
Biaya yang harus dihitung dalam produksi produk fungsional adalah biaya bahan baku, tenaga
kerja, dan overhead. Berikut ini beberapa biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan produk fungsional.
a. Bahan baku dapat terdiri atas bahan baku utama dan bahan baku tambahan. Pada produk fungsional,
kebutuhan bahan baku tambahan dapat lebih banyak daripada produk hiasan. Bahan baku dari produk
fungsional yang akan dibuat adalah limbah. Limbah dapat diperolah dengan gratis dari rumah dan
tetangga disekitar kita atau dari pabrik. Meskipun tidak ada biaya bahan baku namun ada biaya
overhead yang harus dikeluarkan untuk membawa limbah ke tempat produksi.
b. Biaya produksi juga termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai dengan
keterampilan yang dimiliki pekerja. Biaya produksi ini akan menentukan harga jual produk. Penentuan
harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi
c. pada pembuatan produk fungsional dibutuhkan alat-alat kerja seperti alat potong solder dll. Biaya
pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar
dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas (break event point) adalah seluruh biaya
modal yang sudah dikeluarkan telah kembali.setelah mendapatkan titk impas, sebuah usaha akan mulai
dapat menghitung keuntungan penjualan.
Untuk lebih memahami tentang perhitungan biaya produksi, maka perhatikanlah contoh kasus
berikut:
1. contoh kasus
PT adijaya makmur merupakan perusahaan yang bergerak dalam bisnis ritel. PT adi jaya makmur
menjual 2 macam barang yakni barang A dan B. Dari bujet produksi, diperoleh data tentang rencana
produksi sebgai berikut
Terdapta 2 bagian produksi yakni bagian produksi I, dan II serta I (sartu) bagian jasa/pembantu, yakni
bagian reparasi. Bagian Produksi I hanya dilakukan oleh barang A. sedangkan bagian produksi II dilalui
oleh 2 macam barang (A dan B). Satuan kegiatan masing-masing bagian sebagai berikut:
Barang DMH
A 4
B 3
Biaya overhead yang akan timbul pada masing-masing bagian diperkirakan sebagai berikut:
Dari anggaran bahan mentah diperoleh data tentang rancangan biaya bahan mentah untuk masing-
masingjenis barang:
Sedangkan dari anggaran biaya tenaga kerja diperoleh data tentang rencana biaya tenaga kerja langsung
untuk masing-masing jenis barang sebagai berikut:
Dengan data tersebut hitunglah harga pokok produksi (cost of gods manufactured) masing masing
barang
Jawaban kasus
Terlebih dahulu dihitung tingkat kegiatan masing-masing bagian baik produksi maupun jasa pembantu
Diadakan perhitungan tarif biaya overhead bagi masing-masing bagian produksi sebagai berikut:
Ketaerangan:
Langkah 3. Menghitung harga pokok produksi masing-masing produk, maka dapat diihitung harga pokok
produksi barang A dan B sebagai berikut:
Keterangan Barang A Barang B
Total (Rp) Per unit (Rp) Total (Rp) Per unit (Rp)
Biaya BM/BB 70.000 10 60.000 15
Biaya TKL 35.000 5 14.000 3,5
Bagian I
= 7.000x Rp. 4
=Rp. 28.000
Bagian II
=7000x Rp 4 DMH x RP 0,50 42.000 6
=Rp. 14.000
Biaya overhead barang B 6.000 1.5
4.000x # DMH x Rp. 0.50
Jumlah 147.000 21 80.000 20
# = 3 DMH
Markup yang dapat didefinisikan sebagai selisih antara ongkos memproduksi barang dan harga
jual, menurut para ahli juga turut dipengaruhi oleh potongan harga/diskon, profit, serta omset atau
pendapatan dari penjualan. Hal ini tentu harus sesuai dengan kondisi bisnis dan kondisi ekonomi yang
semua datanya dipengaruhi oleh riset. Nah,potongan harga atau diskon yang dimaksudkan sebelumnya
adalah kebijakan yang anda buat bila penjualan mengalami sisa atau dengan kata lain produk tak laku.
Untuk menambah profit atau setidaknya menutup biaya produksi langkah memangkas harga perlu di
ambil.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah contoh menentukan besarnya biaya mark-up
1. Tambahan biaya oprasional yaitu: biaya produksi + potongan harga atau diskon+ profit.
Misalkan bisnis ritel pada toko ADSA adalah bisnis yang bergerak pada jual beli boneka dengan
biaya produksi sebesar Rp. 500.000 lalu potongan harga yang ditentukan sebesar Rp. 250.000.
Dengan profit yang ingin diraih sebesar Rp. 500.000 maka perhitingan sebagai berikut: 500.000
+ 250.000 + 500.000 = 1.250.000
2. Tambahan proyeksi total penjualan yaitu seberapa besar omset yang diinginkan dengan
potongan harga. Misalkan proyeksi omzet sebesar 750.000, jadi perhiitungannya sebagai
berikut: 750.000+250.000 = 1.000.000
3. Bagi hasil dari langkah pertama dan ke dua lalu hasinya dikalikan 100% jadi perhitungnnya
sebagai berikut: 1.250.000/1.000.000 x 100% = 125%
Setelah memperoleh besarnya prosentase mark-up, kita bias menghitung harga jual dengan
rumus perhitungan sebagai berikut: Total biaya X (1+ presentase mark-up dalam bentuk desimal)
Sesuai dengan contoh di atas besarnya mark-up yang diperoleh 125% dan biaya produksi
sebesar 500.000 maka harga jualnya : 500.000 x (1+1,25)= 1.125.000