Oleh:
Abdullah (220103020144)
Lima belas sampai dua puluh tahun yang lalu masih banyak perusahaan-
perusahaan dan mereka yang berbisnis masih mengandalkan media cetak, televisi
serta radio dalam memasarkan dan memperkenalkan produk-produk mereka.
Namun, pada masa era kontemporer ini, semenjak adanya situs web atau internet,
dan maraknya orang-orang menggunakan jejaring sosial, mereka yang
menggunakan media cetak, televisi dan radio mulai beralih ke situs web dan
jejaring sosial di dalam memasarkan produk-produk mereka.
Pada masa era kontemporer ini pengguna internet semakin meningkat
setiap tahunnya, dari kalangan anak-anak bahkan sampai orang-orang dewasa
mulai menggunakan jejaring sosial atau media sosial. Oleh karenanya para
pebisnis melihat peluang yang besar ini menjadikan mereka sengaja membuat
website, blog atau membuat akun-akun media sosial untuk mengiklankan produk
mereka secara murah dan peluang peminatnya juga banyak. Maka kemajuan akan
era modern inilah pastinya sangat berdampak bagi industri-industri besar dan
menjadi salah satu strategi agar semakin mudah di dalam pemasaran bisnis.
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, unsur jual beli ada tiga
salah satunya adalah barang yang akan dijual itu dapat dikuasai, yang artinya
barang yang dijual itu nyata wujudnya. Dengan perkembangan teknologi saat ini,
memicu banyaknya orang-orang melakukan praktik bisnis secara Online, karena
dianggap mudah dan praktis serta murah dalam biaya. Dalam praktiknya bisnis
Online sangatlah membantu dalam memasarkan produk dan pengiklanan serta
mempermudah pembeli dalam memenuhi kebutuhannya, cukup dengan memesan
barang yang ingin dibeli dari si penjual, maka si penjual siap untuk mengirimkan
barang tersebut, bahkan bisa langsung dikirimkan sampai ke rumah si pembeli.
Oleh karenanya Islam melihat kemajuan ini tidak serta-merta langsung
menghukumi haram akan hal yang baru ini, tetapi melihat realitas akan keadaan
yang maju ini dari berbagai aspek dan bagaimana di dalam praktiknya, apakah
menghilangkan daripada unsur syarat dan rukun jual beli apakah tidak
menghilangkan sama sekali unsur syarat dan rukun jual belinya.
1
PEMBAHASAN
2
4. Tahun 1996
Ebay menjadi tempat atau sebagai wadah penjualan secara Online
yang akhirnya menjadi salah satu tempat jual beli secara Online terbesar
hingga sampai sekarang.2
5. Tahun 2000-an
Sebenarnya awal-awal internet datang ke negara Indonesia ialah pada
tahun 1990-an, namun pada waktu itu belum banyak pemakainya. Kemudian
di tahun 2000-an baru bisa dipakai oleh khalayak umum secara bebas dan
pada tahun inilah toko-toko Online mulai bermunculan. Salah satu pertama
yang menggunakan secara Online adalah TokoBagus, barang yang dijualnya
pun antara lain obat, jamu dan ebook. Yang pada akhirnya masyarakat mulai
sadar bahwa dengan adanya internet dapat membantu kegiatan mereka.
6. Tahun 2005
Di tahun ini, bisnis secara Online mulai banyak diminati dikarenakan
Marketplace dan Online Shop mulai banyak bermunculan dengan menjual
aneka barang, juga banyaknya iklan-iklan yang mereka berikan. 3
2
Farida Hanum, “Bisnis Online Indonesia Menarik Minat Kalangan Muda,” Jurnal Bisnis
Corporate, Vol. 4, No. 1, Juli 2019, 79-80.
3
Eril Obeit Choiri, “Perkembangan Bisnis Online di Indonesia” dalam
https://gudangssl.id/blog/perkembangan-bisnis-online-di-indonesia/, diakses pada 19 April 2023.
4
Fardian Firmansyah, “Analisis Perkembangan Bisnis Online di Era Modern Menurut
Pandangan Islam... 2-3.
3
Menurut beberapa para ahli mengatakan, bisnis Online ialah suatu
transaksi yang tidak jauh berbeda dengan berjualan tatap muka, yang
membedakan hanyalah media yang digunakan serta bagaimana cara
pengelolaannya di dalam sebuah transaksi jual beli. Bisnis Online termasuk
daripada kategori jual beli, di mana di Indonesia jual beli menggunakan sistem
Online telah banyak dipraktikkan melalui berbagai aplikasi. 5
5
Fardian Firmansyah, “Analisis Perkembangan Bisnis Online di Era Modern Menurut
Pandangan Islam... 3.
6
Fathul Husnan, Buku Pintar Bisnis Online (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015),
4-6.
7
Fathul Husnan, Buku Pintar Bisnis Online... 6-7.
4
D. Perbedaan Bisnis Online dan Offline
1. Pembuatan, bisnis Online bisa dibuat dengan waktu yang singkat dan
mudah serta biaya yang murah, berbeda dengan bisnis offline, memerlukan
waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup besar.
2. Bukanya toko, untuk bisnis Online kita mengawasinya di mana pun
selama 24 jam, tidak seperti bisnis offline tidak bisa diawasi setiap waktu.
3. Jangkauan pengunjung, bisnis Online bisa dikunjungi siapa saja bahkan
bisa dikunjungi oleh negara dan daerah lain, sedangkan bisnis offline
pengunjungnya terbatas, tergantung daripada toko yang dimiliki.
4. Pengiklanan, bisnis Online dalam pengiklanan hanya sedikit biayanya
bahkan tanpa biaya pun bisa. Berbeda halnya dengan bisnis offline harus
mengeluarkan biaya dan membuat spanduk, poster dan lainnya.
5. Keuntungan, dalam hal keuntungan bisnis Online relatif lebih besar karena
kita tidak perlu bayar sewa tempat dan lain sebagainya, sedangkan bisnis
offline keuntungannya di bagi-bagi untuk bayar sewa dan lainnya. 8
8
Fathul Husnan, Buku Pintar Bisnis Online... 7-9.
9
Tira Nur Fitria, “Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam dan Hukum
Negara,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 03, No. 01, Maret, 2017,
5
1. Menurut Nahdlatul Ulama (NU)
Akad daripada jual beli dengan menggunakan media internet
dianggap fi hukm ittihad al-majlis sehingga akad jual belinya sah, karena
masing-masing muta’aqidain (kedua belah pihak yang bertransaksi) saling
mengetahui serta mengetahui objeknya, sehingga tidak terjadi gharar
(ketidakjelasan), dengan begitu akan terealisasi ijab dab qabul yang taradhin
(suka sama suka). Sementara untuk akad munakahat, ketentuan di atas tidak
berlaku. Hukum jual beli Online dikatakan sah apabila kedua belah pihak
melihat mabi’ (barang yang dijual) atau dijelaskan sifat dan jenisnya serta
memenuhi syarat-syarat dan rukun jual beli. Salah satu syaratnya adalah
konsep ittihad al-majlis.10
Secara umum, istilah ittihad al-majlis berarti kesatuan tempat, seiring
berkembangnya teknologi konsep ini dalam hal jual beli mengalami
penjabaran. Banyak jual beli tidak dalam satu tempat, seperti ekspor/impor
dengan menggunakan media telekomunikasi modern. Pada prinsipnya, setiap
akad harus jelas ijab qabul-nya, dan media internet ternyata mampu
memberikan kejelasan ijab qabul itu. Perbedaan tempat yang kemudian
disatukan oleh media internet, membuat dua tempat yang berjauhan bisa
dianggap menyatu (ta’addud al-makan fi manjilah ittihad al-makan).
Transaksi ini dikategorikan sebagai ittihad al-zaman (satu waktu), karena
disatukan dengan media internet yaitu alat komunikasi modern, maka hal ini
dikatakan sebagai ittihad al-majlis (satu majlis).11
Menurut Yahya bin Syaraf Al-Nawawi dalam bukunya Rudhah al-
Thalibin Wa’ Umdah Al-Muftin.
10
Mawahdata Warahmaniyah, “Hukum Jual Beli Online Menurut Nahdlatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, dan Hukum Positif,” Skripsi (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, 2017), 30-31.
11
Mawahdata Warahmaniyah, “Hukum Jual Beli Online Menurut Nahdlatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, dan Hukum Positif... 31-32.
6
“Yang dimaksud dengan majlis yang disyaratkan memberi di dalamnya
adalah majlis tawajub (saling menetapkan), yaitu majlis yang menghasilkan
keterkaitan antara ijab dan qabul. Dan tidak ada pertimbangan atas tempat
akad”.12
2. Menurut Muhammadiyah
Secara kelembagaan, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah belum
menetapkan hukum jual beli Online, namun menurut Dr. H. M. Ma’rifat Iman
K.H., M.Ag., wakil ketua Pimpinan Majlis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah periode 2010-2015, mengatakan bahwa “Tidak dapat
dipungkiri, dunia teknologi saat ini semakin berkembang di khalayak
masyarakat, mengakibatkan sebagian besar orang mengembangkan bisnisnya
melalui cara Online. Jual beli semacam ini sah apabila memenuhi syarat dan
rukun jual beli, juga tidak menimbulkan gharar (penipuan). Dalam jual beli
Online harus saling merelakan (suka sama suka) antara kedua belah pihak
(penjual dan pembeli).13
Kemudian menurut H. Endang Mintarja, S.Ag., M.Ag., anggota divisi
Kajian Ekonomi Syariah, beliau mengatakan bahwa “jual beli Online
hukumnya sah apabila memenuhi syarat dan rukun jual beli, dan tidaklah
diperbolehkan mengandung unsur gharar (ketidakpastian/penipuan). Maka
dari itu syarat-syarat dalam jual beli haruslah jelas, baik itu pembeli ataupun
penjual, apabila transaksi jual beli Online ini terdapat unsur ketidakpastian
maka akadnya rusak, dan dari pihak pembeli bisa membatalkan transaksi
jikalau hal tersebut terjadi. Semua barang yang dilarang oleh syariat, maka
tidak boleh diperjualbelikan baik secara langsung ataupun secara tidak
langsung.14 Dengan ini maka dari kedua organisasi besar yang ada di
Indonesia secara lugas berpendapat bahwa hukum jual beli Online atau bisnis
Online adalah sah jikalau memenuhi daripada syarat dan rukunnya.
12
Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar,
Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama 1926-2010 M (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN)
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Khalista, 2011), 890.
13
Mawahdata Warahmaniyah, “Hukum Jual Beli Online Menurut Nahdlatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, dan Hukum Positif... 38.
14
Mawahdata Warahmaniyah, “Hukum Jual Beli Online Menurut Nahdlatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, dan Hukum Positif... 39.
7
F. Prinsip-Prinsip Bisnis Dalam Islam
Telah kira ketahui bersama bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang paling
sempurna, dari segi apa pun Islam selalu mengajarkan bagaimana cara kita
bersosial, cara kita beretika bahkan dalam jual beli pun Islam mengajarkan
bagaimana yang terbaik dalam melakukan hal tersebut, agar mendapatkan
keberkahan dari Allah Ta’ala dan keuntungan yang pastinya halal. Prinsip-prinsip
ini telah dicontohkan oleh Nabi ﷺketika beliau berdagang atau berbisnis:15
1. Menjaga Kepuasan Pelanggan, di mana Rasulullah mengajarkan agar kita
itu jujur, adil dan amanah dalam berdagang. Agar pembeli pun merasa
senang dengan kita dan tidak merasa dicurangi.
2. Transparansi, yaitu sikap jujur, jujur dalam keadaan barang yang kita jual
atau kualitas barang, harus jujur dalam menyampaikan kelebihan dan
kekurangan suatu barang yang dijual.
3. Persaingan yang sehat, yaitu berlomba-lomba dalam hal kebaikan tanpa
ada unsur benci satu sama lain dan iri dengki, karena setiap rezeki itu telah
ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Dan juga sampai kita mematikan usaha milik
orang lain hanya karena kita tidak suka. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam Q.S. al-Baqarah/2: 188.
15
Fardian Firmansyah, “Analisis Perkembangan Bisnis Online di Era Modern Menurut
Pandangan Islam... 4-5.
8
G. Seberapa Penting Bisnis Online di Era Kontemporer
Kita telah mengetahui bersama setiap rezeki itu telah diatur oleh Allah
Ta’ala dan memiliki kadarnya masing-masing dan setiap orang mempunyai jalan
suksesnya masing-masing. Jika orang tersebut memang suka dalam berbisnis
maka sangat dianjurkan untuknya menekuni ilmu-ilmu tentang hal tersebut tidak
hanya dari segi umumnya tapi juga belajar bagaimana cara Islam berdagang
dengan baik dan benar, agar di kemudian hari tidak pelit akan harta yang ia miliki.
Dan di dalam berbisnis juga tidak harus Online ataupun offline tergantung
individu masing-masing ia suka yang mana, dan bisa juga bisnisnya
dikombinasikan antara Online dan offline agar produk yang ia miliki bisa
maksimal dalam pemasaran dan semakin banyak pembeli yang akan datang. Jadi
dapat kita simpulkan penting atau tidaknya bisnis Online tergantung daripada
setiap individu masing-masing, apakah ia suka berbisnis Online atau offline atau
bahkan bisa juga ia mengombinasikan dari keduanya.16
16
Fardian Firmansyah, “Analisis Perkembangan Bisnis Online di Era Modern Menurut
Pandangan Islam... 19.
9
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
11