Anda di halaman 1dari 3

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI SALAH SATU

KUNCI PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

Identifikasi Isu Organisasi Terkait Kinerja


Praktik korupsi yang terjadi di sektor eksekutif beroperasi pada lingkaran
manajemen birokrasi, khususnya pada aspek pelaksanaan program. Modus korupsi
banyak dilakukan melalui penyalahgunaan anggaran, mark up, suap, pungli, laporan
fiktif, pemotongan anggaran, proyek fiktif, dan mark down. Modus tersebut mayoritas
terjadi di sektor pemerintahan atau eksekutif, yang banyak melibatkan Kepala
Daerah dan Aparatur Sipil Negara (ASN). Peran Inspektorat sebagai Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai garda terdepan pemberantasan
korupsi di daerah perlu lebih direvitalisasi perannya agar pemberantasan korupsi di
daerah sebagai salah satu implementasi bela negara bisa berjalan dengan lebih
optimal.
Untuk meningkatkan peranan APIP tersebut harus memiliki tingkat Kapabilitas yang
baik sehingga mampu meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah. Peningkatan
kapabilitas Aparat Pemerintah Internal Pemerintah merupakan usaha untuk
memperkuat dan meningkatkan struktur kelembagaan, manajemen, proses bisnis
dan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparat Pemerintah Internal Pemerintah (APIP)
agar mampu menjalankan peran serta fungsinya secara efektif.
Pengawasan Intern Pemerintah sebagai salah satu fungsi manajemen pada
organisasi penyelenggaraan pemerintahan memegang peranan penting mengawal
dan mengoptimalkan kinerja dan pencapaian organisasi serta mencegah
dilakukannya tindakan-tindakan yang tidak sesuai kaidah-kaidah penyelenggaraan
organisasi yang baik dan amanah.
Upaya revitalisasi Inspektorat saat ini sudah berjalan. Sebagai upaya untuk
perbaikan internal Inspektorat adalah dengan peningkatan kapabilitas APIP. Pada
tahun 2023 ini Inspektorat Magetan menargetkan untuk mendapat level 3. Arti dari
Level 3 ialah APIP pada kondisi itu mampu menilai efisiensi, efektivitas, ekonomis
suatu kegiatan, dan memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko dan
pengendalian intern.
Hasil Evaluasi Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP Inspektorat Daerah Kabupaten
Magetan saat ini masih berada dalam Level 2 dengan skor 2,71. Beberapa hal yang
perlu diperbaiki sesuai saran dari BPKP adalah: Perencanaan Pengawaan, Program
Penjaminan dan Peningkatan Kualitas, Mekanisme Pendanaan, Audit Ketaatan, dan
Audit Kinerja.
Dalam hal Perencanaan Pengawasan, Inspektorat Daerah Kabupaten Magetan
masih harus melakukan banyak perbaikan dan penyempurnaan pada sektor
manajemen risiko baik itu dalam hal penentuan identifikasi risiko, penyusunan dan
evaluasi risk register pada OPD, sampai dengan Perencanaan Pengawasan
Berbasis Risiko (PPBR).

Penyebab
Beberapa hambatan penerapan manajemen risiko pada organisasi adalah:
 Tidak semua anggota organisasi paham tentang manajemen risiko.
 Tidak semua anggota organisasi mau berperan aktif dalam memberikan informasi
atas risiko dan masalah yang ada di organisasi.
 Belum adanya personel dalam struktur organisasi yang fokus untuk menjalankan
manajemen risiko.
 Kurangnya komitmen Pimpinan terkait manajemen risiko

Dampak
Dampak dari belum diterapkannya manajemen risiko pada organisasi, khususnya
pada Inspektorat adalah:
 Pemahaman tentang manajemen risiko yang tidak kurang pada OPD
menyebabkan tindakan yang kurang tepat untuk untuk mengantisipasi risiko
tersebut.
 Identifikasi risiko yang tidak tepat pada OPD dapat menyebabkan ketidaktepatan
penentuan jenis pengawasan yang akan dilakukan Inspektorat.
 Program Kerja Pengawasan tahunan (PKPT) Inspektorat belum mengidentifikasi
dan membuat prioritas area pengawasan berdasarkan tingkat kematangan
manajemen risiko dan risiko tertinggi berdasarkan hasil evaluasi risk register.
 Audit Kinerja yang dilakukan Inspektorat tidak inline dengan prioritas Pemerintah
Daerah.
Inovasi Solutif
Inovasi solutif yang dapat membantu penerapan manajemen risiko pada organisasi,
khususnya pada Inspektorat adalah:
 Karakteristik Pemimpin yang Melayani dapat membantu penerapan manajemen
risiko. Pemimpin yang mempunyai hubungan komunikasi yang baik dengan
anggota organisasinya dapat mengkomunikasikan dengan baik visi misi tujuan
sasaran organisasi serta penilaian risiko pada organisasinya. 10 (sepuluh)
karakteristik pemimpin yang melayani adalah: Mendengarkan, Empati,
Menyembuhkan, Kesadaran, Membangun Komunitas, Komitmen, Keterbukaan
(stewardship), Kejelian (foresight), Konseptual, Persuasi.
 Penyusunan Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko (PPBR) sebagai
pendekatan sistematis dan terstruktur untuk memprioritaskan kegiatan
berdasarkan risiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi Pemerintah
Daerah. PPBR merupakan jawaban atas tantangan dalam melakukan
pengawasan yang efektif di tengah permasalahan sumber daya, baik anggaran
maupun sumber daya manusia yang terbatas. PPBR yang dapat membantu
Inspektorat dalam menyusun Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
mempertimbangkan risiko-risiko yang dapat menghambat program-program
strategis dari Pemerintah Daerah serta menentukan Prioritas Pengawasan.

Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penerapan manajemen risiko, khususnya pada
Inspektorat adalah:
 Semua OPD sudah dapat mengidentifikasi dan menyusun risk register pada
organisasinya masing-masing.
 Tersusunnya kertas kerja PPBR.

Anda mungkin juga menyukai