Anda di halaman 1dari 16

Cri󰉃󰈎󰇸󰇽l Su󰇹󰇸󰈩s󰈻 F󰇽󰇸to󰈸󰈼

Man󰈀󰈑󰇵󰈛en S󰉃󰈹󰈀t󰇵󰈇i󰈕 S󰈩k󰉃󰈢󰈹


Pub󰈗󰈎󰈕
Presented by:
Alfia Kamalia 123012304007
Naila Rusyda Munif 123012301055
Setiap organisasi sektor swasta maupun publik memiliki tujuan
organisasi dan menjadi target pencapaian setiap tahunnya.

Pada organisasi sektor publik telah ditetapkan rencana strategis 5


tahunan, kemudian diturunkan menjadi rencana kerja tahunan.

Untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan, maka


organisasi menyusun Critical Success Factors (CFS) dalam
membantu menciptakan dasar yang kuat agar tujuan dapat
tercapai tepat waktu.
Cri󰉃󰈎󰇸󰇽l Su󰇹󰇸󰈩s󰈻 F󰇽󰇸to󰈸󰈼
CSF adalah kumpulan analisa dari banyak proses-proses penentu
keberhasilan.
CSF yaitu istilah manajemen yang mengacu pada elemen yang
diperlukan untuk sebuah organisasi atau proyek untuk memenuhi misinya.
Untuk mengidentifikasi semua jenis kemungkinan CFS, maka perlu
dilakukan pendekatan dengan memperhatikan aspek industri, lingkungan,
strategi dan waktu.
Analisis SWOT dapat menjadi alat untuk menetapkan faktor penentu
keberhasilan suatu strategi setelah strategi tersebut dilaksanakan oleh
organisasi.
Im󰈥󰈘em󰈩󰈝󰉄󰇽si C󰈠󰉆 da󰈗󰈀󰈛
Man󰈀󰈑󰇵󰈛en S󰉃󰈹󰈀t󰇵󰈇i
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung pencapaian keberhasilan implementasi strategi, diantaranya:
1. Penerapan Manajemen Strategi
Manajemen strategi yang semula tumbuh dan berkembang dalam dunia bisnis dan organisasi profit telah
diterapkan ke dalam berbagai bentuk organisasi termasuk organisasi pemerintahan. Meluasnya cakupan manajemen
strategi tersebut bukan suatu intervensi untuk perubahan semata, tetapi manajemen strategi sudah menjadi
kebutuhan yang sangat vital bagi pelaksanaan pemerintahan di Indonesia.
2. Bentuk Penerapan Manajemen Strategi
Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat diajukan sebagai bukti pentingnya manajemen strategi dalam
lingkungan pemerintahan adalah Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government dengan demikian hal ini dapat dijadikan contoh konkret dalam memaknai peran
manajemen strategi dalam pelaksanaan pemerintahan.
Lan󰈇󰈕󰈀h I󰇷󰇵󰈞tifi󰈔󰈀󰈼󰈏 C󰈠󰉆

1. Membuat rencana strategis.


2. Tinjauan rencana strategis bersama pemangku kepentingan
eksekutif.
3. Menentukan faktor penentu kesuksesan dan bagikan ke
organisasi yang lebih luas.
4. Hubungan CSF dan KPI agar dapat ditindaklanjuti.
5. Pantau dan ukur.
Tah󰈀󰈥󰇽󰈞 C󰈠󰉆
1. Identifikasi misi dan tujuan strategis organisasi/perusahaan.

2. Setiap tujuan strategis harus dapat menjawab pertanyaan “wilayah bisnis apa yang penting bagi

organisasi untuk mencapai tujuan?” (kandidat CSF)

3. Evaluasi setiap kandidat (CSF).

4. Identifikasi bagaimana CSF diawasi dan diukur.

5. Komunikasikan CSF kepada setiap elemen penting perusahaan.

6. Lakukan pengawasan dan evaluasi ulang CSF.


C󰈤I󰈙󰈾C󰉚󰈴 󰈟UC󰉑󰉋󰈟S 󰉇󰉚󰉎TO󰈤: 󰈟T󰈖󰉍󰈽 󰈵AS󰈖󰈠 󰉌󰈽
KE󰈲󰉋󰈯T󰉈󰈤I󰉝󰈯 K󰉈U󰉝󰈰󰉁󰉚N
● Kementerian keuangan pertama kali menerapkan manajemen risiko dengan mengeluarkan
Peraturan Kementerian Keuangan No. 191/PMK.09/2008 Penerapan Manajemen Risiko di
Lingkungan Departemen Keuangan.
● Dengan mengetahui CSF apa yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan manajemen risiko,
maka akan membantu organisasi untuk menciptakan kondisi yang diinginkan.
● Terdapat 8 CSF yang dijelaskan dalam studi kasus ini yaitu:
1.Risk Management Knowledge
2.Management Commitment & Leadership
3.Culture
4.Organizational Structure
5.Risk Monitoring & Evaluation
6.Documentation & Reporting
7.External Environment
8.Consultant
CSF 1: RISK MANAGEMENT & KNOWLEDGE
Dalam faktor ini yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana entitas di
dalam Kementerian Keuangan mendapatkan pengetahuan mengenai
manajemen risiko, serta hal-hal yang dianggap penting dalam memperoleh
pengetahuan tersebut

Dalam CSF ini ditanyakan mengenai bagaimana Kementerian keuangan


melakukan proses pendidikan dan pelatihan dalam upaya menumbuhkan
pengetahuan tentang manajemen risiko bagi entitas di organisasi.
Pengetahuan mengenai manajemen risiko sangat penting karena pengetahuan
yang mumpuni terhadap manajemen risiko dapat membantu organisasi untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengembangkan respons terhadap
paparan risiko, sehingga dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk
mengantisipasi risiko tersebut. Dengan cara menentukan prioritas untuk
menyusun respons untuk mengurangi probabilitas kejadian dan/atau dampak
dari peristiwa tersebut.
CSF 2: MANAGEMENT COMMITMENT &
LEADERSHIP
Dalam faktor ini dicari informasi mengenai bagaimana komitmen manajemen
pimpinan dalam mengimplementasikan manajemen risiko, strategi apa yang
dilakukan agar manajemen risiko tersebut dapat terlaksana dengan baik

Merupakan critical success factor yang paling utama. Dalam CSF ini
ditanyakan mengenai peranan pimpinan serta bagaimana bentuk komitmen
dari pimpinan tersebut. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa
ternyata pimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam penerapan
manajemen risiko. Selain itu diperlukan adanya IKU (Indikator Kinerja Utama)
terkait manajemen risiko sebagai bentuk komitmen pimpinan.
CSF 3: CULTURE

Dalam faktor ini digali informasi mengenai bagaimana nilai serta kebiasaan
yang ada di Kementerian Keuangan saat diterapkannya manajemen risiko

Dalam CSF ini ditanyakan mengenai bentuk dari budaya manajemen risiko.
Budaya merupakan efek dari kebiasaan, dimana dari hasil wawancara
diketahui bahwa saat ini manajemen risiko telah menjadi budaya dalam
proses bisnis Kementerian Keuangan sebagai contoh adanya kode etik yang
harus dipatuhi oleh seluruh pegawai.
CSF 4: ORGANIZATIONAL STRUCTURE

Yang menjadi fokus dalam faktor ini adalah perlu atau tidak struktur
organisasi tersendiri yang menangani terkait manajemen risiko.

Dalam CSF ini ditanyakan mengenai struktur organisasi yang diperlukan


apabila ingin menerapkan manajemen risiko. Diperlukan suatu struktur
organisasi tersendiri yang khusus menangani mengenai manajemen risiko.
Hal ini diperlukan karena dalam mengelola manajemen risiko diperlukan
orang-orang yang fokus untuk menjalankan manajemen risiko agar tidak
terganggu oleh hal-hal lain
CSF 5: RISK MONITORING & EVALUATION

Dalam CSF ini ditanyakan mengenai bagaimana bentuk monitoring risiko dan
bagaimana evaluasi risiko dilakukan. Untuk menghasilkan suatu manajemen
risiko yang efektif dan efisien, maka diperlukan proses manajemen risiko
yang berkesinambungan. Hal ini dapat diperoleh melalui proses monitoring
dan evaluasi atas manajemen risiko yang telah dilakukan dengan cara
melakukan verifikasi, terhadap proses, kebijakan dan prosedur manajemen
risiko. Di kementerian keuangan, risk monitoring & evaluation dilakukan
secara rutin dan berkala
CSF 6: DOCUMENTATION & REPORTING

Dalam CSF ini ditanyakan mengenai bagaimana proses terhadap


dokumentasi dan pelaporan manajemen risiko. Dokumentasi dan laporan ini
disimpan dengan baik meskipun penggunaan sistem informasi (SIMAKRO)
untuk dokumentasi dan pelaporan baru dikembangkan. Faktor ini dapat
dikatakan merupakan faktor pendukung dari implementasi manajemen risiko,
meskipun juga memiliki peran yang cukup penting. Dokumentasi yang
dimaksud merupakan sebuah sistem dokumentasi yang digunakan dalam
organisasi, beserta infrastruktur perangkat keras dan kemampuan perangkat
lunaknya. Ini juga termasuk tingkat akurasi data dalam organisasi. Selain itu
diperlukan pula pelaporan terhadap kinerja baik dalam jangka pendek atau
jangka panjang untuk menilai apakah manajemen risiko telah berjalan
sebagaimana mestinya.
CSF 7: EXTERNAL ENVIRONMENT
Dalam CSF ini ditanyakan mengenai bagaimana lingkungan di luar instansi
dapat memberikan pengaruh dalam implementasi manajemen risiko.
lingkungan luar merupakan segala entitas diluar lingkungan organisasi yang
menyebabkan organisasi tersebut bereaksi. Dapat berupa sistem sosial
politik, pesaing, kondisi perekonomian.
Kementerian Keuangan sebagai instansi pemerintah yang pertama kali
menerapkan manajemen risiko, sehingga dalam menerapkan manajemen
risiko tersebut kementerian keuangan seringkali kesulitan menemukan
rujukan untuk implementasi manajemen risiko tersebut. Oleh karena itu
ketika menyusun panduan terkait manajemen risiko yang dilakukan adalah
mengumpulkan berbagai macam framework untuk kemudian di mixing
menjadi satu aturan manajemen risiko yang dirasa cocok untuk Kementerian
Keuangan.
CSF 8: CONSULTANT
Dalam CSF ini ditanyakan mengenai apakah ada konsultan luar yang terlibat
dalam pelaksanaan manajemen risiko di kementerian keuangan. Keberadaan
konsultan manajemen risiko dapat mempengaruhi pelaksanaan
manajemen risiko yang efektif. Karena konsultan disini memberikan masukan
atas pelaksanaan manajemen risiko.
Di Kementerian Keuangan, konsultan tidak terlalu berperan. Proses
pembelajaran dan implementasi dilakukan secara mandiri dengan
mempelajari dari berbagai framework yang ada. Meskipun demikian
konsultan sempat digunakan di awal proses mengimplementasikan
manajemen risiko. Penggunaan konsultan hanya untuk memberikan
masukan agar apa yang dilakukan oleh kementerian keuangan tidak
menyimpang jauh dari keilmuannya.
TERIMA KASIH

*Please delete this ection before downloading.

Anda mungkin juga menyukai