Anda di halaman 1dari 8

PENGGUNAAN MODEL RISK CONTROL MATRIX

DALAM PELAKSANAAN AUDIT

Mujiastono1, Dody Mardiansyah2, Gustian Wiwaha3


Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
1
email: mujiastono@kemenkeu.go.id
2
email: dody.mardiansyah@kemenkeu.go.id
3
email: gustian.wiwaha@kemenkeu.go.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model Matriks Risiko dan Pengendalian pada
contoh kegiatan patroli laut. Model Matriks Risiko dan Pengendalian dapat digunakan sebagai
pedoman perencanaan audit dan pengendalian internal di unit Patroli Laut. Metode yang digunakan
dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan analisis data. Panduan yang digunakan
untuk penilaian risiko menggunakan model BPKP (2010) dan AS / NZS 4360: 2004. Hasil dari
penelitian ini adalah model Matriks Risiko dan Pengendalian di unit patroli laut. Penelitian ini
diperoleh dari tiga tahapan. Pertama, identifikasi kegiatan dan risiko pada unit patroli laut. Kedua,
identifikasi dan penilaian risiko kegiatan. Ketiga, melakukan analisis dampak dan kemungkinannya
di setiap kegiatan untuk menghasilkan Matriks Risiko dan Pengendalian dari peta prioritas risiko
pada unit patroli laut.
Kata Kunci: matriks risiko dan pengendalian, patroli laut, identifikasi risiko

Abstract
The objective of this research was to produced the risk control matrix model of risk at Customs Sea
Patrol. The risk control matrix model can be used as a guideline of audit plan and internal control
at Customs Sea Patrol. The method used in collecting the data were interview, observation, and data
analytic. Guidence to assess risk used model of BPKP (2010) and AS/NZS 4360:2004. The results
of this research are the risk control matrix model at Customs Sea Patrol Unit. This research was
gained from three phases. The first, activities and risks identification at Customs Sea Patrol Unit.
The second, risk identification and risk assesment of the activities. The third, doing impact analysis
and its likelihood in each activity to produce the risk control matriks of risk priority map at Customs
Sea Patrol.
Keywords: risk control matrix, sea patrol, risks identification

1. PENDAHULUAN pemerintahan/birokrasi yang bersih (clean


government).
Peran Aparat Pengawasan Intern
Kementerian Keuangan merupakan suatu
Pemerintah (APIP) semakin lama semakin
unit organisasi yang memegang peranan
strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan
strategis dalam tata kelola pemerintahan
zaman. APIP diharapkan menjadi agen
Republik Indonesia. Sesuai dengan UU Nomor
perubahan yang dapat menciptakan nilai tambah
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
pada produk atau layanan instansi pemerintah.
Menteri Keuangan harperan tidak hanya sebagai
APIP sebagai pengawas intern pemerintah
chief operational officer (COO) tetapi juga
merupakan salah satu unsur manajemen
sebagai chief financial officer (CFO)
pemerintah yang penting dalam rangka
(Pemerintah Republik Indonesia, 2003). Peran
mewujudkan kepemerintahan yang baik (good
tersebut membuat Menteri Keuangan
governance) yang mengarah pada
bertanggung jawab atas pengelolaan kebijakan

10
fiskal dan keuangan negara dalam upaya pada level operasional. tetapi juga pada level
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang yang lebih strategis (Inspektorat Jenderal, 2016).
inklusif untuk kesejahteraan masyarakat Hal ini Peran strategis tersebut dapat dicapai melalui
mengakibatkan tugas dan fungsi Kementerian peningkatan dan perbaikan efektivitas penerapan
Keuangan menjadi semakin kompleks, yang tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian
menuntut tingkat kapabilitas yang lebih tinggi internal secara menyeluruh di lingkungan
dari fungsi audit intern sebagai komponen Kementerian Keuangan. Hal ini sejalan dengan
integral dari tata kelola yang efektif di sektor upaya peningkatan kapabilitas pengawasan
publik (IIARF, 2009). internal Itjen menuju Level 4 Intemal Audit
Dalam membantu pencapaian tujuan Capability Model (IA-CM) yang dapat
Kementerian Keuangan, Inspektorat Jenderal memberikan overall assurance atas efektivitas
Kementerian Keuangan (Itjen) selaku unit audit tata kelola. manajemen risiko, dan pengendalian
internal dituntut untuk berperan tidak hanya internal dalam membantu Menteri Keuangan
untuk mencapai tujuan Kementerian. merupakan hal yang sangat penting bagi Itjen
Berdasarkan hasil self-assessment IA-CM sebagai bukti substantif bahwa Itjen dari sisi
tahun 2016, tingkat kapabilitas Itjen masih peran dan layanan telah mencapai IACM level 4.
berada pada Level 3. Salah satu hal yang masih Penerapan opini juga dapat mendorong
perlu dilakukan oleh Itjen untuk dapat mencapai peningkatan kualitas hasil audit internal Itjen
Level 4 adalah pemberian overall assurance karena dengan adanya tuntutan pemberian opini,
dalam kegiatan audit internal Itjen Hasil self- kegiatan audit internal didorong untuk
assessment merekomendasikan Itjen untuk mendokumentasikan informasi yang cukup,
mengembangkan strategi pengawasannya untuk andal, relevan demi menghindari kesalahan
dapat memberikan jaminan yang memadai pemberian opini audit internal. Itjen telah
dalam bentuk pemberian pendapat/simpulan mempraktikan opini audit internal pada sejumlah
(opinion) atas kecukupan dan efektivitas proses kegiatan pengawasan yang bersifat spesifik dan
tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian umumnya merupakan kegiatan mandatory,
secara keseluruhan (Inspektorat Jenderal, 2017). antara lain pada kegiatan reviu pengendalian
Pemberian pendapat/simpulan (opini) audit intern atas Laporan Keuangan Kemenkeu dan
internal diatur dalam standar audit internal. Laporan BUN, Reviu Tata Kelola TIK, Penilaian
Standar 2410.A1 dalam Practice Advisory atas Tingkat Kematangan Penerapan
(IPPF, 2017) serta Standar Audit Intern Manajemen Risiko (TKPMR), serta evaluasi
Pemerintah Indonesia (SAIPI) menyatakan atas SAKIP, namun untuk kegiatan assurance
bahwa komunikasi akhir hasil penugasan, jika lainnya pemberian opini masih belum dilakuan
memungkinkan, harus berisi opini auditor secara konsisten dan belum terstandardisasi.
internal secara keseluruhan (overall opinion) Untuk dapat memberikan opini atas
dan/atau kesimpulan (conclusions). Opini audit kegiatan audit internal, auditor harus memahami
internal pada dasarnya merupakan karakteristik risiko yang dihadapi oleh klien pengawasan.
yang khas dari sebuah penugasan assurance. Klien Pengawasan harus menyusun manajemen
Atas hal tersebut, IIA juga telah menerbitkan risiko terlebih dahulu. Setelah Klien
petunjuk perumusan opini audit intern pada Pengawasan menyusun Manajemen Risiko maka
suatu organisasi dalam publikasinya yang auditor dapat memanfaatkannya untuk membuat
berjudul Formulating and Expressing Internal perencanaan audit dengan mempertimbangkan
Audit Opinion pada tahun 2009. risiko-risiko yang telah teridentifikasi.
Dalam rangka peningkatan kapabilitas Pendekatan audit ini berfokus dalam
pengawasan Itjen untuk memberikan assurance mengevaluasi risiko-risiko baik strategis,
secara menyeluruh atas proses tata kelola, finansial, operasional, regulasi dan lainnya yang
manajemen risiko, dan pengendalian internal di dihadapi oleh Klien Pengawasan. Dalam Audit
tingkat Kementerian Keuangan, Itjen telah berbasis risiko, risiko-risiko yang tinggi diaudit,
melakukan kajian terkait penerapan opini audit sehingga kemudian Klien Pengawasan dapat
internal. Penerapan opini audit internal mengetahui proses bisnis yang berisiko dan area

11
mana yang pengendaliannya harus diperbaiki. a. Sesuatu yang merugikan terjadi (risk of loss)
Peran Risk-Based Audit dalam peningkatan b. Suatu ketidakpastian (risk of volatility)
Internal Control dan Proses Manajemen Risiko c. Sesuatu yang menguntungkan tidak terjadi
sangat menyeluruh dan strategis. (risk of lost opportunity).
Menurut Yayon (2006) tahapan-tahapan
Risiko merupakan konsep yang digunakan oleh
dalam risk based audit yang dilakukan oleh
auditor dan manajemen untuk menyatakan
auditor adalah: (a) mengidentifikasi tujuan
perhatian mereka tentang dampak yang mungkin
organisasi; (b) menilai risiko dengan cara
terjadi atas lingkungan yang penuh dengan
mengidentifikasi risiko dan mengukur risiko;
ketidakpastian. Setiap peristiwa yang terjadi
dan (c) Menetapkan prioritas dalam usaha untuk
dapat mempunyai dampak yang material atau
meminimalisasi risiko.
konsekuensi yang signifikan bagi organisasi dan
Patroli laut dilaksanakan di seluruh wilayah
tujuan organisasi. Akibat yang bersifat negatif
perairan Indonesia serta tempat-tempat tertentu
disebut dengan risiko (risk) dan akibat yang
di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen.
bersifat positif disebut dengan kesempatan
Patroli laut dilaksanakan secara rutin atau
(opportunities).
sewaktu-waktu dalam rangka pencegahan atau
dugaan pelanggaran. Dalam rangka kegiatan Identifikasi risiko adalah proses
patroli laut tersebut risiko yang dihadapi menetapkan kejadian, penyebab, maupun
beragam. Atas dasar tersebut penulis tertarik dampak risiko yang berpengaruh terhadap
untuk mengangkat kegiatan Patroli Laut menjadi pencapaian sasaran organisasi (Lampiran KMK-
menjadi tema utama paper ini. Selain itu terdapat 577/KMK.01/2019).
beberapa hal yang melatarbelakangi pengawasan Tujuan merupakan tahapan yang sangat
terkait Patroli Laut, yaitu: kritikal dalam proses manajemen risiko yaitu
a. kegiatan patroli laut sebagai langkah merekam semua risiko baik yang sudah maupun
mendukung pengawasan penyelundupan belum dikendalikan melalui pengendalian inten.
barang ilegal; Proses yang dilakukan dalam tahap identifikasi
b. Potensi terjadinya pelanggaran pada saat risiko adalah:
pelaksanaan patroli laut; a. Menginventarisasi data kejadian/peristiwa
c. Semakin tingginya kegiatan penyelundupan komprehensif yang mempengaruhi
yang diikuti dengan makin canggihnya organisasi;
modus dan makin nekatnya penyelundup; b. Menentukan sumber-sumber risiko, antara
d. Upaya menekan usaha penyelundupan dan lain hubungan bisnis dan hukum, lingkungan
perdagangan barang penyelundupan dan ekonomi, perilaku manusia, kejadian alam,
perdagangan barang secara ilegal. lingkungan politik, isu teknologi, aktivitas
Berdasarkan pada permasalahan yang telah manajemen dan aktivitas individu;
dikemukan pada bab 1, maka penelitian ini c. Menentukan area yang terkena pengaruh
bertujuan untuk mendesain model Risk Control risiko, antara lain aset dan sumber daya,
Matrix yang tepat untuk melaksanakan audit pendapatan, biaya, pegawai, masyarakat,
patroli laut agar mampu memberikan nilai kinerja, waktu dan jadual aktivitas,
tambah pada proses bisnis patroli laut dan lingkungan;
penyempurnaan sistem patroli laut. d. Menentukan penyebab dan skenario risiko.
Landasan Teori Potensi bahaya yang ditemukan pada tahap
Menurut Kloman (2000), kata "risk" dalam identifikasi bahaya akan dilakukan penilaian
bahasa Inggris berasal dari bahasa Italia kuno risiko guna menentukan tingkat risiko (risk
yaitu "riscare". Risiko mempunyai definisi yang rating) dari bahaya tersebut. Penilaian risiko
begitu beragam dengan begitu banyak dilakukan dengan berpedoman pada skala
pengertian dan interpretasi, tergantung dari cara Australian Standard/ New Zealand Standard for
orang memandangnya. Risiko dapat dipandang Risk Management (AS/NZS 4360:2004, [4]).
sebagai:

12
Ada 2 parameter yang digunakan dalam risk control. Pengendalian risiko dilakukan
penilaian risiko, yaitu probability dan severity. untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.
Skala penilaian risiko dan keterangannya
Matriks Risiko dan Pengendalian, berupa
yang digunakan dapat dilihat tabel sebagai
pemetaan risiko dan pengendalian yang ada pada
berikut:
proses signifikan atas suatu proses bisnis.
Tujuan penyusunan RCM untuk
memastikan bahwa risiko pada setiap proses
signifikan telah diidentifikasi, dikelola, dan
dimitigasi dengan pengendalian yang memadai.
Manfaat penyusunan RCM:
a. Meningkatkan pemahaman akan proses
signifikan yang ada, beserta aplikasi dan
infrastruktur yang mendukung;
b. Meningkatkan pemahaman akan risiko dan
pengendalian yang ada di dalam tiap proses
signifikan
c. Pelaksanaan audit yang lebih efektif dan
efisien
2. METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian yang akan dilakukan
ditunjukkan dengan skema berikut ini:

Gambar 1. Skema Tahap Penelitian


Berdasarkan skema tersebut, penelitian
Tabel 4. Matriks Analisis Risiko Kementerian Keuangan dilakukan melalui 3 tahapan yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dan
risiko-risiko yang dihadapi dengan
menelaah peraturan-peraturan terkait patroli
laut;
b. Hasil identifikasi di tahap pertama menjadi
data untuk menghasilkan model matris
prioritas aktivitas di tahap kedua;
c. Melakukan wawancara dan konfirmasi
kepada pihak-pihak yang menjalankan
aktivitas kegiatan patroli laut dan dampak
dari setiap risiko;
Hasil dari risk assessment akan dijadikan d. Melakukan observasi dan analisis data
dasar untuk melakukan risk control. Risk control
Batasan dalam penelitian ini adalah tidak
bertujuan untuk meminimalkan tingkat risiko menganalisis narasi penyebab dan skenario
dari suatu potensi bahaya yang ada. Bahaya yang risiko namun hanya menghitung dan
masuk dalam kategori moderate risk, high risk
menganalisis skala penyebab dan dampak agar
dan extreme risk akan ditindaklanjuti dengan dapat diketahui urutan risiko tertinggi dan

13
terendah yang dapat menjadi pertimbangan
ruang lingkup penyusunan program kerja audit. Tabel 6. Matriks Pengendalian
ID ID Control
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Risk Control (Pengendalian yang telah ada)
R08 C08 Pembagian tugas jaga laut;
Berdasarkan hasil pengujian melalui Penguatan human intelligence,
penelaahan peraturan, wawancara, observasi dan updating peta kerawanan.
analisis data ditentukan 13 risiko tertinggi Atribut: peta kerawanan

kegiatan patroli laut dengan urutan sebagai R09 C09 Penggunaan Radar Pantai dan
Monitoring AIS
berikut: integrasi pengawasan laut dan
darat
Tabel 5. Matriks Risiko Atribut: monitoring radar
ID Risk Level R10 C10 Penggunaan aplikasi marrine
Risk Skor
Risk After Control traffic dalam pengawasan dan
R08 Kegiatan Patroli Laut Sangat Tinggi 22 targetting.
tidak dapat mendeteksi (kuadran 22) Atribut: monitoring aplikasi
kapal yang memuat R07 C07 Penerapan Pengisian BBM sesuai
barang selundupan SOP
Atribut: Kartu Pengisian BBM
R11 C11 Penerapan mekanisme pelaporan
R09 Kapal patroli tidak Sangat Tinggi 22
melalui berbagai sarana
mampu mengejar (kuadran 22)
komunikasi
kecepatan kapal
Atribut: pemantauan alat
penyelundup
komunikasi
R10 Kegiatan Patroli Laut Sangat Tinggi 22
R01 C01 Melakukan perawatan rutin dan
tidak dapat mencakup (kuadran 22)
berkala
seluruh wilayah perairan
Atribut: Monitoring atas Laporan
indonesia
Perawatan Rutin
R07 Volume Pengisian BBM Tinggi 17
R02 C02 Pelaksanaaan Pengembangan
ke kapal tidak sesuai (kuadran 17)
Karir Petugas
Permintaan
Atribut: Pola Mutasi
R11 Penindakan patroli laut Tinggi 17
R03 C03 Mengajukan revisi anggaran
tidak dilaporkan (kuadran 17)
pengadaan
R01 Kapal tidak siap Sedang 13
Atribut: Dokumen perencanaan
digunakan untuk (kuadran 13)
kegiatan Patroli Laut saat R05 C05 Pengadaan suku cadang dan
dibutuhkan supplies kapal
R02 Ketidaktersediaan ABK Sedang 13 Atribut: monitoring catatan
untuk kegiatan patroli (kuadran 13) inventory
laut R12 C12 Risk Safety Management
R03 Ketidaktersediaan BBM Sedang 13 Atribut: Kajian Keselamatan
untuk kegiatan patroli (kuadran 13) Berlayar
laut R13 C13 Pengelolaan Barang Tangkapan.
R05 Ketidaktersediaan Suku Sedang 13 Atribut: Berita Acara Serah
cadang dan supllies kapal (kuadran 13) Terima
R06 C06 Pemeliharaan rutin kapal.
R12 Insiden kecelakaan saat Sedang 13 Atribut: Laporan Hasil
patroli laut (kuadran 13) Pemeliharaan

R13 Barang Hasil penindakan Sedang 13 R04 C04 Penerapan Pemeliharaan Rutin,
patroli laut hilang dan (kuadran 13) Survey Teknik dan Pemeliharaan
rusak Kapal
Atribut: Laporan Pemanfaatan
R06 Bahan Bakar Minyak Rendah 11 kapal
yang tersedia tidak sesuai (kuadran 11)
standar pabrikan
Menurut tabel tersebut dapat dijelaskan
R04 Pemeliharaan Kapal Rendah 8
dilakukan tidak sesuai (kuadran 8)
masing-masing risiko sebagai berikut:
dengan laporan putaran a. Kegiatan Patroli Laut tidak dapat
mesin mendeteksi kapal yang memuat barang
selundupan masuk (R08). Risiko ini
memiliki skoring 22 dengan penjelasan

14
bahwa Pembagian tugas jaga laut; g. Ketidaktersediaan Petugas untuk kegiatan
Penguatan human intelligence, updating patroli laut (R02). Risiko ini memiliki
peta kerawanan. Atribut: peta kerawanan. skoring 13 dengan pengendalian berupa
kami nilai dengan level dampak sangat Pelaksanaaan Pengembangan Karir Petugas.
signifikan (Skala 5) dan level kemungkinan Atribut: Pola Mutasi. kami nilai dengan
kadang terjadi (skala 3); level dampak signifikan (skala 4) dan level
b. Kapal patroli tidak mampu mengejar kemungkinan jarang terjadi (skala 2).
kecepatan kapal penyelundup (R09). Risiko h. Ketidaktersediaan BBM untuk kegiatan
ini memiliki skoring 22 dengan patroli laut (R03). Risiko ini memiliki
pengendalian yang ada berupa Penggunaan skoring 13 dengan pengendalian berupa
Radar Pantai dan Monitoring AIS Mengajukan revisi anggaran pengadaan.
integrasi pengawasan laut dan darat Atribut: Dokumen perencanaan. Kami nilai
Atribut: monitoring radar, kami nilai dengan dengan level dampak signifikan (skala 4)
level dampak sangat signifikan (skala 5) dan dan level kemungkinan jarang terjadi (skala
level kemungkinan kadang terjadi (skala 3). 2)
c. Kegiatan Patroli Laut tidak dapat mencakup i. Ketidaktersediaan Suku cadang dan supllies
seluruh wilayah perairan indonesia (R10). kapal (R05). Risiko ini memiliki skoring 13
Risiko ini memiliki skoring 22 dengan dengan pengendalian berupa Pengadaan
pengendalian yang ada berupa Penggunaan suku cadang dan supplies kapal. Atribut:
aplikasi marrine traffic dalam pengawasan monitoring catata inventory. Kami nilai
dan targetting. Atribut: monitoring aplikasi, dengan level dampak signifikan (skala 4)
kami nilai dengan level dampak sangat dan level kemungkinan jarang terjadi (skala
signifikan (skala 5) dan level kemungkinan 2);
kadang terjadi (skala 3). j. Insiden kecelakaan saat patroli laut (R12).
d. Volume Pengisian BBM ke kapal tidak Risiko ini memiliki skoring 13 dengan
sesuai Permintaan (R07). Risiko ini pengendalian berupa Risk Safety
memiliki skoring 17 dengan pengendalian Management. Atribut: Kajian Keselamatan
yang ada berupa Penerapan Pengisian BBM Berlayar. kami nilai dengan level dampak
sesuai SOP. Atribut: Kartu Pengisian BBM, signifikan (skala 4) dan level kemungkinan
kami nilai dengan level dampak signifikan jarang terjadi (skala 2)
(skala 4) dan level kemungkinan kadang k. Barang Hasil penindakan patroli laut hilang,
terjadi (skala 3). rusak, tidak sesuai BAST (R13). Risiko ini
e. Penindakan patroli laut tidak dilaporkan memiliki skoring 13 dengan pengendalian
(R11). Risiko ini memiliki skoring 17 berupa Pengelolaan Barang Tangkapan.
dengan pengendalian yang ada berupa Atribut: Berita Acara Serah Terima. Kami
Penerapan mekanisme pelaporan melalui nilai dengan level dampak signifikan (skala
berbagai sarana komunikasi. Atribut: 4) dan level kemungkinan jarang terjadi
pemantauan alat komunikasi. kami nilai (skala 2)
dengan level dampak signifikan (skala 4) l. Bahan Bakar Minyak yang tersedia/
dan level kemungkinan kadang terjadi (skala digunakan tidak sesuai standar pabrikan
3). (R06). Risiko ini memiliki skoring 11
f. Kapal tidak siap digunakan untuk kegiatan dengan pengendalian berupa Pemeliharaan
Patroli Laut saat dibutuhkan (R01). Risiko rutin kapal. Atribut: Laporan Hasil
ini memiliki skoring 13 dengan Pemeliharaan. Kami nilai dengan level
pengendalian berupa Melakukan perawatan dampak moderat (skala 3) dan level
rutin dan berkala Atribut: Monitoring atas kemungkinan jarang terjadi (skala 2).
Laporan Perawatan Rutin. Kami nilai m. Pemeliharaan Kapal dilakukan tidak sesuai
dengan level dampak signifikan (skala 4) dengan Laporan Putaran Mesin (R04).
dan level kemungkinan jarang terjadi (skala Risiko ini memiliki skoring 8 dengan
2). pengendalian berupa Penerapan

15
Pemeliharaan Rutin, Survey Teknik dan instrumen-instrumen yang digunakan,
Pemeliharaan Kapal. Atribut: Laporan karena model yang diajukan masih relatif
Pemanfaatan kapal. Kami nilai dengan level baru;
dampak signifikan (skala 4) dan level d. Penelitian terhadap existing control untuk
kemungkinan hampir tidak terjadi (skala 1). menemukan mitigasi terbaik atas risiko yang
ada.
4. KESIMPULAN
5. REFERENSI
Penelitian ini murni untuk pengetahuan dan
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia.
tidak tujukan sebagai nasihat profesional
2014. Standar Audit Intern Pemerintah
maupun mendiskreditkan lembaga pemerintah
Indonesia. Dewan Nasional AAIPI. Jakarta.
manapun. Dari hasil pembahasan di atas dapat
Griffiths, P. 2005. Risk Based Auditing. Gower
disimpulkan sebagai berikut : Model/design
Publishing Company. Burlington.
penilaian risiko dalam penelitian ini
Inspektorat Jenderal. 2017. Laporan Hasil
dilaksanakan dengan mengukur tingkat risiko
Penilaian Kapabilitas APIP Secara Mandiri
berdasarkan Dampak (Impact) dan
Inspektorat Jenderal Kementerian
Kecenderungan (likelihood) yang dijabarkan
Keuangan Tahun 2016. lnspektorat Jenderal
dalam suatu matriks risiko, untuk
Kementerian Keuangan. Jakarta.
menggambarkan tingkat risiko pada Unit Patroli
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Laut.
577/KMK.01/2019 tentang Manajemen
Penilaian risiko dibuat berdasarkan risiko
Risiko Di Lingkungan Kementerian
per jenis aktivitas pada Kegiatan Kesiapan Kapal
Keuangan.
Patroli, Pemeliharaan Kapal Patroli, Pengisian
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
BBM Kapal Patroli, Pelaksanaan Kegiatan
152/KMK.09/2011 tentang Peningkatan
Patroli Laut, dan Pengamanan Barang Hasil
Penerapan Pengendalian Intern Di
Penindakan.
Lingkungan Kementerian Keuangan.
Hasil penilaian risiko berdasarkan risiko
Kloman, H. F. dan Seawrack. 2000. Risk
aktivitas dapat diketahui peta risiko seluruh
Management Reports. Volume 27. Press
kegiatan termasuk risiko tertinggi yaitu
Inc. Review Against the Gods: The
Kegiatan Patroli Laut tidak dapat mendeteksi
Remarkable Story of Risk by Peter
kapal yang memuat barang selundupan masuk ke
Bernstein.
gat sulit untuk dilakukan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
pengendalian, karena selama berada ditengah
Nomor 53/BC/2010 tentang Tatalaksana
laut potensi akan adanya penyelewengan sangat
Pengawasan.
tinggi. Penilaian atas 13 risiko in diharapkan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
dapat digunakan Risk Control Matrix sebagai
Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/ 2008
dasar untuk membuat perencanaan audit agar
tentang Standar Audit Aparat Pengawasan
lebih optimal dalam meningkatkan perbaikan
Intern Pemerintah. Kemenpan. Jakarta.
proses bisnis.
Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 03/IJ/2012
Dari hasil kesimpulan dapat disarankan tentang Pedoman Perencanaan Pengawasan
beberapa hal sebagai berikut Tematik Inspektorat Jenderal Kementerian
a. Unit terkait dapat mendukung Keuangan.
penyempurnaan penerapan Risk Assessment Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 07/IJ/2016
dalam pelaksanaan perbaikan proses bisnis; tentang Pedoman Perencanaan Pengawasan
b. Pelaksanaan pemetaan risiko tidak harus Tematik Inspektorat Jenderal Kementerian
dilakukan secara menyeluruh tetapi Keuangan.
dilakukan secara skala prioritas berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
tingkat risiko dari masing-masing kegiatan; Nomor 32 Tahun 2009 tentang Tempat
c. Untuk Peneliti selanjutnya, melakukan Penimbunan Berikat s.d.t.d.Peraturan
pengujian kembali atas model dan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2015.

16
Reding, K. F., Anderson, U. L., Head, M. J., The Institute of Internal Auditors. 2014. Risk
Ramamoorti, S., Slamasick, M., dan Riddle, Based Internal Auditing. The Institute of
C. 2013. Internal Auditing Assurance & Internal Auditors. Florida.
Advisory Services. 3rd Edition. The Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Institute of Internal Auditors Research Kepabeanan s.d.t.d. Undang-Undang
Foundation. Florida. Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006.
The Institute of Internal Auditors. 2017. Yayon, W.S, 2006. Pemodelan Penilaian Risiko
International Standards for the dalam Perencanaan Audit Umum pada
Professional Practice of Internal Auditing. Divisi Interen (Studi kasus pada bank PT
The Institute of Internal Auditors. Florida. ABC Cabang Jakarta). Jakarta.
The Institute of Internal Auditors. 2009.
Formulating and Expressing Internal Audit
Opinions. The Institute of Internal Auditors
Practice Guide. The Institute of Internal
Auditors. Florida.

17

Anda mungkin juga menyukai