Anda di halaman 1dari 13

PROFESIONALITAS AUDITOR DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT DAERAH

KABUPATEN WAKATOBI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA*)

Mustafa, S.Pd., M.Si.**)


**)Auditor Madya pada Inspektorat Daerah kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara
*) Paper dipersiapkan sebagai bahan dalam diskusi ilmiah tentang upaya pembinaan
profesionalitas auditor di lingkungan Inspektorat Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi
Tenggara, yang diselenggarakan oleh CEESRA, Jakarta, Juni 2019 di Kota Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara.

Abstrak
Auditor bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan atas aspek yang perlu didalami dan
dikembangkan oleh suatu instansi baik dalam bidang keuangan, kinerja, sistem, organisasi, dan
sebagainya. Dilihat dari tanggung jawab inilah posisi auditor sangat penting dan menentukan
kemajuan suatu instansi, terutama menyangkut akuntabilitas lembaga dan kredibilitas
pengelolanya. Oleh sebab itu, keberadaan auditor perlu mendapat perhatian secara serius. Salah
satu aspek yang amat penting diperhatikan pada keberadaan auditor tersebut adalah
profesionalitasnya. Paper ini bertujuan menguraikan profesionalitas auditor. Melalui kaji literatur
dan pengamatan langsung diperoleh hasil penelitian yakni pengembangan profesionalitas auditor
sangat tergantung pada sistem pembinaan dan konsistensi pelaksanaannya. Pada umumnya
auditor yang bekerja profesional telah melalui proses pembinaan yang intensif.

Kata Kunci: Auditor, Profesionalitas, Sistem Pembinaan, Konsistensi Pembinaan

Pendahuluan
Pelaku audit adalah para auditor. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan dan target audit
tersebut sangat tergantung kepada audit. Meskipun ada faktor lain yang turut berpengaruh
terhadap proses audit pada suatu lembaga, baik swasta, organisasi nirlaba, maupun dinas-dinas
dalam naungan pemerintah. Keberadaan auditor sangat diharapkan untuk mengangkat reputasi
instansi-instansi inspektorat hingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan tempat bernaung para auditor.

Tentu bukan hanya untuk kepentingan reputasi inspektorat, BPK, dan BPKP saja, melainkan
untuk peningkatan kualitas pelayanan publik yang dimiliki lembaga-lembaga itu, khususnya
lembaga pemerintah. Kualitas pelayanan publik adalah pertaruhan terpenting dalam konteks
tugas dan fungsi auditor. Ini pulalah yang akan menjadi dasar untuk menyebut suatu program
pembangunan dapat dinyatakan bermanfaat terhadap kualitas pelayanan publik secara prima.

Pemerintah perlu memastikan para auditor telah memiliki kompetensi yang tinggi dalam rangka
menjalankan tugas pemeriksaan baik organisasi, sistem, kinerja, program, hingga keuangan.
Guna mencapai maksud tersebut maka yang perlu ditingkatkan adalah profesionalitas para
auditor di berbagai tingkatan.

Auditor di lingkungan inspektorat daerah memerlukan perhatian khusus. Sebagai bagian dasar
dari jenjang karir seorang auditor, kelembagaan inspektorat daerah harus handal dalam bidang
pemeriksaan dan pengawasan pembangunan. Oleh sebab itu, inspektorat daerah perlu
menempatkan pembinaan para auditor sebagai prioritas terdepan dalam upaya memastikan
terselenggaranya pembangunan dan program pemerintah daerah sesuai dengan kerangka
perencanaan yang telah dibuat secara berjenjang. Lebih penting lagi adalah pemberian jaminan
atas kemanfaatannya terhadap masyarakat dan warga daerah itu sendiri.

Inspektorat Daerah Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara menempati posisi strategis
dalam konteks pemeriksaan dan pengawasan pembangunan terutama karena daerah ini berbasis
kepulauan. Dalam Nawacita yang dicanangkan pemerintah pusat pada periode transisi yang
panjang usai reformasi politik 1998, saat inilah terasa pembangunan sektor maritim mendapat
perhatian khusus. Ini berarti bahwa pembangunan di daerah berbasis kepulauan harus
mencanangkan program pembangunan yang terintegrasi dengan misi peningkatan dan
pemanfaatan sumber daya kelautan secara menyeluruh.

Pemerintah Kabupaten Wakatobi dengan memperhatikan potensi kekayaan laut yang dapat
dihitung sebagai salah satu penghasil devisa sektor kelautan terbesar di kawasan timur Indonesia
tentu saja mendasarkan pertimbangan ini dalam perencanaan pembangunan daerahnya. Artinya,
separuh bahkan sebagian besar program pembangunan di daerah ini harus dapa dipastikan
berjalan sesuai dengan pola kelautan yang tepat. Ini berarti bahwa pola tersebut relevan dengan
kondisi sosiologis, antropologis, serta demografis warga daerah.

Kekeliruan menempatkan program pembangunan di Kabupaten Wakatobi dapat menyebabkan


pemborosan anggaran keuangan yang diambil dari alokasi dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setempat. Efek
yang paling mungkin dirasakan adalah tidak optimalnya penggalian dan pemanfaatan bahkan
pemerolehan atau pendapat daerah untuk keperluan pembangunan pada periode berikutnya.
Artinya, kesinambungan pembangunan dapat terhambat. Hambatan terhadap kesinambungan
pembangunan sesungguhnya merupakan kelemahan besar dalam manajemen pemerintahan. Oleh
sebab itu, kehadiran auditor profesional harus diwujudkan.

Memperhatikan pentingnya kehadiran audior profesional tersebut, maka diperlukan penelitian


menyangkut tingkat profesionalitas auditor. Ini dilakukan untuk mengetahui, mendalami, dan
mengurai secara saksama aspek-aspek yang terkait dalam upaya peningkatan profesionalitas
auditor.

Kedudukan Auditor
Auditor memiliki kedudukan penting sebagai aparatur pemerintahan yang dapat memberikan
penguatan terhadap aparat struktural. Penguatan yang dimaksud adalah upaya untuk memastikan
penggunaan dana pembangunan tidak menyimpang dari peruntukannya. Demikian juga dengan
segala upaya pemerintah memastikan segala instansi yang ada di bawah naungannya agar tetap
berjalan sebagaimana mestinya.
Audit pada umumnya diartikan sebagai audit internal yakni suatu kegiatan pemeriksaan dan
evaluasi maupun konsultasi yang dilakukan oleh unsur independen dalam badan pemerintahan
untuk keperluan badan pemerintahan lainnya. Oleh sebab itu Pickett menyatakan bahwa
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to
add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness by bringing a systematic; disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control, and governance processes.”
Penjelasan Pickett tersebut memperlihatkan bahwa audit internal adalah kegiatan untuk
memastikan segala perencanaan berjalan dengan baik. Selain itu juga berfungsi untuk menjadi
badan konsultasi yang idenpenden dan obyektif, serta dirancang untuk memberikan nilai tambah
dan meningkatkan kegiatan-kegiatan operasi organisasi. Dengan demikian audit internal juga
membantu organisasi untuk mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan
teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas dari manajemen risiko, pengendalian,
dan proses tata kelola yang benar.

Milton Stevens Fonorow dalam bukunya “Internal Audit Manual” mengatakan “internet
auditing is an appraisal, by trained company employees, of the accuracy, reliability, efficiency
and usefulness of company record and internal controls”. Internal auditing adalah suatu
penilaian yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih, ketelitian, amanah, efisien
untuk melakukan pemeriksaan kemanfaatan melalui pencatatan atau akuntansi perusahaan, serta
pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.

Memperhatikan definisi tersebut maka banyak pihak yang memandang bahwa audit internal
dapat menimbulkan conflict of interest. Dengan demikian kelirulah anggapan tentang bahwa
audit internal itu akan dilaksanakan tanpa independensi. Keliru jug jika dikatakan bahwa auditor
internal tidak independen kalau argumennya adalah posisi para auditor sebagai karyawan
perusahaan atau pegawai negara.

Kekeliruannya terdapat pada anggapan bahwa audit itu semuanya bertujuan untuk membongkar
kesalahan yang ada dalam penyelenggaraan keuangan instansi negara atau mencari kelemahan
aparat negara dalam instansi tertentu. Anggapan seperti itu kurang tepat, karena ada perbedaan
tugas dan tujuan antara internal auditor dengan eksternal auditor.

Auditor eksternal adalah memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disusun
manajemen. Pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik selaku eksternal auditor
dimaksudkan untuk mengungkapkan potensi penyimpangan, ataupun kelemahan kinerja.
Sedangkan tujuan audit internal yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah
untuk membantu semua pimpinan perusahaan atau tim manajemen dalam pelaksanaan
tanggungjawabnya. Audit internal dilakukan untuk memberikan analisis, penilaian, saran, dan
komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Auditor internal harus melakukan kegiatan secara tepat untuk mencapai tujuan yang disebutkan
di atas, di antaranya adalah menilai sistem pengendalian manajemen dengan biaya yang efisien,
ketaatan terhadap prosedur, tata pengamanan harta kekayaan atau asset, keterpercayaan d ata,
mutu pekerjaan, dan melaksanakan perbaikan operasional untuk efektivitas dan efisiensi
program. Kegiatan tersebut dipandang dapat mendukung seluruh tujuan dari proses audit. Hal ini
berarti bahwa profesionalitas auditor sangatlah diperlukan.

Telaah dan penilaian atas kebaikan, kemanfaatan, efektifitas penerapan sistem pengendalian
manajemen, dan operasional lainnya diperlukan untuk menjamin biaya yang tidak terlalu mahal
dalam pelaksanaan kegiatan yang efektif. Hasil telaah tersebut secara berurut akan memberikan
kepastian mengenai pilihan cara kerja pegawai secara lebih efektif. Dalam pada itu, auditor
internal juga dapat memberikan informasi yang diperuntukkan memastikan pertanggungjawaban
dan perlindungan keuangan negara atau dana perusahaan dari kemungkinan kecurangan dan
penyalahgunaan berupa pencurian atau korupsi.

Auditor internal perlu memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam instansi
yang diauditnya tersebut dapat atau layak dipercaya. Auditor menilai mutu pekerjaan setiap
organ yang diberi tugas. Auditor harus berupaya memastikan proses pelaksanaan tugas yang
diberikan oleh tim manajemen atau pimpinan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Setelah auditor melakukan pemeriksaan dan rangkaian evaluasi secara internal tersebut, maka
auditor akan mengajukan dokumen berisi analisis dan saran. Auditor akan menyarakan berbagai
penyempurnaan. Auditor menyarankan perbaikan-perbaikan operasional sebagai suatu upaya
peningkatan efisiensi dan efektivitas.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa sebuah instansi harus dikuatkan dengan audit internal
yang sifatnya manusia. Ini lebih berperan untuk menjadi kanal penyampaian pendapat dan
instruksi pimpinan kepada stafnya. Selain itu juga menjadi sarana menerima umpan balik. Staf
dapat menyampaikan harapannya kepada tim manajemen. Ini juga berfungsi mencegah
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas, menentukan standar yang berguna untuk
mengukur dan meningkatkan performance, memberi keyakinan bahwa hasil akhir
departemen sesuai dengan requirement atau permintaan dari arahan audit internal (internal audit
director). Setiap tahun audit internal manual ini selalu ditelaah kembali untuk dimutakhirkan
sesuai dengan perkembangan terbaru.

Tugas dan Fungsi Auditor


Auditor adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang
untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan intern pada suatu organisasi. Organisasi tersebut
dapat berupa instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Auditor tersebut berstatus
pegawai pemerintah.
Dalam konteks pemeriksaan keuangan terdapat auditor internal dan eksternal seperti telah
dikemukakan di atas. Dari segi lata belakang disiplin ilmunya, kedua jenis auditor itu
mengharuskan berlatar keilmuan bidang akuntansi, keuangan, manajemen, perpajakan, dan
komputer. Profesi auditor akan sangat sulit dikembangkan dalam suatu kerja profesional
pemeriksaan kelembagaan, baik SDM, kinerja, manajemen, hingga pelaporan keuangan, jika
kualifikasinya adalah disiplin di luar ekonomi, keuangan, dan bisnis.
Baik auditor internal maupun eksternal harus membuat rencana pemeriksaan (audit plan), dan
program pemeriksaan (audit program) secara tertulis. Dokumentasi seluruh rangkaian
pelaksanaan auditing menjadi aspek yang sangat penting. Dokumentasi tersebut harus lengkap
dan jelas. Semuanya ditungkan dalam kertas kerja pemeriksaan (audit working papers).
Tujuan pemeriksaan dalam audit internal ini adalah untuk membantu seluruh jajaran tim
manajemen (top management, middle management dan lower management) dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi yang menjadi tanggungjawabnya. Para auditor sebagaimana dinyatakan
di depan adalah memberikan analisis, penilaian, saran, masukan, pandangan, dan komentar
mengenai obyek kegiatan instansi yang diperiksanya.

Laporan auditor internal tidak mengandung opini mengenai kewajaran laporan keuangan, tapi
berupa temuan pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang
ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya. Pelaksanaan
pemeriksaan berpedoman pada internal auditing standards yang ditentukan oleh Institute of
Internal Auditor, atau Norma Pemeriksaan Intern yang ditentukan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) maupun Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Pada badan dan lembaga pemerintah lainnya juga dikenal Norma Pemeriksaan Satuan
Pengawasan Intern (SPI) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). Pemeriksaan intern dilakukan lebih detail daripada yang lainnya. Ia juga memerlukan
waktu yang kontinyu sepanjang tahun, karena internal auditor mempunyai waktu yang lebih
banyak di perusahaannya. Pimpinan atau penanggung jawab pemeriksaan intern tidak harus
registered accountant.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik juga perlu diperhatikan sebagai bagian
dari upaya menjamin ketersediaan informasi yang baik. Meski demikian, auditor akuntan publik
melakukan kegiatan pemeriksaan dalam konteks audit eksternal. Auditor ini lebih bersifat
independen. Ia tidak terikat oleh ketentuan internal instansi pemerintahan atau lembaga negara.

Tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan. Laporan eksternal auditor berisi opini
mengenai kewajaran laporan keuangan. Di samping itu juga, catatan dalam pemeriksaannya
berupa management letter, yang mengandung pemberitahuan kepada manajemen tentang
kelemahan-kelemahan dalam pengendalian pada instansi tersebut. Demikian juga,
kesimpulannya mengandung saran-saran untuk penyempurnaan.

Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan
Institut Akuntan Publik Indonesia. Pemeriksaan eksternal ini dilakukan dengan mengambil
sampel pada beberapa bagian untuk menjadi alat penarikan kesimpulan mengenai opini yang
akan diberikan. Pemeriksaanya adalah secara sampling karena keterbatasan waktu dan upaya
mengurangi biaya auditing. Pemeriksaan eksternal ini dipimpin oleh seorang akuntan publik
yang terdaftar dan mempunyai nomor register (registered public accountant).

Inspektorat yang memiliki fungsi pengawasan dapat menjalankan aktivitasnya secara independen
dan obyektif setelah terbitnya anggaran dasar fungsi pengawasan yang tertuang dalam audit
charter. Meski demikian semua pekerjaan audit tersebut juga penting dikomunikasikan dan
dikoordinasikan dengan yang instansi lain yang terkait. Diperlukan pula pembagian tugas yang
jelas untuk mencapai efektivitas pelaksanaan kegiatan auditing. Wewenang dan tanggung jawab
auditor dalam kerangka kelembagaan inspektorat terutama seorang inspektur harus memiliki
dukungan penuh dari staf.
Setiap staf harus memiliki keududkan organisasi dalam hirarki jabatannya sehingga
remunerasinya dapat diperhitungkan dengan jelas. Dengan demikian uraian tugasnya sangat
diperlukan. Itulah yang akan menggambarkan auditor profesional.

Uraian tugas memiliki pengaruh signifikan di fungsi pengawasan. Uraian tugas menggambarkan
peran masing-masing pejabat pengawas pemerintah (auditor) di fungsi pengawasan (Inspektorat).
Fungsi pengawasan harus diisi oleh orang-orang yang kompeten untuk pelaksanaan tugas.
Perkembangan profesi audit internal saat ini sangat menuntut auditor yang profesional atas
berbagai upaya pelaksanan audit yang dilaksanakan. Hanya auditor yang memiliki kinerja baik
dan terbaiklah yang dapat dipertahankan. Prinsipnya adalah lebih baik memiliki jumlah auditor
terbatas (jumlah yang sedikit) tetapi dengan kompetensi tinggi dan memadai daripada memiliki
jumlah auditor yang banyak tetapi dengan kompetensi dan kemampuan yang terbatas. Fungsi
pengawasan membutuhkan orang-orang yang memiliki daya intelegensia tinggi, intuitif,
imajinatif, dan inisiatif tinggi. Biasanya, tipe auditor ini sangat dicari dan memiliki nilai yang
tinggi.

Dengan alasan latar belakang kompetensi yang tinggi tersebut, uraian tugas harus dibuat dengan
hati-hati. Dalam uraian tugas harus ditetapkan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk
penyelesaian tugas dengan cara yang terbaik dan bukan hanya sekedar selesai saja untuk
penugasan yang dijalankan. Penggambaran uraian tugas sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya harus menjadi dasar dan dikaitkan langsung dengan remunerasi yang diberikan
kepada auditor yang berprestasi, agar hal ini dapat menjadi daya tarik yang tinggi bagi siapapun
auditornya, yaitu dalam rangka untuk memberikan yang terbaik untuk setiap penugasan audit
yang dilaksanakan.
Secara umum, uraian tugas auditor di lingkungan inspektorat terbagi menjadi dua, yaitu uraian
tugas secara struktural dan fungsional. Secara struktural, jabatan tertinggi di fungsi pengawasan
dipegang oleh Kepala Inspektorat, yang dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 23
tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah istilah Bawasda diganti menjadi Inspektorat dan Kepala Inspektorat diganti
menjadi Inspektur, baik tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Seorang inspektur atau kepala
inspektorat umumnya dibantu oleh beberapa orang di bidang masing-masing, yang memegang
jabatan sesuai dengan sifat atau jenis pekerjaan audit yang menjadi area tanggung jawabnya,
misalnya:
Kepala Bidang Pengawasan Administrasi Umum; individu ini bertanggung jawab untuk
memimpin, mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf audit fungsi pengawasan yang
melaksanakan pekerjaan penugasan audit atas pelaksanaan anggaran (APBD), termasuk juga
masalah keuangan dan administrasi kegiatan dan program.
Kepala Bidang Pengawasan Operasional & Kinerja; individu ini bertanggung jawab untuk
memimpin, mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf audit yang melaksanakan pekerjaan
penugasan audit atas penilaian kinerja dan efektivitas lembaga-lembaga daerah dalam rangka
mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Kepala Bidang Pengawasan Sistem Informasi; individu ini bertanggung jawab untuk memimpin,
mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf audit yang melaksanakan pekerjaan penugasan
audit yang berkenaan dengan evaluasi yang efektif, efisien, dan ekonomis pemanfaatan teknologi
informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan untuk mencapai tujuan pemerintah
daerah.
Kepala Bidang Pengawasan Khusus; individu ini bertanggung jawab untuk memimpin,
mengarahkan, dan mengkoordinasikan para staf audit yang melakukan tugas audit khusus,
seperti: investigasi, audit kecurangan, dan sebagainya.
Lebih rinci, pokok-pokok uraian tugas dan tanggung jawab dari inspektur dan para kepala bidang
pengawasan yang berada di bawah inspektur adalah sebagai berikut:

Uraian Tugas Inspektur:

1. Mengembangkan inspectorate charter audit.


2. Mengembangkan tujuan dan sasaran fungsi pengawasan inspektorat.
3. Menetapkan kebijakan audit dan mengarahkan secara teknis dan administratif fungsi
pengawasan inspektorat.

4. Mengembangkan rencana kerja dan program audit jangka panjang dan tahunan untuk
mengevaluasi pengendalian manajemen di setiap kegiatan dan program pemerintah
daerah.
5. Mengembangkan staf audit yang ada di lingkungan inspektoratnya agar memenuhi
kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaan audit yang dilaksanakan.
6. Mengkoordinasikan pekerjaan audit di lingkungan inspektorat dengan aktivitas audit
yang dilakukan auditor eksternal.
7. Melakukan pengujian efektifitas di setiap tingkatan manajemen yang dibebankan tugas
dan tanggung jawab mengurus/mengelola sumber daya organisasi dan pengujian
ketaatannya terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
8. Merekomendasikan perbaikan pengendalian manajemen yang didesain untuk
mengamankan sumber-sumber organisasi, meningkatkan pertumbuhan daerah, dan
memastikan ketaatannya terhadap undang-undang dan peraturan pemerintah.
9. Melakukan reviu prosedur dan catatan untuk menilai kecukupannya dalam mencapai
tujuan organisasi pemerintah daerah yang ditetapkan.
10. Mengotorisasi laporan audit yang diterbitkan, termasuk rekomendasi untuk perbaikan
keadaan yang masih mengandung kelemahan.
11. Menilai kecukupan tindakan yang telah dilakukan manajemen atas kondisi yang
mengandung kelemahan yang dilaporkan, menerima tindakan perbaikan yang sudah
memadai, dan mereviu secara kontinyu bersama dengan auditi atas tindakan perbaikan
yang dilaksanakan.
12. Melakukan audit khusus yang diminta manajemen, termasuk tugas reviu laporan
keuangan daerah.
13. Menetapkan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan berbagai aktivitas di
lingkungan fungsi pengawasan inspektorat.
14. Menyusun laporan aktivitas kegiatan fungsi pengawasan yang telah dilaksanakan selama
satu periode dan melaporkannya kepada kepala daerah.
15. Menjaga kualitas fungsi pengawasan inspektorat melalui pengembangan program Quality
Assurance.

Uraian Tugas Kepala Bidang Pengawasan:

Dengan arahan dari inspektur, tugas dan tanggung jawab kepala bidang pengawasan di
inspektorat adalah:
1. Menyiapkan rencana kerja audit jangka panjang atas berbagai kegiatan dan program yang
dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Mengidentifikasi area-area yang akan menjadi target atau sasaran untuk diaudit, menilai
tingkat signifikannya, dan melakukan penilaian (tingkat risiko kegiatan dan program
pemerintah daerah, terutama untuk masalah biaya, jadwal waktu, dan mutu
pelaksanaannya.
3. Menetapkan struktur tim yang akan ditugaskan untuk melakukan pekerjaan audit.
4. Memperoleh, menjaga, dan mengarahkan staf audit agar mampu menyelesaikan
pekerjaan audit yang dibebankan kepadanya
5. Memberikan arahan kepada tim audit mengenai area kegiatan yang akan diaudit dan
menetapkan anggaran biaya untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan.
6. Mengembangkan sistem pengendalian biaya dan jadwal waktu audit agar setiap
penugasan sesuai dengan rencana kerja audit yang telah ditetapkan.
7. Menetapkan standar kinerja untuk pelaksanaan tugas audit dan melakukan reviu atas
kinerja dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
8. Menyajikan kepada auditi dan manajemen komunikasi hasil penugasan atas kegiatan dan
program pemerintah daerah yang telah diaudit.
9. Membangun sistem pemantauan terhadap berbagai aktivitas fungsi pengawasan untuk
memastikan pencapaian atas tujuan fungsi pengawasan dan kemampuannya memberikan
pelayanan kepada pemerintah daerah dan seluruh jajaran perangkat daerah.

Citra Auditor Profesional

Secara fungsional, uraian tugas auditor inspektorat mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 19/1996 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan
Angka Kreditnya, ditetapkan di pasal 6 mengenai jenjang jabatan fungsional auditor, yakni
Auditor Terampil dan Auditor Ahli.

Auditor Terampil, terdiri atas Auditor Terampil Pemula, Auditor Terampil Pratama, Auditor
Terampil Muda. Kompetensi auditor terampil adalah keterampilan yang terkait dengan
operasional teknis auditing. Khususnya dalam implementasi kegiatan pemeriksaan dan analisis
informasi serta data dari obyek yang diaudit. Citra auditor terampil adalah tenaga pemeriksa
yang berintegritas dan profesional. Auditor terampil memiliki kemampuan untuk mengatasi
masalah-masalah yang mungkin muncul di dalam kegiatan auditing di lapangan.

Auditor Ahli, terdiri atas Auditor Ahli Pratama, Auditor Ahli Muda, Auditor Ahli Madya,
Auditor Ahli Utama. Citra auditor ahli adalah para auditor yang terampil dan cakap dalam proses
perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan tindak lanjut, serta analisis yang dapat memberikan
rekomendasi secara tepat, bahkan opini kewajaran jika diperlukan.

Selanjutnya, di dalam Keputusan Menpan No. 19/1996 Pasal 7 dijelaskan mengenai uraian tugas
dan kegiatan auditor untuk masing-masing jenjang jabatan fungsional auditor. Uraian tugas baik
untuk Auditor Terampil maupun Ahli sesuai perannya di dalam penugasan audit. Penugasan
tersebut antara lain, sebagai pengendali mutu, pengendali teknis, ketua tim, atau anggota tim.
Berikut sebagian dari uraian tugas dan kegiatan auditor Terampil dan auditor ahli dalam
menjalankan perannya:

Peran Sebagai Anggota Tim:


1. Melaksanakan pemeriksaan akuntan.
2. Melaksanakan audit keuangan dan atau ketaatan.
3. Mengkompilasi laporan.
4. Menguji dan menilai dokumen.
5. Melaksanakan audit operasional.
6. Mengkaji sistem pengendalian manajemen obyek pengawasan.
7. Mengkaji hasil pengawasan.
8. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan.
9. Meringkas hasil pengawasan untuk pihak yang berkompeten.
10. Melaksanakan audit khusus.
11. Melaksanakan audit akuntabilitas.
12. Mengumpulkan data dan atau informasi intelijen.
13. Mengkaji hasil audit (peer review).
14. Mengkaji kinerja obyek pengawasan.
15. Melaksanakan penelitian di bidang pengawasan.
16. Melakukan proses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
17. Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan.

Peran Sebagai Ketua Tim:


1. Melaksanakan pemeriksaan akuntan.
2. Melaksanakan audit keuangan dan atau ketaatan.
3. Melaksanakan audit operasional.
4. Melaksanakan audit khusus.
5. Melaksanakan audit akuntabilitas.
6. Menguji dan menilai dokumen.
7. Melaksanakan penelitian di bidang pengawasan.
8. Mengkaji hasil penelitian.
9. Mengkompilasi hasil pengawasan.
10. Meringkas hasil pengawasan untuk pihak yang berkompeten.
11. Mengkaji kinerja obyek pengawasan.
12. Mengkaji sistem pengendalian manajemen obyek pengawasan.
13. Mengkaji hasil audit (peer review)
14. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan.
15. Memproses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
16. Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan.
17. Menyiapkan program kerja pengawasan tahunan.
18. Membina dan menggerakan Aparat Pengawasan Fungsional (APF).
19. Melaksanakan asistensi dan konsultansi di bidang pengawasan.
20. Melaksanakan penyuluhan di bidang pengawasan.
21. Membuat laporan akuntabilitas.
22. Mengkaji laporan hasil audit akuntabilitas.
23. Membuat laporan hasil pengawasan.
24. Mengkaji laporan hasil pengawasan.
25. Memaparkan hasil pengawasan.

Peran Sebagai Pengendali Teknis:


1. Mengkaji hasil pengawasan
2. Mengkaji kinerja obyek pemeriksaan.
3. Mengkaji hasil audit (peer review)
4. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan.
5. Memproses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
6. Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan.
7. Menyiapkan kebijakan pengawasan tahunan.
8. Menyiapkan Rencana Kerja Pengawasan Tahunan.
9. Menyiapkan Program Kerja Pengawasan Tahunan.
10. Menyusun pedoman dan atau sistem pengawasan.
11. Memutakhirkan pedoman dan atau sistem pengawasan.
12. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan atau petunjuk teknis.
13. Mengkaji laporan hasil pengawasan.

Peran Sebagai Pengendali Mutu:


1. Menyiapkan perumusan kebijakan pengawasan.
2. Menyiapkan rencana induk pengawasan.
3. Menyiapkan kebijakan pengawasan tahunan.
4. Menyiapkan Rencana Kerja Pengawasan Tahunan.
5. Menyiapkan Program Kerja Pengawasan Tahunan.
6. Menyusun pedoman dan atau sistem pengawasan.
7. Memutakhirkan pedoman dan atau sistem pengawasan.
8. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan atau petunjuk teknis pengawasan.
9. Memutakhirkan petunjuk pelaksanaan dan atau petunjuk teknis pengawasan.
10. Mengkaji diklat pengawasan.

Untuk memastikan apakah auditor melaksanakan penugasan audit sesuai dengan uraian tugas
dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan auditnya, maka untuk monitoring dan pengendalian
pekerjaan audit, antara lain dilakukan melalui:

1. Kartu Otorisasi Penugasan Audit


2. Daftar Check list
3. Kartu Pengendali Jam Pekerjaan Audit
4. Indeks di Kertas Kerja Audit
5. Program Kerja Audit
6. Kertas Kerja Audit
7. Rapat Pembahasan
8. Ikhtisar/Lembar Temuan dan Rekomendasi.
9. Draft Laporan.

Memperhatikan ketentuan yang mengatur profesi auditor tersebut maka dapat dikatakan bahwa
kinerja auditor sangat menentukan citra auditor ditentukan oleh profesionalitasnya sebagai sosok
yang berintegritas, independen, serta memiliki kecakapan yang tinggi dalam bidang evaluasi,
pemeriksaan, dan analisis pengembangan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya yang sistematis
untuk meningkatkan profesionalitas para auditor.

Pola Pembinaan Auditor


Pembinaan auditor sangat mendesak dan perlu dilakukan secara berkesinambungan. Selain
pengetahuan atau keilmuan yang diperoleh saat menempuh perkuliahan, pendidikan profesinya
pun sangat menentukan. Citra auditor profesional tidak semata hanya bertumpu pada
pengetahuan dan wawasannya melainkan pada karakter dan integritas moralnya.

Auditor sangat berdekatan dengan pekerjaan yang membutuhkan integritas moral. Dengan
demikian, segala yang menyangkut kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, kemampuan membangun
tim kerja yang solid, ketaatan terhadap pimpinan, dan sebagainya turut menentukan performa
seorang auditor. Oleh sebab itu dikenallah pendidikan profesi berkelanjutan. Audit staf harus
selalu melakukan Continuing Professional Education (Pendidikan Profesi Berkelanjutan).
Auditor internal maupun eksternal harus mempunyai audit manual, sebagai pedoman dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan harus memiliki kode etik serta sistem pengendalian mutu.

Pembinaan juga dapat dimaknai dengan pemberian remunerasi yang setimpal dan profesional. Ini
dilakukan atas pertimbangan upaya menekan peluang korupsi atau penyalahgunaan wewenang
sebagai auditor. Auditor eksternal mendapat audit fee atas jasa yang diberikannya, sedangkan
auditor internal mendapat gaji sesuai dengan jenjang kepangkatannya sebagai pegawai
pemerintah.

Pola pembinaan yang dimaksud seharusnya juga dapat mencakup kemampuan melakukan
deskripsi secara tertulis dengan standar bahasa administratif yang baik. Sebelum menyerahkan
laporannya, auditor eksternal terlebih dahulu harus meminta “Surat Pernyataan Langganan”
(Client Representation Letter). Dengan surat tersebut maka kewenangan sepenuhnya sudah dapat
diambil oleh tim auditor. Ini untuk menjaga performa auditor terutama dalam
mengimplementasikan otoritasnya. Otoritasnya tidak dapat diintervensi. Bahasa yang
digunakannya harus merupakan ungkapan tentang kondisi obyektif, dan sarannya tidak
menggunakan ungkapan yang berstandar ganda sehingga dapat diterapkan secara mudah.

Perbedaaan antara auditor internal dan eksternal juga memberi efek pada pola pembinaannya.
Auditor eksternal yang bekerja untuk memenukan kelemahan dan kesalahan-kesalahan yang
material yang berpengaruh terhadap kewajaran laporan keuangan, lebih diberikan pembekalan
mirip suatu kemahiran investigatif. Sedangkan auditor internal lebih menjaga performanya dalam
hal pengungkapan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan organisasi lebih lanjut.
Internal auditor mendapatkan gaji dan tunjangan sosial lainnya sebagai pegawai. Auditor internal
tidak tertarik terhadap kelemahan dan kekeliruan material maupun nonmaterial. Itulah sebabnya,
maka sebelum menyerahkan laporannya, auditor internal tidak perlu meminta “Surat Pernyataan
Langganan”, sebab hampir dapat dipastikan bahwa tidak akan muncul kasus yang diakibatkan
oleh complain dari pihak yang diaudit.

Secara lebih tegas, proses pembinaan yang diperlukan dapat dilihat pada aspek lisensi para
auditor untuk praktik di lapangan pemeriksaan dan evaluasi. Kata kuncinya adalah licence to
practice. Auditor eksternal memerlukan sertifikat sebagai pengesahan untuk dapat berpraktik
sebagai auditor sedangkan auditor internal tidak membutuhkan. Secara lebih jelas lagi dapat
dilihat perbandingan kedua jenis auditor tersebut menurut Boynton, sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan Auditor Internal dengan Auditor Eksternal Menurut Boynton


NO. ASPECT INTERNAL AUDITOR EXTERNAL AUDITOR
1. Employer Companies and CPA firms
governmental units
2. National Organization Institute of Internal Auditor American Institute of Public
(IIA) Accountants (AICPA)
3. Certifying designation Certified Internal Auditor Certified Public Accountant
(CIA) (CPA)
4. License to practice No Yes
5. Primary To board of directors To third parties
Responsibility
6. Scope of audits All activities of an Primarily financial statements
organization
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Dalam konteks ini pembinaan terhadap auditor untuk mencapai derajat profesional yang tinggi,
sangat diharapkan terutama dalam lingkungan Inspektorat Kabupaten Wakatobi. Di daerah ini
sangat diperlukan suatu proses pembinaan bertahap, sistematis, intensif, dan berkesinambungan.
Pada saat melakukan observasi untuk mempersiapan artikel ini, penulis telah berbincang dengan
beberapa informan. Semua informan mengaku bahwa pola pembinaan masih sangat diperlukan.

Sistem pembinaan harus tercipta sebagai suatu sarana yang menggambarkan bahwa memang ada
perencanaan yang terarah untuk melahirkan para auditor yang profesional di masa mendatang.
Demikian pula, sistem tersebut sudah harus menarapkan standar-standar pembinaan yang
berhasil mengadopsi sistem baru proses pembinaan yang lebih sesuai dengan perangkat termaju
pada zaman ini.

Selain itu, yang tak kalah pentingnya guna mencapai target profesionalitas auditor, kerja
pembinaan harus dilaksanakan secara konsisten. Menurut para informan bahwa konsistensi
pembinaan bukan hanya menyangkut waktu dan jadual yang berjalan terus-menerus, melainkan
konsistensi dalam muatan prinsipil dalam pembinaan profesionalitas auditor.

Harapan untuk mewujudkan kelembagaan inspektorat daerah yang tangguh dan berkualitas
sangat ditentukan oleh kemampuan lembaga tersebut untuk menyediakan sarana pembinaan
auditornya secara prima. Kemampuan tersebut sangat penting artinya bagi lahirnya hasil-hasil
analisis dan rekomendasi yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

Penutup
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka penulis berpendapat bahwa profesionalitas auditor
terkait dengan posisinya. Auditor mengembangkan diri sesuai posisinya sebagai auditor internal
atau eksternal. Auditor eksternal lebih mengembangkan profesionalitasnya dalam konteks
penemuan kelemahan suatu instansi atau perusahaan. Ini juga berkaitan dengan keabsahannya
yang sangat bertumpu pada lisensi untuk berpraktik. Lain halnya dengan auditor internal yang
profesionalitasnya justru terlihat dari kemampuan persuasi dan penggalian informasi untuk
keperluan pengembangan instansi dan pendayagunaan anggaran pembangunan.

Berdasarkan itu pula, maka pengembangan profesionalitas auditor sangat tergantung kepada
sistem pembinaan dan konsistensinya. Pembinaan auditor untuk mencapai tingkat profesionalitas
yang tinggi harus dilakukan secara bertahap, sistematis, intensif, dan berkesinambungan.

Referensi:
Anonimous, 2007. Manajemen Fungsi Audit Internal Sektor Publik. Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara. Jakarta.
_________, 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman
Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Depdagri RI.
Jakarta.
_________, 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah. Setneg RI. Jakarta.
Boynton, WC., 2002. Auditor’s Responsibility and Expectation, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Dean, PJ., 1996. Performance Improvement Quarterly: A Vehicle for Contributing to the
Performance Improvement Profession. Wiley Online Library.
Pickett, KH. Spencer, 2011. The Essential Guide to Internal Auditing. Willey.
Susilawati, S. 2014. Pengaruh Profesionalisme dan Independensi Auditor Internal terhadap.
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No.2 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai