Anda di halaman 1dari 86

INSPEKTORAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGAWASAN DAK FISIK


BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(SMK)

Disampaikan pada Sosialisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2020


ARIFAN PUTRA CANIAGA, S.T. (AUDITOR MUDA)

Padang, 24 Agustus 2020


PENGERTIAN PENGAWASAN

Proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk


menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan (Sondang P. Siagian)

Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan


menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau
kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Suyamto)

2
FUNGSI PENGAWASAN

Eksplanasi, pengawasan menghimpun informasi yang dapat


menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program yang
dicanangkan berbeda.
Akuntansi, pengawasan menghasilkan informasi yang bermanfaat
untuk melakukan akuntansi atas perubahan sosial ekonomi yang
terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu
ke waktu.
Pemeriksaan, pengawasan membantu menentukan apakah
sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok
sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada
mereka. dan
Kepatuhan, pengawasan bermanfaat untuk menentukan apakah
tindakan dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai
dengan standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, instansi
pemerintah dan atau lembaga profesional.

3
MAKSUD DAN TUJUAN PENGAWASAN

1. Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.


2. Memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh auditan (PA/KPA) dan
mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali
kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.
3. Mengetahui penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana awal (planning) terarah kepada sasarannya dan sesuai
dengan yang direncanakan.
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program
(fase/tingkat pelaksanaan).
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan.

4
JENIS-JENIS PENGAWASAN

A. Pengawasan Intern dan Ekstern


B. Pengawasan Preventif dan Represif
C. Pengawasan Aktif dan Pasif
D. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) dan
kebenaran materiil mengenai maksud & tujuan pengeluaran
(doelmatigheid)
P. Intern, pengawasan yg dilakukan oleh orang dari badan/unit/instansi di
dalam lingkungan unit tersebut. Dilakukan dengan cara pengawasan atasan
langsung atau pengawasan melekat (built in control).
P. Ekstern, pengawasan yg dilakukan di luar dari badan/unit/instansi
tersebut. UUD 1945 pasal 23E : “Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yg bebas dan mandiri.

5
PERAN APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH

Sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP),


Inspektorat Daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis
baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi
pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah.

Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, ia mempunyai kedudukan


yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan.

Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program


pemerintah, Inspektorat Daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai
pengawas sekaligus pengawal dalam pelaksanaan program yang
tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

6
PERAN APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH

Inspektorat Daerah sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah


(APIP) berperan sebagai Quality Assurance yaitu menjamin bahwa
suatu kegiatan dapat berjalan secara efisien, efektif dan sesuai
dengan aturannya dalam mencapai tujuan organisasi. Kemudian APIP
memiliki peran sebagai Consulting memberikan konsultasi dalam
rangka peningkatan kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Titik berat pelaksanaan tugas pengawasannya adalah melakukan


tindakan preventif yaitu mencegah terjadinya kesalahan kesalahan
dalam pelaksanaan program dan kegiatan oleh SKPD serta
memberikan perbaikan terhadap kesalahan kesalahan yang telah
terjadi untuk dijadikan pelajaran agar kesalahan kesalahan tersebut
tidak terulang di masa yang akan datang.

7
TUJUAN PEMERIKSAAN

1. Untuk memperoleh keyakinan bahwa pengelolaan


bidang keuangan pada Satuan Kerja telah
direncanakan, dilaksanakan secara ekonomis,
efisien dan efektif.
2. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Memberi saran/rekomendasi untuk mendorong
terjadinya perbaikan dalam pengelolaan keuangan.
EKONOMIS – EFISIEN - EFEKTIF

• EKONOMIS : Berhubungan dengan kegiatan/


pengadaan yaitu bila harga/nilai input menjadi
lebih rendah murah /hemat

• EFISIEN :Berhubungan antara input dengan output


dalam proses

• EFEKTIF : Tercapainya tujuan atau manfaat


EKONOMIS

• Pengelolaan dilaksanakan dengan


meminimumkan biaya anggaran
kegiatan/pengadaan (INPUT) menjadi
lebih rendah murah /hemat
EFISIENSI

• Pengelolaan dilakukan dengan baik dan tepat tanpa


adanya pemborosan waktu dan biaya untuk mencapai
tujuan/sasaran (proses kegiatan/pengadaan)
EFEKTIVITAS

• Dapat mendukung program pemerintah dalam


mencapai sasarannya yang telah ditetapkan atau
Tercapainya tujuan/manfaat
GAMBARAN UMUM
RISIKO &
MANAJEMEN RISIKO
Risiko adalah…..
Terjadinya sesuatu
yang tak Suatu Suatu peluang
diharapkan ketidakpastian yang hilang

(the risk of loss) (the risk of volatility) (the risk of lost


opportunity)
14
14
Jadi, risiko adalah…….

Tujuan
Strategi
Sasaran dan
Kemungkinan Yang membawa akibat
atau
terjadinya yang tidak diinginkan
Target
peristiwa atas:
MENGAPA
MANAJEMEN
RISIKO????
- Tuntutan masyarakat MANFAAT:
- Keputusan yang lebih efektif
tentang peningkatan Good - Efektivitas dalam pelaksanaan program-program atau
kegiatan
Governance - Efektivitas pengalokasian dan penggunaan sumber daya
- Standar yang tinggi dalam pelayanan pelanggan
- Perubahan lingkungan - Standar yang tinggi dalam akuntabilitas
- Kreativitas dan inovasi dalam praktik manajemen
- Persyaratan investor dan - Peningkatan kapasitas
- Peningkatan moral organisasi
regulator - Transparansi
16
Peran APIP dalam Manajemen Risiko

APIP memberikan jasa keyakinan dan Konsultasi


(Assurance Services & Consulting Activity) bahwa
Risiko yang dihadapi organisasi telah diidentifikasi dan
diminimalisasi
PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI INDONESIA
1. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Keputusan
Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan Melekat yang diperbaharui dengan Keputusan
Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004:
Unsur-unsur Waskat adalah :
1. Pengorganisasian 5. Prosedur
2. Personil 6. Pencatatan
3. Kebijakan 7. Pelaporan
4. Perencanaan 8. Reviu intern

2. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

18
PERBEDAAN MENDASAR PENGENDALIAN INTERN DALAM
PENGAWASAN MELEKAT DAN SPIP

N
URAIAN WASKAT SPIP
O
1 Definisi Alat Proses
2 Sifat Statis Dinamis
3 Framework 8 unsur Sisdalmen 5 komponen
4 Tanggungjawab Atasan Langsung Seluruh pegawai dalam
Pelaksanaan organisasi
5 Keberadaan Berdiri Sendiri Terintegrasi
6 Penekanan  Pengawasan  Lingkungan
Atasan Langsung Pengendalian
 Pengawasan  Penilaian Risiko
Fungsional
DEFINISI SPIP
PP 60/2008
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
PERAN APIP (DALAM Reformasi Birokrasi)

• memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,


efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah (assurance activities);
• memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah (anti corruption activities); dan
• memberikan masukan yang dapat memelihara dan meningkatkan
kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah (consulting activities).  
PENYALURAN DAK FISIK

Penyaluran DAK Fisik melalui KPPN di seluruh Indonesia (kecuali di Jakarta) dilaksanakan berdasarkan
PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PMK nomor 225/PMK.07/2017, dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor
PER-4/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Dana Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa pada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana telah diubah terakhir dengan PER-1/PB/2018

Penyaluran DAK Fisik dilaksanakan berdasarkan kinerja penyerapan dan capaian output yang dilaporkan
dan di-input oleh Pemda melalui Aplikasi berbasis web (OMSPAN)

Pelaksanaan penyaluran oleh KPPN dilakukan oleh KPA Penyaluran DAK Fisik yang terdiri dari PPK BUN
dan PPSPM BUN melalui aplikasi SAKTI.

Pencairan dana dilakukan melalui penerbitan SP2D yang ditujukan ke rekening Pemerintah Daerah
(pencairan dana dari RKUN ke RKUD).

22
PENGERTIAN DAK FISIK

Dana Alokasi Khusus Fisik yang selanjutnya disebut DAK


Fisik adalah Dana yang dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas Nasional.

23
CAPAIAN OUTPUT DAK FISIK
Data per 31 Desember 2017
PENDAHULUAN
Istilah Barang dan Jasa
• Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
BARANG maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.

• Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan


PEKERJAAN KONSTRUKSI konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.

• Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu


JASA KONSULTANSI diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah
pikir (brainware).

• Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang


mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata
JASA LAINNYA kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain
Jasa Konsultansi, pelaksanaan pekerjaan Konstruksi dan
pengadaan barang.
PENDAHULUAN
Prinsip Pengadaan
Efisien

Akuntabel Efektif

Prinsip Pengadaan
Adil/Tidak
Transparan
Diskriminatif

Bersaing Terbuka
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2020
TENTANG
PETUNJUK OPERASIONAL DANA ALOKASI KHUSUS FISIK
BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2020
ARAH KEBIJAKAN

Sesuai ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diatur bahwa satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan
sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta
didik.

Selanjutnya, dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 mewajibkan setiap satuan pendidikan memiliki sarana dan
prasarana pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Upaya peningkatan akses dan mutu layanan pendidikan melalui upaya pemenuhan standar
sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional di
bidang pendidikan, sehingga perlu mendorong pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota melakukan tindakan nyata dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang wajib diselenggarakan oleh Daerah.
28
TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan kegiatan DAK Fisik Bidang Pendidikan adalah untuk pemenuhan sarana dan
prasarana pendidikan pada satuan pendidikan formal dan nonformal dalam rangka
meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan.

Sasaran DAK Fisik Bidang Pendidikan diberikan kepada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat,
yang berbentuk:
1. Sekolah Dasar (SD);
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP);
3. Sekolah Menengah Atas (SMA);
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);
5. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB)/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB); Sekolah Luar Biasa(SLB); dan/atau
6. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

29
RUANG LINGKUP KEGIATAN

LAMPIRAN VIII PERMENDIKBUD NOMOR 11 TAHUN 2020


DANA ALOKASI KHUSUS FISIK PENUGASAN SUB BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK)

I. Menu Kegiatan DAK Fisik Subbidang Pendidikan SMK meliputi:


A. Pembangunan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Revitalisasi SMK Sektor
Kemaritiman
B. Pembangunan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Revitalisasi SMK Sektor
Industri
C. Pembangunan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Revitalisasi SMK Sektor
Ketahanan Pangan
D. Pembangunan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Revitalisasi SMK Sektor
Pariwisata

30
RUANG LINGKUP KEGIATAN

E. Pembangunan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Revitalisasi SMK Sektor


Industri Kreatif
F. Pembangunan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Revitalisasi SMK Sektor
Ketahanan Energi
G. Pembangunan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Revitalisasi SMK dalam
Rangka Pemerataan Kualitas Layanan SMK Antarwilayah

31
PELAKSANAAN PENINGKATAN PRASARANA PENDIDIKAN
A. Pelaksanaan Rehabilitasi Bangunan
B. Pelaksanaan Pembangunan
1. RKB;
2. Ruang Laboratorium;
3. RPS;
4. Ruang Perpustakaan;
5. Toilet (Jamban); dan/atau
6. Ruang pusat sumber pendidikan inklusif.
Sebelum kegiatan DAK
fisik bidang pendidikan
dilaksanakan, maka
disusun perjanjian
antara pemerintah
daerah provinsi/
kabupaten/kota
dan satuan pendidikan
menggunakan format
seperti contoh
disamping :
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Tahap Persiapan
a. Kepala Sekolah
1) mengikuti bimbingan teknis/workshop/sosialisasi yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Provinsi;
2) bersama Komite Sekolah membentuk P2S; dan
3) menerbitkan surat keputusan penetapan P2S.
b. Panitia Pembangunan di Sekolah (P2S)
1) Melaksanakan rehabilitasi dan atau prasarana belajar mengacu dok perencanaan:
a) gambar teknis atau gambar kerja;
b) rencana anggaran biaya (RAB);
c) rencana kerja dan syarat-syarat (RKS); dan
d) jadwal pelaksanaan kegiatan.
2) melaksanakan kegiatan peningkatan Prasarana Pendidikan secara swakelola.
3) memilih dan menetapkan pekerja sesuai dengan keahliannya;
5) membuat rencana keselamatan lingkungan saat pekerjaan pembangunan/
rehabilitasi dilaksanakan; dan
6) memanfaatkan dana DAK Fisik Bidang Pendidikan sesuai dengan RAB dan
melaksanakan pekerjaan Prasarana sekolah secara swakelola
2. Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan meliputi:
a. pelaksanaan pekerjaan harus segera dimulai paling lambat 14 (empat belas)
hari terhitung mulai saat diterimanya dana alokasi khusus di rekening
sekolah;
b. pencairan dana sesuai dengan kebutuhan pembiayaan dan jadwal kerja yang
telah dibuat;
c. pelaksanaan rehabilitasi/pembangunan sesuai dengan dokumen teknis;
d. melakukan pembukuan keuangan meliputi:
1) buku kas umum;
2) buku pembantu kas tunai;
3) buku pembantu bank; dan
4) buku pembantu pajak.
e. melakukan dokumentasi penerimaan, pengeluaran dana dan kegiatan terkait,
dan dokumen tersebut harus berada disekolah;
f. panitia pembangunan di satuan pendidikan menyusun laporan teknis dan
mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan dana dan pelaksanaan
kegiatan peningkatan Prasarana Pendidikan berikut realisasi penggunaan
dananya kepada kepala sekolah;
g. panitia pembangunan di satuan pendidikan melakukan serah terima hasil
pekerjaan peningkatan Prasarana Pendidikan dengan kepala sekolah;
h. kepala sekolah melaporkan prestasi atau perkembangan pekerjaan dan
penggunaan dana kepada kepala dinas yang menangani urusan pendidikan
provinsi, kabupaten, atau kota;
i. Kepala Dinas Pendidikan menyampaikan laporan pelaksanaan DAK Fisik Bidang
Pendidikan untuk kegiatan peningkatan prasarana dan/atau sarana kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
j. kepala sekolah melakukan serah terima hasil pekerjaan peningkatan Prasarana
Pendidikan dengan PA/KPA dinas yang menangani urusan pendidikan, setelah
hasil pekerjaan diperiksa oleh panitia penerima hasil pekerjaan bagi sekolah
negeri;
k. mencatat hasil DAK Fisik Bidang Pendidikan sebagai inventaris satuan pendidikan
yang akan menjadi aset yayasan, setelah hasil pekerjaan diperiksa oleh panitia
penerima hasil pekerjaan bagi sekolah swasta;
l. apabila terjadi pergantian kepala sekolah, maka pelaksanaan pekerjaan dan
pelaporan penggunaan dana diserahterimakan kepada sekolah pengganti.
Dalam melaksanakan pekerjaan juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. P2S harus melakukan koordinasi dengan pengelola DAK Fisik Bidang Pendidikan
di daerah dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Provinsi terkait dengan rencana
anggaran biaya kegiatan rehabilitasi dan/atau pembangunan Prasarana
Pendidikan sekolah;
2. Dinas Pendidikan Provinsi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
dimiliki dapat membantu dan mengarahkan P2S untuk melakukan analisis
perhitungan dengan memperhatikan urutan skala prioritas sesuai dengan
petunjuk teknis yang ada.
3. bila seluruh pekerjaan rehabilitasi dan/atau pembangunan Prasarana
Pendidikan sekolah, yang telah disepakati sudah selesai (output tercapai) tetapi
masih terdapat sisa dana maka sisa dana tersebut digunakan setelah mendapat
persetujuan Dinas Pendidikan; dan setor ke kas daerah jika tidak digunakan.
4. P2S membuat berita acara perubahan sasaran dan biaya akibat adanya selisih
lebih atau kurang antara besaran dana DAK Fisik Bidang Pendidikan yang
diterima dengan kebutuhan riil yang akan dilaksanakan.
LAPORAN P2S

P2S menyampaikan laporan disertai dengan bukti fisik kepada Kepala Satuan
Pendidikan sesuai tahapan penyaluran dana, terdiri dari:

1. informasi volume, satuan dan bobot pekerjaan;


2. prestasi/progres pekerjaan;
3. jumlah dana yang digunakan; dan
4. foto-foto kemajuan pelaksanaan kegiatan mencakup tampak
depan, tampak belakang, tampak samping dan tampak dalam
yang diambil dari titik tetap/titik yang sama.
PENGAWASAN APIP
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

SURVEY PENDAHULUAN (DESK AUDIT)

Meminta semua dokumen perencanaan, pelaksanaan swakelola, dan pelaporan

Mempelajari dan menganalisa dokumen yang diberikan

Melakukan analisis risiko terhadap pelaksanaan DAK Fisik SMA

Menetapkan poin-poin yang akan dilakukan pemeriksaan lanjutan dan uji petik

42
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Tahapan Pemeriksan

Menganalisa dokumen perencanaan DAK Fisik : gambar teknis atau gambar


kerja; rencana anggaran biaya (RAB); rencana kerja dan syarat-syarat;
dan jadwal pelaksanaan kegiatan.

Menganalisa Dokumen pertanggungjawaban : laporan mingguan, bulanan


dan laporan akhir (laporan kemajuan pekerjaan), Data Volume pekerjaan,
Asbuild Drawing, penggunaan dana dan foto pelaksanaan 0%, 50% dan
100%.

Membandingkan antara dokumen perencanaan dengan dokumen


pertanggungjawaban.

43
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Tahapan Pemeriksan ……………………..

Melakukan uji petik secara sampel pada hasil pekerjaan DAK Fisik SMK:
melihat dan mengukur dimensi hasil pekerjaan.

Menghitung dan Menganalisa hasil pengukuran.

Membandingkan antara hasil pengukuran dengan dokumen


perencanaan.

44
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Tahapan Penyusunan Naskah Hasil Pemeriksaan :

Menyusun kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria (dokumen


perencanaan dan aturan terkait) menentukan penyebab dan akibat
menjadi sebuah temuan.

Mengkonfirmasikan hasil temuan kepada Auditi.

Menyimpulkan jawaban auditi kedalam temuan

Menyelesaikan Naskah Hasil Pemeriksaan

45
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Tahap Penyelesaian Laporan Hasil Pemeriksaan :

NHP yang telah diterima Auditi, dalam waktu 3 (tiga) hari


memberikan jawaban secara tertulis terhadap temuan.
Tim Pemeriksa akan memasukkan jawaban Auditi ke dalam temuan
Draft LHP diteliti secara berjenjang
LHP ditandatangi Inspektur Daerah dan diperbanyak kemudian
dikirim ke Auditi untuk ditindaklanjuti.

46
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Terhadap Temuan bernilai uang :

Segera ditindaklanjuti dengan menyetorkan ke kas daerah jika tidak


akan menjadi Tuntutan Ganti Rugi dengan memberikan jaminan.

47
KETENTUAN PELAKSANAAN REVIU DAK FISIK
STUDI KASUS
Pemberantasan korupsi bukan semata-mata tanggung jawab
APIP/SPI, karena sifat tugasnya lebih pada penanggulangan korupsi
secara detektif dan represif.

Penanggulangan korupsi yang lebih efektif dan efisien adalah


secara preventif yang merupakan tanggung jawab manajemen
(PA/KPA/Bendahara)
SEBAB TERJADINYA KKN PADA
PROSES PENGADAAN PEMERINTAH
AKIBAT DARI TERJADINYA 10 TINDAK KORUPSI (PBB)

PROCUREMENT CASE
Animasi

• Animasi Apa dan Mengapa Gratifikasi

PROCUREMENT CASE
PENGERTIAN KERUGIAN
UU No. 31 Tahun 2001
Ttg Pemberantasan TPK
Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih
unsur tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara
nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera
menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada
instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan. (Pasal 32 ayat 1)

Penjelasan :
Yang dimaksud dengan "secara nyata telah ada kerugian keuangan
negara“adalah kerugian negara yang sudah dapat dihitung jumlahnya
berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik
yang ditunjuk.
Pasal “Sapu Jagad” yang digunakan untuk mem-
Pidana-kan koruptor:
UU 31 Tahun 1999 jo. Undang Undang No. 20
Tahun 2001:
Pasal 2
Pasal 3
PASAL 2
Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonornian
negara, Dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun
dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit
Rp 200 Juta dan paling banyak Rp 1 M.

60
PASAL 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp 50 Jtdan paling banyak Rp 1 M.

61
1. Wajib Pungut tidak disetor
Receipt 2. Wajib Bayar tidak setor
3. Pungutan melebihi ketentuan *
(Penerimaan)
4. Komisi/Rabat/Discount tdk disetor

1. Mark Up Pengadaan Barang/Jasa


Expenditure 2. Kegiatan Fiktif
(Pengeluaran) 3. Pengel. tdk sesuai Peruntukannya*

SUMBER ASSET
1. Tukar Guling / Ruilslag
2. Pemanfaatan Brg milik Negara/Daerah *
KERUGIAN
(Aset) 3. Pelepasan Asset
KEUANGAN 4. Kredit Macet *
NEGARA

LIABILITY 1. Kewajiban Tersembunyi


(Kewajiban) 2. Kewajiban Fiktif

1. Pungutan dari Rekanan Menang Lelang


Non Budgeter 2. Penyalah Gunaan DAU Depag
PENGERTIAN KERUGIAN
Hukum Perdata
Yang dimaksud “Kerugian” yang dapat dimintakan penggantian itu, tidak
hanya yang berupa biaya-biaya yang sungguh2 telah dikeluarkan atau
kerugian yang sungguh2 menimpa harta benda si Berpiutang, tetapi juga
yang berupa kehilangan keuntungan yaitu keuntungan yang akan didapat
seandainya si Berutang tidak lalai.

Subekti (tahun 1995) – Pokok-Pokok Hukum Perdata.


Cetakan ke 27 – Jakarta , PT. Intermasa

Penjelasan makna Konsten (Penggantian Biaya),


Schaden en Interessen (Kerugian & Bunga)
dalam KUHPerdata Pasal 1243 sd 1252
SANKSI HUKUM
DALAM Kitab UU Hukum Perdata

Tiap Perbuatan yang MELANGGAR HUKUM &


membawa KERUGIAN kepada orang lain,
mewajibkan orang yg menimbulkan kerugian itu
karena kesalahannya untuk MENGGANTI kerugian
tersebut. (Psl : 1365)
PENGERTIAN KERUGIAN
Hukum Administrasi Negara
UU No. 1 Tahun 2004
Ttg Perbendaharaan Negara
Pasal 1 Ayat 22

Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang,


surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai.
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Public Administration consist C,.,, all those operations having


for the purpose the fulfillment and enforcement of Public Policy

(Administrasi Negara terdiri atas semua kegiatan Negara


dengan maksud untuk menunaikan dan melaksanakan
kebijaksanaan Negara)

( Leonard D. White )
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI PADA PENGELOLAAN
ANGGARAN PENDAPATAN
Pengeluaran Rutin
1) Pembayaran ganda pejabat yang ditugaskan/dikaryakan ke lembaga lain dilakukan dengan cara memberi gaji dan
tunjangan sesuai kedudukannya pada lembaga tempatnya diperbantukan, tanpa mencabut gaji dan tunjangan di
mana dia bekerja sebelumnya
Upaya-Upaya Preventif :
a) Memberhentikan sementara pembayaran penghasilan pejabat tersebut pada bulan terhitung sejak persetujuan
dikeluarkan ;
b) Mengeluarkan Surat Keputusan Pemberhentian Pembayaran gaji tunjangan setelah yang bersangkutan ditugaskan/
dikaryakan ke lembaga lain
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan penelitian apakah Surat Keputusan Pemberhentian Pembayaran gaji tunjangan atas pejabat yang
ditugaskan/dikaryakan ke lembaga lain telah dikeluarkan segera setelah yang bersangkutan ditugaskan/dikaryakan
ke lembaga lain ;
b) Melakukan penelitian apakah pembayaran penghasilan pejabat yang ditugaskan/dikaryakan ke lembaga lain
tersebut telah diberhentikan pada bulan terhitung sejak persetujuan dikeluarkan.
Pengeluaran Rutin
2) Perjalanan dinas fiktif dan atau dinas yang tidak diperlukan dilakukan dengan cara menerbitkan surat perintah
perjalanan dinas pejabat/pegawai ke suatu tempat/instansi tertentu yang pertanggung-jawabannya dibuat dengan
memalsukan stempel, tanda tangan pejabat yang berwenang menyetujui waktu tiba ke dan berangkat dari instansi
tempat yang dituju.
Upaya-Upaya Preventif :
a) Memberhentikan sementara pembayaran penghasilan pejabat tersebut pada bulan terhitung sejak persetujuan
dikeluarkan;
b) Setiap perjalanan dinas yang dilakukan diupayakan sesuai dengan keperluan yang telah direncanakan dan
mempunyai prioritas penting;
c) Lamanya waktu perjalanan dinas diatur seefisien mungkin dengan tidak mengganggu efektifitas penugasannya;
d) Setiap perjalanan dinas harus jelas tujuannya, dan di samping penerbitan Surat Perintah Pejalanan Dinas (SPPD),
pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas diberikan surat tugas sesuai dengan maksud perjalanan dinas
tersebut;
e) Pejabat yang menandatangani kedatangan dan keberangkatan kembali pejabat/pegawai yang melakukan
perjalanan dinas dilarang menandatangani SPPD dalam keadaan blanko, dan penandatanganan SPPD harus
mencantumkan tanggal kedatangan dan keberangkatan;
f) Pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas membuat laporan pelaksanaan tugasnya kepada pemberi
penugasan.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengecekan mengenai kesesuaian perjalanan dinas yang telah
dilaksanakan dengan keperluan perjalanan dan jadwal kerja yang telah direncanakan ;
b) Menganalisis beban kerja yang harus diselesaikan di luar kota dengan lamanya
perjalanan dinas, dan dengan memperhatikan pula jarak yang harus ditempuh serta
fasilitas transportasi yang tersedia ;
c) Memastikan bahwa surat tugas dan SPPD telah diproses sesuai prosedur dan
ditandatangani pejabat yang berwenang ;
d) Mengecek kesesuaian perjalanan dinas pejabat/pegawai dengan daftar kehadiran di
kantor pejabat/pegawai yang bersangkutan, serta kemungkinan adanya kegiatan
pejabat/pegawai di kantor pejabat/pegawai tersebut pada saat yang bersangkutan
berstatus di luar kota ;
Upaya-upaya Detektif:
e) Memastikan bahwa SPPD telah ditandatangani oleh pejabat instansi yang
dikunjungi, dan telah di-visum oleh pejabat yang memberikan penugasan;
f) Memastikan bahwa pejabat/pegawai yang diberi penugasan ke luar kota memang
kompeten untuk melaksanakan penugasan tersebut ;
g) Bila diperlukan melakukan konfirmasi kepada unit kerja yang dituju, apakah
pejabat/pegawai yang ditugaskan ke luar daerah benar berada dan bertugas di
daerah tersebut pada sesuai tanggal yang tercantum dalam SPPD ;
h) Memastikan bahwa terdapat laporan hasil perjalanan dinas dengan bobot
sebanding dengan lamanya penugasan di luar kota.
Pengeluaran Rutin
3) Pengeluaran belanja barang/jasa fiktif dilakukan dengan cara melakukanpembelian barang/jasa untuk suatu
kegiatan unit tertentu yang sebenarnya tidak ada.
Upaya-Upaya Preventif :
a) Menetapkan ketentuan agar setiap pembelian barang/jasa harus berdasarkan permintaan tertulis dari
unit pemakai dan melalui pengajuan pembelian oleh unit pengadaan ;
b) Setiap pembayaran belanja barang/jasa harus didukung dengan Berita Acara Penerimaan Barang/Jasa
disertai dengan bukti-bukti pembelian.

Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan kontrol hubungan antara tingkat kesibukan kerja unit pemakai barang/jasa dengan
penggunaan barang/jasa pada saat pembelian dilakukan ;
b) Melakukan konfirmasi kepada rekanan terkait mengenai jumlah barang yang ditagih dan kebenaran
jumlah tagihan ;
c) Melakukan pengujian fisik terhadap persediaan barang apakah barang yang dibeli benar-benar diterima
di gudang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang disebutkan.
Pengeluaran Rutin
4) Pengeluaran rutin dilakukan tidak berdasarkan jenis mata anggarannya dalam RKAS.

Upaya-Upaya Preventif :
a) Setiap pengeluaran anggaran harus dicatat per mata anggaran dalam RKAS yang secara berkala di-
review oleh atasan langsung ;
b) Persetujuan pembelian dilakukan setelah pengecekan terhadap ketersediaan dana dalam mata
anggaran terkait yang tertuang pada kartu pengawasan mata anggaran ;
c) Pembayaran hanya dapat dilakukan Bendahara setelah terlebih dahulu memverifikasi bukti-bukti
pendukungnya
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan penelitian apakah pengeluaran anggaran telah dicatat per mata anggaran dan secara
berkala telah di-review oleh atasan langsung;
b) Melakukan penelitian apakah sebelum pembelian disetujui telah dilakukan pengecekan terhadap
ketersediaan dana dalam mata anggaran terkait yang tertuang pada kartu pengawasan mata
anggaran;
c) Melakukan penelitian apakah setiap bukti pengeluaran telah dibukukan sesuai dengan mata
anggarannya.
Pengeluaran Rutin

5) Pengeluaran biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah dinas, kendaraan dinas, dan peralatan
kantor fiktif atau digunakan untuk perbaikan kendaraan atau peralatan pribadi

Upaya-Upaya Preventif :
Menetapkan ketentuan agar bukti-bukti pembayaran atas pengeluaran harus diverifikasi agar
penggunaannya sesuai kegiatan operasional kantor.

Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengujian terhadap bukti-bukti pembayaran telah sesuai dengan kegiatan operasional
kantor ;
b) Melakukan pengujian apakah terdapat pengeluaran fiktif untuk pembentukan dana taktis yang
digunakan untuk menanggulangi pengeluaran pribadi atau di luar kedinasan ;
c) Melakukan pengujian terhadap dana taktis (bila ada) untuk meyakini adanya pengeluaran untuk
kepentingan pribadi.
Pengeluaran Pembangunan

1) Rencana pengadaan yang "digelembungkan (mark up) " terutama dari segi biaya dan atau diarahkan
untuk kepentingan produk atau pemenang lelang tertentu

Upaya-Upaya Preventif :
a) Mengintensifkan upaya penyebarluasan informasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam melakukan penilaian terhadap kewajaran nilai suatu proyek;
b) Menetapkan standarisasi harga yang harus digunakan dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya
(RAB);
c) Pengkajian kembali Rencana Anggaran Belanja melalui program pengawasan melekat/ masyarakat
yang transparan dan akuntabel.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan penelitian kewajaran harga yang digunakan dalam rencana anggaran belanja dengan
menggunakan acuan harga sesuai ketentuan yang berlaku;
b) Melakukan penelitian terhadap komponen biaya yang tertuang dalam RAB dikaitkan dengan
tujuannya;Melakukan penelitian terhadap komponen biaya yang tertuang dalam RAB apakah
terdapat anggaran pengeluaran/pembelian suatu produk yang mengarah pada produk tertentu
serta menilai apakah produk tersebut bersifat primer atau substitusi;
c) Melakukan pembandingan penggunaan produk/barang yang digunakan dengan barang/ produk
subtitusi lain dari segi efektivitas dan effisiensi penggunaan;
d) Melakukan pemeriksaan fisik ke lapangan guna mendeteksi kemungkinan adanya realisasi
pengeluaran anggaran atas suatu kegiatan yang tidak dilaksanakan di lapangan dan atau kegiatan-
kegiatan yang tidak perlu dilakukan namun tertuang dalam RAB.
Pengeluaran Pembangunan
2) Dokumen lelang mengenai Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta perhitungan volume yang
akan dikerjakan tidak sesuai gambar.
Upaya-Upaya Preventif :
a) RKS sebagai kelengkapan kontrak harus dilengkapi gambar baik yang dibuat proyek dan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak/melekat dengan produksi dari pabrikan/produsen ;
b) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kas Daerah harus menolak setiap pembayaran termin
yang kontraknya tidak dilengkapi dengan syarat-syarat sesuai ketentuan yang berlaku, termasuk
RKS dan gambar;
c) Penentuan volume yang akan ditenderkan berdasarkan gambar yang telah ditentukan.

Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengujian keterkaitan antara gambar dengan RKS;
b) Melakukan konfirmasi hasil pengujian dengan konsultan perencana.
Pengeluaran Pembangunan
3) Pemberian perpanjangan waktu pelaksanaan kontrak/pekerjaan dan pembuatan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan yang tidak benar/fiktif dengan tujuan untuk memperoleh pembayaran dan
atau menghindari denda.

Upaya-Upaya Preventif :
a) Menetapkan ketentuan agar dalam kontrak pengadaan barang dan jasa maupun konsultan
pengawas dicantumkan sanksi terhadap pihak yang menandatangani Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan yang tidak benar;
b) Memantau perkembangan kontrak secara berkala, dan memberikan teguran kepada kontraktor jika
perkembangan pelaksanaan kontrak tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan ;
c) Pemilik pekerjaan, sebatas aturan yang tercantum dalam kontrak, harus senantiasa menjaga agar
kontraktor/ rekanan dapat bekerja sesuai dengan persyaratan kontrak dan tidak menyebabkan
kontraktor/rekanan terhambat pelaksanaan kontraknya.
Upaya-upaya Detektif:
a) Teliti perkembangan pelaksanaan kontrak dari sejak awal sampai dengan saat dilakukan
perpanjangan, apakah kemajuan kontrak secara periodik telah sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dalam kontrak ;
b) Jika terdapat kejanggalan, misalnya kemajuan kontrak sangat rendah pada setiap periodenya, teliti
apa penyebabnya, apakah penyebabnya berasal dari pemilik pekerjaan atau berasal dan
kontraktor/rekanan ;
c) Membandingkan data-data perkembangan tersebut dengan data buku harian kontraktor dan data
konsultan pengawas, dan meneliti kemungkinan adanya rekayasa dalam pembuatan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan ;
d) Melakukan penelitian apakah alasan perpanjangan waktu/addendum kontrak dapat
dipertanggungjawabkan ;
e) Perlu dilakukan pengamatan pula terhadap kemungkinan kontrak yang belum selesai pada akhir
masa kontrak, namun tidak diaddendum/diperpanjang karena tahun anggaran telah berakhir.
Untuk itu dibuat Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan 100% secara fiktif.
Pengeluaran Pembangunan
4) Pekerjaan yang dicantumkan dalam kontrak tidak dilaksanakan, tetapi dalam Berita Acara
dianggap selesai sehingga terjadi pembayaran fiktif.

Upaya-Upaya Preventif :
a) Laporan kemajuan pekerjaan kontrak harus disampaikan untuk diketahui atasan langsung
(KPA/Pejabat Pembuat Komitmen) sebagai dasar persetujuan pembayaran termin ;
b) Hasil pekerjaan proyek harus diserahterimakan Pemimpin Proyek ke unit kerja pemakai dalam 1
(satu) minggu setelah Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan ditandatangani.

Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengujian laporan kemajuan pekerjaan apakah telah sesuai dengan pekerjaan yang
ditetapkan dalam kontrak ;
b) Melakukan pengujian laporan kemajuan pekerjaan dan bandingkan dengan kemajuan fisik di
lapangan.
PERMASALAHAN ……………….

PELAKSANAAN SWAKELOLA B/J

• Pekerjaan tidak dilaksanakan/fiktif


• Perintah perubahan volume dalam rangka KKN
• Pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan Spesifikasi dalam dokumen
perencanaan baik kualitas maupun kuantitas
• Pelaksanaan pekerjaan melewati batas waktu/tidak sesuai jangka waktu/lebih
lambat
• Tidak ada pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
• Tidak ada laporan harian/berkala pelaksanaan pekerjaan
PERMASALAHAN ……………….

PENERIMAAN/PENYERAHAN B/J

• Volume pekerjaan yang diserahkan tidak sesuai kontrak


• Kualitas tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dalam dokumen perencanaan
• Kualitas pekerjaan rendah
• Penyerahan terlambat
• Kriteria penerimaan barang tidak jelas
• Jaminan pasca jual palsu
• Data lapangan dipalsukan
• Serah terima pekerjaan dibuat sebelum seluruh pekerjaan selesai/lewat tahun
anggaran
• BA formalitas/tidak ada pekerjaan yang diserahkan/diterima
PERMASALAHAN ……………….

PEMBAYARAN DAN PELAPORAN


• Pembayaran tidak sesuai kemajuan fisik
• Pembayaran fiktif
• Pembayaran uang muka yang melanggar ketentuan kontrak
• Pajak/PNBP kurang dipungut/disetor
• Pelaporan tidak dilaksanakan
• Pelaporan tidak sesuai keadaan
• Pelaporan tidak lengkap
• Pelaporan tidak sesuai peraturan
• Tidak dibuat BA pembayaran
PERMASALAHAN ……………….

PEMANFAATAN

• B/J belum/tidak dapat dimanfaatkan


• Barang/Jasa dimanfaatkan tidak sesuai peruntukannya
• Kuantitas barang yang dimanfaatkan tidak sesuai peruntukannya
• Kualitas barang yang dimanfaatkan tidak sesuai peruntukannya
• Penyerahan barang dilokasi yang tidak tepat
• Penyerahan barang/jasa tidak sesuai dengan waktu pemanfaatannya
PENUTUP

Kepada Penyelenggara DAK Fisik Bidang Pendidikan SLB :

 Laksanakan Proses pelaksanaan DAK Fisik sesuai dengan Juknis yang


telah dikeluarkan.
 Pastikan Semua Dokumen Perencanaan telah disiapkan :gambar teknis
atau gambar kerja; rencana anggaran biaya (RAB); rencana kerja dan
syarat-syarat; dan jadwal pelaksanaan kegiatan.
 DAK Fisik bidang pendidikan dilaksanakan secara Swakelola tidak
boleh dilaksanakan oleh penyedia jasa.
 Awasi dan pastikan pelaksanaan pembangunan telah sesuai dengan
dokumen perencanaan.
 Buat Dokumen pertanggungjawaban sesuai dengan hasil
pelaksanaan.

84
PENUTUP

Kepada Penyelenggara DAK Fisik Bidang Pendidikan SLB :


Tunjuk Tenaga Teknis yang paham dan memahami juknis dan
pelaksanaan pekerjaan fisik.
Bayar Upah tenaga kerja sesuai dengan Jumlah, identitas yang sesuai
dan jumlah hari yang sesuai.
Beli Bahan bangunan dan kontrol pemakaiannya sesuai dengan
kebutuhan pembangunan fisik dan sesuai perencanaan.
Pastikan Spesifikasi pekerjaan sesuai dengan Juknis.
Minimalisir kecurangan dengan mengontrol pekerjaan setiap hari.
Laporkan kemajuan pekerjaan secara berkala.
Jika terjadi permasalahan segera konsultasikan ke Dinas Pendidikan
Provinsi Sumatera Barat dan Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera
Barat.

85
K ASI H
R I MA
TE

ia ga . st
u tra ca n
Ar if a n p

Anda mungkin juga menyukai