2
FUNGSI PENGAWASAN
3
MAKSUD DAN TUJUAN PENGAWASAN
4
JENIS-JENIS PENGAWASAN
5
PERAN APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH
6
PERAN APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH
7
TUJUAN PEMERIKSAAN
Tujuan
Strategi
Sasaran dan
Kemungkinan Yang membawa akibat
atau
terjadinya yang tidak diinginkan
Target
peristiwa atas:
MENGAPA
MANAJEMEN
RISIKO????
- Tuntutan masyarakat MANFAAT:
- Keputusan yang lebih efektif
tentang peningkatan Good - Efektivitas dalam pelaksanaan program-program atau
kegiatan
Governance - Efektivitas pengalokasian dan penggunaan sumber daya
- Standar yang tinggi dalam pelayanan pelanggan
- Perubahan lingkungan - Standar yang tinggi dalam akuntabilitas
- Kreativitas dan inovasi dalam praktik manajemen
- Persyaratan investor dan - Peningkatan kapasitas
- Peningkatan moral organisasi
regulator - Transparansi
16
Peran APIP dalam Manajemen Risiko
18
PERBEDAAN MENDASAR PENGENDALIAN INTERN DALAM
PENGAWASAN MELEKAT DAN SPIP
N
URAIAN WASKAT SPIP
O
1 Definisi Alat Proses
2 Sifat Statis Dinamis
3 Framework 8 unsur Sisdalmen 5 komponen
4 Tanggungjawab Atasan Langsung Seluruh pegawai dalam
Pelaksanaan organisasi
5 Keberadaan Berdiri Sendiri Terintegrasi
6 Penekanan Pengawasan Lingkungan
Atasan Langsung Pengendalian
Pengawasan Penilaian Risiko
Fungsional
DEFINISI SPIP
PP 60/2008
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
PERAN APIP (DALAM Reformasi Birokrasi)
Penyaluran DAK Fisik melalui KPPN di seluruh Indonesia (kecuali di Jakarta) dilaksanakan berdasarkan
PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PMK nomor 225/PMK.07/2017, dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor
PER-4/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Dana Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa pada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana telah diubah terakhir dengan PER-1/PB/2018
Penyaluran DAK Fisik dilaksanakan berdasarkan kinerja penyerapan dan capaian output yang dilaporkan
dan di-input oleh Pemda melalui Aplikasi berbasis web (OMSPAN)
Pelaksanaan penyaluran oleh KPPN dilakukan oleh KPA Penyaluran DAK Fisik yang terdiri dari PPK BUN
dan PPSPM BUN melalui aplikasi SAKTI.
Pencairan dana dilakukan melalui penerbitan SP2D yang ditujukan ke rekening Pemerintah Daerah
(pencairan dana dari RKUN ke RKUD).
22
PENGERTIAN DAK FISIK
23
CAPAIAN OUTPUT DAK FISIK
Data per 31 Desember 2017
PENDAHULUAN
Istilah Barang dan Jasa
• Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
BARANG maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
Akuntabel Efektif
Prinsip Pengadaan
Adil/Tidak
Transparan
Diskriminatif
Bersaing Terbuka
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2020
TENTANG
PETUNJUK OPERASIONAL DANA ALOKASI KHUSUS FISIK
BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2020
ARAH KEBIJAKAN
Sesuai ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diatur bahwa satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan
sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta
didik.
Selanjutnya, dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 mewajibkan setiap satuan pendidikan memiliki sarana dan
prasarana pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Upaya peningkatan akses dan mutu layanan pendidikan melalui upaya pemenuhan standar
sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional di
bidang pendidikan, sehingga perlu mendorong pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota melakukan tindakan nyata dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang wajib diselenggarakan oleh Daerah.
28
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan kegiatan DAK Fisik Bidang Pendidikan adalah untuk pemenuhan sarana dan
prasarana pendidikan pada satuan pendidikan formal dan nonformal dalam rangka
meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan.
Sasaran DAK Fisik Bidang Pendidikan diberikan kepada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat,
yang berbentuk:
1. Sekolah Dasar (SD);
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP);
3. Sekolah Menengah Atas (SMA);
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);
5. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB)/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB); Sekolah Luar Biasa(SLB); dan/atau
6. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
29
RUANG LINGKUP KEGIATAN
30
RUANG LINGKUP KEGIATAN
31
PELAKSANAAN PENINGKATAN PRASARANA PENDIDIKAN
A. Pelaksanaan Rehabilitasi Bangunan
B. Pelaksanaan Pembangunan
1. RKB;
2. Ruang Laboratorium;
3. RPS;
4. Ruang Perpustakaan;
5. Toilet (Jamban); dan/atau
6. Ruang pusat sumber pendidikan inklusif.
Sebelum kegiatan DAK
fisik bidang pendidikan
dilaksanakan, maka
disusun perjanjian
antara pemerintah
daerah provinsi/
kabupaten/kota
dan satuan pendidikan
menggunakan format
seperti contoh
disamping :
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Tahap Persiapan
a. Kepala Sekolah
1) mengikuti bimbingan teknis/workshop/sosialisasi yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Provinsi;
2) bersama Komite Sekolah membentuk P2S; dan
3) menerbitkan surat keputusan penetapan P2S.
b. Panitia Pembangunan di Sekolah (P2S)
1) Melaksanakan rehabilitasi dan atau prasarana belajar mengacu dok perencanaan:
a) gambar teknis atau gambar kerja;
b) rencana anggaran biaya (RAB);
c) rencana kerja dan syarat-syarat (RKS); dan
d) jadwal pelaksanaan kegiatan.
2) melaksanakan kegiatan peningkatan Prasarana Pendidikan secara swakelola.
3) memilih dan menetapkan pekerja sesuai dengan keahliannya;
5) membuat rencana keselamatan lingkungan saat pekerjaan pembangunan/
rehabilitasi dilaksanakan; dan
6) memanfaatkan dana DAK Fisik Bidang Pendidikan sesuai dengan RAB dan
melaksanakan pekerjaan Prasarana sekolah secara swakelola
2. Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan meliputi:
a. pelaksanaan pekerjaan harus segera dimulai paling lambat 14 (empat belas)
hari terhitung mulai saat diterimanya dana alokasi khusus di rekening
sekolah;
b. pencairan dana sesuai dengan kebutuhan pembiayaan dan jadwal kerja yang
telah dibuat;
c. pelaksanaan rehabilitasi/pembangunan sesuai dengan dokumen teknis;
d. melakukan pembukuan keuangan meliputi:
1) buku kas umum;
2) buku pembantu kas tunai;
3) buku pembantu bank; dan
4) buku pembantu pajak.
e. melakukan dokumentasi penerimaan, pengeluaran dana dan kegiatan terkait,
dan dokumen tersebut harus berada disekolah;
f. panitia pembangunan di satuan pendidikan menyusun laporan teknis dan
mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan dana dan pelaksanaan
kegiatan peningkatan Prasarana Pendidikan berikut realisasi penggunaan
dananya kepada kepala sekolah;
g. panitia pembangunan di satuan pendidikan melakukan serah terima hasil
pekerjaan peningkatan Prasarana Pendidikan dengan kepala sekolah;
h. kepala sekolah melaporkan prestasi atau perkembangan pekerjaan dan
penggunaan dana kepada kepala dinas yang menangani urusan pendidikan
provinsi, kabupaten, atau kota;
i. Kepala Dinas Pendidikan menyampaikan laporan pelaksanaan DAK Fisik Bidang
Pendidikan untuk kegiatan peningkatan prasarana dan/atau sarana kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
j. kepala sekolah melakukan serah terima hasil pekerjaan peningkatan Prasarana
Pendidikan dengan PA/KPA dinas yang menangani urusan pendidikan, setelah
hasil pekerjaan diperiksa oleh panitia penerima hasil pekerjaan bagi sekolah
negeri;
k. mencatat hasil DAK Fisik Bidang Pendidikan sebagai inventaris satuan pendidikan
yang akan menjadi aset yayasan, setelah hasil pekerjaan diperiksa oleh panitia
penerima hasil pekerjaan bagi sekolah swasta;
l. apabila terjadi pergantian kepala sekolah, maka pelaksanaan pekerjaan dan
pelaporan penggunaan dana diserahterimakan kepada sekolah pengganti.
Dalam melaksanakan pekerjaan juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. P2S harus melakukan koordinasi dengan pengelola DAK Fisik Bidang Pendidikan
di daerah dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Provinsi terkait dengan rencana
anggaran biaya kegiatan rehabilitasi dan/atau pembangunan Prasarana
Pendidikan sekolah;
2. Dinas Pendidikan Provinsi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
dimiliki dapat membantu dan mengarahkan P2S untuk melakukan analisis
perhitungan dengan memperhatikan urutan skala prioritas sesuai dengan
petunjuk teknis yang ada.
3. bila seluruh pekerjaan rehabilitasi dan/atau pembangunan Prasarana
Pendidikan sekolah, yang telah disepakati sudah selesai (output tercapai) tetapi
masih terdapat sisa dana maka sisa dana tersebut digunakan setelah mendapat
persetujuan Dinas Pendidikan; dan setor ke kas daerah jika tidak digunakan.
4. P2S membuat berita acara perubahan sasaran dan biaya akibat adanya selisih
lebih atau kurang antara besaran dana DAK Fisik Bidang Pendidikan yang
diterima dengan kebutuhan riil yang akan dilaksanakan.
LAPORAN P2S
P2S menyampaikan laporan disertai dengan bukti fisik kepada Kepala Satuan
Pendidikan sesuai tahapan penyaluran dana, terdiri dari:
Menetapkan poin-poin yang akan dilakukan pemeriksaan lanjutan dan uji petik
42
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
Tahapan Pemeriksan
43
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
Melakukan uji petik secara sampel pada hasil pekerjaan DAK Fisik SMK:
melihat dan mengukur dimensi hasil pekerjaan.
44
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
45
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
46
LANGKAH KERJA DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
47
KETENTUAN PELAKSANAAN REVIU DAK FISIK
STUDI KASUS
Pemberantasan korupsi bukan semata-mata tanggung jawab
APIP/SPI, karena sifat tugasnya lebih pada penanggulangan korupsi
secara detektif dan represif.
PROCUREMENT CASE
Animasi
PROCUREMENT CASE
PENGERTIAN KERUGIAN
UU No. 31 Tahun 2001
Ttg Pemberantasan TPK
Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih
unsur tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara
nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera
menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada
instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan. (Pasal 32 ayat 1)
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan "secara nyata telah ada kerugian keuangan
negara“adalah kerugian negara yang sudah dapat dihitung jumlahnya
berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik
yang ditunjuk.
Pasal “Sapu Jagad” yang digunakan untuk mem-
Pidana-kan koruptor:
UU 31 Tahun 1999 jo. Undang Undang No. 20
Tahun 2001:
Pasal 2
Pasal 3
PASAL 2
Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonornian
negara, Dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun
dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit
Rp 200 Juta dan paling banyak Rp 1 M.
60
PASAL 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp 50 Jtdan paling banyak Rp 1 M.
61
1. Wajib Pungut tidak disetor
Receipt 2. Wajib Bayar tidak setor
3. Pungutan melebihi ketentuan *
(Penerimaan)
4. Komisi/Rabat/Discount tdk disetor
SUMBER ASSET
1. Tukar Guling / Ruilslag
2. Pemanfaatan Brg milik Negara/Daerah *
KERUGIAN
(Aset) 3. Pelepasan Asset
KEUANGAN 4. Kredit Macet *
NEGARA
( Leonard D. White )
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI PADA PENGELOLAAN
ANGGARAN PENDAPATAN
Pengeluaran Rutin
1) Pembayaran ganda pejabat yang ditugaskan/dikaryakan ke lembaga lain dilakukan dengan cara memberi gaji dan
tunjangan sesuai kedudukannya pada lembaga tempatnya diperbantukan, tanpa mencabut gaji dan tunjangan di
mana dia bekerja sebelumnya
Upaya-Upaya Preventif :
a) Memberhentikan sementara pembayaran penghasilan pejabat tersebut pada bulan terhitung sejak persetujuan
dikeluarkan ;
b) Mengeluarkan Surat Keputusan Pemberhentian Pembayaran gaji tunjangan setelah yang bersangkutan ditugaskan/
dikaryakan ke lembaga lain
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan penelitian apakah Surat Keputusan Pemberhentian Pembayaran gaji tunjangan atas pejabat yang
ditugaskan/dikaryakan ke lembaga lain telah dikeluarkan segera setelah yang bersangkutan ditugaskan/dikaryakan
ke lembaga lain ;
b) Melakukan penelitian apakah pembayaran penghasilan pejabat yang ditugaskan/dikaryakan ke lembaga lain
tersebut telah diberhentikan pada bulan terhitung sejak persetujuan dikeluarkan.
Pengeluaran Rutin
2) Perjalanan dinas fiktif dan atau dinas yang tidak diperlukan dilakukan dengan cara menerbitkan surat perintah
perjalanan dinas pejabat/pegawai ke suatu tempat/instansi tertentu yang pertanggung-jawabannya dibuat dengan
memalsukan stempel, tanda tangan pejabat yang berwenang menyetujui waktu tiba ke dan berangkat dari instansi
tempat yang dituju.
Upaya-Upaya Preventif :
a) Memberhentikan sementara pembayaran penghasilan pejabat tersebut pada bulan terhitung sejak persetujuan
dikeluarkan;
b) Setiap perjalanan dinas yang dilakukan diupayakan sesuai dengan keperluan yang telah direncanakan dan
mempunyai prioritas penting;
c) Lamanya waktu perjalanan dinas diatur seefisien mungkin dengan tidak mengganggu efektifitas penugasannya;
d) Setiap perjalanan dinas harus jelas tujuannya, dan di samping penerbitan Surat Perintah Pejalanan Dinas (SPPD),
pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas diberikan surat tugas sesuai dengan maksud perjalanan dinas
tersebut;
e) Pejabat yang menandatangani kedatangan dan keberangkatan kembali pejabat/pegawai yang melakukan
perjalanan dinas dilarang menandatangani SPPD dalam keadaan blanko, dan penandatanganan SPPD harus
mencantumkan tanggal kedatangan dan keberangkatan;
f) Pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas membuat laporan pelaksanaan tugasnya kepada pemberi
penugasan.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengecekan mengenai kesesuaian perjalanan dinas yang telah
dilaksanakan dengan keperluan perjalanan dan jadwal kerja yang telah direncanakan ;
b) Menganalisis beban kerja yang harus diselesaikan di luar kota dengan lamanya
perjalanan dinas, dan dengan memperhatikan pula jarak yang harus ditempuh serta
fasilitas transportasi yang tersedia ;
c) Memastikan bahwa surat tugas dan SPPD telah diproses sesuai prosedur dan
ditandatangani pejabat yang berwenang ;
d) Mengecek kesesuaian perjalanan dinas pejabat/pegawai dengan daftar kehadiran di
kantor pejabat/pegawai yang bersangkutan, serta kemungkinan adanya kegiatan
pejabat/pegawai di kantor pejabat/pegawai tersebut pada saat yang bersangkutan
berstatus di luar kota ;
Upaya-upaya Detektif:
e) Memastikan bahwa SPPD telah ditandatangani oleh pejabat instansi yang
dikunjungi, dan telah di-visum oleh pejabat yang memberikan penugasan;
f) Memastikan bahwa pejabat/pegawai yang diberi penugasan ke luar kota memang
kompeten untuk melaksanakan penugasan tersebut ;
g) Bila diperlukan melakukan konfirmasi kepada unit kerja yang dituju, apakah
pejabat/pegawai yang ditugaskan ke luar daerah benar berada dan bertugas di
daerah tersebut pada sesuai tanggal yang tercantum dalam SPPD ;
h) Memastikan bahwa terdapat laporan hasil perjalanan dinas dengan bobot
sebanding dengan lamanya penugasan di luar kota.
Pengeluaran Rutin
3) Pengeluaran belanja barang/jasa fiktif dilakukan dengan cara melakukanpembelian barang/jasa untuk suatu
kegiatan unit tertentu yang sebenarnya tidak ada.
Upaya-Upaya Preventif :
a) Menetapkan ketentuan agar setiap pembelian barang/jasa harus berdasarkan permintaan tertulis dari
unit pemakai dan melalui pengajuan pembelian oleh unit pengadaan ;
b) Setiap pembayaran belanja barang/jasa harus didukung dengan Berita Acara Penerimaan Barang/Jasa
disertai dengan bukti-bukti pembelian.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan kontrol hubungan antara tingkat kesibukan kerja unit pemakai barang/jasa dengan
penggunaan barang/jasa pada saat pembelian dilakukan ;
b) Melakukan konfirmasi kepada rekanan terkait mengenai jumlah barang yang ditagih dan kebenaran
jumlah tagihan ;
c) Melakukan pengujian fisik terhadap persediaan barang apakah barang yang dibeli benar-benar diterima
di gudang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang disebutkan.
Pengeluaran Rutin
4) Pengeluaran rutin dilakukan tidak berdasarkan jenis mata anggarannya dalam RKAS.
Upaya-Upaya Preventif :
a) Setiap pengeluaran anggaran harus dicatat per mata anggaran dalam RKAS yang secara berkala di-
review oleh atasan langsung ;
b) Persetujuan pembelian dilakukan setelah pengecekan terhadap ketersediaan dana dalam mata
anggaran terkait yang tertuang pada kartu pengawasan mata anggaran ;
c) Pembayaran hanya dapat dilakukan Bendahara setelah terlebih dahulu memverifikasi bukti-bukti
pendukungnya
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan penelitian apakah pengeluaran anggaran telah dicatat per mata anggaran dan secara
berkala telah di-review oleh atasan langsung;
b) Melakukan penelitian apakah sebelum pembelian disetujui telah dilakukan pengecekan terhadap
ketersediaan dana dalam mata anggaran terkait yang tertuang pada kartu pengawasan mata
anggaran;
c) Melakukan penelitian apakah setiap bukti pengeluaran telah dibukukan sesuai dengan mata
anggarannya.
Pengeluaran Rutin
5) Pengeluaran biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah dinas, kendaraan dinas, dan peralatan
kantor fiktif atau digunakan untuk perbaikan kendaraan atau peralatan pribadi
Upaya-Upaya Preventif :
Menetapkan ketentuan agar bukti-bukti pembayaran atas pengeluaran harus diverifikasi agar
penggunaannya sesuai kegiatan operasional kantor.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengujian terhadap bukti-bukti pembayaran telah sesuai dengan kegiatan operasional
kantor ;
b) Melakukan pengujian apakah terdapat pengeluaran fiktif untuk pembentukan dana taktis yang
digunakan untuk menanggulangi pengeluaran pribadi atau di luar kedinasan ;
c) Melakukan pengujian terhadap dana taktis (bila ada) untuk meyakini adanya pengeluaran untuk
kepentingan pribadi.
Pengeluaran Pembangunan
1) Rencana pengadaan yang "digelembungkan (mark up) " terutama dari segi biaya dan atau diarahkan
untuk kepentingan produk atau pemenang lelang tertentu
Upaya-Upaya Preventif :
a) Mengintensifkan upaya penyebarluasan informasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam melakukan penilaian terhadap kewajaran nilai suatu proyek;
b) Menetapkan standarisasi harga yang harus digunakan dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya
(RAB);
c) Pengkajian kembali Rencana Anggaran Belanja melalui program pengawasan melekat/ masyarakat
yang transparan dan akuntabel.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan penelitian kewajaran harga yang digunakan dalam rencana anggaran belanja dengan
menggunakan acuan harga sesuai ketentuan yang berlaku;
b) Melakukan penelitian terhadap komponen biaya yang tertuang dalam RAB dikaitkan dengan
tujuannya;Melakukan penelitian terhadap komponen biaya yang tertuang dalam RAB apakah
terdapat anggaran pengeluaran/pembelian suatu produk yang mengarah pada produk tertentu
serta menilai apakah produk tersebut bersifat primer atau substitusi;
c) Melakukan pembandingan penggunaan produk/barang yang digunakan dengan barang/ produk
subtitusi lain dari segi efektivitas dan effisiensi penggunaan;
d) Melakukan pemeriksaan fisik ke lapangan guna mendeteksi kemungkinan adanya realisasi
pengeluaran anggaran atas suatu kegiatan yang tidak dilaksanakan di lapangan dan atau kegiatan-
kegiatan yang tidak perlu dilakukan namun tertuang dalam RAB.
Pengeluaran Pembangunan
2) Dokumen lelang mengenai Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta perhitungan volume yang
akan dikerjakan tidak sesuai gambar.
Upaya-Upaya Preventif :
a) RKS sebagai kelengkapan kontrak harus dilengkapi gambar baik yang dibuat proyek dan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak/melekat dengan produksi dari pabrikan/produsen ;
b) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kas Daerah harus menolak setiap pembayaran termin
yang kontraknya tidak dilengkapi dengan syarat-syarat sesuai ketentuan yang berlaku, termasuk
RKS dan gambar;
c) Penentuan volume yang akan ditenderkan berdasarkan gambar yang telah ditentukan.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengujian keterkaitan antara gambar dengan RKS;
b) Melakukan konfirmasi hasil pengujian dengan konsultan perencana.
Pengeluaran Pembangunan
3) Pemberian perpanjangan waktu pelaksanaan kontrak/pekerjaan dan pembuatan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan yang tidak benar/fiktif dengan tujuan untuk memperoleh pembayaran dan
atau menghindari denda.
Upaya-Upaya Preventif :
a) Menetapkan ketentuan agar dalam kontrak pengadaan barang dan jasa maupun konsultan
pengawas dicantumkan sanksi terhadap pihak yang menandatangani Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan yang tidak benar;
b) Memantau perkembangan kontrak secara berkala, dan memberikan teguran kepada kontraktor jika
perkembangan pelaksanaan kontrak tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan ;
c) Pemilik pekerjaan, sebatas aturan yang tercantum dalam kontrak, harus senantiasa menjaga agar
kontraktor/ rekanan dapat bekerja sesuai dengan persyaratan kontrak dan tidak menyebabkan
kontraktor/rekanan terhambat pelaksanaan kontraknya.
Upaya-upaya Detektif:
a) Teliti perkembangan pelaksanaan kontrak dari sejak awal sampai dengan saat dilakukan
perpanjangan, apakah kemajuan kontrak secara periodik telah sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dalam kontrak ;
b) Jika terdapat kejanggalan, misalnya kemajuan kontrak sangat rendah pada setiap periodenya, teliti
apa penyebabnya, apakah penyebabnya berasal dari pemilik pekerjaan atau berasal dan
kontraktor/rekanan ;
c) Membandingkan data-data perkembangan tersebut dengan data buku harian kontraktor dan data
konsultan pengawas, dan meneliti kemungkinan adanya rekayasa dalam pembuatan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan ;
d) Melakukan penelitian apakah alasan perpanjangan waktu/addendum kontrak dapat
dipertanggungjawabkan ;
e) Perlu dilakukan pengamatan pula terhadap kemungkinan kontrak yang belum selesai pada akhir
masa kontrak, namun tidak diaddendum/diperpanjang karena tahun anggaran telah berakhir.
Untuk itu dibuat Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan 100% secara fiktif.
Pengeluaran Pembangunan
4) Pekerjaan yang dicantumkan dalam kontrak tidak dilaksanakan, tetapi dalam Berita Acara
dianggap selesai sehingga terjadi pembayaran fiktif.
Upaya-Upaya Preventif :
a) Laporan kemajuan pekerjaan kontrak harus disampaikan untuk diketahui atasan langsung
(KPA/Pejabat Pembuat Komitmen) sebagai dasar persetujuan pembayaran termin ;
b) Hasil pekerjaan proyek harus diserahterimakan Pemimpin Proyek ke unit kerja pemakai dalam 1
(satu) minggu setelah Berita Acara Penyerahan Hasil Pekerjaan ditandatangani.
Upaya-upaya Detektif:
a) Melakukan pengujian laporan kemajuan pekerjaan apakah telah sesuai dengan pekerjaan yang
ditetapkan dalam kontrak ;
b) Melakukan pengujian laporan kemajuan pekerjaan dan bandingkan dengan kemajuan fisik di
lapangan.
PERMASALAHAN ……………….
PENERIMAAN/PENYERAHAN B/J
PEMANFAATAN
84
PENUTUP
85
K ASI H
R I MA
TE
ia ga . st
u tra ca n
Ar if a n p