Anda di halaman 1dari 14

Sintesis Nanopartikel Perak (AgNP) Menggunakan

Ekstrak Jahe yang Didekorasikan pada


Seng Oksida (ZnO)
Anggi Ramadani

Rekayasa Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin


Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman herba yang memiliki daun seperti
rumput hijau dan bunga berwarna hijau kekuningan dengan corak ungu. Tanaman ini
dibudidayakan karena rimpangnya banyak digunakan untuk kepentingan kuliner dan
pengobatan. Jahe memiliki sejumlah phytoconstituents yang berpotensi bioaktif, terutama
gingerol dan konstituen dehidrasi terkaitnya, dan berbagai minyak atsiri termasuk seskuiterpen,
seperti zingiberene dan b-bisabolene, dan monoterpen, kebanyakan neral dan gerania (Garg et
al., 2016). Gingerol adalah nama umum dari bahan pedas pada jahe, terdiri dari gingerol,
shogaol, zingerone dan zat lainnya. Senyawa-senyawa ini merupakan faktor fungsional utama
jahe dengan berbagai efek farmakologis. Gingerol memiliki berbagai fungsi farmakologi,
antara lain menangkal radikal bebas, anti oksidasi, anti mutasi, anti tumor, antibakteri, anti
virus dan regulasi imun (Hu et al., 2022).
Nanopartikel perak (AgNP) merupakan material dengan skala 1-100 nm yang memiliki
sifat optik yang berbeda dari ukuran besarnya. Saat ini, AgNP banyak diaplikasikan sebagai
antibakteri, substansi antimikroba, antiinflamasi, antiangiogenesis, anti jamur, antiviral, dan
anti platelet (Imchen et al., 2022). Dalam pembuatannya, nanopartikel perak (AgNP) dapat
disintesis dengan metode fisika dan kimia yang menghasilkan partikel yang murni, tetapi
metode ini terhitung mahal dan tidak ramah lingkungan. Saat ini, sintesis secara kimia dan
fisika mulai tergantikan dengan green synthesis. Hal ini dikarenakan pada sintesis secara kimia
dan fisika membutuhkan energi yang tinggi, menimbulkan limbah kimia yang berbahaya dan
toksik, serta membutuhkan peralatan dan kondisi sintesis yang kompleks (Guan et al., 2022).
Sehingga pada praktikum ini, AgNPs disintesis dengan metode green synthesis menggunakan
ekstrak jahe yang mengandung senyawa aktif (fitokimia) yang bertindak sebagai zat pereduksi
dan penstabil (capping agent) (Hu et al., 2022).

1
Seng oksida (ZnO) adalah salah satu semikonduktor yang umum digunakan, dengan
celah pita yang lebar pada suhu kamar (3,27 eV), perpindahan elektronik linier, dan energi ikat
exciton yang besar (sekitar 60 meV). Dibandingkan dengan semikonduktor oksida lainnya,
ZnO memiliki banyak sifat unggul seperti peka terhadap cahaya, stabil secara termal dan kimia,
biaya rendah, nontoksik, dan tahan pada lingkungan hidrogen (Tu et al., 2018). Selain
keuntungan dari bahan ini karena tingkat bukaan elektron yang tinggi dan efisiensi pemisahan
muatan yang rendah, ZnO murni sering menunjukkan aktivitas fotokatalitik yang relatif rendah
di bawah iradiasi cahaya tampak, dan oleh karena itu, ZnO kurang aplikatif untuk aplikasi
fotokatalis (Tu et al., 2018). Di sisi lain, memodifikasi ZnO dengan nanopartikel logam mulia
juga menarik perhatian karena menginduksi pemisahan muatan fotogenerasi dalam fotokatalis
melalui pembentukan penghalang Schottky dan meningkatkan stabilitas fotokatalitik. Di antara
berbagai fotokatalis semikonduktor logam mulia, Ag@ZnO dapat menghasilkan penghalang
Schottky yang efektif pada heterjunction, mendukung penangkapan elektron, sehingga
meningkatkan efisiensi pemisahan pasangan electrone-hole dan meningkatkan kemampuan
penggunaan cahaya tampak (Pham et al., 2020). Chuaicham dkk. (2023) melaporkan bahwa
komposit AgNP@ZnO menunjukkan sifat transportasi muatan yang sangat baik dan aktivitas
fotokatalitik yang unggul terhadap reduksi Cr(VI) dan degradasi rhodamine B. Oleh karena itu,
pada praktikum ini dilakukan eksperimen pemanfaatan green synthesis dalam pembuatan
komposit AgNP@ZnO menggunakan ekstrak jahe.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses sintesis AgNP menggunakan ekstrak jahe?
2. Bagaimana pengaruh variasi pH pada sintesis AgNP?
3. Bagaimana proses fabrikasi komposit AgNP@ZnO?
4. Bagaimana karakteristik komposit AgNP@ZnO yang telah disintesis?
5. Bagaimana pengaruh variasi pH pada sintesis AgNP terhadap komposit yang
dihasilkan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses sintesis AgNP menggunakan ekstrak jahe.
2. Mengetahui pengaruh variasi pH pada sintesis AgNP.
3. Mengetahui proses fabrikasi komposit AgNP@ZnO.
4. Mengetahui karakteristik komposit AgNP@ZnO yang telah disintesis.
5. Mengetahui pengaruh variasi pH pada sintesis AgNP terhadap komposit yang
dihasilkan.

2
II. METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Gelas kimia 14. Furnace
2. Hot plate magnetic stirrer 15. Dehidrator (LocknLock
3. Pipet tetes EJO316)
4. Spatula 16. Gelas ukur
5. Aluminium foil 17. Timbangan
6. Kuvet 18. Autoklaf
7. Tabung falcon 19. Kertas pH universal
8. Cawan petri 20. UV-Vis (Orion Aquamate
9. Pisau 8100)
10. Grinder 21. SEM-EDX (Thermoscientific
11. Kertas saring Phenom ProX)
12. Labu hisap & pompa vakum 22. XRD (Rigaku Miniflx 600-C)
13. Corong buchner

Bahan
1. Jahe 5. Bubuk ZnCl2
2. Air 6. NaOH
3. Etanol 7. HCl
4. Bubuk AgNO3
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Pembuatan Ekstrak Jahe
1. Jahe dibersihkan dan dipotong kecil-kecil agar mudah untuk dikeringkan.
2. Potongan jahe diletakkan di atas cawan petri lalu dimasukkan ke dehydrator selama
12 jam pada suhu 80°C.
3. Potongan jahe yang telah kering dihaluskan menggunakan grinder untuk
menghasilkan bubuk jahe.
4. Sebanyak 20 gram bubuk jahe dicampurkan dengan 200 ml air lalu dipanaskan pada
suhu 70°C sambal diaduk selama 2 jam dengan kecepatan 600 rpm.
5. Campuran didinginkan lalu disaring menggunakan pompa vakum yang tersambung
dengan labu hisap serta corong buchner sehingga didapatkan cairan ekstrak jahe
tanpa ampas.
3
2.2.2 Pembuatan larutan ZnO
1. Menimbang bubuk ZnCl2 sebanyak 6,8 gram lalu dicampurkan dengan akuades
yang memiliki pH 12 melalui penambahan NaOH.
2. Mengaduk campuran pada 300 rpm selama 2 jam hingga terjadi perubahan warna
dan viskositas larutan.
3. Selama proses pengadukan, campuran diatur pH nya agar tetap konstan (pH 12)
dengan ditetesi NaOH perlahan-lahan.
2.2.3 Pembuatan larutan nanopartikel perak (AgNP)
1. Menimbang bubuk AgNO3 sebanyak 0,017 gram lalu dicampurkan dengan akuades
bersifat asam (pH 4), netral (pH 7), dan basa (pH 12) sebanyak 45 ml.
2. Masing-masing campuran ditambahkan dengan ekstrak jahe sebanyak 5 ml.
3. Masing-masing campuran dipanaskan pada suhu 85°C sambil diaduk dengan
kecepatan 300 rpm selama 75 menit hingga terjadi perubahan warna larutan.
4. Selama proses pengadukan, masing-masing campuran diatur pH nya agar tetap
konstan (pH 4, pH 7, dan pH 12) dengan ditetesi HCl (asam) ataupun NaOH (basa)
perlahan-lahan.
2.2.4 Pembuatan komposit AgNP@ZnO dengan metode hidrotermal
1. Larutan AgNP dan larutan ZnO yang telah disintesis dimasukkan ke dalam autoklaf
dengan perbandingan 1:1 (v/v) yaitu masing-masing sebanyak 15 ml.
2. Autoklaf dipanaskan pada furnace pada suhu 160°C selama 24 jam.
3. Hasilnya disentrifus selama 15 menit lalu endapan yang didapatkan dicuci
menggunakan campuran etanol dan air dengan perbandingan 1:1 (v/v) sambal
disentrifus selama 15 menit dan diulang sebanyak 3 kali.
2.2.5 Karakterisasi
Pada praktikum ini, dikarakterisasi UV-Vis dilakukan untuk mengetahui AgNP
dikarakterisasi menggunakan UV-Vis untuk mengetahui kapabilitas absorbsi cahaya
pada sampel AgNP mauapun komposit AgNP@ZnO. Selanjutnya bubuk komposit
AgNP@ZnO dikarakterisasi menggunakan SEM-EDX untuk mengetahui morfologi,
karakterisitik permukaan, dan komposisi elemental dari komposit yang disintesis. Lalu
bubuk komposit AgNP@ZnO juga dikarakterisasi menggunakan XRD untuk
mengidentifikasi fasa kristal materialnya.

4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Visual Larutan
Gambar 1 menunjukkan perubahan warna larutan AgNO 3 yang telah ditambahkan
dengan ekstrak jahe dan akuades pada pH reaksi 4, 7, dan 12. AgNO3 bertindak sebagai
prekursor ion perak dan ekstrak jahe bertindak sebagai bioreduktor ion perak menjadi perak
nanopartikel dan menstabilkannya. Warna larutan sebelum dilakukan pengadukan dan
pemanasan (Gambar 1a) adalah krem kekuningan. Warna kuning yang terlihat secara dominan
dipengaruhi oleh warna ekstrak jahe karena larutan AgNO3 murni tidak memiliki warna atau
bening (gambar tidak ditunjukkan). Namun, warna kuning lebih pekat seiring meningkatnya
pH larutan. Larutan pada AgNO3 pH basa (pH 12) memiliki warna lebih pekat kemungkinan
karena telah berjalannya reaksi reduksi akibat pengaruh NaOH yang juga bertindak sebagai
donor elektron (Park et al., 2020).

GAMBAR 1. Visual campuran AgNO3, ekstrak jahe, dan akuades pada pH 4, pH 7, dan pH
12 (a) sebelum dan (b) setelah pemanasan dan pengadukan

Larutan setelah dilakukan pengadukan dan pemanasan (Gambar 1b) menunjukkan


warna krem kekuningan pada pH 4, kuning kecoklatan pada pH 7, dan hitam pada pH 12.
Fungsi pengadukan dan pemanasan adalah untuk memberikan energi agar reaksi dapat

5
berlangsung lebih cepat. Tanda suatu reaksi telah terjadi adalah fenomena perubahan warna
larutan. Warna yang tidak berubah pada pH 4 mengindikasikan bahwa tidak terjadi reaksi
reduksi ion perak pada kondisi tersebut sehingga kemungkinan nanopartikel perak tidak
terbentuk pada larutan ini. Sedangkan perubahan warna dari krem kekuningan menjadi kuning
kecoklatan pada pH 7 ataupun kehitaman pada pH 12 mengindikasikan bahwa nanopartikel
perak telah terbentuk pada larutan-larutan tersebut. Larutan ion perak (Ag+) dapat direduksi
oleh ekstrak etanolik jahe untuk menghasilkan nanopartikel perak (Ag0) yang stabil sehingga
menunjukkan perubahan warna menjadi kehitaman (Garg et al., 2016). Warna hitam yang lebih
pekat pada larutan dengan pH reaksi 12 kemungkinan disebabkan oleh lebih banyaknya donor
elektron yang tersedia pada reaksi akibat adanya kandungan ion OH- sehingga proses reduksi
terjadi lebih baik (Park et al., 2020). Menurut Costa et al. (2020), pada proses bioreduksi, jika
warna larutan semakin pekat maka ukuran nanopartikel yang dihasilkan semakin besar.

GAMBAR 2. Visual larutan ZnO

Gambar 2 merupakan visual larutan ZnCl2 setelah diaduk dan senantiasa ditambahkan
dengan NaOH agar pH tetap konstan (pH 12). Fungsi ZnCl 2 adalah sebagai prekursor unsur Zn
dan fungsi NaOH adalah sebagai prekursor unsur oksigen pada reaksi. Larutan ZnCl2 (Gambar
tidak ditampilkan) memiliki warna bening dan encer. Setelah dilakukan reaksi dengan NaOH
dan pengadukan, larutan berubah warna menjadi putih dan kental. Perubahan warna dan
kekentalan ini mengindikasikan bahwa ZnO telah terbentuk. Hal ini sesuai dengan penelitian
Divya et al. (2018) bahwa larutan ZnCl2 dalam larutan alkali encer menghasilkan pengendapan
ZnO, dan warnanya berubah dari transparan menjadi putih. Persamaan reaksi yang terjadi
menurut Awodugba et al. (2013) adalah:

ZnCl2 + 2NaOH → ZnO + 2NaCl + H 2O

6
a b c

GAMBAR 3. Visual komposit AgNP@ZnO pada pH reaksi (a) 4 (b) 7 (c) 12

Gambar 3 merupakan visual bubuk komposit AgNP@ZnO setalah dikeringkan dengan


oven. Pengeringan dengan oven bertujuan utuk menghilangkan kadar air dari presipitat setelah
proses hidrotermal. Warna bubuk setelah dikeringkan berbeda-beda pada kondisi reaksi AgNP
pH 4, pH 7 serta pH 12. Bubuk dengan komposisi AgNP pH reaksi 4 (Gambar 3a) menunjukkan
warna putih kekuningan, bubuk dengan komposisi AgNP pH reaksi 7 (Gambar 3b) berwarna
putih keabu-abuan, dan bubuk dengan komposisi AgNP pH reaksi 12 (Gambar 3c) memiliki
warna yang paling pekat yaitu kecoklatan. Perbedaan warna ini kemungkinan disebabkan oleh
warna dasar larutan komposisi penyusun komposit yaitu larutan ZnO yang berwarna putih dan
larutan AgNP dengan warna yang berbeda-beda. Larutan AgNP memiliki warna krem
kekuningan pada pH 4 sehingga pada Gambar 3a bubuk komposit menunjukkan warna putih
kekuningan. Larutan AgNP memiliki warna coklat kehitaman pada pH 7 dan warna yang sama
namun semakin pekat pada pH 12. Oleh karena itu, pada Gambar 3b bubuk komposit memiliki
warna putih keabu-abuan dan kecoklatan. Pada Gambar 3c.

3.2 Hasil Karakterisasi UV-Vis


Larutan AgNP pada kondisi reaksi yang berbeda yaitu asam (pH 4), netral (pH 7),
dan basa (pH 12) dikarakterisasi menggunakan UV-Vis untuk mengetahui keterbentukan
nanopartikel perak berdasarkan ada tidaknya puncak absorbansi yang dihasilkan. Grafik UV-
Vis dari sampel dapat dilihat seperti Gambar 4. Larutan AgNP pada kondisi reaksi netral (pH
7) dan basa (pH 12) menunjukkan puncak absorbansi maksimum pada panjang gelombang 418
dan 422 nm berturut-turut. Puncak absorbansi pada panjang gelombang ini merupakan ciri
puncak absorbansi dari nanopartikel perak sebagaimana penelitian yang dilaporkan oleh

7
Quintero et al. (2020) bahwa absorbansi pada rentang panjang gelombang sekitar 400-500 nm
merupakan efek surface plasmon resonance (SPR) dari perak nanopartikel. Hal ini
menandakan bahwa perak nanopartikel berhasil disintesis pada kedua sampel tersebut.
Absorbansi pada sampel AgNP pH 12 lebih tinggi daripada sampel AgNP pH 7 yang
mengindikasikan bahwa nanopartikel yang dihasilkan pada larutan ini lebih banyak
(Rodríguez-León et al., 2013). Hanya ada satu puncak absorbansi yang dapat diidentifikasi
pada kedua larutan mengindikasikan bahwa larutan-larutan ini mengandung perak nanopartikel
yang berbentuk bulat (Ramzan et al., 2022). Berdasarkan hasil ini juga diketahui bahwa AgNO3
sebagai prekursor perak berhasil direduksi oleh ekstrak jahe menjadi perak nanopartikel
dimana absorbansi plasmon meningkat seiring meningkatnya pH. Pada kondisi reaksi asam
(pH 4), tidak ada puncak absorbansi plasmon yang terdeteksi pada karakterisasi Uv-Vis. Hal
ini memverifikasi bahwa pada kondisi asam, nanopartikel perak tidak terbentuk. Oleh karena
itu larutan ini tidak memunculkan perubahan warna pada Gambar 1. Penyebab tidak
terbentuknya nanopartikel perak pada pH 4 adalah kemungkinan karena pH asam dapat
merubah muatan elektrik dari biomolekul sehingga berefek pada ketidakmampuannya dalam
membentuk nanopartikel (Ramzan et al., 2022).

GAMBAR 4. Grafik UV-Vis dari larutan AgNP pada kondisi pH reaksi yang berbeda

Komposit AgNP@ZnO disintesis dengan metode hidrotermal dengan


perbandingan konsentrasi AgNP dan ZnO sebesar 1:1000 mM dan perbandingan volume
larutan pada reaktor autoklaf adalah (1:1). Metode hidrotermal adalah metode kimia basah yang
dilakukan dalam wadah tertutup, yang dapat mengurangi impuritas yang disebabkan oleh
penggilingan dalam proses sintesis konvensional serta dapat meningkatkan kemurnian material.
Nanomaterial yang disintesis dengan metode ini memiliki kelebihan yaitu ukurannya yang
kecil, kemurnian yang tinggi, stabilitas yang baik, tegangan termal yang rendah, cacat internal

8
yang lebih sedikit, dan sebagainya (Wu et al., 2023). Komposit AgNP@ZnO yang disintesis
dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui informasi mengenai absorbansi
cahaya sebagai karakteristik optik yang penting untuk proses fotokatalisis.

GAMBAR 5. Grafik UV-Vis dari komposit AgNP@ZnO dengan kondisi pH reaksi AgNP
pH yang berbeda

Gambar 5 menunjukkan bahwa ZnO adalah fotokatalis yang efektif di area sinar
ultraviolet (UV) yang ditunjukkan pada sampel AgNP@ZnO pH 4 (sampel tidak memiliki
kandungan AgNP atau artinya hanya mengandung ZnO saja). Sampel ini menunjukkan
penyerapan yang tinggi pada rentang panjang gelombang sekitar 300-400 nm. Selanjutnya
untuk sampel AgNP@ZnO pH 7 dan 12 menunjukkan absorbsansi cahaya UV dan cahaya
tampak yang lebih rendah daripada sampel AgNP@ZnO pH 12. Berdasarkan penelitian yang
dilaporkan oleh Chuaicham et al. (2023), komposit AgNPs@ZnO menyerap jauh lebih banyak
UV dan cahaya tampak daripada ZnO (kisaran panjang gelombang perkiraan 300-800 nm)
karena karakteristik optik ZnO meningkat setelah didekorasi dengan AgNP. Hasil yang
ditunjukkan pada karakterisasi ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya kemungkinan
karena larutan komposit AgNP@ZnO pada kedua pH tersebut diencerkan secara kualitatif
sebelum karakterisasi UV-Vis, oleh karena itu absorbansi dari larutan-larutan tersebut lebih
rendah daripada larutan AgNP@ZNO pH 4. Terlepas dari hal tersebut, terdapat sebuah puncak
absorbansi pada sampel AgNP@ZnO pH 4 dan 7 yaitu pada panjang gelombang 360 nm.
Puncak absorbansi ini merupakan spektrum absorbsi dari ZnO nanopartikel murni (Cuadra et
al., 2022). Adanya puncak ini mengindikasikan bahwa ZnO berhasil disintesis dengan metode
hidrotermal. Tidak munculnya puncak ini pada sampel AgNP@ZnO pH 12 kemungkinan
karena pengaruh dari pengenceran yang dilakukan.

9
3.3 Hasil Karakterisasi XRD
Struktur fasa kristal komposit AgNPs@ZnO dianalisis menggunakan XRD dengan
hasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Beberapa puncak yang besar dan khas diamati
pada seluruh sampel yaitu pada sudut 31,7°, 34,5°, dan 36,3°, yang masing-masingnya sesuai
dengan bidang (100), (002), dan (101) dari ZnO fase kristal (JCPDS No. 36–1451) (Chuaicham
et al., 2023). Hal ini memverifikasi keberhasilan pembentukan ZnO melalui metode
hidrotermal. Selain itu, pada sampel AgNP@ZnO terlihat puncak kecil pada sampel pH 12
yaitu pada sudut 38,2° yang sesuai dengan bidang (111) dari perak (Ag) (JCPDS 04–0783)
(Pham et al., 2020). Hal ini mengindikasikan bahwa komposit AgNP@ZnO berhasil disintesis
pada variasi sampel ini. Sampel AgNP@ZnO pH 4 dan 7 tidak memiliki puncak Ag yang
terdeteksi yang mengindikasikan bahwa tidak ada kristal perak yang terdekorasi pada sampel-
sampel ini. Pada sampel AgNP@ZnO pH 4 tidak adanya puncak Ag disebabkan karena tidak
ada AgNP yang terkandung pada larutan yang ditambahkan untuk proses hidrotermal.
Sedangkan tidak adanya puncak Ag pada sampel AgNP@ZnO pH 7 kemungkinan disebabkan
karena jumlah AgNP yang dihasilkan dari metode green synthesis dengan ekstrak jahe sangat
sedikit sehingga tidak dapat terdekorasi pada material ZnO dengan konsentrasi larutan yang
1000x lebih besar. Selain itu, berdasarkan analisis XRD, informasi mengenai hubungan
intensitas puncak dan kristalinitas material dapat diketahui. Penelitian oleh Chuaicham et al.
(2023) melaporkan bahwa kristalinitas material ZnO menurun akibat dekorasi AgNP pada
permukaan ZnO. Hal ini sejalan dengan hasil eksperimen bahwa pada sampel AgNP@ZnO pH
12 puncak-puncak fasa kristal ZnO terlihat menunjukkan intensitas yang lebih rendah
dibandingkan puncak-puncak pada sampel AgNP@ZnO pada pH 4. Hal ini karena pada sampel
AgNP@ZnO tidak terjadi dekorasi AgNP pada permukaan ZnO.

GAMBAR 6. Pola XRD dari sampel komposit pada pH reaksi AgNP yang berbeda-beda

10
3.4 Hasil Karakterisasi SEM
Morfologi permukaan dari sampel komposit AgNP@ZnO pada kondisi pH reaksi
AgNP yang berbeda-beda diamati dengan SEM seperti yang disajikan pada Tabel 1. Hasil yang
terlihat adalah morfologi sampel berbentuk nanowire dengan panjang sekitar 5 μm. Bentuk
nanowire yang dihasilkan juga memiliki ujung-ujung yang runcing. Selain itu, terlihat bahwa
nanowire pada sampel sangat padat, bertumpuk-tumpuk, dan teragregasi. Hal ini terjadi
kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi ZnO yang direaksikan sangat besar yaitu 1000 mM.
Dari ketiga sampel dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan morfologi permukaan yang
signifikan, sehingga hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan kondisi pH reaksi AgNP yaitu
asam (pH 4), netral (pH 7), dan basa (pH 12) tidak memberikan perbedaan pada morfologi
komposit AgNP@ZnO yang dihasilkan saat konsentrasi AgNP dengan ZnO adalah 1:1000 mM.
Hal ini kemungkinan besar karena pengaruh perbandingan konsentrasi serta volume AgNP dan
ZnO yang sama pada setiap sampel sehingga tidak ada perbedaan yang dapat teramati.

TABEL 1. Hasil karakterisasi SEM-EDX


Nama Hasil SEM Hasil EDX
Sampel
AgNP@ZnO
pH 4

AgNP@ZnO
pH 7

11
AgNP@ZnO
pH 12

Hasil EDX digunakan untuk mengetahui komposisi elemental dari sampel AgNP@ZnO
yang disintesis. Berdasarkan analisis, seluruh sampel mengandung elemen zinc (Zn) dan
oksigen (O) yang memverifikasi keterbentukan material ZnO. Pada sampel AgNP@ZnO pH 4
konsentrasi atomik O adalah yang paling besar yaitu 62,76% diikuti oleh unsur Zn sebesar
37,24%. Pada sampel AgNP@ZnO pH 7 konsentrasi atomik O juga yang paling besar yaitu
64,308% dan diikuti oleh unsur Zn sebesar 35,692%. Sedangkan pada sampel AgNP@ZnO pH
12 konsentrasi atomik O adalah yang paling besar di antara seluruh sampel yaitu 66,164% dan
konsentrasi Zn adalah yang terkecil dari ketiga sampel yaitu 33,44%. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena ada unsur perak (Ag) yang terdeteksi pada sampel ini. Pada analisis EDX
konsentrasi elemental sampel dipetakan berdasarkan elemen penyusun keseluruhan sehingga
konsentrasi Zn cenderung lebih kecil dari sampel lainnya. Hanya ada satu sampel dari ketiga
sampel yang mengandung elemen silver yaitu pada sampel AgNP@ZnO pH 12 dengan
konsentrasi sebesar 0,396%. Hal ini mengindikasikan bahwa dari ketiga sampel, hanya pada
sampel AgNP@ZnO pH 12 komposit AgNP@ZnO berhasil terbentuk. Hasil ini sejalan dengan
hasil karakterisasi XRD dimana hanya pada sampel ini fasa kristal Ag terdeteksi dengan jelas.
Konsentrasi Ag yang kecil yaitu <0,5% kemungkinan disebabkan karena perbandingan
konsentrasi pembuatan komposit antara AgNP dan ZnO yang sangat besar yaitu 1:1000. Hal
inilah yang menyebabkan pada karakterisasi XRD intensitas puncak kristal Ag yang terdeteksi
sangat kecil. Hal ini juga menyebabkan AgNP tidak dapat teramati pada morfologi permukaan
hasil karakterisasi SEM karena morfologi yang terlihat didominasi oleh ZnO.

12
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan eksperimen dan analisis data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sintesis AgNP dapat dilakukan dengan metode green synthesis menggunakan prekursor
Ag dari AgNO3 dan ekstrak jahe sebagai bioreduktor dan stabilisator dengan bantuan
pengadukan dan pemanasan. Pembentukan AgNP teradi jika larutan mengalami
perubahan warna menjadi coklat kehitaman. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya
proses bioreduksi ion perak (Ag +) oleh ekstrak etanolik jahe menjadi nanopartikel perak
(Ag0).
2. Variasi pH berpengaruh terhadap keterbentukan AgNP yang dapat diamati dari
fenomena perubahan warna larutan dan melalui karakterisasi UV-Vis. Semakin tinggi
pH (semakin basa) maka reaksi pembentukan AgNP semakin cepat dan baik yang
ditunjukkan oleh warna larutan semakin pekat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
pH maka reaksi pembentukan AgNP terhambat yang ditunjukkan dari tidak ada
perubahan warna selama proses sintesis. Selain itu melalui UV-Vis dapat diketahui
bahwa absorbansi larutan AgNP pH 7 lebih rendah daripada absorbansi pH 12 yang
mengindikasikan bahwa nanopartikel terbentuk lebih banyak pada pH tinggi.
3. Proses fabrikasi komposit AgNP@ZnO dapat dilakukan dengan metode hidrotermal
dengan mereaksikan larutan AgNP dengan larutan ZnO. Proses secara hidrotermal
dapat membentuk AgNP@ZnO melalui suhu dan tekanan yang diberikan pada larutan
di dalam reaktor autoklaf.
4. Komposit AgNP@ZnO memiliki warna kecoklatan dan memiliki puncak XRD fasa
ZnO dan Ag dengan intensitas puncak ZnO yang lebih rendah daripada material ZnO
murni. Selain itu hasil SEM menunjukkan bahwa komposit yang disintesis berbentuk
nanowire yang bertumpuk-tumpuk dan teragregasi. Lalu, pada permukaan komposit,
nanopartikel Ag dengan ZnO tidak dapat dibedakan karena pengaruh konsentrasi Ag
yang sangat rendah dan konsnetrasi ZnO yang sangat tinggi.
5. Variasi pH pada sintesis AgNP terhadap komposit yang dihasilkan tidak memiliki
perbedaan pada karakteristik morfologi permukaan materialnya. Namun, hal ini
berpengaruh terhadap keberhasilan dekorasi AgNP pada ZnO. Semakin tinggi pH maka
pembentukan AgNP lebih baik sehingga kompatibel untuk membentuk komposit
AgNP@ZnO dengan perbandingan konsentrasi larutan 1:1000 mM.

13
DAFTAR PUSTAKA

Awodugba, A. O., & Ilyas, A. O. (2013). SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF ZNO


NANOPARTICLES WITH ZINC CHLORIDE AS ZINC SOURCE. Asian Journal of Natural
and Applied Sciences, 2(2), 41–44. http://www.ajsc.leena-
luna.co.jp/AJSCPDFs/Vol.2(2)/AJSC2013(2.2-06).pdf
Chuaicham, C., Rizki, I. N., Karthikeyan, S., Shenoy, S., Srikhaow, A., Trakulmututa, J., & Sasaki, K.
(2023). Bio-reduced Ag nanoparticle decorated on ZnO for enhancement of photocatalytic
reduction of hexavalent chromium and photocatalytic degradation of rhodamine B. Journal of
Alloys and Compounds, 939, 168797. https://doi.org/10.1016/j.jallcom.2023.168797
Cuadra, J. G., Scalschi, L., Vicedo, B., Guc, M., Izquierdo-Roca, V., Porcar, S., Fraga, D., & Carda, J.
(2022). ZnO/Ag Nanocomposites with Enhanced Antimicrobial Activity. Applied Sciences,
12(10), 5023. https://doi.org/10.3390/app12105023
Divya, B., Karthikeyan, C., & Rajasimman, M. (2018). Chemical Synthesis of Zinc Oxide
Nanoparticles and Its Application of Dye Decolourization. International Journal of
NanoScience and Nanotechnology, 14(4), 267–275.
http://www.ijnnonline.net/article_33274_4a4d22f5dbed43f7df061a37c2f8e7a5.pdf
Garg, A., Pandey, P., Sharma, P., & Shukla, A. (2016). Synthesis and characterization of silver
nanoparticle of ginger rhizome (Zingiber officinale) extract: synthesis, characterization and anti
diabetic activity in streptozotocin induced diabetic rats. Eur. J. Biomed. Pharm. Sci, 3, 605-611.
Guan, Z., Ying, S., Ofoegbu, P. C., Clubb, P., Rico, C. M., He, F., & Hong, J. (2022). Green synthesis
of nanoparticles: Current developments and limitations. Environmental Technology and
Innovation, 26, 102336. https://doi.org/10.1016/j.eti.2022.102336
Hu, D., Gao, T., Kong, X., Ma, N., Fu, J., Meng, L., Duan, X., Hu, C., Chen, W., Zili, F., & Latif, S.
(2022). Ginger (Zingiber officinale) extract mediated green synthesis of silver nanoparticles
and evaluation of their antioxidant activity and potential catalytic reduction activities with
Direct Blue 15 or Direct Orange 26. PLOS ONE, 17(8), e0271408.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0271408
Imchen, P., Ziekhrü, M., Zhimomi, B. K., & Phucho, I. T. (2022). Biosynthesis of silver nanoparticles
using the extract of Alpinia galanga rhizome and Rhus semialata fruit and their antibacterial
activity. Inorganic Chemistry Communications, 142, 109599.
https://doi.org/10.1016/j.inoche.2022.109599
Park, J., Park, C. S., Lee, K. S., & Suh, S. H. (2020). Effect of NaOH and precursor concentration on
size and magnetic properties of FeCo nanoparticles synthesized using the polyol method. AIP
Advances, 10(11), 115220. https://doi.org/10.1063/5.0024622
Pham, T. T. H., Tran, V. H., Le, V. B., Nguyen, M., Truong, D. T., Truong, X., & Vu, A. (2020). Facile
Preparation of ZnO Nanoparticles and Ag/ZnO Nanocomposite and Their Photocatalytic
Activities under Visible Light. International Journal of Photoenergy, 2020, 1–14.
https://doi.org/10.1155/2020/8897667
Ramzan, M., Karobari, M. I., Heboyan, A., Mohamed, R. N., Mustafa, M., Basheer, S. N., Desai, V.,
Batool, S., Ahmed, N., & Zeshan, B. (2022). Synthesis of Silver Nanoparticles from Extracts
of Wild Ginger (Zingiber zerumbet) with Antibacterial Activity against Selective Multidrug
Resistant Oral Bacteria. Molecules, 27(6), 2007. https://doi.org/10.3390/molecules27062007
Rodríguez-León, E., Iñiguez-Palomares, R., Navarro, R. E., Herrera-Urbina, R., Tanori, J., Iñiguez-
Palomares, C. M., & Maldonado, A. (2013). Synthesis of silver nanoparticles using reducing
agents obtained from natural sources (Rumex hymenosepalus extracts). Nanoscale Research
Letters, 8(1). https://doi.org/10.1186/1556-276x-8-318
Tu, V. A., & Tuan, V. K. (2018). A facile and fast solution chemistry synthesis of porous ZnO
nanoparticles for high efficiency photodegradation of tartrazine. Vietnam Journal of Chemistry,
56(2), 214–219. https://doi.org/10.1002/vjch.201800016

14

Anda mungkin juga menyukai