id
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Oleh
FEBRI ATIKAWATI WISENO PUTRI
NIM : E.0007128
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum, kecuali
jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra’du : 11)
Sesuatu yang telah kamu pilih, jalankan dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran niscaya akan manis yang kau petik
*****
Doa, ihtiyar, keyakinan, dan semangat adalah obat mujarat untuk mengapai
cita-cita
*****
Tidak beriman seseorang diantara kalian sebelum ia mencintai saudaranya
seperti kecintaannya terhadap dirinya sendiri
(HR Bukhari)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Papa dan Mamaku yang tercinta, yang selalu menyayangiku dengan tulus,
menjagaku, memotivasiku, dan memberikan yang terbaik untukku.
Semoga kasih Allah SWT senantiasa tercurah atas mereka berdua. Amin.
Kakakku tersayang, Mbak Diyah yang selalu memotivasi diriku dan yang
meramaikan hari-hariku
Kalian adalah anugerah terindah yang kumiliki.
Semua sahabatku, kalian merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai harganya,
yang selalu ihklas berbagi suka dan duka, thanks for all
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah-Nya dan kesempatan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan hukum ini, dengan judul ” Kajian
Penyelesaian Sengketa Tanah Kentingan Baru Jebres Melalui Mediasi Oleh Kantor
Pertanahan Kota Surakarta “.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan hukum ini, alhamdulilah
dapat terrselesaikan berkat dukungan dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih penulis lewat rangkaian kata-kata
ini kepada:
1. Ibu Prof.Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Siti Warsini,S.H., M.H., selaku pembimbing akademik penulis selama menuntut ilmu
di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing penulis yang penuh
kesabaran membimbing penulis sehingga terwujudnya penulisan hukum ini.
4. Bapak Drs.Djuprianto Agus Susilo, M.Si selaku Kepala Kantor di Kantor Pertanahan
Kota Surakarta, yang memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
5. Bapak Radiyanto, S.H., selaku Sub Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan di Kantor
Pertanahan Kota Surakarta, yang dengan penuh kesabaran mengarahkan dan membantu
penulis selama melakukan penelitian di Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
6. Papa,Mama,kakak,tercinta serta keluarga besarku, terima kasih atas dukungan ,perhatian
dan do’anya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini
dengan lancar.
7. Pihak-pihak di Kantor Pertanahan Surakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah membantu dan memperlancar proses penelitian.
8. Seluruh dosen dan karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang selalu mempermudahkan penulis dalam menimba ilmu baik di kelas maupun di luar
kelas di Fakultas Hukum.
9. Teman-temanku tersayang, commit to user
Adhi,Laras,Vera,Farida,Edi,Dedi,Buyung yang setia
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu
menyelesaikan penulisan hukum ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan hukum ini, isi substansi masih jauh dari
sempurna. Hal ini karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan dan saran yang menunjang kesempurnaan penulisan hukum ini. Doa penulis
panjatkan kepada Allah, agar penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan bagi pihak yang membutuhkan, dengan rendah hati penulis ucapkan terima
kasih.
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu tanah juga mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan
capital asset. Sebagai social asset tanah merupakan sarana pengikat kesatuan sosial di
kalangan masyarakat Indonesia untuk hidup dan kehidupan, sedangkan sebagai capital
asset tanah merupakan faktor modal dalam pembangunan. Sebagai capital asset tanah
telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat penting sekaligus sebagai bahan
perniagaan dan objek spekulasi. Di satu sisi tanah harus dipergunakan dan dimanfaatkan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, secara lahir, batin, adil, dan merata,
sedangkan di sisi lain juga harus dijaga kelestariaannya (H. Achmad Rubaie, 2007: 1).
Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat haknya sehingga
bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan pemilik sekaligus bagi masyarakat dan
negara. Ketentuan tersebut tidak berarti kepentingan perseroangan akan terdesak sama
sekali oleh kepentingan umum (masyarakat).Di samping kepentingan umum, UUPA juga
memperhatikan kepentingan perseorangan. Kepentingan masyarakat dan kepentingan
perseorangan harus saling mengimbangi hingga tercapainya tujuan dari negara kita, yaitu
commit
kemakmuran, keadilan, dan kebahagiaan to userseluruhnya
bagi rakyat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Karena itu, alangkah tepatnya UUD 1945 dengan Pasal 33 ayat (3) yang
menyebutkan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, yang
merupakan ketentuan atau hukum dasar bagi pendayagunaan tanah oleh seluruh rakyat
Indonesia bagi kepentingan hidupnya.
Arti menguasai dalam hal ini bukan berarti menghilangkan hak hak pemilikan
atas tanah bagi warga Negara Indonesia, melainkan menguasai dalam arti
mengatur dan mengawasi sedemikian rupa dalam tiap-tiap pendayagunaan tanah-
tanah tersebut agar para pemilik tanah atau pemegang hak-hak lainnya (hak
pakai,hak guna usaha,penyewa dan lain sebagainya) :
a. tidak melakukan kerusakan-kerusakan atas tanah,
b. tidak menelantarkan tanah,
c. tidak melakukan pemerasan-pemerasan atas tanah atau pendayagunaan
(exploitation) yang melebihi batas,
d. tidak menjadikan tanah sebagai alat pemerasan terhadap orang lain
(exploitation des I’Homme par L.Homme (G. Kartasapoetra dkk, 1990 : 8-9).
Dalam rangka mewujudkan tanah untuk keadilan dan kesejahteraan, arah dan
kebijakan pertanahan difokuskan pada empat prinsip:
1. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
dan melahirkan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat,
2. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan tatanan kehidupan
bersama yang lebih berkeadilan dalam kaitannya dengan pemanfaatan, penggunaan,
penguasaan, dan pemilikan tanah,
3. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata dalam menjamin keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, ke-bangsaan, dan kenegaraan Indonesia, dan
4. Pertanahan harus berkontribusi secara nyata dalam menciptakan tatanan kehidupan
bersama secara harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa dan konflik.
Tanah merupakan sumber daya alam yang langka yang bersifat tetap serta
digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia akan perumahan,
pertanian, perkebunan maupun kegiatan industri yang mengharuskan tersedianya tanah.
Berdasarkan kenyataan tersebut, Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki
jumlah penduduk yang banyak, juga mengalami masalah pertanahan yang biasanya
menimbulkan konflik antara pemegang hak dengan orang lain..
Sengketa hukum atas tanah tidak dapat dilepaskan dalam kaitannya dengan
commit to user
konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia kita yaitu Negara Hukum yang berorientasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Di Kota Surakarta, dari berbagai konflik pertanahan yang telah teridentifikasi oleh
Kantor Pertanahan Kota Surakarta, salah satunya terletak di Kampung Kentingan Baru, di
mana dahulu telah terjadi ruislah (tukar menukar) antara Pemerintah Kota Surakarta
dengan PT. Bengawan Permai, yaitu tanah Jurug yang menjadi milik Pemerintah Kota
Surakarta, sedangkan tanah Kentingan Baru menjadi milik PT. Bengawan Permai.
Kemudian PT. Bengawan Permai tersebut mengalami pailit, sehingga terjadi pelepasan
saham termasuk areal Kentingan Baru dengan luas 20.000 m2 dan diterbitkan sertifikat
Hak Milik dan Hak Guna Bangunan sebanyak 48 atas nama para pemilik saham PT
tersebut. Pada era reformasi tahun 1998, terjadi okupasi di areal Kentingan Baru, yang
dilakukan oleh 250 kepala keluarga. Okupasi yang dilakukan warga tersebut
menimbulkan permasalahan yang hingga saat ini belum sepenuhnya terselesaikan.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam hal ini adalah Kantor Pertanahan Kota
Surakarta sebagaimana Tugas Pokok dan Fungsinya dalam menyelesaikan sengketa dan
konflik pertanahan, salah satunya ditempuh melalui jalur mediasi penyelesaian konflik
guna melaksanakan Sebelas Agenda BPN RI, khususnya Agenda ke-5 serta amanat dari
TAP MPR RI No : IX / MPR / 2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan
commit
Sumber Daya Alam serta Empat Prinsip Arah to user
dan Kebijakan pertanahan tersebut dengan
tetap mengedepankan keadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah penyelesaian sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres, oleh Kantor
Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta ?
2. Apakah hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota
Surakarta dapat dijadikan dasar pemberian hak milik kepada okupusan tanah di
Kentingan Baru, Jebres ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk memberikan persepsi penyelesaian sengketa pertanahan di Kentingan Baru,
Jebres, oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Untuk memberikan persepsi hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor
Pertanahan Kota Surakarta dapat dijadikan dasar pemberian hak milik kepada
okupusan tanah di Kentingan Baru, Jebres.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis di bidang hukum, khususnya
hukum agraria, terutama mengenai penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor
Pertanahan Kota Surakarta.
b. Sebagai strategi pemberdayaan mahasiswa melalui pengayaan wawasan dan
peningkatan kompetensi dalam rangka peningkatan kualitas lulusan yang memiliki
commit
daya saing dan berkemampuan untuk to usermenjadi wirausaha mandiri.
tumbuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada
umumnya dan hukum agraria pada khususnya, terutama mengenai penyelesaian
sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk
mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
b. Untuk dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pokok bahasan
yang dikaji, dengan disertai pertanggungjawaban secara ilmiah.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi
(Peter Mahmud Marzuki,2005: 35). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah jenis
penelitian normatif. Penelitian normatif adalah penelitian yang mengkaji hukum
sebagai norma. Dengan kata lain penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka dan data sekunder lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat preskriptif, yaitu mempelajari mengenai tujuan hukum,
nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma
hukum (Peter Mahmud, 2005 : 22).
Di sini penulis menguraikan bagaimana seharusnya proses penyelesaian
sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres, oleh Kantor Pertanahan Kota
Surakarta, beserta tindak lanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
perundang-undangan (statute approach), yaitu pendekatan dengan menggunakan
legislasi dan regulasi (Peter Mahmud, 2005 : 97). Karena yang diteliti adalah berbagai
peraturan yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian, dalam hal ini
adalah berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
4. Jenis Bahan Hukum
Jenis bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bahan
hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang digunakan oleh seseorang secara tidak
langsung dan diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, laporan, makalah,
dokumen, doktrin, bahan-bahan kepustakaan, dan sumber-sumber tertulis lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu tentang proses penyelesaian
sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres, oleh Kantor Pertanahan Kota
Surakarta, beserta tindak lanjut dari hasil penyelesaian sengketa pertanahan di
Kentingan Baru, Jebres, oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
5. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum adalah tempat diketemukannya bahan hukum. Sumber
bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum normatif ini adalah sumber
bahan hukum, yaitu menggunakan bahan-bahan kepustakaan yang dapat berupa
peraturan perundangan, dokumen, buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber bahan hukum yang digunakan
dalam penelitian hukum ini meliputi :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah norma atau kaidah dasar
dalam hukum di Indonesia dan beberapa peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia sebagai berikut : Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,Kolusi,
dan Nepotisme (KKN) , Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang
Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya, Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999commit to Arbitrasi
tentang user dan APS, Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Keputusan Presiden Republik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini, data diklarifikasikan kepada pejabat yang terkait, yaitu Kepala Sub Seksi
Sengketa dan Konflik Pertanahan, Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
commit
Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional to user Indonesia, Peraturan Kepala Badan
Republik
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan,
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Prosedur Mediasi, dan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 34
Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah
Pertanahan, serta Petunjuk Teknis Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2007
tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi sebagai premis mayor. Adapun yang
menjadi premis minor adalah :
a. Penyelesaian sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres, oleh Kantor
Pertanahan Kota Surakarta.
b. Hasil penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta
sebagai dasar pemberian kompensasi kepada Okupusan tanah di Kentingan Baru,
Jebres.
Melalui proses silogisme akan diperoleh simpulan (conclusio) berupa hukum positif
in conreto yang dicari mengenai penyelesaian sengketa pertanahan di Kentingan
Baru, Jebres, oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
F. Sistematika Penulisan
umum tentang Kantor Pertanahan. Hal tersebut ditujukan agar pembaca dapat memahami
tentang permasalahan yang penulis teliti.
Bab ketiga mengenai Hasil Penelitian dan Pembahasan.Dalam pembahasan dapat
dianalisa bahwa penyelesaian sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres, oleh Kantor
Pertanahan Kota Surakarta sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Dalam hal ini, berlandaskan Pasal 2 dan Pasal
3 huruf n Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Jo. Pasal 54 huruf c Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006, dan juga berlandaskan Pasal 6 ayat (2)
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
1999 serta Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor 570/724/2005.
Dari hasil penyelesaian sengketa pertanahan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota
Surakarta, dapat dijadikan dasar pemberian kompensasi kepada okupusan tanah di
Kentingan Baru, Jebres, selanjutnya dilakukan pendaftaran tanah sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.
Bab keempat mengenai Penutup, diuraikan mengenai simpulan dan saran. Adapun
kesimpulannya, yaitu bahwa penyelesaian sengketa sengketa pertanahan di Kentingan
Baru, Jebres, oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta, dan hasil penyelesaian
sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta dapat dijadikan dasar
pemberian kompensasi kepada okupusan tanah di Kentingan Baru, Jebres.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Sengketa Pertanahan
a. Pengertian Sengketa Pertanahan
Sengketa dalam pengertiannya yang luas (termasuk perbedaan pendapat,
perselisihan, ataupun konflik) adalah hal yang lumrah dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dapat terjadi saat dua orang atau lebih berinteraksi pada
suatu peristiwa/situasi dan mereka memiliki persepsi, kepentingan, dan keinginan
yang berbeda terhadap peristiwa/situasi tersebut. Sengketa perbedaan pendapat
yang telah mencapai eskalasi tertentu atau mengemukan (Indonesian Institute for
Conflict Transformation,2006: 27).
Pengertian sengketa pertanahan termuat secara jelas dalam Pasal 1 ayat (1)
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1
Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan, yang berbunyi,
“sengketa pertanahan adalah perbedaan pendapat mengenai:
1. Keabsahan suatu hak;
2. Pemberian hak atas tanah;
3. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihannya dan penerbitan tanda
bukti haknya,antara pihak-pihak yang yang berkepentingan maupun
antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan instansi di lingkungan
Badan Pertanahan Nasional ”.
Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi di mana ada pihak yang
merasa dirugikan oleh pihak lain. Hal ini diawali oleh perasaan tidak puas yang
bersifat subjektif dan tertutup yang dapat dialami oleh perorangan maupun
kelompok. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila terjadi conflict
of interest. Pihak yang merasa dirugikan akan menyampaikan ketidakpuasannya
kepada pihak kedua. Apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan
pihak pertama, selesailah konflik tersebut. Tetapi apabila reaksi dari pihak kedua
menunjukan perbedaan pendapat atau memiliki nila-nilai yang berbeda, terjadilah
apa yang dinamakan sengketa. Proses sengketa terjadi karena tidak adanya titik
temu antara pihak-pihak yang bersengketa dan secara potensial, dua pihak yang
mempunyai pendirian/pendapat yang berbeda dapat beranjak ke situasi sengketa
commit to user
(Suyud Margono, 2004:34).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit urban
“In many developed countries, to userland is a major componentof overall
land use. Understanding patterns of urban land and property ownership is
important not only because the size and configuration of land holdings
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Prinsip Mediasi
Prinsip dasar (basic principles) adalah landasan filosofis dari
diselenggarakannya kegiatan mediasi.Bahwa mediasi merupakan suatu
alternatif penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh dalam mengatasi
persoalan-persoalan di dalam masyarakat(Syahrizal Abbas, 2009:28).
Mengingat tujuan utama mediasi adalah menyelesaikan masalah,
bukan sekedar menerapkan norma maupun menciptakan ketertiban saja maka
pelaksanaannya harus didasarkan prinsip-prinsip umum sebagai berikut :
a) Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa segala sesuatu
yang terjadi dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh mediator dan
pihak pihak yang bersengketa tidak boleh disiarkan kepada publik atau pers
oleh masing masing pihak.Hal ini penting untuk menemukan kebutuhan dan
kepentingan mereka secara nyata.
b) Sukarela (volunteer)
Prinsip ini sangat penting karena para pihak mempunyai kehendak
yang bebas untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek sengketa hal
ini dimaksudkan agar dikemudian hari tidak terdapat keberatan-keberatan
atas kesepakatan yang telah diambil dalam rangka penyelesaian sengketa
tersebut.
c) Pemberdayaan (empovment)
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang mau datang
ke mediasi sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan
masalah meraka sendiri dan dapat mencapai kesepakatan.Kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mereka dalam hal ini harus diakui dan dihargai, dan oleh karena itu setiap
solusi atau jalan penyelesaian sebaiknya tidak dipaksakan dari luar.
d) Netral (neutrality)
Penyelesaian sengketa melalui mediasi harus bebas dari pengaruh
dari pihak manapun, baik dari masing-masing pihak, mediator maupun
pihak ke-tiga untuk itu mediator harus Independen dan netral.
e) Hubungan Personal antara Pihak
Penyelesaian sengketa selalu akan difokuskan pada substansi
persoalan, untuk mencari penyelesaian yang lebih baik daripada sekedar
rumusan kesepakatan yang baik. Hubungan antar para pihak diupayakan
tetap terjaga meskipun persengketaannya telah selesai. Inilah yang menjadi
alasan mengapa penyelesaian sengketa melalui mediasi bukan saja
berupaya mencapai solusi terbaik tetapi juga solusi tersebut tidak
mempengaruhi hubungan personal (Syahrizal Abbas, 2009:28-30).
c. Tahap-Tahap Mediasi
Tahap-tahap proses mediasi menurut pendapat Moore ialah sebagai
berikut: (Indonesian Institute for Conflict Transformation,2006:69)
1) Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa
2) Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi
3) Mengumpulkan dan menganalisa informasi latar belakang sengketa
4) Menyusun rencana mediasi
5) Membangun kepercayaan dan kerjasama diantara para pihak
6) Memulai sidang mediasi
7) Merumuskan masalah dan menyusun agenda
8) Mengungkapkan kepentingan tersembunyi para pihak
9) Mengembangkan pilihan-pilihan penyelesaian sengketa
10) Proses tawar menawar akhir
11) Mencapai kesepakatan formal
2) Tahap informasi
a) Rapat Bersama
(1) Mediator memberi kesempatan kepada masing-masing pihak untuk
berbicara
(2) Masing-masing pihak menyampaikan fakta dan posisi menurut versi
masing-masing
(3) Mediator bertindak sebagai pendengar yang aktif, dan dapat
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
(4) Mediator menerapkan aturan kepantasan dan mengontrol interaksi para
pihak
b) Kaukus
(1) Mediator mengadakan pertemuan dengan para pihak secara terpisah
(caucus) untuk mengembangkan informasi lebih lanjut dan mengetahui
keinginan, kepentingan dan kemungkinan penyelesaian masing-masing
pihak.
(2) Mediator membuat rumusan ulang berdasarkan informasi yang
dikembangkan pada pertemuan (rapat bersama) dan kaukus, mediator
mengutarakan inti persengketaan (kasus posisi)
c) Tahap pemecahan masalah
Mediator secara bersama-sama maupun secara terpisah berupaya :
(1) Mengidentifikasi isu-isu
(2) Memberi pengarahan kepada para pihak tentang tawar-menawar untuk
pemecahan masalah
(3) Mengubah pendirian para pihak dari posisi (positional based) menjadi
kepentingan (interest based)
(4) Membantu para pihak menaksir, menilai, dan memprioritaskan
kepentingan-kepentingan
(5) Memperluas atau mempersempit sengketa jika perlu
(6) Membuat agenda negosiasi
(7) Memberikan penyelesaian alternatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Mekanisme Mediasi
Menurut ketentuan Junkis Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
2007, adapun mekanisme mediasi, antara lain sebagai berikut :
1) Persiapan untuk mempertemukan kedua belah pihak :
a) Mengetahui pokok masalah dan duduk masalah.
b) Apakah masalah tersebut dapat diselesaikan melalui mediasi atau tidak.
c) Pembentukan tim penanganan sengketa tentatif, tidak keharusan, ada
kalanya pejabat struktural yang berwenang dapat langsung
menyelenggarakan mediasi.
d) Penyiapan bahan, selain persiapan prosedur disiapkan bahan-bahan yang
diperlukan untuk melakukan mediasi terhadap pokok sengketa, resume
telaahan. Agar mediator sudah menguasai substansi masalah, meluruskan
persoalan, saran bahkan peringatan jika kesepakatan yang diupayakan
akan cenderung melanggar peraturan dibidang pertanahan, missal
melanggar kepentingan pemegang hak tanggungan, kepentingan ahli waris
lain, melanggar hakekat pemberian haknya (berkaitan dengan tanah
Redistribusi).
e) Menentukan waktu dan tempat mediasi.
2) Undangan :
a) Disampaikan kepada Para pihak yang berkepentingan, instansi terkait
(apabila dipandang perlu) untuk mengadakan musyawarah penyelesaian
sengketa dimaksud, dan diminta, untuk membawa serta data/informasi
yang diperlukan.
b) Penataan struktur pertemuan dengan posisi tempat duduk huruf "USeat"
atau lingkaran.
3) Kegiatan mediasi :
a) Mengatasi hambatan hubungan antar pihak (hubungan personal antar
pihak).
b) Mencairkan suasana di antara kedua belah pihak yang bersengketa,
suasana akrab, tidak kaku.
c) Penjelasan peran mediator:
(1) Sebagai pihak ketiga yang tidak memihak (berkedudukan netral).
(2) Kehendak para pihak tidak dibatasi.
(3) Kedudukan para pihak dan kedudukan mediator sendiri harus netral.
(4) Kunci dari sesi ini adalah penegasan mengenai kesediaan para pihak
untuk menyelesaikan sengketa melalui mediasi dan oleh mediator
Badan Pertanahan Nasionai Republik Indonesia.
(5) Dalam hal-hal tertentu berdasarkan kewenangannya (authoritas
mediator autoritatif) mediator dapat melakukan intervensi/campur
tangan dalam proses mencari kesepakatan dari persoalan yang
disengketakan (bukan memihak), untuk menempatkan kesepakatan
yang hendak dicapai sesuai dengan hukum pertanahan. Hal ini perlu
dipahami oleh para pihak agar tidak menimbulkan dugaan apriori.
d) Klarifikasi para pihak
(1)Para pihak mengetahui kedudukannya.
(2)Dikondisikan tidak ada rasa apriori pada salah satu pihak/kedua belah
commitpenyelesaian
pihak dengan objektivitas to user sengketa, kedudukan, hak, dan
kewajiban sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c) Kesepakatan tersebut pada pokoknya berisi: opsi yang diterima, hak dan
kewajiban para pihak.
d) Klarifikasi kesepakatan kepada para pihak.
e) Penegasan/klarifikasi ini diperlukan agar para, pihak tidak ragu-ragu lagi
akan pilihannya untuk menyelesaikan sengketa tersebut dan sukarela
melaksanakannya.
9) Formalisasi kesepakatan penyelesaian sengketa :
a) Dirumuskan dalam bentuk kesepakatan atau agreement/perjanjian (D.I.
512 C).
b) Dengan kesepakatan tersebut secara substansi mediasi telah selesai,
sementara tindak lanjut pelaksanaannya menjadi kewenangan pejabat Tata
Usaha Negara.
c) Setiap kegiatan mediasi hendaknya dituangkan dalam Berita Acara
Mediasi (D.I. 512.A).
d) Hasil mediasi dilaporkan kepada pejabat yang berwenang untuk ditindak
lanjuti sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e) Formalisasi kesepakatan secara tertulis dengan menggunakan format
perjanjian
f) Dalam setiap mediasi perlu dibuat laporan hasil mediasi yang berlangsung
(D.I. 512 B).
g) Agar mempunyai kekuatan mengikat berita acara tersebut ditandatangani
oleh para pihak dan mediator.
3. Tinjauan Umum Tentang Fungsi Sosial Hak Atas Tanah dan Penggunaan
Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
a. Asas Fungsi Sosial Atas Tanah
Undang Undang Dasar Tahun 1945 memberikan pokok pikirannya
dalam pasal 33 mengenai hak menguasai tanah oleh negara.Tanah merupakan
alat produksi bagi masyarakat,maka tanah tersebut harusdigunakan sebesar
besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.Jadi bila ada tanah yang
tidak digunakan secara efektif atau ditelantarkan oleh pemiliknya, maka akan
dikuasai oleh negara (Bachsan Mustafa,1991:20).
Pasal 6 Undang Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960
menyebutkan bahwa, “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”
mempunyaipengertian bahwa tanah tersebutharus digunakan sesuai dengan
keadaan tanahnya dan sifat dari haknyadan tidak boleh dibenarkan pemakaian
tanah secara merugikan dan bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
Asas fungsi sosial atas tanah erat kaitannya dengan pencabutan hak
atas tanah yang dilakukan terhadap tanah yang dipergunakan tidak sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan keadaan tanah dan sifat dari haknya serta tanah dari masyarakat yang
digunakan untuk kepentingan umum olh negara.
Pasal 18 Undang Undang Pokok Agraria menyebutkan bahwa, “untuk
kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan
memberikan ganti kerugian yang layak dan menurut carayang diatur oleh
Undang-Undang.”Dalam hal ini negara berkewajiban untuk memberikan ganti
rugi terhadap tanah tanah dari masyarakat yang dilakukan pencabutan haknya
oleh negara berkenaan dengan fungsi sosial atas tanah.
(b)Data yuridis, yaitu mengenai nama hak atas tanah, siapa pemegang hak
tersebut serta peralihan dan pembebannya jika ada.
5) Kata-kata “wilayah” adalah wilayah kesatuan administrasi pendaftaran
meliputi seluruh negara.
6) Kata-kata “tanah-tanah tertentu” menunjukkan kepada objek pendaftaran
tanah. Ada kemungkinan, bahwa yang didaftar hanya sebagian tanah yang
dipunyai dengan hak yang ditunjuk.
Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah tersebut mereka yang
mempunyai tanah dengan mudah akan dapat membuktikan haknya atas tanah
yang dikuasai dan dipunyai dan mereka yang memerlukan keterangan akan
dengan mudah memperolehnya, karena keterangan-keterangan yang tersimpan di
kantor penyelenggaraan pendaftaran tanah, terbuka bagi umum(Boedi Harsono,
2008:72).
Dasar hukum diadakannya suatu pendaftaran hak atas tanah di Indonesia
adalah:
1) Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria
2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
3) Peraturan Menteri Negara Agraria/KBPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi:
1) Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali (initial registration)
Adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap objek
pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan Pemerintah
ini. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi :
a) Pengumpulan dan pengelolaan data fisik.
b) Pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan haknya.
c) Penerbitan sertipikat.
d) Penyajian data fisik dancommit
data yuridis.
to user
e) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangkan Pemikiran
INTERPRETASI
Peraturan PerUU-an :
1. UU No. 28 Tahun 1999
2. UU No.50 Tahun 1960
3. UU No. 51 Tahun 1960
4. UU No. 30 Tahun 1999
5. PP No. 24 Tahun 1997
6. PMNA No. 3 Tahun 1997
7. PMA No. 2 Tahun 2003
8. KKBPN No.34 Tahun
2007
PENERAP
AN
PERISTIWA KONKRIT PERISTIWA HUKUM
Dari kerangka pemikiran ini, penulis ingin memberikan gambaran guna menjawab
perumusan masalah yang telah disebutkan pada awal penulisan hukum ini. Penyelesaian
sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres, yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan
Kota Surakarta beserta tindak lanjutnya diinterpretasikan terhadap Asas Asas umum
Pemerintahan Yang Baik dalam Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme
commit1960
(KKN), Undang-Undang Nomor 5 Tahun to user
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri Negara Agraria/KBPN
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi, Keputusan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan
Penyelesaian Masalah Pertanahan). Dari Peraturan Perundang-undangan itu diterapkan
ke dalam hasil penyelesaian sengketa pertanahan beserta tindak lanjutnya (pemberian
ganti rugi berupa tanahpengganti beserta pemberian hak milik), kemudian dibuat
kesimpulan mengenai penyelesaian sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres, oleh
Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Soeratman Partohardono
2. Soegito
3. Saptono Adi Soetantyo
4. Lustiana Salim
5. Singgih Yudoko
6. Widjaja Kusumaningsih
7. SoebijarnoWirjosutirto
8. Sri Suryani
9. Wahyu suami Njoto Sukesi
10. Elvi Yanuarita
11. Saidjo suami Sri Widati
12. Suwondo Widyoputranto
13. Sumarsih istri Suhendro
14. Ismawati Eram Soeramto istri Eram Soeramto
15. Diana Rosita Dewi
16. Sulasih istri Suyoto
17. Sumiyati istri Marno Dwijo Martono
18. Marno Dwijo Martono istri Sumiyati
19. Joko Priyono suami Sri Suharmi
20. Hardjono suami Sugiyastuti
21. Agus Salim suami Siti Juhariah
Akan tetapi pada tahun 1998, terjadi reformasi yang menimbulkan penjarahan
(okupasi) oleh warga masyarakat terhadap tanah tersebut . Para okupusan tersebut
berjumlah + 250 Kepala Keluarga. Okupasi yang dilakukan warga tersebut
menimbulkan permasalahan yang hingga saat ini belum sepenuhnya terselesaikan.
Selanjutnya , pada tahun 2007 salah satu pemilik saham PT. Bengawan Permai
(pemilik sertifikat/pemegang hak), Soegito melaporkan kepada Walikota Surakarta,
Kepolisian, Kejaksaan Negeri, Ketua DPRD Surakarta, dan Kantor Pertanahan Surakarta
yang intinya menegaskan mohon untuk tidak diterbitkan atas tanah seluas 19.353 m2
yang diminta penghuni (okupusan).
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan Kentingan
commit to user
Baru, penulis sajikan alur pemikiran sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PEMERINTAH
KOTA SURAKARTA
Penggantian tanah yang digunakan untuk taman Satwa Taru
Jurug milik PT BENGAWAN PERMAI dengan sebelah barat
tanah negara (Kentingan Baru) oleh Pemkot Surakarta
PT BENGAWAN PERMAI
Surat keberatan dari Drs. Soegito
pelepasan
M.Si tanggal 31 Mei 2007 untuk atas
Reformasi nama para pemilik yang ditujukan
kepada:
1. Bp. Walikota Ska
Areal Di areal Kentingan Baru 2. Bp. Kapoltabes Ska
Kentingan terjadi Penjarahan yang
3. Bp. Kajari Ska
dilakukan oleh 250 KK
Baru berasal 4. Bp. Ketua DPRD Ska
5. Bp. Kepala BPN Ska
Tahun 2010
Mediasi antara para pihak Blok:
I jml 23 KK relokasi lahan
Tgl. 14-07-2010 Tgl. 22-07-2010 II jml 27 KK relokasi lahan
Tgl. 23-02-2010 Pertemuan Pemegang Pertemuan Warga Kentingan III jml 15 KK relokasi lahan
Pertemuan Pemegang Hak dgn Bp. Wakil Baru dengan Pemegang Hak VI jml 15 KK relokasi lahan
Hak di BPN Surakarta Walikota di Tawang difasilitasi oleh Camat Jebres V jml 15 KK relokasi lahan
Arum Pemkot Surakarta di Aula Kecamatan Jebres VIII jml 14 Kv tali asih 5 jt/KK
Oleh karena itu, untuk melaksanakan salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional
dalam menyelesaikan permasalahan pertanahan, Kantor Pertanahan surakarta melakukan
pengkajian dan penanganan masalah terhadap sengketa pertanahan di Kelurahan
Kentingan Baru, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
SENGKETA
PROSES
MEDIASI SELESAI PEMBERIAN
HAK MILIK
3. Bahwa Pada tanggal 31-05-2007 adanya surat laporan dari Soegito sebagai
Pemegang Hak Atas Tanah yang ditujukan kepada Kepolisian,Walikota, dan Kantor
Pertanahan Surakarta, sedangkan + 250 Kepala Keluarga (Okupusan) sebagai Yang
menempati tanah dan Kantor Pertanahan Surakarta sebagai mediator.
Kemudian dilakukan pengolahan data oleh Seksi Sengketa, Konflik, dan Perkara
Kantor Pertanahan Kota Surakarta, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bahwa konflik yang terjadi di Kampung Kentingan Baru sudah terjadi sejak tahun
2007 antara Pemegang Hak Atas Tanah dengan + 250 Kepala Keluarga (Okupusan)
terhadap tanah seluas + 20.000 m2;
2. Kondisi fisik lingkungan okupusan adalah daerah kumuh dengan bangunan semi
permanen 50% dan bangunan permanen 50%;
3. Pekerjaan tidak tetap, kategori ekonomi lemah seperti buruh, pedagang kecil,
pemulung;
Hasil pengolahan data tersebut, selanjutnya dilakukan analisa dengan tujuan untuk
dapat memetakan dan mengklasifikasi bentuk konflik yang sedang dihadapi sehingga
dapat merancang metode pendekatan yang efektif dalam menyelesaikan sengketa
tersebut. Hasil analisa yang telah dilakukan, ialah sebagai berikut.
1. Bahwa sengketa yang terjadi di Kampung Kentingan Baru, Kecamatan Jebres antara
Pemegang Hak Atas Tanah dengan 250 orang Okupusan atau yang menempati tanah
tersebut dalam Tipologi Sengketa Penguasaan dan Kepemilikan, artinya sengketa
tersebut terjadi karena merupakan ekspresi perasaan dan pengartikulasian dari
persepsi ke dalam suatu tindakan, untuk mendapatkan suatu kebutuhan (kebutuhan
dasar, kepentingan dan kebutuhan akan identitas) yang memasuki wilayah kebutuhan
orang lain. Dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk mendirikan bangunan-bangunan
untuk dijadikan tempat tinggal di atas tanah yang sudah diterbitkan sertipikat hak atas
tanah.
2. Bahwa untuk meminimalkan akibat yang ditimbulkan oleh sengketa pertanahan yang
terjadi antara pemegang sertipikat hak atas tanah dengan 250 orang Okupusan atau
yang menduduki tanah, maka harus segera dilakukan penyelesaian terhadap sengketa
yang terjadi.
Mediasi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Surakarta dalam penyelesaian
sengketa di Kelurahan Kentingan Baru, Kecamatan Jebres antara pemegang sertifikat hak
commit
atas tanah dengan pihak Okupusan atau yangtomenempati
user tanah dilaksanakan dalam dua
tahap. Dalam kasus ini, Kantor Pertanahan Kota Surakarta bertindak sebagai mediator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dengan susunan keanggotaan yang terdiri dari pejabat di Kantor Pertanahan Kota
Surakarta sebagai berikut :
1. Ketua merangkap anggota : Kepala Seksi Hak-Hak Atas Tanah
2. Sekretaris merangkap anggota : Kepala Sub Seksi Penyelesaian Masalah
Pertanahan
3. Anggota : a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
b. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran
Tanah
c. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah
d. Kepala Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah
e. Kepala Sub Seksi Rencana dan Bimbingan
Penatagunaan Tanah
f. Kepala Sub Seksi Penataan, Penguasaan dan
Pemilikan Tanah
g. Kepala Sub Seksi Pengukuran, Pemetaan
dan Konversi
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilakukan secara terpisah antara pihak Kantor Pertanahan
Surakarta dengan para penyerobot (okupusan) tanah Kentingan Baru pada tanggal
14 maret 2010 di rumah Makan Embun Pagi yang dihadiri oleh 20 Kepala
Keluarga penyerobot tanah (okupusan) Kentingan Baru.
Pertemuan tersebut berisi penjelasan kepada para okupusan tanah mengenai
status tanah Kentingan Baru yang saat ini diokupasi oleh warga yang menamai diri
sebagi warga Kentingan baru, Jebres, Surakarta oleh pihak Kantor pertanahan
Surakarta yang diwakili oleh Bp.Radyanto.
Pertemuan tersebut berlanjut dengan pertemuan berikutnya pada tanggal 21
Maret 2010 di Rumah Makan Embun Pagi yang dihadiri oleh pihak Kantor
Pertanahan Surakarta dan 35 Kepala Keluarga penyerobot tanah (okupusan)
Kentingan Baru dengan agenda yang sama yaitu penjelasan oleh pihak Kantor
Pertanahan Surakarta.
d. Pertemuan Keempat
Pertemuan selanjutnya berlangsung pada tanggal 31 Maret 2010 di Rumah
Makan Lesehan Jurug antara pihak Kantor Pertanahan Surakarta dengan okupusan
tanah Kentingan Baru berjumlah 33 Kepala Keluarga dengan agenda masih sama
berupa penjelasan dari pihak Kantor Pertanahan Surakarta, yang intinya adalah :
1) Total luas tanah yang diokupasi kurang lebih 20.000 m2, yang terbagi atas 48
sertifikat.
2) Jumlah okupusan mencapai kurang lebih 250 KK, yang terbagi atas 8 Blok.
3) Seluruh sertifikat sah dan resmi dikeluarkan oleh Negara melalui Kantor
Pertanahan Kota Surakarta dan jika ada yang meragukanya, pihak Kantor
Pertanahan Kota Surakarta siap untuk digugat oleh pihak manapun.
4) Memberitahukan kepada warga Kentingan Baru bahwa para pemegang
sertifikat sudah memberikan kuasa.kepada Sdr. Agus Daryono dan Sdr.
commit
Priyono sebagai koordinator to user dari para pemegang hak dalam
mediator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penvelesaian masalah tanah di Kentingan Baru Jebres Surakarta yang saat ini
sedang dioordinasikan dengan pihak Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
5) Menyarankan kepada warga Kentingan Baru yang hadir untuk menyelesaikan
permasalahan ini denqan jalur mediasi kekeluargaan.
Lalu diadakan tanya jawab antara koordinator pemegang hak atas tanah
dengan warga Kentingan Baru yang hasilnya tersebut adalah sebagai berikut:
1) Seluruh warga yang hadir menyadari dengan sepenuhnya bahwa tanah yang
saat ini ditempati bukan haknya;
2) Seluruh warga yang hadir menyetujui penyelesaian sengketa tanah di
Kentingan Baru Jebres Surakarta dengan jalur mediasi kekeluargaan;
Ada dua opsi yaitu:
a) Menerima tali asih dengan besar yang sudah ditentukan pemegang sertifikat
dan segera meninggalkan lokasi.
b) Meminta relokasi lahan secara bersama dengan dana relokasi sebesar dana
taliasih yang sudah ditentukan oleh pemegang sertifikat.
Dan menyelesaian teknik penyelesaian kepada Koordinator Mediasi yang
didukung oleh pihak Kantor Pertanahan Kota Surakarta Surakarta.
3) Seluruh warga yang hadir tidak menghalangi Kantor Pertanahan Surakarta
untuk melakukan pengukuran awal;
4) Seluruh warga yang hadir bersedia memberi pengertian kepada warga lain
mengenai permasalahan Kentingan Baru yang sebenarnya;
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kaukus proses
penyelesaian sengketa Kentingan Baru Tahap I bulan Maret 2010 oleh Kantor
Pertanahan Surakarta adalah sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Pertemuan Kelima
Pertemuan selanjutnya dilangsungkan pada tanggal 8 April 2010 antara
koordinator dengan para pemegang hak atas tanah di Rumah Makan Banyu Mili
dengan hasil pertemuan sebagai berikut:
1) Penyampaian hasil pertemuan koordinator pemegang hak dengan para okupusan
tanah kepada para pemegang hak atas tanah Kentingan Baru;
2) Penawaran pemberian tali asih sebesar Rp 5.000.000,00/Kepala Keluarga;
f. Pertemuan Keenam
Pada tanggal 18 April 2010 diadakan pertemuan antara koordinator
pemegang hak dengan 33 Kepala Keluarga penghuni kentingan Baru di Rumah
Makan Lesehan Jurug. Hasil dari pertemuan tersebut adalah 33 Kepala Keluarga
tersebut bersedia meninggalkan lahan Kentingan Baru dan meminta tali asih
sebesar Rp 5.000.000,00/Kepala Keluarga segera dibayarkan oleh para pemegang
hak atas tanah Kentingan baru.
g. Pertemuan Ketujuh
Menanggapi hasil dari hasil pertemuan sebelumnya, pihak Kantor
commit to user
Pertanahan Surakarta menawarkan tali asih yang akan diberikan kepada 33 Kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keluarga penghuni kentingan Baru tersebut berupa relokasi lahan yang nilainya
sama besar dengan tali asih yang ditawarkan sebesar Rp 5.000.000.
Kemudian dilakukan pertemuan kembali pada tanggal 25 Juni 2010 di
rumah Makan Embun Pagi dan dihasilkan kesepakatan sementara antara para
pemegang hak atas tanah dengan 33 Kepala Keluarga Kentingan Baru sebagai
berikut:
1) Para pihak menyetujui relokasi berupa tanah pengganti seluas 50 m2/Kepala
Keluarga;
2) Adanya fasilitas aliran listrik sebesar 900 Watt untuk 6 kapling;
3) Warga meminta bantuan dalam pemindahan dari lokasi di Kentingan Baru ke
lahan baru;
4) Adanya fasilitas sumber air PDAM;
5) Bahwa warga sendiri yang akan mencari lahan pengganti;
6) Bahwa penandatanganan kesepakatan penyelesaian sengketa tanah Kentingan
Baru dilakukan di Kantor kecamatan Jebres;
h. Pertemuan Kedelapan
Pada tanggal 20 Juli 2010 di Kantor Kecamatan Jebres dilaksanakan
penandatanganan kesepakatan penyelesaian sengketa Kentingan Baru melalui
mediasi Tahap I terhadap 33 Kepala Keluarga okupusan yang isinya sebagai
berikut :
Kedua belah pihak sepakat bersama untuk:
1) Pihak penghuni tanah sungguh sungguh menerima tawaran dari Pihak pemilik
tanah untuk menyelesaikan masalah sengketa tanah di Kentingan Baru, Jebres,
Surakarta yang saat ini didirikan bangunan rumah dan ditempati oleh pihak
penghuni tanah dengan jalur mediasi kekeluargaan.
2) Pihak penghuni tanah akan menyerahkan kembali tanah yang saat ini ditempati
tersebut kepada pemegang hak atas tanah dalam keadaan bersih.
Dengan syarat pihak pemilik tanah memberikan kompensasi berupa relokasi
lahan yang:
a) Sah, resmi, dan bersertifikat dengan luas antara 42 m2 sampai dengan 50 m2.
b) Mempunyai akses jalan yang memadai.
commit
c) Ada fasilitas listrik, di mana 1 unittobegenser
user akan digunakan maksimal untuk
6 kavling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d) Ada fasilitas sumur dan MCK yang digunakan secara bersama sama.
3) Pihak penghuni tanah akan segera meninggalkan lokasi yang saat ini ditempati
dalam kedaan bersih dari bangunan rumah secara bertahap, mulai sekarang
sampai batas akhir dua bulan setelah penandatanganan kesepakatan. Dengan
catatan lahan untuk relokasi sudah dipersiapkan oleh pihak pemilik tanah.Dan
jika dalam batas waktu tersebut belum terbongkar maka pihak pemilik tanah
akan membantu transportasi perpindahan warga ke lahan relokasi yang baru.
4) Setelah lokasi bersih dari bangunan Pihak penghuni tanah akan menyerahkan
kembali tanah tersebut kepada pihak pemilik tanah, dan tidak akan kembali lagi.
5) Kepengurusan administrasi perpindahan pihak penghuni tanah akan diurus
secara bersama sama antara pihak penghuni tanah dan pemilik tanh melalui
paguyuban Peduli Relokasi yang akan berkoordinasi dengan pihak pihak terkait.
Ke-33 (tiga puluh tiga) Kepala Keluarga okupusan Kentingan Baru yang
telah direlokasi dalam hasil kesepakatan mediasi oleh Kantor Pertanahan Surakarta
Tahap I dan disetujui lahan pengganti terletak di Desa Banaran ,Kelurahan
Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:
1) Slamet/Sudarsini
2) Mulani
3) Karno Suwitno
4) Sugino Padmo Prawiro
5) Surahman
6) Abdul Imron/Muningsih
7) Hartono
8) Agus Sukmo Hartono (Jois)
9) Budi Hari Sutanto
10) Toni Prasetyo
11) Mariadi
12) Hartini
13) Topo Santoso
14) Joko Binanto
15) Agus Suprapto
16) Haryanto/Sangginem
17) Anwar commit to user
18) Setu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19) Supartan
20) Kasiyem
21) Sri Hartatik
22) Yohanes Yulianto
23) Tantini
24) Fathur Rozi
25) Alirahman
26) Slamet Suharko
27) Suranto
28) Sugeng Darsono
29) Tuminem
30) Sri Purbiyanto
31) Sutomo
32) Sugiman
33) Ngadino/Sandy
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kaukus proses
penyelesaian sengketa Kentingan Baru Tahap I bulan April dan Juni 2010 oleh
Kantor Pertanahan Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Pertemuan Pertama
Pada tanggal 5 Juli 2010 diadakan Rapat Koordinasi antara Pemerintah
Kota Surakarta yang diwakili oleh Wakil
commit Walikota, Bapak Fx Rudyanto dengan
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kantor Pertanahan Surakarta yang diwakili Kepala Seksi Sengketa Konflik dan
Perkara, Radyanto.
Kemudian pada tanggal 14 Juli 2010 diadakan pertemuan antara para
Pemegang Hak Atas Tanah dengan Wakil Walikota Surakarta, Bapak Fx Rudyanto
di Tawang Arum Pemerintahan Kota (Pemkot) Surakarta.
Dari pertemuan tersebut dicapai sebuah kesepakatan sebagai berikut:
1) Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta bersama Kecamatan Jebres bertindak
selaku pihak mediator akan membantu para pihak dalam menganalisa
pendekatan-pendekatan sebagai sarana dalam mengatasi permasalahan yang
terjadi, yaitu dengan menjalin hubungan dengan masing-masing pihak yang
bersengketa;
2) Pihak mediator akan mengadakan pertemuan bersama untuk mencari
penyelesaian bersama guna mengakhiri sengketa;
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan selanjutnya diselenggarakan pada tanggal 22 Juli 2010 di kantor
Pertanahan Surakarta antara para pemegang hak atas tanah beserta koordinatornya
dengan penghuni (okupusan) Kentingan Baru yang jumlahnya membengkak
menjadi 350 Kepala Keluarga.
Menurut keterangan dari Kepala Seksi Sengketa Konflik dan Perkara,
Radyanto jumlah kepala keluarga tersebut membengkak dikarenakan penggandaan
jumlah kepala keluarga yang dilakukan oleh para okupusan Kentingan baru.
Dari pertemuan tersebut, mengalami deadlock atau tidak tercapai
kesepakatan di antara kedua belah pihak. Kemudian penyelesaian sengketa
pertanahan Kentingan Baru melalui mediasi Tahap II oleh Kantor Pertanahan
Surakarta mengambang dan tidak dicapai sebuah kesepakatan dalam kurun waktu
yang cukup lama.
c. Pertemuan Ketiga
Setelah proses penyelesaian sengketa Kentingan Baru melalui mediasi Tahap
II oleh Kantor Pertanahan surakarta yang mengalami deadlock dalam kurun waktu
yang cukup lama, kemudian Wakil Walikota Surakarta, FX Rudyanto
commitmengakhiri
mengeluarkan himbauan agar segera to user sengketa Kentingan Baru secara
kekeluargaan dengan menciptakan ketertiban dan keamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kentingan Baru dengan penghuni tanah Kentingan Baru yang isinya adalah
sebagai berikut:
Pihak pemilik tanah dan penghuni tanah telah bersepakat untuk
menyelesaikan permasalahan penghunian tanah di kentingan Baru, Kelurahan
Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta dengan cara:
Pihak pemilik tanah bersedia menyediakan dan pihak penghuni tanah
bersedia menerima:
1) Lahan tanah pengganti di Desa Randusari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta dengan luas 40 m2, dengan status hak milik atas nama
warga yang bersngkutan.
2) Fasilitas berupa :
2.1. Aliran listrik dengan kuat arus 900 watt, bagi tiap enam petak rumah.
2.2 Sumber air PDAM nerupa hidrant air umum, setiap blok 1 (satu) hidrant
umum dilengkapi dengan 3 (tiga) kamarWC, dan tempat mencuci yang
berdiri di atas lahan dengan luas sekitar 40 m2.
Pihak penghuni tanah bersedia memberi kesempatan dan pihak pemilik tanah
menerima :
1) Untuk melaksanakan pemasangan ring batas tanah di area kentiangan Baru;
2) Rekonstruksi/ pemasangan IK batas kepemilikan tanah dilakukan bilamana
lahan dan fasilitas yang disediakan pihak pemilik tanah telah terpenuhi di lahan
yang disediakan dan sertifikat telah jadi.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyelesaian sengketa pertanahan di
Kelurahan Kentingan Baru, Kecamatan Jebres oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta di
atas, dapat penulis analisa bahwa penyelesaian yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan
Kota Surakarta tersebut telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta sebagai salah satu wujud kepedulian dalam
menangani konflik dan sengketa pertanahan yang mempunyai implikasi langsung
terhadap “korban” di bidang pertanahan, dalam mengemban amanah untuk mengelola
bidang pertanahan sesuai dengan Pasal 2 dan Pasal 3 huruf n Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, di tingkat Kabupaten / Kota,
Kantor Pertanahan Kota Surakarta, melalui Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara
sebagaimana Tugas Pokok dan Fungsinya dalam menyelesaikan sengketa pertanahan,
commit to user
langkah yang ditempuh salah satunya adalah pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi (Pasal 54 huruf c Peraturan Kepala BPN
Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan).
Pasal 2 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional menyebutkan bahwa Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan
sektoral. Oleh karena itu, maka BPN-RI dengan mandat baru tersebut, mampu
memegang kendali perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan, kebijakan
teknis, perencanaan dan program, penyelenggaraan pelayanan administrasi pertanahan
dalam rangka menjamin kepastian hukum hak atas tanah, penatagunaan tanah, reformasi
agraria, penguasaan dan pemilikan hak atas tanah, termasuk pemberdayaan masyarakat.
Salah satu misi institusi/lembaga ini adalah melakukan pengkajian dan penanganan
masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan. Sebagai wujud keinginan
dan kepedulian Pemerintah untuk menangani konflik dan sengketa pertanahan yang
mempunyai implikasi langsung terhadap “korban” di bidang pertanahan, maka dalam
pembentukan BPN dangan visi dan misi yang baru, di BPN Pusat telah dibentuk Deputi
IV Bidang Pengkajian Dan Penanganan Sengketa Dan Konflik Pertanahan (Pasal 343
Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2006). Yang selanjutnya di tingkat Provinsi yaitu
pada Kantor Wilayah BPN dibentuk Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan
Konflik Pertanahan, sedangkan di tingkat Kabupaten/Kota, yaitu pada setiap Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dibentuk Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara (Pasal 4 dan
27, 32,dan 53 Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun 2006).
Sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006, Badan
Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi, antara lain seperti:
1. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
2. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
3. koordinasi kebijakan, perencanaan, dan program di bidang pertanahan;
4. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
5. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang
pertanahan;
6. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum;
7. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mediasi kedua belah pihak dengan tujuan menciptakan rasa keadilan bagi masing masing
pihak yang bersengketa.
Pasal 5 ayat (3) Undang Undang Nomor 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Ijin Yang Berhak Atau Kuasanya tersebut berbunyi:
“di dalam menggunakan wewenangnya sebagai yang dimaksud dalam pasal ini,
maka mengenai penyelesaian pemakaian tanah-tanah perkebunan Menteri Negara
harus memperhatikan kepentingan rakyat pemakai tanah yang bersangkutan,
kepentingan penduduk lainnya di daerah tempat letaknya perusahaan kebun dan
luas tanah yang diperlukan perusahaan itu untuk menyelenggarakan usahanya,
dengan ketentuan, bahwa terlebih dahulu harus diusahakan tercapainya
penyelesaian dengan jalan musyawarah dengan pihak-pihak yang bersangkutan.”
Setelah proses mediasi tahap I dan tahap II yang diadakan oleh Kantor Pertanahan
Kota Surakarta terhadap sengketa pertanahan di Kentingan Baru telah mencapai
kesepakatan antara kedua belah pihak yang bersengketa, di mana pihak Okupusan tanah
Kentingan Baru bersedia mengakui status atas tanah yang berdiri di atas lahan yang
mereka huni bukanlah hak mereka dan bersedia meninggalkan lokasi tanah di Kentingan
Baru, dan pihak pemegang hak atas tanah bersedia memberikan kompensai kepada pihak
Okupusan tanah di Kentingan Baru dengan memberikan relokasi lahan berupa tanah
pengganti tahap I yang berada di Desa Banaran , Kelurahan Ngringo, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar dengan Luas 2338 m2 yang dibagi menjadi 33 kavling dengan
fasilitas pemukiman yang telah disepakati bersama kepada 33 Kepala Keluarga Okupusan
Kentingan Baru.Sedangkan kesepakatan penyelesaian sengketa tanah Kentingan Baru
melalui mediasi Tahap II oleh Kantor Pertanahan Surakarta menghasilkan kesepakatan
bersama bahwa Okupusan Kentingan Baru bersedia meninggalkan lahan di Kentingan
Baru dengan diberikan kompensasi oleh Pemegang Hak Atas Tanah Kentingan Baru
berupa relokasi lahan yang berlokasi di Desa Randusari, Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta dengan Hak Milik Nomor : 566, Luas 3065 m2 yang
dibagi menjadi 104 kavling kepada 104 Okupusan tanah Kentingan Baru dan tanah
dengan lokasi yang sama dengan Hak Milik Nomor : 2047, Luas 1730 yang dibagi
menjadi 70 kavling kepada 70 Okupusan tanah Kentingan Baru.
Hasil dari mediasi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Surakarta telah
mencapai keadilan antara kedua belah pihak. Dan suatu bentuk perjanjian kesepakatan
dapat mewajibkan masing-masing pihak untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau
commit to user
tidak berbuat sesuatu. Dalam hal mediasi yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Surakarta salah satu pihak yaitu Okupusan dan tanah Kentingan Baru bersedia berbuat
sesuatu yaitu meninggalkan lahan di Kentingan Baru yang ditempat dan didirikan
bangunan secara liar dan tanpa ijin dari pemiliknya, dan sebaliknya diwajibkan untuk
memberikan sesuatu kepada pihak okupusan berupa kompensasi yaitu relokasi lahan
pengganti bagi para Okupusan tanah di Kentingan Baru. Sesuai dengan Pasal 1320
KUHPer yang menyebutkan bahwa syarat syahnya suatu perjanjian diperlukan empat
syarat, yaitu :
1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang halal.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
maka disebutkan bahwa “Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur
dengan peraturan pemerintah”.
Ketentuan tersebut merupakan ketentuan yang ditujukan kepada pemerintah untuk
menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia. Para pemegang hak-
hak atas tanah yang bersangkutan harus mendaftarkan tanahnya masing-masing dalam
rangka memperoleh surat tanda bukti hak atas tanah yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat pemegangan hak atas tanah.
Pendaftaran yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pendaftaran tanah yang
bersifat recht cadaster yang mana kegiatannya meliputi :
1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.
2. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak.
3. Pemberian surat tanda bukti hak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan yang penulis bahas
pada bab sebelumnya, bahwa Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Kentingan Baru,
Jebres, Surakarta oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta melalui mediasi, penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta dalam penyelesaian sengketa pertanahan di
Kentingan Baru, Jebres, Surakarta telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
mengenai fungsi Kantor Pertanahan Kota Surakarta, Pasal 2 dan Pasal 3 huruf n
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional, di tingkat Kabupaten / Kota, Kantor Pertanahan Kota Surakarta, melalui
Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara sebagaimana Tugas Pokok dan Fungsinya dalam
menyelesaikan sengketa pertanahan, di mana salah satu langkah yang ditempuh ialah
melalui jalur mediasi oleh Kantor Pertanahan Kota yang sesuai dengan Pasal 54 huruf
c Peraturan Kepala BPN No 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Dan Kantor Pertanahan. Dalam hal unit kerja
penyelesaian sengketa pertanahan oleh Kantor Pertanahan ditingkat Kabupaten/Kota
juga sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2)
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1
Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan. Dan lebih dijelaskan
lagi bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta mempunyai kewenangan dalam
menyelesaikan sengketa pertanahan dengan diterbitkannya Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan Kota Surakarta Nomor 570/724/2005 tentang pembentukan Sekretariat
Penanganan Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Dasar
penyelesaian sengketa pertanahan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota
Surakarta ini kemudian diperkuat lagi dengan pernyataan Kepala BPN-RI, yang
menyatakan bahwa jajaran BPN-RI harus mampu melakukan koordinasi secara baik
dan bermakna dengan seluruh jajaran Pemerintah Daerah dalam hal pengawasan dan
pengendalian atas 9 urusan pertanahan yang sekarang dikelola daerah sesuai dengan
commit
ketentuan Pasal 2 ayat (2) Keputusan to user
Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2003 dan saling mengisi dalam rangka mendukung dan mempercepat proses
pembangunan.
2. Bahwa dari hasil penyelesaian sengketa pertanahan di Kentingan Baru, Jebres,
Surakarta oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, di mana dalam hal ini para okupusan dikenai Undang Undang
Nomor 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Ijin Yang
Berhak Atau Kuasanya karena telah menempati lahan Kentingan Baru secara liar,
sedangkan para pemegang hak dikenai asa fungsi sosial atas tanah karena
menelantarkan lahan Kentingan Baru.Hasil kesepakatan bersama para pihak dapat
dijadikan dasar pemberian relokasi lahan beserta hak milik kepada penghuni lahan
Kentingan Baru,Jebres, Surakarta sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1
angka (7) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah. Kemudian dapat dilakukan proses pemberian
hak atas tanah oleh pemegang sertifikat hak atas tanah Kentingan Baru Surakarta
melalui Surat Pernyataan Kesepakatan Bersama Antara Pemilik Tanah Dengan
Penghuni Tanah Kentingan Baru berupa relokasi lahan sejumlah 33 Kepala Keluarga
pada mediasi tahap I di Desa Banaran, Kelurahan Ngingo, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar serta 104 dan 70 Kepala Keluarga di Desa Randusari,
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran-saran yang ingin
penulis sampaikan terkait dengan permasalahan yang penulis kaji. Adapun saran-saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perlunya peningkatan penyelenggaraan penyuluhan-penyuluhan hukum di bidang
pertanahan kepada masyarakat dalam hal menggunakan atau memelihara sebaik-
baiknya tanah sesuai yang telah didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Agar tidak
menimbulkan konflik atau sengketa pertanahan di kemudian hari.
2. Hendaknya Kantor Pertanahan Kota Surakarta meningkatkan pengawasan dan
commit
pengendalian penguasaan pemilikan tanahtosesuai
user dengan Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Pertanahan Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Hendaknya ada peraturan yang lebih tegas mengenai penyelesaian sengketa di bidang
pertanahan melalui jalur mediasi dan juga tindak lanjutnya dalam rangka pemberian
hak atas tanah, sehingga ada aturan yang lebih jelas mengenai prosedur mediasi yang
dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta.
commit to user