2.2. Peraturan Menteri PUPR Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Pengaturan tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
merupakan tidak mudah bagi pemerintah Kabupaten Pandeglang. Maka dari itu perlu adanya
penerapan dan penanganan agar Kabupaten Pandeglang melakukan Tindakan sesuai dengan
Permen PUPR Nomor 02/PRT/M/2016, yang berisikan sebagai berikut.
A. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat
(1) meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:
1. Bangunan Gedung.
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf a mencakup:
a. ketidakteraturan bangunan;
b. tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata
ruang; dan/atau
c. kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat.
2. Jalan Lingkungan;
Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf b mencakup:
a. jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman; dan/atau
b. kualitas permukaan jalan lingkungan buruk.
3. Penyediaan Air Minum.
Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) huruf c mencakup:
a. ketidaktersediaan akses aman air minum; dan/atau
b. tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku.
4. Drainase Lingkungan.
Kriteria kekumuhan ditinjau dari drainase lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2) huruf d mencakup:
a. drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan;
b. ketidaktersediaan drainase;
c. tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan;
d. tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya; dan/atau
e. kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk.
5. Pengelolaan Air Limbah
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) huruf e mencakup:
a. sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku; dan/atau
b. prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis.
6. Pengelolaan Persampahan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) huruf f mencakup:
a. prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis;
b. sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis; dan/atau
c. tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun
jaringan drainase.
7. Proteksi Kebakaran.
Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf g mencakup ketidaktersediaan:
a. prasarana proteksi kebakaran; dan
b. sarana proteksi kebakaran.
B. Pola-Pola Penanganan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dalam Pasal 26 ayat (1)
berbunyi:
1. Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola
penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis.
2. Pola-pola penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil penilaian
aspek kondisi kekumuhan dan aspek legalitas tanah.
3. Pola-pola penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direncanakan dengan
mempertimbangkan tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
4. Pola-pola penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.
5. Pelaksanaan pemugaraan, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali dilakukan dengan
memperhatikan antara lain:
a. hak keperdataan masyarakat terdampak;
b. kondisi ekologis lokasi; dan
c. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat terdampak.
6. Pola-pola penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran
masyarakat.
Pada kasus penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh menggunakan Pasal 26
ayat 4 huruf a yang berbunyi pemugaran dimana tercantum pada Pasal 29 yang bersikan:
1. Pemugaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) huruf a dilakukan untuk
perbaikan dan/atau pembangunan kembali perumahan kumuh dan permukiman kumuh
menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni.
2. Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan perbaikan rumah,
prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum untuk mengembalikan fungsi sebagaimana
semula.
3. Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahap:
a. pra konstruksi;
b. konstruksi; dan
c. pasca konstruksi.
2.2. SNI-03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Prasarana Jaringan Jalan
Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan
kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam
merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan
prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai
tata cara perencanaan umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses
penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah
satu pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan
(Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998.
Prasarana Jaringan Drainase
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara
perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan
yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan.
Tabel 2. Bagian Jaringan Air
Sarana Prasarana
Badan Penerima Air Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)
Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
Bangunan Pelengkap Gorong-Gorong
Pertemuan Saluran
Bangunan Terjunan
Jembatan
Street Inlet
Pompa
Pintu Air
Prasarana Jaringan Air Bersih
Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk
keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah
sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan
perumahan di perkotaan.
Beberapa ketentuan yang terkait adalah:
a) SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
b) SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a) Penyediaan kebutuhan air bersih
1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum
atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih
lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman
b) Penyediaan jaringan air bersih
1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;
2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass; dan
3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
c) Penyediaan kran umum
1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2) radius pelayanan maksimum 100 meter;
3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan
4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara
Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d) Penyediaan hidran kebakaran
1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran;
dan
5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara
Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah
dan Gedung.
Prasarana Jaringan Air Limbah
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata
cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya
adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan,
serta pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan perumahan yang
berlaku.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan adalah:
a) septik tank;
b) bidang resapan; dan
c) jaringan pemipaan air limbah.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi
ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan membuat tangki septik
tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah
lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan
cara pengolahan lain. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap
rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.
Prasarana Jaringan Persampahan
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, Prasarana jaringan persampahan mencakup
semua fasilitas dan bangunan pendukung yang berperan dalam pengelolaan sampah, mulai dari
sumber sumber asal sampah hingga tahap pengolahan akhir. Elemen-elemen perencanaan yang
harus dipersiapkan mencakup gerobak sampah, bak sampah, tempat penampungan sementara
(TPS), dan tmpat pemrosesan akhir (TPA),
Lingkungan perumahan harus dilayani sistem persampahan yang mengacu pada:
a) SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan;
b) SNI 03-3242-1994 tentang Tata cara pengelolaan sampah di permukiman; dan
c) SNI 03-3241-1994 tentang Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah.
Tabel 2. Kebutuhan Prasarana Persampahan
Prasarana
Lingkup Keterangan
Sarana Pelengkap Status Dimensi
Rumah (5
Tong sampah Pribadi - -
jiwa)
Gerobak Sampah 2m Gerobak
RW
mengangkut
(2500 jiwa) Bak sampah kecil 6m
Jarak bebas 3x seminggu
TPS
Gerobak sampah 2m TPS dengan Gerobak
Kelurahan
lingkungan mengangkut
(30.000 jiwa) Bak sampah besar 12 m
hunian 3x seminggu
Kecamatan Mobil sampah - minimal 30m Mobil
TPS/TPA
(120.000 mengangkut
Bak sampah besar Lokal 25 m
jiwa) 3x seminggu
Kota Bak sampah akhir -
(> 480.000 Tempat daur TPA -
-
jiwa) ulang sampah