Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaa


Sampah menyebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat, sedangkan menurut
Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 33 tahun 2010 sampah adalah sisa
kegiatan sehari-harimanusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat
yang terdiri atas sampahrumah tangga maupun sampah sejenis sampah
rumah tangga. Permasalahansampah timbul karena tidak seimbangnya
produksi sampah denganpengolahannya dan daya dukung alam sebagai
tempat pembuangan sampah yangsemakin menurun. Paradigma lama yang
masih banyak dianut yaitu sampah harussecepatnya dikumpulkan,
diangkut dan dibuang ke Tempat pembuangan Akhir(TPA).
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 4 tahun
2015 tentang Pengelolaan sampah pasal 1 ayat 29, pengurangan sampah
dapat dilakukan melalui pembatasan timbulan sampah (reduce),
pemanfaatan kembali sampah (reuse) dan pendauran ulang sampah
(recycle).
Kegiatan penanganan sampah meliputi: 1) pemilahan dalam bentuk
pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan
sifat sampah, 2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu, 3) pengangkutan dalam bentuk
membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah

1
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat
pemrosesan akhir, 4) pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah, 5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk
pengembalian sampah atau residu hasil pengolahansebelumnya ke media
lingkungan secara aman.
Pengelolaan TPA di Indonesia pada umumnya kurang mendapat
perhatian serius, sebagai contoh perisitiwa penutupan TPA Bantar Gebang
di Bekasi pada tahun 2000 dan longsornya sampah di TPA Leuwigajah,
Bandung pada 21 Februari 2005 (Efendi, 2012:22). Peristiwa ini
menimbulkan masalah yang cukup pelik karena terkait dengan pengganti
lahan yang semakin sulit, sumber pencemaran lingkungan dan timbulnya
vektor penyakit.
Upaya prefentif untuk menghadapi terjadinya masalah
persampahan seperti kasus di Bantar Gebang dan Leuwigajah adalah
melalui adanya regulasi yang mengikat. Pemerintah Kabupaten Pati
meningkatkan sistem pengelolaan sampah. Berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Kendari Nomor 5 tahun 2015 tentang Pengelolaan sampah pasal 1
ayat 29, Pemerintah Kabupaten Kota Kendari menerapkan konsep 3R
(Reuse, Reduce, Recycle) dengan menyediakan tempat sampah terpisah.
Kebijakan ini memudahkan masyarakat membuang sampah sesuai
tempatnya seperti limbah organik, limbah anorganik dan limbah lainnya
(kaca, besi, dll).
TPA Kota Kendari terletak di Kecamatan Puuwatu Kota
Kendari dibangun pada awalnya seperti berbagai Tempat Pembuangan
Akhir Sampah lainnya yang identik dengan gundukan sampah dan bau
busuk, namun selama tujuh tahun proses pembangunan, Dinas Pekerjaan
Umum Kota Kendari sebagai pengelola TPA Puuwatu memiliki master
plan untuk menjadikan TPA Kota Kendari sebagai tempat wisata lokal
bagi warga kota Kendari dan sekitarnya. Akan tetapi Pemerintah Kota
Kendari belum menjadikan TPA Puuwatu sebagai Wisata edukatif yang di
mana Wisata Edukatif dapat diartikan sebagai suatu wisata yang memiliki

2
fungsiedukasi atau unsur pendidikan yang kuat. Unsur ini didukung
dengan potensi yangada di objek wisata tersebut. Suatu objek wisata dapat
dikatakan memiliki fungsiedukatif jika memiliki daya tarik wisata yang
bersifat edukatif.
Beberapa TPA di Indonesiaseperti TPA Kabupaten Pati tidak
hanya menjadikan fungsi utama TPA sebagi tempat pembuangan akhir
sampah, namun TPA Kabupaten Pati ini disiapkan pula sebagai ruang
publik dan wahana rekreasi alternatif yang bersifat edukatif bagi warga
Pati dan sekitarnya. Pemanfaatan TPA Kabupaten Pati yang bergerak di
sektor wisata edukatif ini telah dibuktikan melalui meningkatnya daftar
kunjungan wisatawan yang berasal dari berbagai tingkat satuan pendidikan
untuk melakukan kegiatan outdoor study di lokasi tersebut.
Jadi untuk mendapatkan kawasan TPA yang bebas dari gundukan
sampah dan bau busuk serta tidak menimbulkan dampak negative bagi
lingkungan kita harus menggunakan Green Architecturepada kawasan
tersebut.
Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi
sumber daya alam, termaksud energy, air, dan material, serta minim
menimbulkan dampak negative bagi lingkungan. Arsitektur hijau
merupakan langkah untuk merealisasikan kehidupan manusia yang
berkelanjutan.(Karyono, 2010).
Menurut Brenda dan Robert Vale dalambukunya Green
Architecture : Design for ASustainable Future ada 6 prinsip dasar dalam
perencanaan Green Architecture, yaitu :
Conserving energy, pengoperasianbangunan harus meminimalkan
penggunaanbahan bakar atau energi listrik denganmemaksimalkan energi
alam sekitar lokasibangunan.
Working with climate, mendesain bangunancharus berdasarkan iklim yang
berlaku diclokasi tapak bangunan itu berada.

3
Minimizing new resources, mendesain dengan meminimalisir kebutuhan
sumberdaya alam, agar sumberdaya tersebuttidak habis dan dapat
digunakan di masamendatang.
Respect for site, bangunan yang dibangunjangan sampai merusak kondisi
tapakaslinya, dengan perubahan tapak seminimal mungkin
Respect for user, memperhatikan semuapengguna bangunan dan
memenuhi semuakebutuhannya.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul
Perencanaan Kawasan Wisata Edukasi Sampah TPA Kota Kendari
Dengan Penekanan Arsitektur Hijau.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencanakan kawasan wisata edukasi?
2. Bagaimana menata kawasan wisata edukasi yang berbasis green
architecture?
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
Tujuan dari proposal ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai perencanaan TPA sebagairuang publik dan wahana rekreasi
alternatif yang bersifat edukatif bagi warga Kota Kendari.
D. Batasan dan Lingkup Pembahasan
Batasan dan lingkup pembahasan proposal ini hanya pada ide
perancangan dari TPA sebagaiKawasan Wisata Edukasi Sampah serta
prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau sebagai pendukung
kenyamanan pada kawasan yang meliputi fungsi dan estetika.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum

1. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat


pembuanganterakhir bagi sampah-sampah yang berada pada suatu wilayah
tertentu (Fitri,2013:10). Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat
didefinisikan pula sebagaitempat pengarantinakan sampah atau menimbun
sampah yang diangkut darisumber sampah sehingga tidak mengganggu
lingkungan.
Penentuan lokasi pendirian Tempat Pembuangan Akhir
(TPA)memerhatikan beberapa hal sesuai Keputusan Dirjen Pemberantas
PenyakitMenular dan Penyehatan Pemukiman Departemen Kesehatan
nomor 281 tahun1989 tetntang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan
Sampah yaitu:
1. Pengelolaaan sampah yang baik dan memenuhi syarat
kesehatanmerupakan salah satu upaya untuk mencapai derajat
kesehatan yangmendasar.
2. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan
kesehatanakibat pengelolaan sampah sejak awal hingga pembuangan
akhir.
Lampiran Keputusan Dirjen tersebut menjelaskan pula
persyaratankesehatan pengelolaan sampah untuk Pembuangan Akhir
Sampah yaitu:
1. Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat,
binatangpengerat bagi pemukiman terdekat (minimal 3 km).
b. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minumdan
jarak sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan
strukturgeologi setempat.

5
c. Tidak terletak pada daerah banjir.
d. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.
e. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta
memperhatikanaspek estetika.Jarak dari bandara tidak kurang dari
5 km.
2. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan
sebagaiberikut:
a. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak
dan tidak menimbulkan bau.
b. Memiliki drainase yang baik dan lancer.
c. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan
masalahpencemaran.
d. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun
danberbahaya, lokasinyaharus diberi tanda khusus dan tercatat
diKantor Pemda.
e. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok
grilatau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka
harusdilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara
pengelolaansampah.
3. TPA yang sudah tidak digunakan:
a. Tidak boleh untuk pemukiman
b. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari
Aboejoewono (1985:89) menjelaskan secara sederhana tentang
tahapan-tahapandari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah. Terdapat
tiga tahapan proses kegiatan pengelolaan sampah, yaitu:
1. Pengumpulan
Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah daritempat
asalnya sampai ketempat pembuangan sementara menujutahapan
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuantong sampah,
bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorongmaupun tempat
pembuangan sementara (TPS/Dipo). Gunamelakukan pengumpulan

6
(tanpa pemilahan), umumnya melibatkansejumlah tanaga yang
mengumpulkan sampah setiap periode waktutertentu.
2. Pengangkutan
Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakansarana
bantuan berupa alat transportasi tertentu ke tempatpembuanga akhir.
Pada tahap ini juga melibatkan tenaga yang padaperiode waktu tertentu
mengangkut sampah dari tempatpembuangan sementara ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
3. Pembuangan akhir/pengolahan
Tahapan pembuangan, sampah akan mengalami pemrosesanbaik
secara fisik, kimia, maupun biologis sedemikian hingga
tuntaspenyelesaian seluruh proses. Daniel (1985:17)
mengemukakanbahwa ada dua proses pembuangan akhir, yaitu: open
dumping(penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill
(pembuangansecara sehat). Pada system open dumping, sampah akan
ditimbun diarea tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup,
sedangkan padacara sanitary landfill sampah ditimbun secara
berselang-selingantara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai
penutup.
Nandi (2005:15) mengemukakan bahwa sampah yang telah ditimbun
padatempat pembuangan akhir (TPA) dapat mengalami proses lanjutan,
untuk itu diperlukan teknologi pemrosesan lanjut. Adapun teknologi
pemrosesan lanjut yang umum digunakan adalah:
1. Teknologi pembakaran (Incinerator)
Cara ini menghasilkan produk samping berupa logam bekas
danuap yang dapat dikonversikan menjadi energy listrik.
Keuntunganlainnya dari penggunaan alat ini adalah:
a. Mengurangi volume sampah hingga 75% - 80% dari
sumbersampah tanpa proses pemilahan.
b. Abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas
daripembusukan dan bias langsung dapat dibawa ke

7
tempatpenimbunan pada lahan kosong, rawa ataupun daerah
rendahsebagai bahan pengurung.
c. Padan instalasi yang cukup besar dengan kapasitas sekitar
300ton/hari, dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga
energylistrik (sekitar 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan
dapatdimanfaatkan untuk menekan biaya proses (Dinas Kebersihan
DKIJakarta, 1985).
2. Teknologi composting
Teknologi ini menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai
pupukmaupun penguat struktur tanah.
3. Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah
potensial,seperti: kertas, plastik, logam dan kaca/gelas.
Berdasarkan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (2010:30),
terdapatbeberapa metode penimbunan sampah, yaitu:
1. Open Dumping
Cara ini cukup sederhana yaitu dengan membuang sampah
padasuatu legokan atau cekungan tanpa mengunakan tanah
sebagaipenutup sampah, cara ini sudah tidak direkomendasi lagi
olehPemerintah RI karena tidak memenuhi syarat teknis suatu
TPASampah, open dumping sangat potensial dalam
mencemarilingkungan, baik itu dari pencemaran air tanah oleh
Leachate (airsampah yang dapat menyerap kedalam tanah), lalat, bau
serta binatangseperti tikus, kecoa, nyamuk dll.
2. Control Landfill
Control landfill adalah TPA sampah yang dalam pemilihanlokasi
maupun pengoperasiannya sudah mulai memperhatikan SyaratTeknis
(SK-SNI) mengenai TPA sampah. Sampah ditimbun dalamsuatu TPA
Sampah yang sebelumnya telah dipersiapkan secarateratur, dibuat
barisan dan lapisan (SEL) setiap harinya dan dalamkurun waktu
tertentu timbunan sampah tersebut diratakan dipadatakanoleh alat berat
seperti Buldozer maupun Track Loader dan setelah ratadan padat

8
timbunan sampah lalu ditutup oleh tanah, pada controllandfill
timbunan sampah tidak ditutup setiap hari, biasanya lima harisekali
atau seminggu sekali. Secara umum control landfill akan lebihbaik bila
dibandingkan dengan open dumping dan sudah mulai
dipakaidiberbagai kota di Indonesia.
3. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pembuangan akhir sampah
yangdilakukan dengan cara sampah ditimbun di TPA sampah yang
sudahdisiapkan sebelumnya dan telah memenuhi syarat teknis,
setelahditimbun lalu dipadatkan dengan menggunakan alat berat
sepertibuldozer maupun track loader, kemudian ditutup dengan
tanahsebagai lapisan penutup setiap hari pada setiap akhir kegiatan.
Hal inidilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana
yangtelah ditetapkan.
4. Improved Sanitary Landfill
Improved Sanitary landfill merupakan pengembangan darisistem
sanitary landfill, dilengkapi dengan isntalasi perpipaansehingga air
sampah dapat dialirkan dan ditampung untuk diolahsehingga tidak
mecemari lingkungan, bila air sampah yang telahdiolah tersebut akan
dibuang keperairan umum, maka harusmemenuhi peraturan yang telah
ditentukan oleh Pemerintah RI tentangbuangan air limbah. Pada
Improved Sanitary landfill juga dilengkapidengan fasilitas pengelolaan
gas yang dihasilkan oleh prosesdekomposisi sampah di lapisan sel
tanah.
5. Semi Aerobic Sanitary Landfill
Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik improvedsanitary
landfill, dimana usaha untuk mempercepat proses penguraiansampah
oleh bakteri (dekomposisi sampah) dengan memompakanudara
(Oksigen) kedalam timbunan sampah. Teknologi ini sangatmahal
tetapi sangat aman terhadap lingkungan.

9
2. Pengertian Wisata Edukasi

Menurut Merpaung (2002) yang didasarkan pada ketentuan


WATA(World Association of travel Agent), wisata adalah perjalanana
keliling selamalebih dari tiga hari yang diselenggarakan oleh suatu kantor
perjalanan di dalamkota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai
tempat atau kota baik didalam maupun di luar negeri, sehingga pada
pengertian tersebut dapatdisimpulkan bahwa pengertian wisata lebih
menenkankan pada kegiatan yangdilakukan wisatawan dalam suatu
perjalanan pariwisata. Kegiatan dalampariwisata ditentukan oleh minat
dari wisatawan. Selain itu, kegiatan pariwisataditentukan oleh sumber
daya pariwisata yang tersedia. Oleh karena itu, banyakmuncul istilah
wisata sejarah, wisata budaya, wisata alam, wisata edukasi danjenis wisata
lainnya.
Secara Etimologis, edukasi berasal dari kata latin yaitu educare
yangartinya memunculkan, membawa, melahirkan. Secara umum,
edukasiadalah setiap tindakan atau pengalaman yang memiliki efek
formatif padakarakter, pikiran atau kemampuan fisik dalam individu.
Pendidikan dan edukasi memiliki pengertian yang berbeda.
BerdasarkanKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah
pengubah sikap dantata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan latihan, proses,
perbuatan, dan cara mendidik.Sedangkan edukasi adalah upaya dari
subyek terhadap objek untuk mengubahcara memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan menuju cara tertentu yangdiinginkan oleh
subyek. Kata edukatif bermakna sesuatu yang memiliki sifatedukasi.
Suwantoro (1997:27) menyatakan bahwa Educational Tour
(wisatapendidikan) yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk
memberikangambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai
bidang kerja yangdikunjunginya. Wisata jenis ini disebut juga sebagai
study tour atau perjalanankunjungan pengetahuan.

10
Eduvacation berasal dari kata Edu yang berasal dari kata
Education yangberarti pelajaran dan Vacation yang berarti liburan. Maka,
Education biasdiartikan sebagai wisata yang di dalam kegiatannya terdapat
unsur pembelajaran.Melalui kegiatan ini, tugas guru cukup membimbing,
mengarahkan sertamenjelaskan dengan cara yang mudah dan
menyenangkan.
Suwantoro (1997) menglasifikasikan wisata edukasi menjadi empat
jenis,yaitu:
1. Wisata Edukasi Science / Ilmu PengetahuanWisata Edukasi Science /
Ilmu Pengetahuan adalah wisata edukasiyang berbasis kepada ilmu
pengetahuan. Wisata ini mengedepankaninformasi tentang ilmu
pengetahuan yang diperoleh wisatawan setelahberwisata.
2. Wisata Edukasi Sport / OlahragaWisata Edukasi Sport / Olahraga
adalah wisata edukasi yang berbasiskepada pendidikan secara fisik
atau olahraga.
3. Wisata Edukasi Culture / KebudayaanWisata Edukasi Culture disebut
juga Wisata Edukasi Kebudayaan.Wisata ini menyajikan tentang
pendidikan budaya dalam bidang seni,adat istiadat dan lain-lain yang
berhubungan dengan kebudayaan.
4. Wisata Edukasi AgrobisnisWisata Edukasi ini berbasis kepada
kepemilikan agro atau pertaniandan peternakan yang juga merupakan
bisnis dari suatu perusahaanmaupun perseorangan.
Wisata edukatif dapat diartikan sebagai suatu wisata yang memiliki
fungsiedukasi atau unsur pendidikan yang kuat. Unsur ini didukung
dengan potensi yangada di objek wisata tersebut. Suatu objek wisata dapat
dikatakan memiliki fungsiedukatif jika memiliki daya tarik wisata yang
bersifat edukatif.

3. Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah


berakhirnya suatuproses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,

11
dalam proses-proses alam tidak adasampah, yang ada hanya produk-
produk yang tak bergerak.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas.
Ketika dilepaskandalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas,
sampah dapat dikatakan sebagaiemisi. Emisi biasa dikaitkan dengan
polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari
aktivitas industry (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya
pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.Hampir semua produk industri
akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlahsampah yang kira-
kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Jenis-Jenis Sampah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai
berikut.
1. Sampah Rumah Tangga
a. Sampah basah
Sampah jenis ini dapat diurai (degradable) atau biasa dikatakan
membusuk.Contohnya ialah sisa makanan, sayuran, potongan
hewan, daun kering dan semuamateri yang berasal dari makhluk
hidup.
b. Sampah kering
Sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas dan
sampahkierng nonlogam seperti kayu, kertas, kaca, keramik, batu-
batuan dan sisa kain.
c. Sampah lembut
Contoh sampah ini adalah debu dari penyapuan lantai rumah,
gedung,penggergajian kayu dan abu dari rokok atau pembakaran
kayu.
d. Sampah besar
Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar
sepertimeja, kursi, kulkas, televisi, radio dan peralatan dapur.
2. Sampah Komersial

12
Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar,
pertokoan, rumahmakan, tempat hiburan, penginapan, bengkel dan
kios. Demikian pula dari institusiseperti perkantoran, tempat
pendidikan, tempat ibadah dan lembaga-lembaganonkomersial lainnya.
3. Sampah Bangunan
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk
pemugaran danpembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu,
batu-bata dan genting.
4. Sampah Fasilitas Umum
Sampah ini berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar,
taman,lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
Contohnya ialah daun, ranting,kertas pembungkus, plastik dan
debu.Selain menurut jenisnya, sampah juga dikelompokkan menurut
komposisinya yaituorganik, kertas, logam, kaca, tekstil,
plastik/karet.Pengelompokkan jenis ini berguna untuk mengetahui
persentase tiap-tiap komponen. Hal ini sangat terkait dengan upaya
pengolahannya.

4. Pengertian Kawasan Wisata Edukasi Sampah TPA

Kawasan Wisata Edukasi Sampah TPA merupakan kawasan


pengolahan sampah yang digunakan sebagai objek wisata yang bersifat
edukatif untuk mengetahui cara mengelola, mengolah, dan memanfaatkan
kembali sampah menjadi barang yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia.

B. Tinjauan Khusus
1 . Pengertian Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya
alam, termaksud energy, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak
negative bagi lingkungan. Arsitektur hijau merupakan langkah untuk
merealisasikan kehidupan manusia yang berkelanjutan.(Karyono, 2010)

13
Green Architecture muncul sebagaitrend/gerakan baru dalam perancangan
bangunandan lingkungan, terutama sejak munculnyaformulasi Komisi PBB,
Brundtland Commisiontahun 1987 tentang Pembangunan
Berkelanjutan(Sustainable Development). Pembangunanberkelanjutan
diterjemahkan sebagai-development that meets the needs of the presentwithout
compromising the ability of futuregenerations to meet their own needs. Sejak
saatitu, isu 'hijau' mulai menjadi perhatian di duniaperancangan bangunan,
sebagai bentuk kepedulian dan partisipasi dunia arsitektur dalammenjaga
kelestarian lingkungan. Arsitektur hijaumerupakan konsekuensi dari
konseppembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijaumeminimalkan penggunaan
sumber daya alamoleh manusia untuk menjamin generasimendatang dapat
merasakan hal yang minimalsama dengan yang dirasakan saat ini. Arsitekturhijau
adalah arsitektur yang minimmengkonsumsi sumber daya alam, termasukenergi,
air, mineral, serta minim menimbulkandampak negatif bagi lingkungan.
(Karyono, 2010)
Menurut Brenda dan Robert Vale dalambukunya Green Architecture :
Design for ASustainable Future ada 6 prinsip dasar dalam perencanaan Green
Architecture, yaitu :
Conserving energy, pengoperasianbangunan harus meminimalkan
penggunaanbahan bakar atau energi listrik denganmemaksimalkan energi alam
sekitar lokasibangunan.
Working with climate, mendesain bangunancharus berdasarkan iklim yang
berlaku diclokasi tapak bangunan itu berada.
Minimizing new resources, mendesain dengan meminimalisir kebutuhan
sumberdaya alam, agar sumberdaya tersebuttidak habis dan dapat digunakan
di masamendatang.
Respect for site, bangunan yang dibangunjangan sampai merusak kondisi
tapakaslinya, dengan perubahan tapak seminimal mungkin
Respect for user, memperhatikan semuapengguna bangunan dan memenuhi
semuakebutuhannya.
Dalam Design forEnvironmental Sustainability oleh Vezolli dan Manzini

14
disebutkan beberapa kriteria perancanganbangunan dan lingkungan yang
mendukungperwujudan lingkungan yang berkelanjutan,yaitu:
Minimise Materials Consumption,meminimalisasi konsumsi terhadap
materialseperti efisiensi penggunaan, mengurangisampah/sisa, menghindari
kemasan sertaperancangan yang hemat energi.
Minimising Energy Consumption,meminimalisasi penggunaan energi
padaproses produksi, transportasi danpenyimpanan
Minimising Toxic Emissions, pemilihanbahan/material dan sumer daya energi
yangtidak beracun
Renewable and Bio-compatible Resources,pemilihan material dan sumber
daya energy terbarukan
Optimisation of Product Lifespan,optimalisasi usia/umur produk
melaluiperancangan yang handal dan adaptif.
Improve Lifespan of Materials, memilihmaterial yang efisien dan terbarukan
dankompatibel
Design for Disassembly

2. Standar Pengukuran Arsitektur Hijau


Prinsip perwujudan bangunan/arsitekturhijau adalah harus hemat dalam
penggunaan- energi dan sumber daya alam. Lalu bagaimanakita mengetahui jika
bangunan/rancanganbangunan telah mengadopsi prinsip-prinsip hijautersebut?
Dalam hal ini diperlukan standar/tolokukur yang dapat digunakan sebagai
panduan(guidelines) dalam merancang atau mengukurtingkat ke-hijau-an sebuah
bangunan ataulingkungan. Hasil dari pengukuran ini adalahsemacam
pengakuandari pengukuran ini adalahsemacam pengakuan kehijauan
bangunanmelalui penerbitan sertifikat hijau (semacamsertifikasi) bagi bangunan
yang lulus penilaian.
Beberapa standar pengukuran ke-hijau-an suatuproduk perencanaan bangunan
telah dirumuskanpada beberapa negara, antara lain :
1. BREEAM ( Building Research Establishment's Environmental
AssesmentMethod)

15
BREEAMmerupakan standarpengukuran hijau untuk bangunan di
Inggris,yang dirumuskan pertama kali tahun 1990 olehBuilding Research and
Establishment (BRE).Parameter pengukuran hijau meliputi 10aspek/sektor
yaitu :
Energi, mencakup energi operasional danemisi CO2 yang dihaslkan
Manajemen, meliputi kebijakan danmanajemen tapak/bangunan
Kesehatan dan Kualitas Hidup,meliputi kebisingan, pencahayaan,kualitas
udara, dsb
Transportasi, terkait dengan emisi CO2
Air, terkait konsumsi dan efisiensipenggunaannya
Material, terkait dampak yangterkandung pada material bangunan
Limbah, terkait pengelolaan dankonstruksi yang efisien
Tata Guna Lahan, meliputi jenis tapakdan intensitasnya
Polusi, mengetahui tingkat polusi udaradan air di sekitar bangunan
Ekologi, meliputi nilai ekologis,konservasi dan peningkatan
kualitastapak/lingkungan.
Penilaian dalam bentuk rating/pemeringkatan dengan tingkatan Pass, Good,
Very Good, Excellent dan tertinggi Outstanding. (sumber:
http://www.breeam.org)

2. LEED (Leadership in Energy andEnvironmental Design)


Standar hijau lain adalah LEED(Leadership in Energy and
EnvironmentalDesign) yang dikeluarkan oleh United StatesGreen Building
Council (USGBC) pada tahun1998. LEED digunakan untuk menilaibangunan
atau lingkungan pada tahap praperancanganmaupun dalam kondisi
telahterbangun. Parameter utama adalah sepertiberikut :
Tapak/Lokasi yang Berkelanjutan(Sustainable Site), meliputi
pemilihanlokasi, kepadatan dan konektivitas denganlingkungan,
transportasi alternatif,pengembangan tapak, pengurangan polusi.

16
Efisiensi Air (Water Efficiency), meliputipengurangan penggunaan air,
penataan airyang efisien, inovasi teknologi pengelolaanair limbah.
Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere), meliputi
optimalisasikinerja energi, sistem energi terbarukan pada tapak,
manajemen lanjut AC,penggunaan energi ramah lingkungan.
Material dan Sumber Daya (Material and Resources), meliputi konservasi
bangunan, manajemen pengelolaan sampah konstruksi, penggunaan ulang
material, daur ulang, material regional, material yang terbaharukan,
penggunaan kayu yang bersertifikasi.
Kualitas Lingkungan Ruang Dalam(Indoor Environmental Quality),
meliputioptimalisasi ventilasi, manajemen kualitasudara, material dengan
emisi rendah (lowemitting),sistem yang terkontrol untukpencahayaan dan
penghawaan buatan,optimalisasi pencahayaan alami danpemandangan
luar.
Inovasi Perancangan (Innovation inDesign)
Prioritas Regional (Regional Priority)
Penilaian LEED dilakukan denganscoring/points, dengan tingkatan
sebagaiberikut :
Certified, 40 49 points
Silver, 50 59 points
Gold, 60 79 points
Platinum, 80 points ke atas.
3. GREEN STAR (Standar Bangunan HijauAustralia)
Standar penilaian bangunan hijau GREENSTAR dikeluarkan oleh Green
BuildingCouncil Australia (GBCA) pada tahun 2002.Perumusan standar hijau
ini bertujuan untukmenciptakan sistem penilaian bangunan hijausecara
komprehensif terutama di dalamindustri properti.Kategori penilaian GREEN
STAR terdiri dari :

17
Management, untuk mengetahui tingkat adopsi terhadap prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan mulai daritahap perencanaan,
pelaksanaankonstruksi dan pengoperasian.
Energy, terkait reduksi emisi gas rumahkaca, melalui efisiensi dan
penggunaanenergi alternatif.
Water, mengurangi penggunaan air-melalui perancangan sistem
pelayananbangunan yang efisien, penerapan sistemdaur ulang air dan
sumber air lain (missal air hujan).
Land Use and Ecology, mengurangidampak negatif terhadap
ekosistemdengan merestorasi flora dan fauna.
IEQ, penerapan sistem utilitas bangunanyang efisien seperti HVAC,
pencahayaandan penghunian.
Transport, pengurangan kendaraanpribadi dengan menyediakan
sistemtransportasi alternatif.
Material, pemilihan material yang sesuai,penggunaan material daur ulang
sertamanajemen yang efisien.
Emissions, kontrol terhadap polusi daribangunan serta kontribusi
bangunanterhadap ekosistem sekitarnya.
Penilaian rating dilakukan dengan menentukanpoint/score, dengan
kategori sebagai berikut :
One Star 10 19 points
Two Star 20 29 points
Three Star 30 44 points
Four Star 45 59 points Best Practice
Five Star 60 74 points AustralianExcellence
Six Star 75 + points World Leader
4. Standarisasi Hijau di Indonesia
Mengikuti jejak beberapa negara yang telahmerumuskan kriteria dan standar
pengukuran-bangunan hijau, maka pada tahun 2009 diIndonesia dibentuk
Lembaga Green BuildingCouncil Indonesia (GBCI) sebagai lembaga

18
nonpemerintah. GBCI tercatat sebagai anggota dariWorld Green Building
Council yang berpusat diKanada. Penyusunan sistem rating oleh
GBCIdilakukan untuk dua kategori utama bangunanyaitu Bangunan Baru
(New Building) danBangunan Eksisting (Existing Building). Untukbangunan
baru sudah tersusun sistem rating-nya,sedangkan untuk bangunan eksisting
sedangdalam tahap diseminasi, yang diluncurkan padaApril2011 ( ) .
GREENSHIP bersifat khas Indonesia sepertihalnya perangkat penilaian di
setiap negara yangselalu mengakomodasi kepentingan lokalsetempat. Program
sertifikasi GREENSHIPdiselenggarakan oleh Komisi Rating GBCI
secarakredibel, akuntabel dan penuh integritas.GREENSHIP sebagai sebuah
sistem ratingterbagi atas enam aspek yang terdiri dari :
Tepat Guna Lahan (Appropriate SiteDevelopment/ASD)
Efisiensi Energi & Refrigeran (EnergyEfficiency & Refrigerant/EER)
Konservasi Air (Water Conservation/WAC)
Sumber & Siklus Material (MaterialResources & Cycle/MRC)
Kualitas Udara & Kenyamanan Udara(Indoor Air Health & Comfort/IHC)
Manajemen Lingkungan Bangunan(Building & Enviroment Management)
Masing-masing aspek terdiri atas beberapaRating yang mengandung kredit
yang masing-masingmemiliki muatan nilai tertentu dan akandiolah untuk
menentukan penilaian. Saat iniGBCI tengah melakukan proses
penilaianwterhadap beberapa bangunan baru di Indonesiaseperti Bakrie
Tower, Ciputra World dan KampusITSB, sebagai pilot project penilaian hijau
diIndonesia.

C. Studi Banding
1. MTPA PATI

19
Gambar 2.1Pintu Gerbang TPA Pati
Sumber: isroi.com
TPA Kabupaten Pati terletak di Desa Sukoharjo Kecamatan
MargorejoKabupaten Pati ini awalnya seperti berbagai Tempat
Pembuangan Akhir Sampahlainnya yang yang identik dengan
gundukan sampah dan bau busuk. Mulaibeberapa tahun terakhir, Dinas
Pekerjaan Umum Kab. Pati sebagai pengelolaTPA, berusaha
mengubah itu. TPA Kabupaten Pati diharapkan menjadi
tempatpenimbunan dan pengelolaan sampah berbasis edukatif
lingkungan hidup, dan TPA ini diharapkan dapat menjadi ruangpublik
dan wahana rekkreasi alternatif yang bersifat edukatif bagi warga Pati
dansekitarnya.

Gambar 2.2Fasilitas Kebun Binatang dan Taman Kehati


Sumber: alamendah.org

TPA Kabupaten Pati memanfaatkan zona non aktif (bekas


tempatpenimbunan sampah) sebagai bumi perkemahan, untuk
memaksimalkanpenggunaannya sebagai tempat berkemah pihak

20
pengelola TPA secara aktif akanmemberikan bantuan penyewaan
berbagai fasilitas penunjang perkemahan sepertisound system, listrik,
maupun tenda secretariat, sedangkan fasilitas lain seperti airbersih dan
MCK (Mandi, Cuci, Kakus) telah tersedia.Kebun binatang mini dan
bumi perkemahan merupakan fasilitas yangtersedia di TPA Margorejo
Pati, namun di tempat ini masih memiliki beberapafasilitas lain yang
dapat dimanfaatkan sebagai wahana rekreasi alternatif.Beberapa
fasilitas tersebut antara lain:
1. Kebun Kehati (keanekaragaman Hayati); Kebun yang baru
dibangunbeberapa bulan silam ini merupakan hasil kerjasama
antara DinasPekerjaan Umum dengan Dinas Lingkungan Hidup
kab. Pati.
2. Pondok Taman bacaan; Sayangnya dalam beberapa kali kunjungan
ke sanataman bacaan ini selalu dalam keadaan tertutup.
3. Berbagai unit pendukung TPA seperti Instalansi Pengolahan
LumpurTinja, dan Unit Pembuatan Kompos.
4. Parkir Kendaraan

2. TPA Manggar

Gambar 2.3Pintu Gerbang TPA Manggar


Sumber: beautyofnaturebalikpapan.blogspot.co.id

TPA Manggar terletak di Keluraha Manggar Kota


Balikpapan,Kalimantan timur. TPA Manggar luasnya mencapai lebih

21
dari 25 hektar. TPA Manggar memiliki topografi Wilayah berbukit ini
terlihat indah seperti tempat wisata layaknya. TPA Manggar banyak
dikunjungi murid-murid sekolah banyak yang berkunjung untuk
belajar tentang lingkungan hidup. Juga banyak Wali Kota dari berbagai
kota di Indonesia berkunjung untuk melakukan studi banding dan
berbagi pengalaman dalam hal pengolahan sampah.
Di dalam kawasan ini TPA Manggar, terdapat fasilitas pondokan -
pondokan yang telah disediakan oleh pengelola. Disetiap pondokan
juga telah disediakan kompor gas yang berasal dari hasil pengolahan
sampah, dan pengunjung diperisilahkan untuk menggunakan kompor
gas tersebut.

Gambar 2.4Taman Bermain Anak


Sumber: beautyofnaturebalikpapan.blogspot.co.id

Tidak hanya itu, di TPA Manggar ini, lokasi bermain anak pun
juga telah disediakan. Anak-anak akan dimanjakan dengan bebagai
permainan, seperti ayunan, jungkat -jungkit, flying fox, juga mencoba
ATV di arena bekas sampah yang telah di design ulang sedemikian
rupa sehingga sangat nyaman di jadikan lokasi bermain ATV dan
Motor Cross.

22
Gambar 2.5Taman Baca
Sumber: beautyofnaturebalikpapan.blogspot.co.id
Bagi anak-anak yang ingin membaca, petugas juga telah
menyediakan perpustakaan sebagai tempat baca dengan suasana yang
berbeda.

3. TPA Talangagung

Gambar 2.6TPA Talangagung


Sumber: www.bekasiurbancity.com

TPA yang terdapat di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang


yaitu TPA Talangagung. TPA Talangagung memiliki luas wilayah
sebesar 2,5 hektar. TPA Talangagung bukan hanya sebagai tempat
pengolahan terakhir sampah, namun merupakan salah satu TPA
percontohan yaitu sebagai tempat wisata edukasi berbasis lingkungan.

23
Gambar 2.7Instalasi Gas Metan
Sumber: www.bekasiurbancity.com
TPA Talangagung dibentuk dan dikembangkan oleh Dinas
Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya. Berdirinya TPA Talangagung ini
dilatar belakangi dari pendapat Bapak Koderi. Pada awal tahun 2009,
bapak Koderi sebagai Kasi Kebersihan Bidang Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Kabupaten
Malang mengajak warga di sekitar TPA Talangagung menyamakan
persepsi untuk mengolah sampah menjadi barang bermanfaat bagi
warga sekitar, dapat memanfaatkan sampah sebaik mungkin, sampah
yang merupakan bahan buangan disulap menjadi barang
yang bermanfaat.
Tujuan utama berdirinya TPA Talangagung adalah untuk
memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang pengolahan
sampah secara maksimal dan bagaimana teknologi dapat mengubah
sampah yang sebelumnya di jauhi dan dipandang sebelah mata
menjadi sesuatu yang sangat berguna. Dengan prinsip pemanfaatan gas
metah yang dihasilkan dari pengelolaan sampah merupakan suatu
inovasi energi terbarukan. Gas metan yang dihasilkan sangat berguna
bagi penduduk sekitar di Desa Talangagung. Gas metan tersebut di
manfaatkan sebagai pengganti penggunaan gas LPG, jika
dibandingkan penggunaan gas metan untuk keperluaan memasak lebih
ekonomis dibandingkan dengan menggunakan gas LPG.

24
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Tinjauan Terhadap Kota Kendari
1. Kondisi Fisik Kota Kendari
a. Letak Geografis

Gambar 2.23Peta Kota Kendari

25
Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari dan sekaligus juga
sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian
Selatan Garis Katulistiwa berada di antara 305430 -40 311 LS dan
membentang dari Barat ke Timur di antara 1220 23 -1220 39 BT.

Sepintas tentang letak wilayah Kota Kendari Sebelah Utara berbatasan


dengan Kecamatan Soropia, Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari di
kabupaten Konawe, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan
Kecamatan Konda, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto di
Kabupaten Konawe Selatan dan Kecamatan Sampara di kabupaten Konawe
b. Luas Wilayah
Luas Wilayah daratan kota Kendari 295,89 km atau 0,78 % dari luas
daratan propinsi Sulawesi tenggara. Luas wilayah menurut kecamatan sangat
beragam kecamatan poasia merupakan wilayah yang paling luas dengan luas
wilayah 18,76% dari luas wilayah kota Kendari, selanjutnya kecamatan Baruga
dengan luas wilayah 16,61%, kecamatan Abeli 15,88 %, kecamatan Puuwatu 15,8
%, kecamatan Mandonga 7,88 %, kecamatan Kendari barat 7,57 %, kecamatan
Kambu 7,15 %, kecamatan Kendari ,80 %, kecamatan Wua-wua 3,29 %, dan
kecamatan Kadia 2,57 %.
Persentase luas wilayah Kota Kendari tahun 2016

Sumber: Kota Kendari dalam angka 2017

26
c. Keadaan Iklim
- Musim
Indonesia merupakan negara yang dilewati sumbu garis khatulistiwa
sehingga memiliki iklim tropis. Dalam Iklim tropis hanya dikenal dua
macam musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Sebagaimana
daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari hanya dikenal dua musim
yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim sangat
dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya.
Sekitar bulan april, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan
yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim pancaroba atau
peralihan antara musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan mei sampai
dengan bulan agustus, angin bertiup dari arah timur berasal dari benua
Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan
kurangnya curah hujan didaerah ini. Pada bulan agustus sampai dengan
bulan oktober terjadi musim kemarau.
Kemudian pada bulan november sampai dengan bulan maret, angin bertiup
banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera
Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut di
wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim hujan.
Menurut data yang ada menunjukkan bahwa banyaknya curah hujan rata-
rata berkisar antara 2,504 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 175
hari/tahun dan curah hujan tertinggi pada bulan juni.
- Suhu Udara
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan
ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir
mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing
tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari
merupakan daerah bersuhu tropis, dengan suhu udara maksimum 32,83C
dan minimum 19,58C atau dengan suhu rata-ratanya 26,20C. Tekanan
udara rata-rata 1.010,5 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,67%.

27
Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2008 pada umumnya
berjalan normal, mencapai 4 m/detik.

2. Pemerintahan

Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah, Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari berubah menjadi
Kota Kendari. Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2003 telah dimekarkan menjadi
10 kecamatandengan jumlah kelurahansetelah pemekaran pada bulan Oktober
2006 sebanyak 64 kelurahan.

Kota Kendari dikepalai oleh seorang Walikota, dalam melaksanakan


tugasnya Walikota Kendari dibantu oleh Sekretaris Wilayah Kota yang
membawahi beberapa Asisten, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) dan Inspektorat Wilayah Daerah serta dibantu oleh berbagai Instansi
Dinas/Vertikal yang masing-masing mempunyai lingkup tugas yang berbeda-
beda. Di setiap kecamatan dan kelurahan, Walikota Kendari mendudukkan
masing-masing seorang Camat dan seorang Lurah dalam upaya untuk membantu
kelancaran pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan sampai ke bawah.

3. Statis Kependudukan
Penduduk kota Kendari berdasarkanSensusPenduduk 2000 berjumlah
205.240 jiwa. Ketika dilakukan Survei Penduduk Antarsensus
(Supas)padatahun2005, diketahui jumlah penduduk kota Kendarimeningkat
menjadi226.056 jiwa.Jumlahpenduduk berdasarkan hasil SensusPenduduk2010
tercatat sebanyak289.966jiwa.

JumlahPenduduk Tahun2012 adalahsebesar304.862jiwa.Penduduk


tersebuttersebar denganpersebaran yangtidakmerata. Padatahun2012, sebanyak
14,80persenpenduduk kota Kendari tinggaldiwilayahKendari
Barat,hanya6,68persen tinggaldi Kecamatan baruga,danselebihnya
tersebarpada8kecamatan dengan persebaranyang bervariasi. Di samping

28
itu,dilakukanpenghitungan kepadatanpenduduk padamasing- masing wilayah
Kecamatan. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk perkmpersegi.
Kadiamerupakan kecamatan dengan kepadatanpendudukpalingtinggiyaitu

sebesar6.149jiwaperkm2 sedangkan Barugamerupakan kecamatan dengan

kepadatan penduduk paling rendah yaitusebesar424jiwaperkm2.


Biladilihatberdasarkan rasio jeniskelamin, dikotaKendariterdapat lebih
banyak penduduk laki-laki daripada perempuan. Rasio jenis
kelaminadalahperbandingan antara banyaknya penduduklaki-lakidengan
banyaknyapenduduk perempuan pada suatudaerah danwaktu tertentu. Biasanya
dinyatakandengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 perempuan.Rasio jenis
kelamin pendudukKotaKendarisebesar101,98 Ataudengankatalain,terdapat 102
penduduk laki-lakiuntuktiap100 pendudukperempuan.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan
tingkat pertumbuhan penduduk pertahundalamjangka waktu tertentu.
Secaraumum,laju pertumbuhanpendudukkota Kendari sebesar3,09persenpertahun,
maka jumlah penduduk kota Kendari 20 Tahun kedepan dapat diproyeksikan
sebagai berikut :
Tabel III.1. Proyeksi jumlah penduduk 20 tahun ke depan

Laju Jumlah
Luas Kepadatan
Tahun Pertumbuhan penduduk
(km2) (jiwa/km2)
(%) (jiwa)

2012 267,37 3,09 304.862 1.140

2013 267,37 3,09 314.282 1.175

2014 267,37 3,09 323.993 1.212

2015 267,37 3,09 334.004 1.249

29
2016 267,37 3,09 344.325 1.288

2017 267,37 3,09 354.965 1.328

2018 267,37 3,09 365.933 1.369

2019 267,37 3,09 377.240 1.411

2020 267,37 3,09 388.897 1.455

2021 267,37 3,09 400.914 1.499

2022 267,37 3,09 413.302 1.546

2023 267,37 3,09 426.073 1.594

2024 267,37 3,09 439.239 1.643

2025 267,37 3,09 452.811 1.694

2026 267,37 3,09 466.803 1.746

2027 267,37 3,09 481.227 1.800

2028 267,37 3,09 496.097 1.855

2029 267,37 3,09 511.426 1.913

2030 267,37 3,09 527.229 1.972

2031 267,37 3,09 543.520 2.033

30
B. Lokasi Perencanaan
1. Gambaran Umum Lokasi Perencanaan
Berdasar dari fungsi kawasanwisata edukasi tempat pembuangan
sampah sebagai wadah kegiatan pembelajaran dan rekreasi yang bersifat
umum, dan tempat diadakannya suatu kegiatan, maka perlu diper-
timbangkan penempatan lokasi yang sesuai dengan fungsi bangunan,
sehingga dapat menunjang keberadaan fisik bangunan.

Adapun lokasi dari kawasan wisata edukasi samapah ini terletak di


daerah puwatu, tepatnya pada Kecamatan Puwatu Kota Kendari. Berikut
merupakan tinjauan lokasi kawasan wisata edukasi sampahTPA Kota Kendari
Kecamatan Puuwatu.

Gambar: 3.1 Peta Administrasi Kota Kendari


Sumber: RTRW Kota Kendari

2. Pendekatan Penentuan Site/Tapak


a. Penenentuan Site/Tapak

31
Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dari hampir semua perencanaan arsitektur. Namun dalam
perencanaan ini, lokasi sudah ditentukan, karena Kecamatan Puwatu di
peruntukan sebagai tempat pengelolaan sampah akhir oleh Pemkot Kendari.
Sehingga tidak diperlukan adanya kriteria tertentu dalam pemilihan lokasi.
Adapun hal yang diperlukan mengenai permasalahan lokasi ini adalah alasan
apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut memang memenuhi
kelayakan untuk kawasan wisata edukasi sampah TPA Kota Kendari.

Berdasarkan peta RTRW, Kecamatan Puwatu di peruntukan untuk


kawasan pariwisata. Selain itu Kecamatan Puuwatu juga di jadikan sebagai
tempat pengelolaan sampah akhir oleh Pemkot Kendari dan dijadikan
sebagai tujuan wisata.
Pada site ini, lokasi merupakan lokasi tunggal, dikarenakan ini
termasuk ke dalam area tempat pembuangan sampah. Sehingga tidak akan
ada site lainnya sebagai pembanding. Terdapat beberapa kriteria agar
sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah kawasan wisata edukasi
sampah antara lain :
a) Berada pada area kawasanpariwisata, hiburan dan rekreasi.
b) Luasan site/tapak yang cukup memadai.
c) Memiliki bentuk yang memungkinkan penggunaan site/tapak secara
maksimal.
d) Mudah dijangkau dari pusat kota dan terdapat sarana transportasi kota
berupa jalan dan angkutan kota.
e) Dilalui oleh sarana utilitas kota, yaitu air bersih, listrik , telepon,
drainase dan sanitasi.
f) Nilai kenyamanan lingkungan berupa kebisingan, polusi udara dan
tingkat getaran di sekitar tapak sedang.
g) Mempunyai view yang baik.
.
b. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi
a. Luas Site : 18 ha.

32
Gambar 3.2 Lokasi Perencanaan
Sumber: Google Earth

b. Batas site :
- Barat : Lahan UHO
- Timur : Perkampungan Lalombaku
- Utara :Perumahan Penduduk
- Selatan :Lahan Masyarakat

Gambar 3.3Batas Lahan


Sumber: Google Earth

c. Bangunan sekitar lokasi

33
Gambar 3.4Bangunan sekitar lokasi
Sumber: Google Earth

34

Anda mungkin juga menyukai