1. Dalam penetapan lokasi sebuah Rumah Sakit, hal apa saja yang terkait dengan kondisi
lingkungan fisik yang harus diperhatikan, berikan penjelasan singkatnya
Menurut Permenkes No. 24 tahun 2016 tetang Persyaratan Teknis Bangunan dan
Prasaraana Rumah Sakit, hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Geografis
1) Kontur tanah
Kontur tanah mempengaruhi perencanaan struktur, arsitektur, dan mekanikal
elektrikal rumah sakit. Selain itu kontur tanah juga berpengaruh terhadap
perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lainlain.
2) Lokasi rumah sakit sebagai berikut:
a) Berada pada lingkungan dengan udara bersih dan lingkungan yang tenang.
b) Bebas dari kebisingan yang tidak semestinya dan polusi atmosfer yang datang
dari berbagai sumber.
c) Tidak di tepi lereng.
d) Tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor.
e) Tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi.
f) Tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif.
g) Tidak di daerah rawan tsunami.
h) Tidak di daerah rawan banjir.
i) Tidak dalam zona topan.
j) Tidak di daerah rawan badai
k) Tidak dekat stasiun pemancar.
l) Tidak berada pada daerah hantaran udara tegangan tinggi.
b. Peruntukan lokasi
Bangunan rumah sakit harus diselenggarakan pada lokasi yang sesuai dengan
peruntukannya yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata bangunan daerah
setempat.
c. Aksesibilitas Untuk Jalur Transportasi dan Komunikasi
Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan raya dan
tersedia infrastruktur dan fasilitas dengan mudah, yaitu tersedia transportasi umum,
pedestrian, jalur-jalur yang aksesibel untuk disable.
d. Fasilitas Parkir
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS sangat penting, karena
prasarana parkir dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak lahan. Dengan
asumsi perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 37,5m2 s/d 50m2
per tempat tidur (sudah termasuk jalur sirkulasi kendaraan) atau menyesuaikan
kondisi sosial ekonomi daerah setempat. Tempat parkir harus dilengkapi dengan
rambu parkir. Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah
penghijauan yang telah ditetapkan.
e. Utilitas Publik
Rumah sakit harus memastikan ketersediaan air bersih, pembuangan air
kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon selama 24 jam.
f. Fasilitas Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Setiap rumah sakit harus dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan kesehatan
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Kualitas Air di Rumah Sakit Tujuan pengawasan kualitas air di rumah
sakit adalah terpantau dan terlindungi secara terus menerus terhadap penyediaan air
bersih agar tetap aman dan mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang
dapat mengganggu/membahayakan kesehatan serta meningkatkan kualitas air. Adapun
sasaran pengawasan kualitas air ini terutama ditujukan kepada semua sarana
penyediaan air bersih yang ada di rumah sakit beserta jaringan distribusinya baik yang
berasal dari PDAM/BPAM maupun dikelola oleh rumah sakit yang bilamana timbul
masalah akan memberi risiko kepada orang-orang yang berada dalam lingkup rumah
sakit (pasien, karyawan, pengunjung). Perlindungannya ditujukan kepada mulai dari
PDAM dan air baku yang akan diolah (apabila rumah sakit membuat pengolahan
sendiri) sampai air yang keluar dari kran-kran dimana air diambil.
Kegiatan pokok pengawasan kualitas air adalah Inspeksi Sanitasi suatu kegiatan untuk
menilai keadaan suatu sarana penyediaan air bersih guna mengetahui berapa besar
kemungkinan sarana tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya yang mengakibatkan
kesehatan masyarakat menurun. Inspeksi sanitasi dapat memberikan informasi sedini
mungkin pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau
makhluk lainnya yang dekat dengan sumber. Inspeksi sanitasi dilaksanakan sebagai
bagian dari pengawasan kualitas air dan mencakup penilaian keseluruhan dari banyak
faktor yang berkaitan dengan sistem penyediaan air bersih.
3. Dalam pengelolaan Rumah Sakit salah satu masalah yang sering dihadapi adalah
adanya resiko infeksi nosocomial. Hal ini terkait dengan penanganan limbah Rumah
Sakit. Berikan ilustrasi singkat tentang kriteria kinerja IPAL (Instalasi Pengolah Air
Limbah) yang disyaratkan dan konsep dasar pengelolaannya.
1) Pengolahan air limbah laboratorium dilakukan dengan cara dipisahkan dan
ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya dialirkan
bersama-sama dengan air limbah yang lain.
2) Air limbah yang berupa pelarut yang bersifat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
antara lain chloroform, antiseptic, asam dll, obat/bahan kimia kadaluarsa dll dilakukan
dengan cara pembakaran pada suhu tinggi dengan insinerator atau dapat dilakukan
dengan cara dikirim ke tempat pengolahan limbah B3.
3) Khusus dari laundry sebaiknya diberikan pre treatment basin untuk mereduksi
detergen dengan cara pembuatan bak pretreatment atau dengan mixing langsung
dalam mesin cuci.
4) Air limbah dari ruang isolasi sebaiknya didesinfeksi terlebih dahulu dengan proses
klorinasi
Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan analisa kebutuhan IT untuk operasional
pada seluruh divisi. Dimana teknologi terus berkembang, kebutuhan IT untuk
operasional dapat mencakup pada hal-hal pro-aktif, seperti otomatisasi beberapa
pekerjaan, peningkatan kelancaran akses aplikasi, penggunaan IoT, isu ancaman
keamanan terkini dan sebagainya.
Berdasar pemetaan infrastruktur IT, tentu dapat lebih jelas terlihat dari mana ancaman
cyber atau hal-hal yang dapat menyebabkan lambatnya jaringan bahkan kelumpuhan
sistem. Sehingga, titik kelemahan tersebut dapat di diskusikan bersama untuk
dilakukan antisipasi. Sehingga para team IT dapat lebih cepat tanggap saat
menghadapi insiden.
Perubahan akan lebih banyak terjadi pada era transformasi digital sekarang ini. Penggunaan
teknologi perlu di teliti terlebih dulu untuk mempertahankan kekuatan sistem informasi
rumah sakit. Sehingga, pada akhirnya sistem informasi Rumah Sakit lebih dapat di
andalkan baik untuk operasional sehari-hari, maupun untuk pengembangan selanjutnya.
2. Kemudahan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS tersebut selesai diimplementasikan
adalah memudahkan pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual
pengerjaaan laporan rumah sakit memakan waktu sampai 1 bulan sejak pasien
selesai dilayani, dengan SIMRS hanya memakan waktu 1-2 hari saja untuk
membuat laporan dimana bagian pelaporan hanya tinggal menekan tampilan
laporan yang diinginkan selanjutnya bisa langsung di print out. Kecepatan ini
tentu saja membuat efektifitas kerja meningkat. Masih banyak petugas rekam
medis yang menolak ditempatkan di bagian laporan karena pekerjaan
pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu dan memusingkan. Padahal
pekerjaan pelaporan di rumah sakit adalah pekerjaan inti dari semua kegiatan
di rumah sakit dan tentunya sangat penting. Dengan adanya SIM, proses
pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat
lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut, tanpa susah – susah kita
harus melakukan rekap data satu persatu. Data yang dihasilkan juga lebih
akurat. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-
transaksi tertentu. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi 2 kali pada hari
yang sama, maka SIMRS akan menolaknya, SIMRS juga akan memberikan
peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal
ini menjaga agar user lebih teliti. Pada awal pemasangan SIM, ketika aliran
kerja belum lancar, peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun ketika
komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukkan data dengan akurasi
entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali dampak dari SIMRS
terhadap kemudahan dalam bekerja.
6. Meningkatkan pendapatan.
Setelah semua manfaat diatas sudah kita jalankan kita yakin bahwasannya
SIM RS tersebut dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit.
Dalam sebuah rumah sakit, terdapat beberapa departemen yang menangani permasalahan
berbeda. Selain itu, rumah sakit juga memiliki departemen untuk mengatur hal-hal teknis.
Agar operasional rumah sakit bisa terus berjalan, departemen-departemen ini harus saling
sinkron dan terintegrasi satu sama lain, terutama terkait data.
Namun, sayangnya banyak rumah sakit di Indonesia yang belum menerapkan hal ini. Masih
banyak dijumpai rumah sakit dengan data yang tidak sinkron antar departemen. Akibatnya
tiap departemen yang ada memiliki data yang berbeda-beda pula. Padahal jika
dibiarkan, bukan hanya menjadi hambatan penggunaan sistem informasi rumah sakit. Hal ini
akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan rumah sakit.
Bayangkan saja jika bagian IGD (Instalasi Gawat Darurat) memiliki data kamar rawat inap
yang berbeda dengan bagian administrasi. Pasien bisa jadi akan terlunta-lunta dan tidak
mendapatkan perawatan intensif meski penyakitnya sudah parah. Untuk itu, sistem yang
sinkron sangat dibutuhkan di rumah sakit.
Salah satu ciri sistem informasi manajemen rumah sakit adalah sistem informasi teknologi
yang lebih praktis dan mudah diakses. Data pasien akan tersimpan pada sistem khusus dan
tidak lagi menggunakan kertas sebagai media perekaman data pasien.
Selain minim risiko, peralihan ke sistem teknologi ini juga lebih hemat. Memang
pengadaannya akan membutuhkan biaya, namun ke depannya sistem semacam ini justru akan
menghemat pengeluaran rumah sakit. Pihak rumah sakit tidak perlu lagi mengeluarkan dana
tambahan untuk membeli kertas dan tinta untuk menulis rekam medis pasien.
2. a. Uraikan faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan penerapan SIM RS?
Agar rumah sakit dapat memperoleh manfaat maksimal dari penerapan SIMRS,
perlu diperhatikan faktor-faktor kesuksesan implementasinya. Seperti juga
penerapan sistem informasi pada umumnya, kita bisa menilai kesuksesan
implementasi SIMRS dari tiga faktor: sumber daya manusia (SDM), organisasi,
dan teknologi. Keberhasilan SIMRS di rumah sakit bisa terkendala apabila salah
satu faktor tersebut tidak ditangani dengan baik.
Ada dua hal berikut menjadi komponen penting, yaitu: (a) System use; mengacu
pada keseringan dan cakupan penggunaan fungsi-fungsi sistem, pelatihan,
pengetahuan, pengharpan, dan penerimaan atau penolakan. (b) User Satisfaction;
merupakan evaluasi secara keseluruhan dari pengalaman pengguna dalam
menggunakan sistem informasi dan potensi pengaruh sistem informasi. User
satisfaction berhubungan dengan pengetahuan kedayagunaan sistem dan sikap
pengguna tentang sistem informasi yang dipengaruhi karakteristik penggunaan.
Pelaksanaan SIMRS bisa terkendala oleh faktor SDM. Sebagai contoh SIMRS
rumah sakit, pada suatu studi ditemukan tenaga rumah sakit ada yang kurang
memahami dan tidak tertib dalam memasukkan data ke dalam SIMRS. Akibatnya
ini juga akan berpengaruh terhadap keluaran SIMRS yang diharapkan secara
keseluruhan. Ditemukan juga kekurangan SDM yang cocok sehingga sistem
informasi tidak dapat dijalankan dengan baik.
Masalah sumber daya manusia ini dapat diatasi antara lain dengan memberikan
pelatihan untuk petugas rumah sakit dalam operasi, dan merekrut SDM yang
kompeten.
Organisasi
Dua hal berikut menjadi komponen penting dalam organisasi, yaitu: (a)
Structure; struktur organisasi mencerminkan keadaan instansi, budaya, politik,
hirarki, autonomi, perencanaan dan sistem control, strategi, manajemen,
kepemimpinan dan komunikasi. (b) Environment; lingkungan ini adalah
lingkungan diluar dari organisasi seperti, politik, kebijakan pemerintah, sumber
keuangan (pemilik modal), lokasi, kompetisi, hubungan antar instansi, populasi
yang dilayani dan komunikasi
Faktor organisasi rumah sakit juga berperan penting dalam kesuksesan penerapan
SIMRS. Sebagai contoh, tidak adanya dukungan dari manajemen dapat menjadi
penghalang. Di rumah sakit yang sama juga tidak ditemukan adanya standar
prosedur operasi untuk pemakaian SIMRS. Sebaliknya, aspek organisasi yang
baik, seperti adanya pengecekan dan pengawasan dari manajemen rumah sakit
dalam pelaksanaan SIMRS, dapat membantu keberhasilannya.
Teknologi
Komponen dalam teknologi tiga hal berikut: (a) System Quality; pengukuran
fitur-fitur yang terdapat pada sistem informasi terutama kemampuan sistem dan
tampilan antar muka (Preece 2002). Contoh: kemudahan penggunaan,
kemudahan pembelajaran, waktu tanggapan, kedayagunaan, ketersediaan, tahan
uji, penyesuaian, keamanan dan ketersediaan dukungan teknis. (b) Information
Quality; berkaitan dengan proses informasi dan informasi yang dihasilkan oleh
sistem. Kriteria dari kualitas informasi adalah kelengkapan, ketepatan,
kemudahan pembacaan, tepat waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, tahan
uji, metode input data, dan kualitas. (c) Service Quality; pengukuran secara
keseluruhan dari dukungan penyedia jasa sistem atau teknologi. Kriteria yang
diukur adalah kecepatan respons, jaminann layanan, empati dan penanganan
layanan.
Sebagai sistem teknologi informasi, faktor teknologi tentunya juga sangat penting
untuk memastikan keberhasilan penerapan SIMRS. Dalam berbagai studi kasus,
kendala dalam faktor teknologi ini sering muncul. Dari sisi teknologi, keberhasilan
penerapan SIMRS biasanya meliputi beberapa hal seperti kualitas sistem,
informasi, dan layanan. Untuk mendapatkan hasil maksimal dari beberapa hal
tersebut, harus didukung dengan kondisi perangkat keras yang baik seperti
spesifikasi server yang memadai dan kualitas jaringan atau network yang baik.
Keandalan sistem yang digunakan juga dapat memengaruhi kepuasan pengguna
SIMRS. Misalnya, pada suatu rumah sakit bisa terjadi kegagalan sistem pada saat
jam-jam sibuk. Ini terjadi karena ternyata sistem yang dipakai tidak dapat
memproses data pada saat beban puncak.
Agar penerapan SIMRS dapat berjalan baik, tentunya rumah sakit harus menangani
langsung faktor sumber daya manusia dan organisasi. Misalnya, rumah sakit harus
memastikan bahwa para petugasnya siap mengoperasikan SIMRS, baik dari segi
perekrutan maupun pelatihan. Begitu pula organisasinya harus sudah mendukung.
Khusus faktor teknologi, kesuksesan SIMRS dapat dibantu dengan memilih solusi
yang andal dan memenuhi kebutuhan rumah sakit.
b. Dari faktor tersebut diatas, yang manakah yang paling kritikal untuk
dikendalikan? Mengapa?
Dari penjabaran diatas ditemukan indikator yang berpengaruh positif dan
signifikan yaitu dari sisi teknologi (Technology) kualitas sistem memiliki peranan
penting terhadap penggunaan dan kepuasan pengguna. Tidak hanya pada kualitas
sistem, kualitas informasi sistem dan kualitas layanan vendor juga berpengaruh
terhadap kepuasan pengguna. Dari sisi sumber daya Manusia (Human) pengguna
akhir sistem, faktor kepuasaan pengguna berpengaruh positif terhadap
penggunaan sistem. Sedangkan dari sisi Organisasai (Organization), struktur
organisasi yaitu sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap lingkungan
organisasi.