Dear all,
Gmana caranya menghitung kebutuhan coating(ataukah painting ya)?? berapa kebutuhan untuk
menghitung kebutuhan cat dengan DFT 100 micron dengan luas 15 M2?? Thanks Before.
Cara Menghitungnya sebenarnya tidak terlalu sulit, tetapi kita harus tau :
2. Merek Cat
Tanggapan 2 - kokok_ip@indosat
Coba cek dibuku Product Data Sheet-nya, mestinya sudah tercantum theoritical spreadnya jadi
tinggal aplikasi.
Namun untuk pelaksanaanya perlu juga diperhitungkan loss factornya, kalau di material furnitur
kayu mungkin bisa mencapai 30%. Kalau untuk besi plat loss factor-nya lebih sedikit dibanding
round bar.
Tanggapan 3 – DavidTW
Pak Lukman,
Sekedar menambahkan, biasanya pada spreadsheetnya vendor cat tertera kebutuhan theoretical
dan practical painting untuk masing-masing DFT (Dry Film Thickness). Perhitungannya :
Misalnya jika diketahui luasan painting (A) = 15 m2; DFT = 100 microns; Loss factor (LF) =
45%; Solids by volume (S) = 65%. Maka volume painting per m2 yang dibutuhkan = 10 x DFT /
(S x (100 - LF)) = 10 x 100 / (65 x (100 - 45)) = 0.28 ltr/m2. Kebutuhan cat = (A / 0.28) = 15 /
0.28 = 53.57 ltr ? 55 ltr.
Sebagai catatan, nilai S (volume pada saat painting telah kering) tertera pada Product Data Sheet
Vendor Painting, sedangkan nilai LF sangat tergantung pada area dimana pekerjaan itu
dilakukan. Kalau di daerah pinggir pantai (sesuai pengalaman Saya ), LF bisa mencapai 40% s/d
45%.
Sekian Pak, semoga membantu. Mungkin ada rekan2 milis lain yang lebih expert dari Saya bisa
menambahi.
Tanggapan 4 - DavidTW
Maaf Pak Lukman, sekedar meralat, kebutuhan painting bukan = A / 0.28 tapi kebutuhan
painting = A x 0.28 = 15 x 0.28 = 4.2 ltr. Harap maklum.
Pak Lukman
Sekedar Menambahkan
2. Lihat daya coverage nya. Selalu diinformasikan dalam satuan liter/m2 atau yg
sejenisnya
3. Tentukan metode pengecatannya. Metode Penyemprotan selalu lebih boros dari kuas.
Sehingga bisa ditentukan lose factornya
4. Kemudian hitung, kebutuhan cat = daya cover x luas (area) yg akan dicta x lose factor
1. Area = 15 m2
2. Target DFT = 100 micron, sehingga perlu diasumsikan (atau lihat TDS dari
manufacture) WFT = 2 x DFT (asumsi) = 200 micron = 0.2 mm
Saat merenovasi rumah, biaya menjadi hal yang sensitif. Pasalnya, semua seolah terkait dengan
biaya, mulai dari desain, kualitas bahan, waktu pengerjaan, sampai upah tukang. Belum lagi
anggaran yang membengkak tak terkendali saat pelaksanaan. Ini bukan berarti Anda harus
pasrah menerima “kebiasaan” renovasi yang seperti itu.
Menghitung biaya renovasi merupakan salah satu cara agar anggaran tidak membengkak.
Mengapa demikian? Karena saat perencanaan, biasanya Anda tidak memiliki gambaran
mengenai seberapa banyak bahan yang dipakai. Bahan yang dikira hanya butuh sedikit, tidak
tahunya perlu berulang-ulang menambah, dan sebalikya. Dengan menghitung sendiri biaya
renovasi—yang pasti menghitung kebutuhan bahan dan tukan—setidaknya Anda punya
gambaran berapa banyak biaya yang Anda keluarkan. Syukur-syukur, dengan ketelitian Anda,
biaya yang tidak perlu bisa dihemat.
Perbanyak Wawasan
Sebelum melakukan renovasi, Anda pasti menjadi sering melihat-lihat model atap, dinding,
pagar, atau apa saja yang nantinya hendak Anda renovasi. Memperkaya diri dengan berbagai
desain rumah tinggal sangat membantu saat proses perencanaan. Ketika Anda harus bertemu
kontraktor atau tukang yang akan membangun, Anda dengan jelas bisa menggambarkan yang
Anda mau. Urusan desain ini bisa Anda percayakan sepenuhnya kepada kontraktor, jika ia
menyediakan jasa semacam itu. Tentu desain ini berpengaruh pada biaya renovasi nantinya.
Semakin rumit biasanya semakin mahal. Nah, dengan memperkaya diri dengan pengetahuan,
Anda bisa mengusahakan desain mana yang tepat guna tapi terjangkau.
Bahan-bahan bangunan baru semakin banyak saja jumlahnya. Mereka pun hadir disertai
keunggulannya tersendiri. Misalnya, ada sejenis batu bata buatan setipis buku tulis yang
wujudnya mirip batu alam, ada bahan pengganti gipsum yang tak kalah cantik namun yang tahan
air, serta palapis atap dari fiber yang sangat kuat. Wawasan seperti ini juga perlu, siapa tahu jika
dihitung-hitung, ternyata pemakaian bahan hasil inovasi tersebut lebih irit?
Jangan Tergoda
Namanya renovasi, yang notabene tujuannya memperbaiki rumah, pekerjaannya pasti tidak
sebanyak pekerjaan pembangunan total dari awal. Karena itu untuk memulai sebuah proyek
renovasi, menurut Yohanes …, seorang kontraktor, “Kenali dulu bangunan Anda.” Maksudnya
di sini adalah perhatikan apa saja yang masih kurang pada rumah Anda, apa saja yang perlu
ditambahkan, atau mana-mana saja yang butuh perbaikan.
Dalam merenovasi tak jarang awalnya hanya ingin memperbaiki sebagian kecil rumah Anda
saja, akhirnya hampir separo rumah ikut-ikutan dibongkar. Misalnya, niat hati ingin
memperbaiki plafon yang berjamur, tetapi setelah dilihat-lihat, ternyata dengan plafon yang
bersih mulus seperti itu, dinding jadi tampak kusam. Balok ekspos pun tampaknya jadi
“kebanting” dengan putihnya cat plafon baru. Secara tidak sadar, dinding pun ikut berganti
wajah dan balok ekspos pun dicat ulang.
Contoh di atas pasti tidak asing lagi, bukan? Menurut Yohanes, usahakan hanya yang kurang
sajalah yang diperbaiki atau ditambah. Intinya jangan tergoda dengan keinginan mengubah yang
lain yang di luar anggaran. “Dengan demikian, anggaran tidak membengkak,” ujarnya.
Satuan Pekerjaan
Menghitung biaya renovasi boleh dibilang gampang-gampang susah. Rumus baku sebenarnya
sudah tersedia, tetapi dalam penghitungannya banyak komponen yang harus diperhatikan dan
dikerjakan secara teliti. Hasil perhitungan yang ngikuti sebuah rumus kadangkala juga kurang
akurat. Bagi kontraktor yang berpengalaman, biasanya biaya renovasi bisa dihitung langsung
secara kira-kira, misalnya per m2 dikenakan biaya Rp 1,5 juta.
Secara garis besar biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan rumah terdiri atas biaya bahan
bangunan dan upah tukang. Untuk mempermudah perhitungan, biaya-biaya tersebut dibagi-bagi
berdasarkan urut-urutan pekerjaannya. Jadi, misalnya, memasang pondasi, memasang bata, atau
memasang plafon merupakan pekerjaan sendiri. Sebuah proyek renovasi bisa terdiri dari satu
jenis pekerjaan, bias juga terdiri dari beberapa pekerjaan, terutama jika proyek renovasinya
besar.
Dalam perhitungannya, setiap pekerjaan dihitung volume atau luasannya. Jika yang dihitung
volume, maka satuan pekerjaannya dalam meter kubik (m3), yang merupakan hasil panjang x
lebar x tinggi. Sedangkan jika luas yang menjadi patokan, maka menggunakan satuan meter
persegi (m2), yang merupakan hasil panjang x lebar. Pekerjaan-pekerjaan yang dihitung
volumenya misalnya, pemasangan pondasi, baik pondasi batu kali atau cor beton, pengecoran
balok, serta pengecoran kolom (tiang). Yang dihitung luasnya adalah pekerjaan pemasangan
bata, langit-langit, atap, dan pengecatan.
Rumus Perhitungan
Untuk menghitung kebutuhan bahan bangunan dan tenaga tukang, volume atau luas pekerjaan
dikalikan dengan koefisien. Koefisien adalah sebuah angka yang besarnya sudah ditetapkan.
Hasilnya langsung keluar sebagai banyaknya bahan bangunan dan ongkos tukang yang dipakai
dalam satuannya masing-masing. Misalnya, pasir dalam satuan m3 (meter kubik), kayu dalam
satuan m (meter), paku dalam satuan kg (kilogram), dsb. Untuk jelasnya mengenai koefisien,
perhatikan contoh berikut yang diambil dari buku Menghitung Anggaran Biaya Bangunan oleh
Zainal A.Z.:
Ubin 6,5
Pasir 0,018 m3
Nah, angka-angka desimal tersebut merupakan koefisien. Misalnya untuk pekerjaan pengecatan
ruangan dengan ukuran 3 m x 3 m, misalnya, membutuhkan bahan bangunan dan tenaga tukang
sebanyak:
Cara yang sama diterapkan juga untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya, mulai memasang pondasi,
memasang bata, sampai memasang atap. Tentu saja walaupun pekerjaannya sama, koefisien yang
digunakan bebeda. Umpamanya saat menghitung biaya pekerjaan dinding. Pemasangan bata
untuk dinding bisa menggunakan adukan semen dengan berbagai macam perbandingan. Ada
yang perbandingan semen dan pasirnya 1:5, 1:4, atau 1:3, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
lokasi pembangunan. Dengan demikian, koefisien untuk semen dan pasir pun akan turut berubah.
Cara Sederhana
Jika Anda ingin menghitung lebih rinci, cara di atas bisa dipakai, tentunya dengan bantuan daftar
koefisien yang banyak terdapat di buku-buku. Namun, menurut Yohanes, kadang untuk
perkiraan kasar, orang lebih mudah menggunakan hitungan seperti berikut:
- 70 bata
- 9 m3 pasir (ditambah waste 2%)
Berikut sebagian kecil pedoman perhitungan yang juga umum dipakai, sesuai tarif sekarang:
1 tukang, 1 kenek
8-10 m2/hari
4-6 m2/hari
Memasang bata:
1 tukang, 1 kenek
8 m2/hari.
Perhitungan kasar ini, walaupun sederhana, tetapi sulit memperkirakan biaya renovasi yang agak
spesifik. Jenis-jenis pekerjaan yang tersedia sangat terbatas dan kebanyakan berupa pekerjaan
yang standar, seperti memasang bata dan mengecat saja. Sementara itu upah tukang secara kira-
kira, biasanya sebesar 20-30 % dari biaya total bahan bangunan. Biaya total ini merupakan
penambahan keseluruhan pekerjaan yang tercakup dalam proyek renovasi.
Harga Bahan
Setelah berhitung dan didapatkan jumlah bahan bangunan, untuk menghitung biaya yang
dikeluarkan Anda harus mengalikannya lagi dengan harga masing-masing bahan bangunan.
Harga bahan bangunan memang sering naik-turun dan selalu berubah. Karenanya, usahakan
mendapat informasi harga yang terbaru.
“Untuk mengetahui harga bahan bangunan secara lengkap, tersedia “Jurnal” Harga Satuan Bahan
Bangunan dan Konstruksi,” ujar Yohanes. Buku ini juga yang menjadi panduannya dalam
bekerja saat ini. Jurnal yang memuat harga bahan bangunan seantero Indonesia ini diterbitkan
setiap 3 bulan sekali. Anda bisa mendapatkannya di toko-toko buku.
Namun, jika Anda merasa tidak terlalu perlu membeli jurnal yang setebal buku telepon tersebut,
Anda bisa mengetahui harga pasaran dengan rajin berkunjung ke toko-toko bangunan. Sering-
seringlah bertanya bukan saja mengenai harga, tetapi juga mengenai kualitas sebuah bahan
bangunan.
Meskipun mirip rumus matematika atau fisika, hasil perhitungan jumlah bahan bangunan dan
biaya yang dibutuhkannya kadang tidak tepat 100%. Dalam pembangunan, biasanya ada yang
disebut dengan waste (sisa). Waste ini gunanya sebagai cadangan jika ada kesalahan atau hal-hal
yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan pembangunan. Misalnya, saat pemasangan lantai, ubin
keramiknya ada yang pecah, saat pembangunan dinding, batu batanya ada yang patah, dsb.
Pada awal perhitungan dengan menggunakan koefisien, jumlah waste sudah masuk ke dalam
hitungan. Sedangkan jika dihitung secara kasar, jumlah waste biasanya 2-3% dari total bahan
yang dipakai. Namun, karena wujud dan satuannya berbeda, jumlah waste yang dihasilkan tidak
bisa dipukul rata. Untuk ubin keramik, misalnya, yang dijual per kardus, lebihannya juga
dihitung per kardus (untuk menutup 1 m2 lantai). Lain lagi dengan paku yang dijual kiloan, atau
cat yang dijual kalengan.
Nah, tentu sekarang Anda sudah paham mengenai dasar perhitungan anggaran biaya bangunan.
Disebut dasar karena yang diulas di atas hanya sebatas kebutuhan bahan dan tukang. Masih
banyak lagi kegiatan pra-rencana lain seperti mengatur jadwal pekerjaan agar pelaksanaan
renovasi tepat waktu. Siapkan alat tulis, gamabr desain, daftar harga, dan juga kalkulator.
Mulailah berhitung! (sca)
FOTO: TNR
Jangan Tergoda
Kenali dulu bangunan anda . Maksudnya disini adalah perhatikan apa saja yang masih kurang pada
rumah anda, apa saja yang perlu ditambahkan, atau bagian mana saja yang butuh perbaikan. Dalam
merenovasi tak jarang awalnya ingin memperbaiki kecil, akhirnya hampir separo rumah ikut-ikutan
dibongkar.Misal niat hati ingin memperbaiki plafon yang berjamur,tetapi setelah dilihat ternyata dengan
plafon yang bersih mulus setelah diganti, dinding jadi tampak kusam. Balok ekspos pun tampaknya jadi
kebanting dengan putihnya cat plafon baru. Secara tidak sadar , dinding pun ikut berganti wajah dan
balok ekspos pun dicat ulang. Contoh diatas pasti tidak asaing lagi bukan?. Karena itu usahakan untuk
hanya memperbaiki atau menambah bagian yang kurang. Intinya jangan tergoda dengan keinginan
mengubah yang lain di luar anggaran. Dengan demikian anggaran tidak membengkak.Satuan Pekerjaan
Menghitung biaya renovasi boleh dibilang gampang-gampang susah. Rumus baku sebenarnya sudah
tersedia, tetapi dalam perhitunganya banyak komponen yang harus diperhatikan dan dikerjakan secara
teliti. Hasil perhitungan yang mengikuti sebuah rumus kadangkala juga kurang akurat. Bagi kontraktor
yang berpengalaman, biasanya biya renovasi
rumah langsung dihitung secara kasar, misalnya per m2 biaya Rp.1,5 juta. Secara garis besar biaya yang
dikeluarkan untuk pembangunan rumah terdiri atas biaya bahan bangunan dan upah tukang. Untuk
mempermudah perhitungan, biaya-biaya tersebut dibagi-bagikan berdasarkan urutan pekerjaan.
Misalnya memasang pondasi, memasang bata, atau memasang plafon merupakan pekerjaan tersendiri.
Sebuah proyek renovasi bisa terdiri satu jenis
pekerjaan , bisa juga terdiri dari beberapa pekerjaan pada proyek renovasi besar. Setiap pekerjaan
dihitung berdasarkan volume , maka satuan pekerja
Nah, angka -angka tersebut merupakan koefisien. Untuk Pekerjaan pengecatan ruangan dengan ukuran
3m x 3m, misalnya membutuhkan bahan bangunan dan tenaga tukang sebanyak :
Luas dinding di keempat sisi ruangan :
4x(3x3)=36 m2
Cat tembok 0,325kg x 36 = 11,7 kg
Cat Plamur 0,12kg x 36 =4,32 kg
Tukang cat 0,08 org x 36 = 2,88 - 3 orang
Cara yang sama diterapkan juga untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya, mulai dari memasang pondasi,
memasang bata , sampai memasang atap.Tentu saja walaupun pekerjaannya sama, koeifisien yang
digunakan berbeda. Umpamanya saat menghitung biaya pekerjaan dinding. Pemasangan bata untuk
dinding bisa menggunakan adaukan semen dengan berbagai macam perbandingan semen dan pasirnya
1:5,1:4 atau 1:3, sesuai dengan kebutuhan dan lokasi pembangunan. Dengan demikian koefisien untuk
semen dan pasir pun akan turut berubah.Cara Sederhana Jika anda ingin menghitung lebih rinci, cara
diatas bisa dipakai, tentunya
dengan kebutuhan daftar koefisien yang banyak terdapat di buku-buku. Namun,kadang untuk perkiraan
kasar, orang lebih mudah menggunakan hitungan sebagai berikut :
Walaupun penghitungan kasar ini sederhana, tetap sulit memperkirakan biaya renovasi yang agak
spesifik. Jenis-jenis pekerjaan yang tersedia sangat terbatas dan kebanyakan berupa
pekerjaan yang standar, seperti memasang bata dan mengecat saja. Sementara itu upah tukang secara
berbeda dalam kisaran 20-30% dari biaya total bahan bangunan . Biaya total ini
merupakan penambahan keseluruhan pekerjaan yang tercakup dalam proyek renovasi.
Harga Bahan
Seteleh berhitung dan didapatkan jumlah bangunan, untuk menghitung biaya yang
dikeluarkan anda harus mengalikannya lagi dengan harga masing-masing bahan
bangunan. Harga bahan bangunan memang naik turun dan selalu berubah,
karenanya usahakan untuk mendapatkan informasi harga terbaru. Untuk mengetahui harga bahan
bangunan secara lengkap, anda bisa mengacu ke jurnal
Harga Satuan Bahan Bangunandan Konstruksi, jurnal yang memuat harga bahan bangunan seantero
Indonesia ini diterbitkan setiap 3 bulan sekali, dan anda bisa dapatkan di toko buku.Namun jika merasa
tidak perlu membeli jurnal yang setebal buku telepon tersebut,
anda bisa mengetahui harga pasaran dengan rajin berkunjung ke toko banguan. Sering-seringlah
bertanya bukan saja mengenai harga tetapi juga mengenai kualitas sebuah bahan banguanan. Tidak
Selalu Tepat Meskipun mirip rumrus matematika atau fisika, hasil perhitungan jumlah bahan bangunan
dan biaya yang dibutuhkannya kadang tidak tepat 100%. Dalam pembangunan biasanya ada yang
disebut dengan waste(sisa). Waste ini gunanya sebagai cadangan jika ada kesalahan atau hal-hal yang
tidak diingnkan dalam pelaksanaan pembangunan. Misalnya saat pemasangan lantai terdapat ubin
keramik yang pecah, saat pembangunan dinding terdapat batu bata yang patah dsb.Pedoman
Perhitungan SederhanaBerikut sebagian kecil pedoman perhitungan yang juga umum di pakai,
sesuai tarif sekarang:
-memasang keramik lantai (30x30cm): 1
tukang, 1 kenek, 8-10 m2/hari
-memasang keramik dinding: 2 tukang,3-4
kenek,4-6 m2/hari
-membuat adukan semen :tergantung
perbandingan adukan 1:5, 1:4 atau 1:3
untuk 1 m3 adonan : 1,2 m3 pasir dan
4-6 sak semen
-memasang bata : 1 tukang , i kenek,
8m2/hari dan perhari batasnya 1 -1,5 m
dgn tinggi 1 m
-upah tukang dgn asumsi perkiraan :
tukang batu yg baik Rp.50.000
tukang kayu Rp. 40.000
Kenek Rp. 25.000
Pada awal perhitungan menggunakan koefisien, jumlah waste sudah masuk ke dalam hitungan.
sedangkan jika dihutng secara kasar, jumlah waste biasanya 2-3 % dari total bahan yang dipakai. Nanum
karena wujud dan satuannya berbeda, jumlah waste yang dihasilkan tidak bisa di pukul rata. Untuk ubin
keramik yang dijual par kardus misalnya kelebihannya juga dihitung per kardus (untuk menutup 1 m2
lantai). Lain lagi dengan paku yang dijual kiloan atau cat yang dijual kalengan. Nah tentu anda sudah
paham mengenai dasar perhitungan anggaran biaya bangunan. Disebut dasar karena yang diulas diatas
hanya sebatas kebutuhan bahan dan tukang. Masih banyak lagi kegiatan pra rencana lain seperti
mengatur jadwal pekerjaan agar pelaksanaan renovasi tepat waktu.
Siapkan alat tulis , gambar desain dan
kalkulator mulailah berhitung..