Herbal Untuk Penyakit
Herbal Untuk Penyakit
Nama Kelompok 4:
1. Pendahuluan
Virus campak tidak memiliki reservoir pada hewan dan hanya ada pada
manusia. Virus ini sangat mudah menular, dan setiap kasus dapat menyebabkan
penularan sekunder pada 14 hingga 18 individu yang rentan. Campak menular
melalui kontak dari orang ke orang melalui percikan pernapasan, partikel aerosol
kecil, dan sentuhan langsung. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 10 hingga
14 hari, meskipun ada laporan mengenai periode inkubasi yang lebih panjang. Bayi
dan wanita hamil yang belum divaksinasi memiliki risiko tinggi tertular campak, dan
penyakit ini cenderung menginfeksi anak-anak kecil. Program imunisasi saat ini
semakin menargetkan anak-anak dan remaja yang lebih tua karena peningkatan
cakupan vaksinasi dan perubahan dalam tingkat kekebalan di berbagai kelompok
umur. Bayi yang lahir dari ibu dengan kekebalan pasif akan mendapatkan
perlindungan sementara dari campak, tetapi kekebalan ini akan berkurang seiring
waktu, membuat mereka rentan. Kemampuan penularan penyakit mencapai
puncaknya dalam empat hari sebelum hingga empat hari setelah munculnya ruam
kulit, yang juga bersamaan dengan puncak viremia serta gejala batuk, konjungtivitis,
dan pilek.(Saputri, 2020).
Asam jawa mengandung flavonoid dan tanin yang bersifat antioksidan dan
mengurangi risiko peradangan. Pada saat terkena demam campak akan terjadi
peradangan, senyawa antioksidan ini memiliki peran krusial dalam melindungi sel-sel
tubuh dari kerusakan oksidatif yang seringkali meninkat selama infeksi seperti
campak.
Salah satu obat-obatan herbal yang efektif atasi gejala campak adalah kunyit.
Tanaman yang biasanya digunakan untuk bumbu masakan ini dipercaya dapat
mengatasi gejala campak. Tanaman tersebut dapat mengurangi ruam yang timbul
pada kulit. Hal tersebut karena kandungan kurkumin dapat berguna sebagai
antioksidan yang baik untuk mengatasi radang.
Serai merah atau Cymbopogon nardus (L.) Rendle. merupakan tanaman herba
tahunan dari suku Poaceae yang sering digunakan untuk penambah cita rasa dan
pengobatan tradisional. Serai merah mengandung senyawa kimia aktif seperti minyak
atsiri, polifenol, alkaloid, flavonoid, dan saponin yang dapat mengurangi gatal-gatal
pada campak.
Salah satu tanaman obat yang memiliki banyak khasiat adalah belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi). Secara empiris dilaporkan bahwa daun, bunga, dan buah
belimbing wuluh berkhasiat sebagai penurun panas, penurun tekanan darah, obat
batuk, dan sariawan. Senyawa-senyawa aktif alkaloid, flavonoid, dan saponin
berpotensi memiliki efektivitas dalam menurunkan demam.
Imunitas merupakan suatu reaksi dalam tubuh terhadap bahan asing yang
masuk ke dalam tubuh secara molekuler atau selular. Sel yang terlibat dalam sistem
imun dalam tubuh adalah sel T yang dihasilkan oleh timus dan sel B yang dihasilkan
di sumsum tulang belakang. Sel B dan sel T sulit dibedakan secara mikroskopis,
sehingga untuk membedakannya dapat dilihat pada permukaan molekulnya.
Kandungan metabolit sekunder pada daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.)
berupa senyawa kimia salah satunya adalah flavonoid (kaempferol, luteolin-7- O-
glikosida, dan apigenin-7-O-glikosida). Daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.)
mengandung flavonoid yang mempunyai efek imunomodulator yang membaantu
menjaga daya tahan tubuh selama terkena demam campak.
4. Daftar Pustaka
Andriyanto, Ni Made Ria Isriyanthi, Edwin Ligia Sastra, Ridi Arif, Aulia Andi
Mustika, Wasmen Manalu. (2016). Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) pada Tikus Putih Jantan. Jurnal Veteriner.
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Balai Penelitian Kelapa Dan Palma Lain. (2004) “Potensi Buah Kelapa Muda Untuk
KesehatanDan Pengolahannya”. Jurnal Ilmiah Indonesia Coconut And
Palme Reseach InstitueManado,Vol3No2Desember,h.51-52.
Britto., Raquel, Moreira., et al. (2011). Aqueous fraction from Costus spiralis (Jacq)
Roscoe Leaf Reduces Contractility by Impairing The Calcium Inward Current
in The MammalianMyocardium.
Dewi ZY, Nur A & Hertriani T. (2015). Efek Penghambatan Biofilm Ekstrak Sereh
(Cymbopogon nardus L.) terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia. 1(2): 136-141.
Elmonda, I. (2022). Manfaat Kayu Kemenyan (Stryrax Sp) Sebagai Obat Tradisional
yang digunakan Masyarakat Desa Sangir Kecamatan Kayu Aro Kabupaten
Kerinci. Science Education Journal Departement of Science Education
Universitas Negeri Padang: Padang
Friliana, Rani Okta et al. (2017). Inovasi Saleb Ekstrak Cobek (Cocor Bebek) sebagai
Obat Anti Bisul. URECOL. ISSN : 2407-9189.
Kastiwi, E., Hendy, S. and Gatut, A.W. (2022) ‘Studi Etnobotani Tumbuhan sebagai
Obat Antipiretik di Masyarakat Desa Sundawenang Kecamatan Salawu
Kabupaten Tasikmalaya’, Prosiding Seminar Nasional Diseminasi, 2, pp. 365–
377.
Kinho, J., Arini, D.I.D., Tabba, S., Kama, H., Kafiar, Y., Shabri, H. dan Karundeng,
M. (2011). Tanaman Obat Tradisional Sulawesi Utara Jilid I. Manado: Balai
Penelitian Kehutanan Manado.
Mukarromah, M., & Hayati, A. (2023). Studi Etnobotani Famili Zingiberaceae dalam
Pemanfaatannya sebagai Tumbuhan Obat di Desa Ketindan, Dusun Tegalrejo
Lawang, Malang. Jurnal Biosains Medika, 1(1), 28-34.
Poernomo, H., Setiawan, S., & Senopati, S. (2018). efektifitas minyak cengkeh dan
pulperyl® terhadap bakteri staphylococcus aureus (secara in vitro). Interdental
Jurnal Kedokteran Gigi (IJKG), 14(1).
Saputri, D. (2020). Epidemiologi Campak. In: Wahyuni, R. et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi 7. Interna Publishing.
Sarma,Upasana.Borah,V.V.Saikia,K.K.R.&Hazarika,N.K.
(2014).EnhydraFluctuans:A 8447ReviewOnItsPharmacologicalImportanceAsA
Medicinal Plant And Prevalence And Use In North–
EastIndia.InternationalJournalofPharmacyandPharmaceuticalSciences.Vol.6.Su
ppl.2.
Silveira, D. et al. (2020) ‘COVID-19: Is There Evidence for the Use of Herbal
Medicines as Adjuvant Symptomatic Therapy?’, Frontiers in Pharmacology,
11(September), pp. 1–44. doi:10.3389/fphar.2020.581840.
Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 305-
306, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan , Jakarata.