Laporan Praktikum Identifikasi Tumbuhan
Laporan Praktikum Identifikasi Tumbuhan
TAKSONOMI
IDENTIFIKASI TUMBUHAN
Dosen Pengampu:
Didik Wahyudi, M.Si
Disusun Oleh:
Nama : Khumairoh Nur Abidah
NIM : 210602110057
Kelas : Biologi B
Asisten : Rahmania Jelita Firdauzi
Tanggal Praktikum : 18 Maret 2023
2 Galinsoga parfivlora
(Permadi, 2007)
6 Lifistona saribus
(Wisam, 2010)
7 Arisaema erubescens
8 Oplismenus hirtellus
(Weber, 2015)
10 Divaricate tiphonium
14 Aristolochia
leuconeoura
(Jamaluddin, 2021)
15 Corinocarpus
levigatus
(Renjana, 2020)
17 Aristolochia
serpentaria
18 Rauakua valdiviensis
19 Ligustrum lucidum
20 Myrsine africana
23 Ficus thoninggi
(Dangarembizi, 2013)
24 Roystonea oleracea
26 Quercus humboldti
(Jhonson, 2018)
28 Coccoloba diversifolia
(García, C. G. 2009)
29 Elaeocarpus ganitrus
(Herdainiyan, 2015)
2. Pembahasan
2.1 Commelina diffusa
Klasifikasi Commelina diffusa Menurut Prima, dkk (2019) adalah
Kingdom: Plantae
Class: Magnoliopsida
Suborder: Lilianae
Order: Commelinales
Family: Commelinaceae
Genus: Commelina
Species: Commelina diffusa Burm.
Hasil pengamatan dari spesies Commelina diffusa merupakan tumbuhan habitus herba
yang pertumbuhan merambat. Ciri-ciri dari spesies ini memiliki batang yang tebal, silindris,
serta ujung daun runcing, permukaan daun halus, dan berduri. Hal ini sesuai dengan Prima, dkk
(2019) yang menyatakan bahwa Commelina diffusa merupakan tanaman yang tumbuhanya
menyebar dan bercabang-cabang di sepanjang tanah. Ukuran batangnya mencapai 1meter
dengan batang berbentuk silindris, tebal, dan permukaan gundul. Daun tumbuhanan ini
memiliki ujung runcing, dan permukaannya halus atau berduri. Pada pengamatan tidak terdapat
bunga. Prima, dkk (2019) meyatakan bunga Commelina diffusa berbentuk aktinomorf dengan
tiga benang sari subur dan dua benang sari steril. Spesies ini memiliki dua kelopak bunga
berukuran 4,2 hingga 6 milimeter. Buah dari spesies ini berbentuk seperti kapsul bersel tiga
dengan panjang 4 sampai 5 mm.
2.2 Galinsoga parviflora
Klasifikasi Galinsoga parviflora menurut Ripanda, dkk (2023) adalah
Kingdom: Plantae.
Phylum: Spermatophyte.
Class: Dicotyledonae
Order: Asterales
Family: Asteraceae.
Genus: Galinsoga
Species: Galinsoga parviflora (Cav.)
Pengamatan pada spesies Galinsoga parviflora merupakan tumbuhan berhabitus herba.
Bentuk batang tumbuhan ini tegak, bercabang, dan kulitnya terdapat bulu-bulu halus. Memiliki
daun berbentuk oval dengan ujung meruncing, serta tepi daun bergerigi. Hal ini sesuai dengan
Ripanda, dkk (2023) yang menyatakan bahwa Galinsoga parviflora memiliki batang yang
ramping dan kulitnya bergerigi sejajar dan bercabang. Pada batangnya terdapat bulu atau
bahkan gundul. Tumbuhan ini mempunyai daun yang berbentuk lanset sampai oval, pangkal
daun berhadapan, berwarna hijau pucat dan bertangkai dengan tangkai daun tegak. Margin daun
terdapat bulu-bulu pendek. Pangkal daun lebih kecil dan sempit.
Pada saat pengamatan Galinsoga pariflora tidak terdapat bunga dan buahnya. Ripanda,
dkk (2023) menyatakan bahwa Galinsoga pariflora memiliki kepala bunganya kecil, dengan
tabung kuning yang terdapat di tengahnya, dikelilingi oleh beberapa kuntum sinar putih kecil
biasanya kecil. Pedicellus tumbuhan ini ramping dan berbulu. Kepala bunga memiliki dua atau
tiga baris bracts involucral. Buahnya bertipe achene (buah berbiji 1 kering tidak pecah),
permukaan buah sedikit berbulu dan memiliki atau tidak memiliki pappus berbulu pendek.
2.3 Marremia emarginata
Klasifikasi Marremia emarginata menurut Seniappan, dkk (2020) adalah
Kingdom: Plantae
Order: Solanales
Family: Convolvulaceae
Genus: Merremia
Species: Marremia emarginata
Hasil pengamatan dari spesies Marremia emarginata merupakan tumbuhan habitus
herba yang pertumbuhannya merambat di tanah dan bercabang. Tekstur batang nya halus dan
tumbuh menjalar. Bentuk daunnya bulat telur, bertekstur kasar dan berwarna hijau tua. Hal ini
sesuai dengan Seniappan, dkk (2020) menyatakan bahwa Merremia emarginata adalah famili
Convolvulaceae merupakan habitus tumbuhan herba abadi yang banyak bercabang (creeper).
Tempat dudukan daunnya berseling, daun berwarna hijau tua, berbentuk bulat telur hingga
berbentuk hati. Marremia emarginata memiliki bunganya berwarna kuning dengan tangkai
yang sangat pendek dan buahnya berbentuk mirip dengan kapsul sub-globose dengan 2–4 biji
yang gundul berwarna coklat muda.
2.4 Derris eliptica
Klasifikasi Derris eliptica menurut Soetopo, dkk (2022) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Papilionaceae
Genus: Derris
Spesies: Derris elliptica
Hasil pengamatan spesies Derris elliptica merupakan habitus tumbuhan merambat yang
memiliki daunnya majemuk, daun berbentuk oval dengan permukaan daun yang berambut. Hal
ini sesuai dengan Wicaksono, dkk. (2018) yang menyatakan bahwa tumbuhan ini tumbuh
merambat dan memiliki batang yang tidak mudah putus. Daun tumbuhan ini berbentuk kelopak
daun bulat, dudukan tangkai daunnya berhadapan, memiliki anak daun sekitar 7-10 buah,
bentuk dari ujung daun acute (runcing), tepi daunnya bergelombang, pangkal daun cordate
(berbentuk hati), permukaan daun berambut, dan susunan tulang daun menyirip.
2.5 Phyllantus urinaria
Klasifikasi Phyllantus urinaria menurut Permadi (2007) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheopyhta
Kelas: Angiospermae
Subkelas: Rosidae
Ordo: Malphigiales
Famili: Phyllantaceae
Genus: Phyllantus
Spesies: Phyllantus urinaria
Hasil pengamatan spesies Phyllantus urinaria merupakan tanaman herba yang tegak.
Bentuk batang tanaman ini bulat dan tidak mengeluarkan getah pada batangnya. Bentuk tulang
daunnya menyirip dan daun berbentuk oval. Permukaan bawah daun berterkstur bitnik-bintik
halus. Hal ini sesuai dengan Thomas (2010) yang menyatakan bahwa tanaman Phyllantus
urinaria berhabitus herba yang tumbuh tegak, dengan batang berwarna hijau yang bercabang,
dengan bentuk bulat dan tidak bergetah. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan herba karena
memiliki tinggi batangnya kurang dari 50 cm. Daun pada Phyllantus urinaria merupakan daun
majemuk bersirip dengan berjumlah genap. Setiap tangkai daun majemuk memiliki ukuran
yang kecil dan berbentuk bulat telur. Pada bagian bawah permukaan daun terdapat bintik
berwarna kemerahan.
Pada pengamatan Phyllanthus urinaria, tidak terdapat bunga dan buah pada tanaman
ini. Mharani (2011) menyatakan bahwa Phyllanthus urinaria atau meniran berbunga banci yang
mana benang sari dan putik berwarna putih. Benang sari terletak di bawah ketiak daun,
sedangkan putik keluar di atas ketiak daun. Pendapat dari Fauziyah (2010) menyatakan bahwa
buah meniran berbentuk bulat pipih seperti ginjal dan bertekstur licin. Buah dai meniran
berwarna coklat dan dagingnya keras, ukuran dari buah berdiameter sekitar 2-2,5 cm.
2.6 Lifistona saribus
Klasiikasi Lifistona saribus menurut Wisam (2010) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheopyhta
Subdivisi: Spermatophyta
Kelas: Angiospermae
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Lifistona
Spesies: Lifistona saribus
Hasil pengamatan dari spesies Lifistona saribus adalah tanaman berhabitus pohon yang
memiliki batang berkayu. Permukaan batangnya kasar dan tidak bercabang. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Permadi (2007) bahwa habitus tanaman Lifistona saribus berupa pohon,
yang tumbuh tegak di atas tanah dengan tingggi mencapai 40m. Batang dari tanaman ini keras
berkayu, dengan bentuk silinder berdiamaeter 15-65cm. Lifistona saribus tidak memiliki
percabangan pada batang tetapi memiliki ruas yang menunjukan bekas daun dan berwarna
hitam keabu-abuan.
Permukaan daun Lifistona saribus halus mengkilap dengan pinggiran daun yang rata.
Pertulangan daun spesies ini menyirip. Tanaman ini memiliki daun berbentuk seperti kipas
dengan ujung meruncing dan pangkal membulat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Permadi
(2007) bahwa daun dari spesies Lifistona saribus merupakan daun tunggal yang lengkap.
Bentuk helai daun setengah lingkaran menyerupai kipas, ujung daun meruncing, pangkal daun
membulat, permukaan daun halus mengkilap, tepi daun rata dan tidak bergerigi, memiliki
tekstur tebal dengan tulang daun menyirip.
Pengamatan dari Lifistona saribus tidak terdapat bunga. Pernyataan dari Permadi (2007)
menyatakan bahwa bunga pada Lifistona saribus merupakan bunga banci yang memiliki 6
benang sari dan 3 putik. Perbungaan dari Lifistona saribus bertipe majemuk tak terbatas.
Mahkota berwarna kuning, berbentuk segitiga dan berjumlah 6 helai, sedangkan kelopak
berwarna kuning dan berjumlah 3. Lifistona saribus memiliki satu biji pada buahnya. Buahnya
berbentuk oval, keras seperti batu berwarna coklat, biru, ungu, dan hitam (Permadi, 2007).
2.7 Arisaema arubesecens
Klasifikasi Arisaema erubesecens menurut Plantmor (2023) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Subkelas: Arecidae
Ordo: Arales
Famili: Araceae
Genus: Arisaema
Spesies: Arisaema erubescens
Hasil penelitian dari spesies Arisaema erubescens merupakan tanaman habitus herba.
Batang dari tanaman ini lunak dan berwarna hijau. Perletakan daun pada spesies ini adalah
auriculate. Permukaan daun halus dan terdapat bulu-bulu halus pada permukaan daun. Daun
berbentuk acicular atau bangun bergaris dengan tepian yang rata. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Putri, dkk (2018) bahwa spesies Arisaema erubescens merupakan tumbuhan umbi
dengan batang yang lunak dan berlubang. Arisaema erubescens memiliki daun dan panjang
dengan pangkal membulat dan ujung yang runcing. Permukaan daun terdapat bulu-bulu halus
dan berwana hijau muda.
Pengamatan dari Arisaema erubescens tidak terdapat bunga. Pernyataan dari Putri, dkk
(2018) menyatakan bahwa Arisaema erubescens merupakan tanaman umbi hermaprodit yaitu
tanaman yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina dalam satu kuntum bunga. Organ
reproduktif dari spesies ini merupakan heterostyly dimana tanaman yang mempunyai tangkai
putik (stylus) lebih panjang daripada tangkai sari sehingga polen tidak dapat menyentuh kepala
putik, sehingga penyerbukan dengan bantuan angin, serangga maupun manusia.
2.8 Oplismenus Histellus
Klasifikasi Oplismenus histellus menurut Bujang dan Telege (2021) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Class: Liliopsida
Ordo: Poales
Family: Poaceae
Genus: Oplismenus
Spesies: Oplismenus hirtellus
Hasil pengamatan dari spesies Oplismenus histellus termasuk tumbuhan yang memiliki
habitat herba, tumbuhan ini merupakan tumbuh yang merambat. Batang dari tanaman ini
merambat, batang bertekstur lunak dan berlubang. Bentuk daun tanaman ini berbentuk seperti
tombak yang pangkalnya bulat dan ujungnya meruncing. Hal ini sesuai dengan Bujang dan
Telege (2021) yang mengatakan bahwa habitat Oplismenus histellus adalah tumbuhan herba.
Tumbuhan ini tumbuh merambat di atas tanah. Pertumbuhan batangnya merambat, tulang daun
sejajar dengan ujung daun meruncing dan pangkal membulat, daun bertepi sedikit gelombang.
Rangkaian bunga terdiri dari floret yang tersusun pada satu rachilla dan dilindungi oleh
sepasang glume disebut spikelet (anak bulir).
2.9 Asarum sp
Klasifikasi Asarum sp menurut Putri, dkk (2003) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Aristolochiales
Famili: Aristolociaceae
Genus: Asarum
Spesies: Asarum sp
Hasil pengamatan dari spesies Asarum canadense merupakan tumbuhan habitus herba.
Pertumbuhan spesies ini memiliki batang yang merambat. Batang dari Asarum sp dilapisi oleh
bulu halus dan batang lunak berair. Bentuk dari tanaman ini seperti ginjal yang permukaannya
terdapat bulu halus. Hal ini sesuai dengan Bujang dan Telege (2021) menyatakan bahwa
Asarum sp merupakan jenis tumbuhan bawah yang tumbuh merambat di permukaan tanah.
Asarum sp memiliki batang berbentuk rimpang, kecil dan pendek, serta permukaann yang
berbulu. Daun Asarum sp juga disebut sebagai daun jantung atau daun telinga tikus yang
pangkalnya menjorok kedalam dan ujungnya runcing. Susunan daunnya merupakan daun
tunggal dengan permukaan yang terdapat bulu-bulu halus.
Pada pengamatan tumbuhan Asarum sp tidak terdapat bunga dan buahnya. Pernyataan
dari Bujang dan Telege (2021) bunga Asarum sp merupakan bunga banci yang terdiri dari
stamen dan pistil. Bunga muncul di dekat pangkal daun. Bunga Asarum sp tidak memiliki
kelopak dan mahkota yang jelas terpisah. Sepal (bagian luar) dan petal (bagian dalam) bunga
sering terlihat mirip dan bersatu membentuk struktur yang dikenal sebagai perigonium. Bunga
Asarum memiliki bentuk simetris radial (actinomorphic) atau sedikit simetris bilateral
(zygomorphic).
2.10 Divericate tiphonium
Klasifikasi Divericate tiphonium menurut Kurniawan, dkk (2011) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Alismatales
Famili: Araceae
Genus: Typhonium
Spesies: Typhonium blumei
Divericate tiphonium
Hasil penelitian dari spesies Divericate tiphonium merupakan tanaman herba. Batangnya
tumbuh tegak lurus, kulit batang halus, tidak berkayu, dan mempunyai getah. Hal ini sesuai
dengan Bago (2020) yang menyatakan bahwa Divericate tiphonium berhabitus herba, dengan
pertumbuhan batang tegak dan beruas. Tanaman ini memiliki bentuk daun seperti hati dengan
ujung lancip, panggakl membulat, tepi bergerigi dan permukaan yang licin. Hal ini sesuai
dengan Kurniawan, dkk (2011) Susunan daunnya merupakan tunggal, berbentuk hati dan
tombak, ujung daun lancip, tepi daun bergelombang, permukaan daun mengkilap, warna hijau.
Divaricate tiphonium memiliki bunga kecil seperti tongkol dengan seludang, berkelamin
biseksual, bunga muncul di sela-sela daun, warna bunganya merah keunguan, terdapat spadix
yang berbentuk seperti batang dan dikelilingi bunga-bunga kecil. Hal ini sesuai dengan
Tjitrosoepomo (1996) yang menyatakan bunga kecil, tersusun sebagai tongkol dengan
seludang, berkelamin banci dengan hiasan bunga. Stamen terdapat di sekeliling spadix, putik
pada bunga gterdiri dari satu carpel berbentuk tabung Adapula buah nya berbentuk bulat,
berwarna hijau atau merah muda, berisi banyak biji kecil berbentk bulat. buahnya yaitu
tenggelam dalam tongkol, banyak bakal biji dalam ruangmya.
2.11 Paederia foetida
Klasifikasi Paederia toetida menurut Abriyanto, dkk (2012) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianales
Famili: Rubiceae
Genus: Paederia
Spesies: Paederia foetida
Pengamatan dari spesies Paederia foetida merupakan tumbuhan semak. Pertumbuhan
batang tanaman ini merambat, beruas, dan batang berkayu di bagian bawah. Batang pada
tanaman ini berwarna hijau kecoklatan, terdapat duri tumbuh di sepanjang permukaan. Daunnya
tunggal, berhadapan, bentuk daun bulat memanjang, tepi daun rata, ujung daun runcing,
pangkal berlekuk, tulang nyirip, tangkai daun bulat, berbulu, warna daun hijau. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Utami dan Puspaningtyas (2013) bahwa Paederia foetida adalah tumbuhan
berhabitus semak yang tumbuhnya merambat. Batang tanaman ini berkayu pada bagian bawah
saja. Morfologi daunnya merupakan daun tunggal berbentuk bulat memanjang dengan tepian
rata (entire).
Paederia foetida memiliki bunga majemuk dan berkelamin ganda. Bunga dilindungi
oleh kelopak berbentuk segitiga. Organ reproduksi terdapat benang sari melekat pada tabung,
bakal buah 2 ruang, bakal biji satu, kepala putik dua. Pada tabung mahkota bagian dalam
berambut, berbulu halus, berwarna ungu dan putih, buahnya bulat berkilat, berwarna kuning
(Nurcahyanti, dkk, 2012)
2.12 Oplismenus undulatifolius
Klasifikasi Oplismenus undulatifolius menurut Qayim, dkk (2022) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Oplismenus
Spesies: Oplismenus undulatifolius
Hasil pengamatan Oplismenus undulatifolius adalah tumbuhan habitus herba. Bentuk
bantang tumbuhan ini silindris berkayu pada pangkal. Bentuk daunnya lonjong berwarna hijau
dengan permukaan yang halus. Hal ini sesuai dengan Qayim, dkk (2022) yang menyatakan
bahwa Oplismenus undulatifolius merupakan tanaman herba yang tumbuh di daerah lembab.
Perakaran tumbuhan ini berupa serabut. Morfologi batang berbentuk silindris, tipis, dan
berkayu di bagian pangkal. Daunnya berbentuk lonjong dan agak melengkung, panjang 5-20
cm, lebar 0,5-2 cm. Permukaaan daun halus dan berwarna hiaju cerah.
Oplismenus undulatifolius memiliki bunga majemuk dan berkelamin ganda. Pada
umumnya bentuk bunga kecil, tanpa sepal, dan terletak di ujung batang. Buah Oplismenus
undulatifolius berbentuk bulat dan bderwarna hijau kecoklatan, setiap buah mengandung satu
butir biji yang kecil. (Bestari, dkk, 2023)
2.13 Parepomia pellucida
Klasifikasi tanaman Parepomia pellucida menurut Murtilaksono, dkk (2019) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Paperomia
Spesies: Paperomia pellucida
Hasil pengamatan dari spesies Paperomia pellucida merupakan tumbuhan berhabitus
herba. Batangnya tumbuh tegak lurus, merambat, dan berbentuk bulat. Bentuk daun tanaman
ini bulat dengan ujung meruncing dan permukaan yang licin. Hal tersebut sesuai dengan Aditya
(2019) yang menyatakan bahwa tanaman ini adalah tumbuhan habitus herba yang memiliki
morfologi batang bulat berwarna merah kecoklatan. Adapun morfologi daunnya berbentuk
bulat dengan ujung runcing, permukaan melengkung, dan percabangan batang jelas. Daun
berwarna hijau dengan permukaan licin atau mengkilap. Peperomia pellucida memiliki bunga
yang berada di ketiak daun. Namun pada saat pengamatan speseies ini tidak di temukan bunga
dikarenakan ukuran tanaman ini sangat kecil dan belum waktunya untuk berbunga.
2.14 Aristolochia leuconeoura
Klasifikasi Aristolochia leuconeoura menurut Zahra dalam Jamiluddin, dkk (2021)
adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Piperales
Famili: Aristolochiaceae
Genus: Aristolochia
Spesies: Aristolochia baetica L.
Hasil pengamatan pada tanaman Aristolochia beatica merupakan tanaman herba. Tipe
batang tanaman ini ramping dan permukaanya halus. Tipe dari pertumbuhannya merambat.
Pada permukaan daun halus, tidak berbulu dan berbentuk hati. Pernyataan tersebut sesuai
dengan Lingga (2005) bahwa daun Aristolochia sp berbentuk hati dengan daging daun tebal
serta permukaan yang halus. Susunan daun berseling dan merupakan daun tunggal.
Pada saat pengamatan Aristilochia baetica tidak ditemukan bunga karena spesies yang
diamati masi muda dan berukuran kecil. Pernyataan dari Lingga (2005) adalah tumbuhan ini
memiliki bunga berbentuk bunga calceolate (berbentuk seperti telur), berwarna ungu atau
merah tua dengan garis-garis putih yang muncul tunggal di ketiak daun, serta bunga bersimetri
zygomorphyc. Bunga ini meruapakan bunga bisexual yang memiliki kepala sari sessile, benang
sari 6, dan menyatu membentuk struktur sekitar 6 x 5 mm di sekitar style. Bunga memiliki
ovarium 6-lokular dengan bakal biji banyak di setiap lokula. Mahkota bunga tanaman ini
menyerupai ayam kalkun yang terlihat dari mahkota dan kelopak (air layering).
2.15 Corinocarpus levigatus
Klasifikasi Corinocarpus levigatus menurut Schaefer dan Rener (2017) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Celastrales
Famili: Corynocarpaceae
Genus: Corynocarpus
Spesies: Corynocarpus laevigatus
Hasil pengamatan pada spesies Corynocarpus laevigatus merupakan tumbuhan pohon.
Tanamam ini memiliki batang yang kokoh dan berkayu. Pertumbuhan daun pada tanaman ini
bercabang-cabang tegak atau menyebar. Daun berdaging tebal dan permukaan kasar
mengkilap, serta berwarna hijau tua di bagian atas dan lebih pucat di bagiam. Pernyataan dari
pengamatan tersebut sesuai dengan Allan dalam Sawyer john (2003) bahwa tanaman karaka
merupakan pohon yang daunnya selalu hijau dan mengkilap. Pohon ini dapat tumbuh hingga
20m. Perbungaan pada tanaman ini adalah helicoid. Morfologi bunganya berbentuk guci
(urceolate), serta memiliki buah berbiji keras (Drupe) dengan permukaan buah halus. Hal
tersebut juga di sebutkan oleh sawyer john (2003) yang mengatakan bahwa nama latin
Corynocarpus levigatus mendeskripsikan tanaman Corynocarpus yang artinya club seed dan
levigatus berarti halus yang mengacu pada buahnya.
2.16 Eugnia uniflora
Klasifikasi Eugnia uniflora menurut Hutapea (1994) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledoneae
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Eugenia
Spesies: Eugenia uniflora L.
Pada pengamatan spesies Eugenia uniflora merupakan tumbuhan berhabitus pohon.
Memiliki batangnya yang tegak berkayu, berbentuk bulat dan berwarna coklat. Morfologi dari
daunnya berwarna hijau dan merupakan daun tunggal. Daun tersebar berbentuk lonjong dengan
ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepian daun rata dengan pertulangan menyirip.
Pernyataan ini sesuai dengan Renjana (2020) bahwa habitus tumbuhan Eugenia uniflora berupa
semak atau pohon. Permukaan batang halus dan kulit batang mengelupas serta pertumbuhan
cabang menyebar, ramping, atau bahkan terkadang melekuk. Tipe daunnya tunggal berbentuk
bulat telur sungsang, bagian pangkal membulat atau sedikit terbilah, ujung meruncing dan
tumpul, permukaan halus, mengkilat. Warna daun cokelat kemerahan.
Pertumbuhan bunga menyatu di ketiak daun dan berwarna putih krem. Kelopak bunga
berbentuk tabung. Mahkota bunga berwarna putih dengan jumlah benang sari sekitar 50-60
helai. Buah menggantung, berbentuk bulat pipih. Buah berwarna hijau saat masih muda dan
akan berubah menjadi oranye. Kulit buah tipis, daging buah oranye hingga merah, dan berair.
Biji berbentuk pipih dan umumnya berjumlah 1 butir (Renjana, 2020).
2.17 Aristolochia serpentaria
Klasifikasi Aristolochia serpentaria menurut O’Connor, dkk (2004) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliid
Ordo: Piperales
Famili: Aristolochiaceae
Subfamili: Aristolochioideae
Genus: Aristolochia
Spesies: Aristilochia serpentaria
Pengamatan spesies Aristolochia serpentaria merupakan tumbuhan berkayu. Batang
dari tanaman ini tegak dan berbentuk bulat dengan permukaan yang kasar. Tanaman ini
memiliki daun dengan bentuk menjari dan tepian daun entire. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Dodo (2018) bahwa Aristolochia serpentaria merupakan tumbuhan berkayu atau herba
tahunan. Pertumbuhan dari tanaman ini menjalar atau tegak. Tipe batang bulat, membelit
memanjat, kasar, dan berwarna hijau kecokelatan. Daunnya merupakan daun tunggal, tersusun
berselang-seling, pertulangan anak daun menjari, urat daun sekunder membentang miring ke
tepian daun. Daun tidak bertumpu pada tangkai.
Pada pengamatan spesies Aristolochia serpentaria tidak ditemukan adanya bunga dan
buah pada tanamannya. Pernyataan dari Dodo (2018) menyatakan bahwa bunga dari
Aristolochia serpentaria adalah bunga tunggal atau majemuk, bertukal atau menggarpu.
Bungga tumbuh di ketiak daun, bertangkai bulat, dan tergolong bunga sempuna. Buah tanaman
ini bentuk kapsul dan permukaannya licin. Biji berbentuk bulat, pipih, dan berwarna cokelat
kehitaman.
2.18 Rauakua valdiviensis
Klasifikasi Rauakua valdiviensis menurut Mitchel, dkk (2012) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apiales
Famili: Araliaceae
Genus: Raukaua
Spesies: Rauakua valdiviensis
Pengamatan dari spesies Rauaka valdiviensis adalah tumbuhan berhabitus semak yang
tumbuh merambat. Morfologi daun dari spesies ini bertepi bergerigi dan pangkal daun yang
melengkung. Hal ini sesuai dengan Mitchel, dkk (2012) bahwa R. valdiviensis adalah semak
merambat hingga pemanjat, dengan anak daun lebar dan tepi bergerigi kecil sampai dangkal
pada tepi daun, lalu memiliki lima lokula dalam ovarium, jenis kelopak bunga berlekuk pada
kuncup dan perbungaan malai dengan empat ordo percabangan.
2.19 Ligustrum lucidum
Klasifikasi Ligustrum lucidum menurut González-Moreno (2016) adalah
Kingdom: Plantae
Phylum: Spermatophyta
Subphylum: Angiospermae
Class: Dicotyledonae
Order: Oleales
Family: Oleaceae
Genus: Ligustrum
Species: Ligustrum lucidum
Pengamatan dari Ligustrum lucidum merupakan tumbuhan berhabitus semak.
Batangnya berkayu dan bentuknnya seperti pohon cemara. Berdaun lebar dan mengkilap. Pada
pengamatan tidak terdapat bunga. Pernyataan ini sesuai dengan Miri, dkk (2018) bahwa
Ligustrum lucidum merupakan semak besar yang selalu hijau atau semak kecil yang tumbuh
dengan cepat. Daun nya lebar untuk mempertahankan luas permukaan dalam merespon
menangkap aliran udara maksimum. Daun memapadatkann bentuknya dengan menggulung
daun lalu menekuk ke bawah yang berfungsi sebagai penurunan luas penampang dan
peningkatkan perempingan. Daun L. lucidum kaku dan tahan terhadap angin yang kencang.
Daun dan batangnya tegak lurus. Ligustrum lucidum merupakan tumbuhan invasi yang
memiliki morfologi kulit kayu halus, sudut kemeringan cabang tinggi, dan daun lebar yang
digunakan untuk meningkatkan generasi yang dianggap sebagai keunggulan kompetitif dalam
ekosistem terbatas air dibandingkan dengan tanaman asli yang tidak memiliki karakteristik
tersebut (Whitworth, dkk, 2020).
2.20 Myrsine africana
Klasifikasi Myrsine africana menurut Khan, dkk (2011) adalah
Kingdom: Plantae
Division: Tracheophyta
Class: Magnoliopsida
Order: Ericales
Family : Primulaceae
Genus: Myrsine
Species: Myrsine africana
Hasil pengamatan dari tumbuhan Myrsine africana merupakan habitus tumbuhan
semak. Batangnya lunak dan bercabang. Daunnya kasar, tepi halus rata. Kelopak bunganya
persisten dan termasuk bunga banci. Buahnya bulat berdaging tipis. Kelopak bunganya
persisten. Pernyataan tersebut sesuai dengan Walt dan Liesl (2016) bahwa Myrsine africana
merupakan semak yang tumbuh lambat dan selalu hijau dengan bentuk batang atau ranting tua
agak kaku dan tegak. Batangnya sedikit berkayu, tegak, banyak cabang samping yang pendek
dan tipis, semuanya mengarah ke atas. Daun kecil berbentuk oval berwarna hijau gelap
mengkilap. Tepi daun sedikit bergerigi halus. Daun tua keras dan kasar, daun muda lembut
berwarna merah tua. Family Primulaceae memiliki batang berkayu dengan daun berbintik-
bintik kelenjar dan buahnya berry. Genus Myrsine memiliki sepuluh spesies yang terjadi dari
Afrika ke Cina, penyebaran benih tumbuhan ini dibantu oleh burung yang menyukai buahnya
yang keluar bersama kotorannya.
2.21 Entada pursaetha
Klasifikasi Entada pursaetha menurut Valarmathi, dkk (2018) adalah
Kingdom: Plantae
Phylum: Tracheophyta
Class: Magnoliopsida
Order: Fabales
Family : Fabaceae
Genus: Entada
Species: Entada rheedii,
Entada pursaetha
Hasil pengamtan Entada pursaetha merupakan tumbuhan habitus pohon dengan batang
berkayu dan berlekuk-lekuk. Daunnya merupakan daun majemuk berbentuk lonjong dan kaku.
Pada pengamatan ini tidak ditemukan buah dan bunganya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Valarmathi dan Raju (2018) bahwa Entada pursaetha merupakan liana berkayu raksasa yang
batangnya bengkok, menghasilkan polong berkayu. Daunnya bipinnate, pinnae berjumlah 2-3
pasang, lebar daun 3,8-7,5 cm, bentuk daun oblong atau obovate lonjong, daun kaku coriaceous.
Bunga berbentuk malai atau paku, terdapat brakteolus dari simpul cabang tua yang tidak
berdaun. Bunga berukuran kecil, panjang mahkota 2,5-3 mm berwarna kuning. Polong atau
buahnya panjang 30-90 cm, agak melengkung, berkayu, menjorok di antara biji.
2.22 Antidesma venosum
Klasifikasi Antidesma venosum menurut Steenkamp dkk., (2009) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Antidesma
Spesies: Antidesma bunius
Antidesma venosum
Hasil pengamatan spesies Antidesma venosum merupakan tumbuhan habitus semak.
Batang pada tanaman ini berkulit lembut dan sedikit berbulu. Bentuk daun tanaman ini adalah
lonjong dengan ujung runcing dan pangkal tumpul. Hal ini sesuai dengan Egarevba, dkk (2015)
Semak atau pohon kecil. mencapai ukuran hingga 7m dalam situasi taman hingga 15 m di alam
liar, Kulit batang memanjang, lembut dan sangat berbulu, tersebar dengan lentisel abu-abu
pucat. Daun berbentuk lonjong dengan ujung runcing tumpul, hijau tua dan mengkilap di atas,
dengan permukaan bawah berwarna hijau terang. Daun dari Antidesma venosum memiliki daun
tunggal dan majemuk yang dudukannya saling berhadapan. Pernyataan ini sesuai dengan
Zumaidar, dkk (2022) bahwa Ordo Euphorbiales merupakan kelompok tumbuhan terna dan
tumbuhan berkayu yang memiliki daun tunggal dan majemuk yang duduknya tersebar atau
berhadapan.
Ciri dari ordo Euphorbiales dikenal dengan sebutan tumbuhan bergetah (Danong
dkk.,2023). Organ kelamin pada pohon Euphorbiales terpisah, bunga jantan berwarna kuning,
bunga betina kemerahan, berbau tidak sedap. Buah-buahan dalam paku-paku kecil berdaging,
berwarna merah hingga ungu kehitaman saat matang, dapat dimakan (Mwangmo,2012).
2.23 Ficus thoninggi
Klasifikasi Ficus thoninggi menurut Zuhri (2012) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Hamamelididae
Ordo: Urticales
Famili: Moraceae
Genus: Ficus
Spesies: Ficus thonningii
Pada pengamatan Ficus thonninggi merupakan tumbuhan berhabitus pohon. Morfologi
dari daun tanaman ini berbentuk lonjong dengan tepian rata. Hal ini sesuai dengan
Dangarembizi (2013) yang menyatakan bahwa Ficus thonninggi mempunyai bentuk daun yang
agak lonjong bertepi rata dan sistem pertulangan daun yang menyirip. Spesies Ficus thonninggi
merupakan famili Moraceae. Pernyataan Putra dan Wanti (2022) menyatakan bahwa ciri khas
dari famili Moraceae memiliki getah putih dan stipula yang sering rontok. Duduk daun
berseling (alternate distichous), tunggal, disetiap daun mempunyai satu daun penumpu.
Pada pengamatan Ficus thonningii tidak ditemukan adanya bunga dan buah. Pernyataan
dari Samsudin (2020) bahwa Ficus thonninggi mempunyai bunga bixesual dengan kepala sari
yang saling melekat,dengan dua benang sari memiliki tangkai sari lebih panjang dari pada
empat benang sari lain. Ciri khas dari genus Ficus ada pada sistem perbungaannya yang disebut
syconium atau bunga periuk yang bersifat tertutup (Zuhri, 2012).
2.24 Roystonea oleracea
Klasifikasi Roystonea oleracea menurut Witono, dkk (2000) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Roystonea
Spesies: Roystonea oleracea
Roysronea oleracea yang ditemukan pada hutan evergreen Taman Nasional
Baluran. Hal ini sesuai dengan Witono dkk (2000) yang menyatakan bahwa habitat Palem raja
banyak di temukan di pulau Jawa, tanaman tropis dan subtropis sehingga selama
pertumbuhannya memerlukan sinar matahari penuh. Pertumbuuhan batang Roysronea oleracea
tegak lurus dan tidak bercabang. Pernyataan ini sesuai dengan Pinem dan Lubis (2003) bahwa
mempunyai batang yang lurus tegak ke atas dan cenderung tidak mempunyai cabang. Tinggi
batang bisa mencapai 30meter dengan bentuk batang yang beruas-ruas. Buah palem raja
berbentuk bulat agak oval yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium, Biji dilindungi
oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang keras dan berkayu (Heddy dan
Aini,2019).
Pengamatan dari spesies Roysronea oleracea merupakan tumbuhan habitus herba yang
memiliki batas berair. Pernyataan ini sesuai dengan Hartanti, dkk (2020) bahwa Famili Araceae
memiliki karakteristik yaitu mempunyai batang basah dengan perbungaan majemuk terdapat
spatha dan spadix. Morfologi dari daun Roysronea oleracea memiliki pangkal lanset dan ujung
yang runcing. Permukaan daun licin dan daun berwarna hijau tua. Hal ini sesuai dengan
Setyaningsih (2018) bahwa daun Roysronea oleracea merupakan daun majemuk dengan ujung
runcing dan pangkal berbentuk lanset, serta susunan tulang daun yang menyirip. Daun
palem raja mempunyai warna hijau tua dengan permukaan daun licin.
Witono dkk., (2000)
2.25 Ipomea cairica
Klasifikasi Ipomea cairica menurut Juanda dan Cahyono (2009) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Solanales
Famili: Convolvulaceae
Genus: Ipomoea
Spesies: Ipomoea cairica (L.) Sweet.
Hasil pengamatan spesies Ipomoea cairica merupakan tumbuhan semak yang tumbuh
membelit. Pernyataan ini sesuai dengan Nadia, dkk (2019) bahwa Family Convolvulaceae
berupa herba atau semak berkayu. ini hidup merayap atau membelit. Dudukan dari daun
Ipomoea cairica berseling dan tangkai silindris. Pertulangan daun tanaman ini menjari dengan
permukaan yang kasap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chauduri, dkk (2015) bahwa daun
Ipomoea cairica merupakan daun tunggal, dudukannya berseling, tangkai silindris, pangkal
membulat, pertulangan menjari, menyirip, menonjol, permukaan kasap, hijau.
Spesies Ipomoea cairica ditemukan pada hutan evergreen Taman Nasional Baluran
yang merupakan Kawasan hutan tropis. Pernyataan dari Hasan (2020) bahwa tumbuhan famili
Convolvulaceae tumbuh pada daerah tropis. Morfologi dari bunga Ipomoea cairica memiliki
mahkota bentuk terompet, Tunggal, berkelompok, di ketiak daun, bunga sempurna, berkelamin
ganda, kelopak bentuk tabung, bagian dalam berwarna ungu tua (Juanda dan Cahyono,2009).
Buah dari spesies ini berbentuk kapsul bulat dalam bentuk dan berwarna dari hijau menjadi
coklat. Kapsul ini (10-12 mm) berisi empat biji cokelat besar (sekitar 6 mm) yang sedikit tiga
bersudut dalam bentuk (Mandal,2015).
2.26 Quercus humboldtii
Klasifikasi Quercus humboldtii menurut Martinez, dkk (2019) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Ordo: Fagales
Famili: Fagaceae
Genus: Quercus
Spesies: Quercus humboldtii
Pengamatan dari spesies Quercus humboldtii merupakan tumbuhan habitus pohon.
Batang dari tanaman ini berkayu dan permukaannya kasar. Tipe daun spesies ini merupakan
daun tunggal. Pernyataan ini sesuai dengan Purwaningsih dan Ruddy (2018) bahwa Quercus
humboldtii termasuk ke dalam famili Fagaceae. jenis famili Fagaceae di Indonesia mampu
tumbuh pada ketinggian lebih dari 1500 m dpl. Ciri umum Fagaceae memiliki kayu yang keras
sehingga jarang digunakan sebagai bahan bangunan. Memiliki daun tunggal dengan stipula
yang mudah gugur. Spesies Quercus humboldtii berbentuk seperti cemara yang tumbuh
setinggi kurang lebih 25 m memiliki ciri pohon tinggi dan keras, memiliki kulit pohon berwarna
abu bau kemerahan dan pecah pecah. Daunnya berseling dan berbentuk lanset. Bunga kecil
berwarna kuning kecoklatan (Martinez, et al. 2019).
2.27 Tilia europea
Klasifikasi Tilia europea menurut Johnson (2018) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Tilia
Spesies: Tilia europea
Pengamatan pada spesies Tilia europea merupakan humbuhan berhabitus herba.
Pernyataan ini sesuai dengan Masnadi, dkk (2019) bahwa Ciri-ciri umum family Malvaceae
yakni habitus dapat berupa semak, perdu atau pohon. Bentuk batang pada spesies ini memiliki
pangkal seperti semak yang padat. Daun pada spesies ini berbentuk hati dengan pangkal
membulat dan ujung meruncing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jhonson (2018) bahwa
Spesies Tilia europea adalah pohon gugur besar setinggi 15–50meter dengan batang setinggi
2,5 m. Pangkal batang sering menampilkan semak belukar yang padat. Daunnya berbentuk
cordate dengan ujung lancip, panjang 6–15 cm (2–6 inci) dan lebar 6–12 cm (2–5 inci),
permukaan daun berbulu tipis, Bunga majemuk berwarna putih kekuningan diserbuki oleh
lebah. Buahnyaadalah buah berbiji kering seperti kacang dengan diameter 8 milimeter berbulu
halus dan bergaris tipis.
Famili Malvaceae memiliki ciri khas bunganya besar dan membentuk corong. Kelopak
bunganya bersatu (tidak terpisahpisah). Mahkota bunganya lima, tersambung di bagian pangkal
sehingga bila gugur selalu bersama-sama, tidak luruh sendiri-sendiri. Benang sari biasanya
banyak dan tersambung dengan putik (Masnadi dkk, 2019).
2.28 Coccoloba diversifolia
Klasifikasi Coccoloba diversifolia Menurut Jacobs, dkk (2021) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledoneae
Ordo: Polygonales
Famili: Polygonaceae
Genus: Coccoloba
Spesies: Coccoloba diversifolia
Hasil pengamatan Coccoloba diversifolia merupakan tumbuhan perdu. Pertumbuhan
batang pada tanaman ini tegak dan berwarna kecoklatan. Bentuk daun Coccoloba diversifolia
adalah oval dengan tepi yang rata serta pertulangan daun yang menyirip. Pernyataan ini sesuai
dengan Jacobs, dkk (2021) bahwa Coccoloba diversifolia memiliki batang tegak, bulat dengan
tinggi 2,4m dan termasuk tumbuhan perdu. Daun berbentuk oval, tunggal, tepi rata, pertulangan
menyirip dan berwarna hijau. Bunga termasuk majemuk, bentuk bulir, tumbuh diketiak daun
tangkai putik pipih. Buah bulat seperti telur berwarna hijau kekuningan, dan memiliki akar
tnggang.
2.29 Elaeocarpus ganitrus
Klasifikasi Elaeocarpus ganitrus menurut Herdainiyan (2015) adalah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Elaeocarpaceae
Genus: Elaeocarpus
Spesies: Elaeocarpus ganitrus
Pengamatan dari spesies Elaeocarpus ganitrus merupakan habitus pohon. Pertumbuhan
dari batangnya tegak dengan permukaan kayu yang kasar. Bentuk daun pada tanaman ini
lonjong, tulang daun menyirip, dan pangkal daun meruncing. Pernyataan ini sesuai dengan
Herdainiyan (2015) bahwa Elaeocarpus ganitrus merupakan pohon yang memiliki permukaan
kayu yang kasar, batang yang berwarna coklat. Daunnya berbentuk lonjong,tulang daun yang
menyirip dan tepian daun bergelombang. Bunga pada tanaman ini merupakan bunga majemuk
bercabang-cabang, kelopak bunga berwarna hijau pucat, mahkota bunga berwarna putih
kehijauan berwarna kekuningan. Buah berbentuk bulat berwarna hijau dengan biji berwarna
coklat, biasanya bijinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan.
Daftar Pustaka
Abriyanto, Adityas Elvian, Sabikis, dan Sudarso. 2012. Aktivitas Anti Fungi Ekstrak Etanol
Daun Sembukan (Paederia foetida) terhadap Candica albicans. Jurnal Pharmacy. 9(3)
:1-10
Adegoke S.A., F.D. Agada and L.O. Ogundipe. “Antibacterial Activity of Methanol and
Ethanol Leaf Extracts of Antidesma venosum and Lannea barteri”. African Journal of
Microbiology Research, 7.27 (2013): 3442-3447
Ali, H., & Yaqoob, U. (2021). Traditional uses, phytochemistry, pharmacology and toxicity of
Arisaema (Areaceae): A review. Bulletin of the National Research Centre, 45(1), 47.
Bago, Adam. S. 2020. IDENTIFIKASI KERAGAMAN FAMILI ARACEAE SEBAGAI
BAHAN PANGAN, OBAT, DAN TANAMAN HIAS DI DESA HILIONAHA
KECAMATAN ONOLALU KABUPATEN NISA SELATAN. Jurnal Education and
Development. Vol. 8 (4). 4
Bestari, Ida, A. P & Dewi, Kartika, Sari. 2023. Pengenalan Famili Tanaman Pekarangan. Jawa
Tengah: Eureka Media Aksara
Bujang, H. B., & Telege, B. (2021). STRUKTUR KOMUNITAS VEGETASI HERBA DI
BAWAH.
Chaudhuri, H. Ramaprabhu. Ramachandran V. 2015. Ipomoea carnea jacq. A New Aquatic
Weed Problem in India. J. Aquat Plant Manage. 32: 37-38
Dangarembizi, R., Erlwanger, K. H., Moyo, D., & Chivandi, E. (2013). Phytochemistry,
pharmacology and ethnomedicinal uses of Ficus thonningii (Blume Moraceae): a
review. African Journal of Traditional, Complementary and Alternative
Medicines, 10(2), 203-212.
Danong, M. T., Ruma, M. T., Nono, K. M., Mauboy, R. S., Boro, T. L., & Etu, E. (2023).
HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK JENIS-JENIS TUMBUHAN GENUS
EUPHORBIA (EUPHORBIACEAE) BERDASARKAN CIRI
MORFOLOGI. Floribunda, 7(2), 37-50.
Deokar, R. R., Mane, S. R., Kamble, S. R., & Patil, S. R. (2017). A New Locality Record for
An Endangered Plant Species Entada Rheedei Sprong (Mimosaceae) In Sangli District,
Maharashtra. World Journal of Pharmaceutical Research, 6(17):408.
Dodo (2018). Aristolochia dan Koleksinya. Warta Kebun Raya, 16(1)
Egharevba, H. O., Dalhatu, N. A., & Ibrahim, J. A. (2015). Chemical composition of the leaf
essential oil of Antidesma venosum E. Mey. ex. Tul. and comparative phytochemical
and pharmacognostic analysis of its leaf, stem bark and root. International Journal of
Bioassays, 4, 4625-4628.
Fauziah, M. 2010. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Depok: Penebar Swadaya. Hal 50.
García, C. G. (2009). Los árboles en la historia de Cuba. Revista del Jardín Botánico Nacional,
213-218.
González-Moreno, P. (2016). Ligustrum lucidum (broad-leaf privet). Forestry Compendium,
30751.
Hardainiyan, S., Nandy, BC, & Kumar, K. (2015). Elaeocarpus Ganitrus (Rudraksha): A
Reservoir Plant with their Pharmacological Effects. International Journal Pharm Sci
Rev Res, 34 (1), 55-64.
Hartanti, R. E. D. P., Gumiri, S., & Sunariyati, S. (2020). Keanekaragaman dan Karakteristik
Habitat Tumbuhan Famili Araceae di Wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka
Raya. Journal of Environment and Management, 1(3), 221-231.
Hasan, R., Yuniarti, A., & Kasmiruddin, K.2020. Keanekaragaman Liana di Hutan Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Tengah. Jurnal Sains
Teknologi dan Lingkungan, 4(1), 485180.
Heddy, S., & Aini, N. (2009). Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Ga3 Terhadap
Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea olerace). MIPA dan
Pembelajarannya, 33(2).
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI
dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29-30.
Jacobs, JG, Lashley, MA, & Cove, MV (2021). Jumlah anak rusa dan penggunaan lokasi betina
dewasa adalah indikator kualitas habitat yang tidak cocok pada rusa yang terancam
punah. Keanekaragaman, 13 (2), 92.
Jamiluddin, A., Yilianti Tan, A., Affandy Mahyuddin, A., & Ulya Sastika, B. (2021). Analisis
Vegetasi Tumbuhan Di Kawasan Resort Bantimurung, Seksi Pengelolaan Taman
Nasional Wilayah II Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
John, dkk. (2003) Karaka (Corynocarpus levigatus J.R. et G. Forst) in Wwelington Cocervancy
(excluding Chatham Islands). New Zeeland Department of Conservation. ISSN 1175-
6519
Johnson, O. (2018). Pohon Juara Inggris & Irlandia. London: Kew, Royal Botanic Gardens
Kew.
Jonathan, G. E., Afikwu, E. V., & Olugbemi, T. S. (2003). The utilization of fig (Ficus
thonningii) and mango (Mangifera indica) leaves by rabbits. Pakistan Journal of
Nutrition, 2(4), 264-266.
Juanda, D. dan Cahyono, B. 2009. Ubi Jalar Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:
Kanisius.
Khan, M. A., Abbasi, A. M., Zafar, M., Ahmad, M. (2011). Medicinal Plant Biodiversity of
Lesser Himalayas-Pakistan. Jerman: Springer.
Kristiani (2008). Membuat terrarium, dari hobi menjadi bisnis. Jakarta: Agromedia
Pustaka,2008
Kurniawan, Agung & Asih, N.P.S. 2011. ARACEAE DI PULAU BALI. Bali: LIPI Press
Lena, dkk. (2015). A revised infrageneric classification of the genus Peperomia (Piperaceae).
TAXON. 64 (3). June 2015 :424-444.
Lingga, L. (2005). Menanam & Merawat Tanaman Hias Merambat. Jakarta: AgroMedia.
Maharani P. 2011. Tanaman Obat Yang Harus Ada Di Pekarangan Rumah Kita.Yogyakarta:
Sinar Ilmu, hal. 113
Mandal, S. (2015). Studies on Ipomoea Cairica (L.) Sweet - A Promising Ethnomedicinally
Important Plant. Journal of Innovations in Pharmaceuticals and Biological Sciences, 2
(4), 378-395.
Martinez, et al. (2019). QUERCUS HUMBOLDTII (COLOMBIAN OAK):
CHARACTERISATION OF WOOD PHENOLIC COMPOSITION WITH RESPECT
TO TRADITIONAL OAK WOOD USED IN OENOLOGY. Journal Ciencia tec, 32
(2): 93-94.
Masnadi, dkk. (2019). Keanekaragaman Family Malvaceae Di Hutan Taman Eden 100 Sebagai
Bahan Perangkat Pembelajaran Biologi. Journal Biology education science &
technology, 2 (2): 32-35.
Miri, A., Dragovich, D., & Dong, Z. (2018). The response of live plants to airflow – Implication
for reducing erosion. Aeolian Research, 33:92-97.
Mitchell, A., Li, R., Brown, J. W., Schönberger, I., & Wen, J. (2012). Ancient divergence and
biogeography of Raukaua (Araliaceae) and close relatives in the southern
hemisphere. Australian Systematic Botany, 25(6), 432-446.
Murtilaksono, dkk. (2019). Gulma tanaman holtikultura kota Tarakan. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press
Mwangomo, D. T., Moshi, M. J., & Magadula, J. J. (2012). Antimicrobial activity and
phytochemical screening of Antidesma venosum root and stem bark ethanolic
extracts. International Journal of research in Phytochemistry and Pharmacology, 2(2),
90-95.
Nadila, N., Arifah, M. N., Nurshakila, N., Febriansyah, A. R., Vlorensius, V., & Zulfadli, Z.
(2020). Studi Variasi Morfologi Genus Ipomoea di Kota Tarakan. Borneo Journal of
Biology Education (BJBE), 2(1), 33-41.
Nurcahyanti, Agustina. D.R & Jessica Wandra. 2012. Mikoriza. BioS- Majalah Ilmiah
Semipopuler. Vol. 5(2):45
OíConnor, R.P., and M.R. Penskar. 2004. Species abstract for Aristolochia serpentaria (Virginia
snakeroot). Michigan Natural Features Inventory. Lansing, MI. 3 pp
Permadi, A. 2007. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 77.
Pinem, M. I., & Lubis, L. (2013). Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem Raja
(Roystonea Elata Bartr.) Taman Kota Medan. Jurnal Agroekoteknologi Universitas
Sumatera Utara, 2(2), 98679.
Prima, A. A., Ahmed, R., Faruk, A., Zafroon, Z., Dash, P. R. (2019). Pharmacological
Importance Off Commelina diffusa (Commelinaceae): A Review. International Journal
of Life Science and Review, 5(1): 1-5.
Purwaningsih. (2018). KEANEKARAGAMAN JENIS DAN SEBARAN FAGACEAE DI
INDONESIA. Jurnal penelitian dan pengabdian masyarakat, 4 (1): 85-86
Putra, M. P., & Wandi, W. (2022). Identifikasi Moraceae di Kebun dan Hutan Pendidikan
STIPER Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Pertanian
Terpadu, 10(1), 78-92.
Putri, R. U., Widiarsih, S., Wulandari, R. A., & Sanjaya, L. (n.d.). Keragaman Morfologi Tiga
Klon Lili (Lilium spp.) Pasca Iradiasi Sinar Gamma Co- 60 dalam Kultur In Vitro.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 17.
Qayim, Ibnul, dkk. 2022. Diversity of Forest Floor Vegetation in Napabalano Nature Reserve
and Warangga Protection Forest, Southeast Sulawesi. Jurnal Ilmiah Biologi. Vol.10(2).
148
Renjana, E. (2020). Dewandaru (Eugenia uniflora L.), Buah Legendaris yang Sarat Mitologi Di
Pegunungan Kawi. Warta Kebun Raya, 18(1), 2-8.
Ripanda, A., Luanda, A., Sule, K. S., Mtabazi, G. S., & Makangara, J. J. (2023). Galinsoga
parviflora (Cav.): A comprehensive review on ethnomedicinal, phytochemical and
pharmacological studies. Journal Heliyon, 4: 4-5.
Samsudin, S. (2020, July). Ex situ conservation of the Moraceae Family in the Bogor Botanical
Gardens, West Java. In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia (Vol. 6, No. 1).
Schaefer, H., & Renner, S. S. (2011). Phylogenetic relationships in the order Cucurbitales and
a new classification of the gourd family (Cucurbitaceae). Taxon, 60(1), 122-138.
Seniappan. P, Dkk. (2020). Merremia emarginata Burm. F: Pharmacognostical Standardization
and Phytochemical Studies of Its Leaves. Gis Science Journal, 7(11): 117-119.
Setyaningsih, D. W. (2018). Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Dan
Pertumbuhan Tanaman Palem Raja. JURNAL AGRI-TEK: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu
Eksakta, 19(2).
Soetopo, D., dkk. 2022. Pemanfaatan (Derris elliptica Untuk pengendalian Hama dan penyakit
tanaman holtikultura dan perkebunan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Vol. 21. No. 1.
Steenkamp, V., Mokoele, T. L., & Jansen van Rensburg, C. E. (2009). Toxicity testing of two
medicinal plants, Bridelia micrantha and Antidesma venosum.
Thomas. 2007. Tanaman Obat Tradisional 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal 81.
Tjitrosoepomo G. 1996. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press University.
Utami, P. & Puspaningtyas, D.E. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Valarmathi. S., Raju. K. (2018). ETHNOBOTANICAL STUDY OF ENTADA PURSAETHA
DC: AN ENDANGERED GIGANTIC WOODY CLIMBER OF FABACEAE IN
EASTERN GHATS OF KOLLIHILLS, TAMIL NADU, INDIA. World Journal of
Pharmaceutical Research, 7(13):1192-1193.
Walt, Liesl van der. (2016). Myrsine africana. Plantz Africa-SANBI, 1-4.
Weber, E. (2018). Botanische Gärten als Quelle neuer invasiver Pflanzen: Risikoabschätzung
und Präventivmaßnahmen.
Whitworth-Hulse, J. I., Magliano, P. N., Zeballos, S. R., Gurvich, D. E., Spalazzi, F., &
Kowaljow, E. (2020). Advantages of rainfall partitioning by the global invader
Ligustrum lucidum over the dominant native Lithraea molleoides in a dry forest.
Agricultural and Forest Meteorology, 290(108013):3.
Wicaksono, S., dkk. 2018. Karakter Morfologi Dan Analisa DNA RAPD Tanaman Tuba
(Derris eliptica) Hasil Eksplorasidi Propinsi Jawa Timur. Jurnal Buana Sains. Vol. 15.
No. 2:137-144.
Wisam, A. M. R. (2007). Budidaya Tanaman Palem. Jakarta: CV. Sinar Cemerlang Jaya Abadi.
Witono, J., Suhatman, A., Suryana, N., & Purwantoro, R. S. (2000). Koleksi Palem Kebun Raya
Cibodas. Seri Koleksi Kebun Raya-Lipi, 2(6).
Zuhri, M. (2012). Strategi Penyerbukan Ficus. Warta Kebun Raya, 11(2), 33–39.
Zumaidar, Z., Rizki, A., & Rahmayanti, R. (2022). Jenis-jenis Serangga Pengunjung Pada
Beberapa Tumbuhan Euphorbiaceae Di Kampus Universitas Syiah Kuala. Jurnal
Bioleuser, 6(1).
TABEL KARAKTER
Famili : Commelinaceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Commelina diffusa/ aur-aur
Famili : Phyllantaceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Phyllantus urinaria
Famili : Araceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Arisaema erubescens
Famili : Aristolociaceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Asarum sp
Famili : Oleaceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Lingustrum lucidum
Famili : Primulaceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Myrsine Africana
Famili : Mimosaceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Entada pursaetha
Famili : Fagaceae
Nama Ilmiah/ Nama Lokal : Quercus hambolditi