Berdasarkan data fenotipe yang diberikan, kita dapat menyusun persilangan sebagai berikut:
Buah bulat, tak berbulu (OOpp)
Buah pipih, tak berbulu (oopp)
Buah bulat, berbulu (OOPP)
Buah pipih, berbulu (oopp)
Dengan demikian, kita dapat menyusun persilangan sebagai berikut:
Tanaman betina (oopp) x Tanaman jantan (OOPP)
Oo Oo Pp Pp
---------------------
o | OoPp OoPp Oopp Oopp
o | OoPp OoPp Oopp Oopp
p | OoPp OoPp Oopp Oopp
p | OoPp OoPp Oopp Oopp
Dari bagan persilangan di atas, kita dapat melihat rasio fenotipe yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
Buah bulat, tak berbulu (OOpp): 4
Buah pipih, tak berbulu (oopp): 4
Buah bulat, berbulu (OOPP): 8
Buah pipih, berbulu (oopp): 8
Jadi, rasio fenotipe yang dihasilkan adalah 1:1:2:2, yang menunjukkan adanya gen berangkai dan
pindah silang.
Dari persilangan sebelumnya, kita tahu bahwa genotipe tetua betina adalah "oopp" dan genotipe
tetua jantan adalah "OOPP". Maka, kita bisa mengidentifikasi tipe-tipe sebagai berikut:
Buah bulat, tak berbulu (OP): Ini adalah tipe tetua betina dan jantan.
Buah pipih, tak berbulu (oP): Ini adalah tipe rekombinan karena menggabungkan alel "o"
dari betina dengan alel "P" dari jantan.
Buah bulat, berbulu (OP): Ini adalah tipe tetua betina dan jantan.
Buah pipih, berbulu (op): Ini adalah tipe rekombinan karena menggabungkan alel "o" dari
betina dengan alel "p" dari jantan.
Jadi, fenotipe yang merupakan tipe tetua adalah "Buah bulat, tak berbulu" dan "Buah bulat,
berbulu". Sedangkan fenotipe yang merupakan tipe rekombinan adalah "Buah pipih, tak berbulu"
dan "Buah pipih, berbulu".
Untuk menentukan frekuensi rekombinasi, kita perlu menghitung jumlah fenotipe rekombinan
(oP dan op) dari data yang diberikan:
Jumlah "Buah pipih, tak berbulu" (oP) = 92 Jumlah "Buah pipih, berbulu" (op) = 300
Total fenotipe rekombinan = 92 + 300 = 392
Frekuensi rekombinasi dapat dihitung dengan membagi total fenotipe rekombinan dengan jumlah
total fenotipe keseluruhan:
Frekuensi rekombinasi = (Total fenotipe rekombinan / Total fenotipe) x 100% Frekuensi
rekombinasi = (392 / 800) x 100% = 49%
Jadi, frekuensi rekombinasi adalah 49%.
Untuk menentukan jarak peta antara kedua gen tersebut, kita bisa menggunakan rumus
Kosakata-Chisquare:
Jarak Peta (Map distance) = [(Jumlah rekombinan / Total individu) x 100]
Jarak Peta = [(392 / 800) x 100] = 49%
Jadi, jarak peta antara kedua gen tersebut adalah 49%.
1. Kedudukan gen pada kromosom seks pada Drosophila melanogaster (betina) adalah pada
bagian homolog dari kromosom seks. Homolog adalah pasangan kromosom yang
memiliki gen-gen yang serupa dan terletak pada lokasi yang sama pada kromosom
homolog yang lain. Pada Drosophila melanogaster betina, gen-gen yang ada pada
kromosom X dan Y adalah homolog dalam arti bahwa mereka memiliki lokasi yang
mirip di kedua kromosom seks, meskipun Y memiliki lebih sedikit gen dibandingkan
dengan X. Gen-gen ini memiliki fungsi yang berbeda dalam bestina dan jantan
Drosophila melanogaster.
2. Sesuai dengan penjelasan pada soal 1a, mekanisme yang kemungkinan terjadi saat gen-
gen pada kromosom seks mengalami meiosis adalah non-disjunction (ketidakpemisahan)
atau pengelompokan yang tidak sepenuhnya bebas. Non-disjunction adalah suatu
kejadian saat kromosom tidak terpisah dengan benar selama proses pembelahan sel, yang
dapat menghasilkan kelainan genetik seperti trisomi atau monosomi pada keturunan. Ini
dapat terjadi karena penyimpangan dari Hukum Mendel II yang menyebabkan kromosom
seks (X dan Y) tidak terpisah dengan benar saat meiosis.
3. Pada Drosophila melanogaster, kromosom Y biasanya memiliki genotip resesif untuk
sifat-sifat yang ada di kromosom seks. Karena kromosom Y pada jantan hanya membawa
beberapa gen, gen panjang antena yang dominan pada betina akan menjadi genotip
resesif pada kromosom Y jantan. Oleh karena itu, keberadaan genotip panjang antena
pada kromosom Y adalah resesif, dan jantan yang memiliki kromosom Y akan memiliki
sifat-sifat yang dominan pada betina untuk sifat panjang antena. Dengan kata lain, gen
panjang antena pada kromosom Y akan menjadi genotip resesif karena kromosom Y
hanya membawa sedikit gen dan tidak memiliki alel yang mendominasi sifat tersebut.
SOAL PAK EMMY
1. Expected (E) untuk setiap kategori fenotipe:
Expected untuk "Bulat Merah" = (320 x 9) / 16 = 180
Expected untuk "Bulat Putih" = (320 x 3) / 16 = 60
Expected untuk "Keriput Merah" = (320 x 3) / 16 = 60
Expected untuk "Keriput Putih" = (320 x 1) / 16 = 20
2. Menghitung χ² untuk setiap kategori fenotipe:
χ² = [(185 - 180)² / 180] + [(65 - 60)² / 60] + [(50 - 60)² / 60] + [(20 - 20)² / 20]
χ² = [(25 / 180) + (25 / 60) + (100 / 60) + (0 / 20)]
χ² = [(25 / 180) + (75 / 180) + (300 / 180) + (0)]
χ² = (400 / 180)
χ² = 2.22 (dibulatkan)
3. Menentukan χ² tabel: Nilai χ² tabel dengan derajat bebas (db) = 3 dan tingkat signifikansi
(α) = 0,05 adalah sekitar 7,815 (dapat ditemukan di tabel distribusi χ²).
4. Membandingkan χ² yang dihitung dengan χ² tabel: χ² yang dihitung (2.22) lebih kecil
daripada χ² tabel (7.815).
Kesimpulan: Karena χ² yang dihitung (2.22) lebih kecil daripada χ² tabel (7.815) pada tingkat
signifikansi α = 0,05, maka H0 (hipotesis nol) diterima. Ini berarti penyebaran fenotipe hasil
persilangan masih sesuai dengan hukum Mendel dengan perbandingan generasi F2 9:3:3:1 pada
tingkat signifikansi 5%.