Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SELAMAT AGUSTIRA

IDE USAHA : EKSPOR PRODUK UMKM, HASIL PERTANIAN DANJ


PERIKANAN

URAIAN : Ekspor bertujuan membantu pertumbuhan industri dalam


negeri. Perdagangan ekspor akan mendorong pengusaha untuk
menciptakan industri yang lebih besar. Semakin baik kualitas ekspor
suatu negara maka semakin baik peluangnya bersaing di pasar global
dalam perdagangan internasional.

Serabut Kelapa

1. Coconut fiber ( serat kelapa )

 Jadi pruduk Matras


 Tali
 Cocomesh ( untuk reboisasi lahan rusak )
 Kasur dan jok
 Bahan dasar kerajinan
 Bahan dasar untuk sapu, sikat, dll

2. Cocopeat ( serbuk kelapa )

 Media tanaman
 Humus ( compos )
 Bahan campuran pupuk organik
 Bahan bakar industri dan rumahan

Tempurung Kelapa ( Batok Kelapa Tua )

 Diproses jadi Arang Batok


 Briket (diproduksi industri)
 Aktif Carbon
 Bahan baku campuran obat nyamuk
 Tepung Batok
 Cocochip ( Media Tanaman )
 Cocomozaik
 Smoke liquid ( asap Cair )
 Bahan baku Home Industri Kerajinan

Air Kelapa

 Minuman kemasan ( hydro coco )


 Minuman Nata de coco
 Cuka Bahan Air kelapa
 Campuran / Bahan Dasar pembuatan Kecap
 Campuran fermentasi pupuk organik

Nira Kelapa ( diambil dari bunga kelapa )

 Bahan utama Minuman dari Nira kelapa


 Gula kelapa
 Gula Semut ( dibuat Kristal )

KELEMAHANJ EKSPORT
Sayangnya, ekspor Indonesia kebanyakan masih bersifat memenuhi pesanan atau order, atau
pembeli datang. Sifatnya bukan menyerang atau struggle atau masuk ke negara lain. Artinya,
produk ekspor Indonesia belum menuju produk ekspor yang berdaya saing. Hal ini dipandang

DISTRIBUSI PEMASARAN YANG KURANG

KERJASAMA DENGAN PIHAK PEMERINTAH DAN SWASTA TERGOLONG SUSAH

MENJAGA KETERSEDIAAN BAHAN BAKU MASIH BENTUK SCALA KECIL


Manfaat ekspor adalah

Berhubungan dengan poin pertama yaitu ekspor membantu pertumbuhan


industri dalam negeri. Ekspor membantu UKM dan UMKM atau pengusaha
lokal lebih berkembang sehingga bisnisnya semakin besar. Hal ini dapat
membuka lapangan kerja yang lebih luas juga. Industri yang berkembang
tentu membutuhkan sumber daya manusia lebih banyak, sehingga bisa
mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

sebagai kelemahan ekspor Indonesia.

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK KELAPA DENGANMEMPERBAIKI TEKNIK BUDIDAYA DAN


PENGOLAHAN, PENGGUNAAN BIBIT UNGGUL DAN PEMELIHARAAN YANG TEPAT

Kopra Kelapa Kering

 Produk Kopra Hitam ( dibakar / panggang )


 Produk Kopra putih ( sudah diproses oven dengan mesin )

2. Desicated coconut ( kelapa diparut dan dikeringkan )

 Desicated coconut fuel Fat ( berlemak )


 Desicated coconut non Fat ( tanpa ada lemak )

3. Santan Buah Kelapa


 Santan Kelapa cair
 Santan Kelapa kental ( cream )
 Santan Kering

Minyak Buah kelapa (Tua)

 VCO ( virgin coconut oil )


 HCO ( Healthy coconut oil )
 Minyak kelapa biasa
 Bio Diesel
 Bio Ethanol
 Bahan dasar sabun
 Bahan dasar industry Kosmetik ( kecantikan )

5. Buah Kelapa krispi / manisan (makanan)

6. Tepung Kelapa ( untuk industri campuran makanan )

7. Ampas kelapa basah ( Bahan campuran industri makanan Ternak )

Mengapa Kelapa?
Kelapa memiliki area perkebunan terluas di Indonesia, lebih luas daripada karet dan kelapa
sawit, yaitu sekitar 26% dari total area perkebunan. Karena itulah, Indonesia merupakan negara
produsen kelapa terbesar di dunia, senilai sekitar 18.3 juta ton per tahun. Negara produsen
pesaing utama hanyalah Filipina dan India. Negara-negara lainnya hanya mampu memproduksi
kelapa dibawah 3 juta ton per tahun. Indonesia memiliki kekuatan besar ekspor dalam hal
volume produksi sehingga juga mampu menawarkan harga yang lebih kompetitif.
Alasan terpenting mengapa kelapa memiliki potensi besar untuk diekspor adalah karena manfaat
tanaman kelapa tidak hanya terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan,
kopra, dan minyak kelapa. Akan tetapi, seluruh bagian tanaman kelapa dapat diolah untuk
berbagai keperluan. Berikut adalah beberapa contoh produk yang diolah dari masing-masing
bagian tanaman kelapa:

 Daun kelapa: Daun yang muda dapat digunakan sebagai pembungkus ketupat dan bahan
baku obat tradisional. Daun yang tua dapat dianyam dan dipergunakan sebagai atap, lalu
lidinya sebagai bahan sapu lidi untuk barang kerajinan.
 Batang kelapa: Sebagai bahan baku furniture dan bahan bangunan.
 Akar kelapa: Sebagai bahan baku pembuatan bir atau bahan baku pembuatan zat warna.
 Air kelapa: Untuk minuman segar dan diproses lebih lanjut menjadi nata de coco, kecap
kelapa, dan coco vinegar.
 Sabut kelapa: Untuk bahan baku tali, anyaman keset, matras, jok kendaraan.
 Tempurung kelapa: Sebagai gayung air dan mangkuk secara tradisional dan dapat diolah
menjadi bahan baku obat nyamuk bakar, arang, briket arang, dan karbon aktif.
 Daging buah kelapa: Dapat langsung dikonsumsi dan dapat diproses menjadi santan
kelapa, kelapa parutan kering (desiccated coconut), serta semi virgin oil. Bahkan ini bisa
diproses menjadi kopra (minyak kelapa) yang lebih lanjut menjadi minyak goreng, sabun,
lilin, es krim, dan bahan baku produk oleokimia seperti fatty acid, fatty alcohol,
dan gliserin. Tak hanya itu, ampas kelapa atau bungkil kelapa dapat menjadi bahan pakan
ternak.
 Nira kelapa: Cairannya dapat diproses menjadi gula kelapa, yang sudah diuji memiliki
indeks Glycemic jauh lebih rendah daripada gula tebu.

Tapi perlu diingat, bahwa tidak semua produk kelapa ini berpotensi untuk diekspor. Ini
dikarenakan jumlah konsumsi yang sudah sangat tinggi terhadap beberapa produk kelapa,
khususnya untuk bahan memasak. Kita perlu melihat produk kelapa apa saja yang memiliki
kapasitas berlebih serta nilai apresiasi tinggi di pasar ekspor.

Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor

Performa Ekspor Produk Kelapa Indonesia


Performa Ekspor Beberapa Produk Kelapa Indonesia, 2018. Sumber: Trade Map ITC

Terdapat beberapa produk kelapa Indonesia yang perlu kita lihat performa ekspornya. Salah
satunya, Indonesia adalah eksportir terbesar untuk kelapa segar dalam batok yang mencapai
nilai 56 juta USD (setara 784 miliar Rupiah). Sayangnya, nilai jual yang sangat rendah membuat
produk ini kurang direkomendasi untuk diekspor.

Lalu, Indonesia juga merupakan eksportir terbesar kedua, setelah Filipina, untuk produk kelapa
parutan kering atau desiccated coconut senilai 170 juta USD (setara 2.3 triliun Rupiah).
Meskipun memiliki nilai jual ekspor yang paling tinggi, performa ekspor produk ini dirasa sulit
untuk ditingkatkan dikarenakan konsumsi dalam negeri Indonesia yang sudah begitu besar.

Di samping itu, Indonesia merupakan eksportir terbesar kedua untuk produk kopra (minyak
kelapa) baik itu yang mentah maupun diolah. Pada tahun 2018 Indonesia mampu mengekspor
produk kopra mentah dengan nilai 354 juta USD (setara 4,9 triliun Rupiah). Sementara itu,
Indonesia mengekspor produk kopra yang diolah dengan nilai 368 juta USD (setara 5,1 triliun
Rupiah). Indonesia hanya kalah dari Filipina untuk ekspor dua produk kopra ini. Tujuan terbesar
ekspor Indonesia untuk produk kopra ini adalah Belanda dan Malaysia untuk produk kopra
mentah, serta Amerika Serikat dan China untuk produk kopra olahan. Dengan nilai jual ekspor
yang cukup tinggi, kopra atau minyak kelapa menjadi salah satu produk yang berpotensi untuk
diekspor.

Baca juga: Visi dan Misi

Sementara itu, terjadi pertumbuhan ekspor signifikan pada produk gula kelapa sebesar 15% dari
2014-2018 yang mencapai nilai 63 juta USD (setara 882 miliar Rupiah). Fenomena ini bisa
menjadi tanda bahwa adanya peningkatan permintaan gula kelapa di pasar ekspor sebagai
alternatif pemanis bagi penderita diabetes dunia. Selain itu, nilai jualnya yang sangat tinggi
(melebihi kopra) membuat produk ini sangat berpotensi untuk diekspor.
Untuk ekspor sabut kelapa, sayangnya Indonesia hanya hanya menempati posisi ke-9 dengan
nilai hanya 11 juta USD (setara 154 miliar Rupiah) pada 2018. Padahal total nilai ekspor dunia
untuk produk ini adalah 593 juta USD yang 42% pangsa pasarnya didominasi oleh India. Sabut
kelapa merupakan komponen terbesar pada buah kelapa (sekitar 35%). Saat ini sabut kelapa
hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada pengeringan kopra. Banyak yang mengira sabut
kelapa hanyalah limbah, padahal terdapat peluang bisnis besar. Nilai jual produk sabut kelapa
indonesia pun sangat rendah, di saat beberapa negara seperti Brazil dan Kenya mampu menjual
produk ini dengan harga di atas 1,000 USD per Ton. Ini membuktikan bahwa Indonesia tidak
mampu mengoptimalkan produk sabut kelapa ini.

Berdasarkan data performa ekspor tersebut di atas, diketahui terdapat beberapa produk kelapa
yang menjadi prospek dalam pasar ekspor. Selanjutnya, kita akan membahas hanya produk
olahan kelapa yang sangat prospek untuk digarap oleh industri kecil, yang tidak membutuhkan
mesin dan teknologi tinggi dan volume besar tapi diapresiasi tinggi sekali oleh pasar ekspor.
Produk tersebut adalah Virgin Coconut Oil (VCO) dan Gula Kelapa.

Prospek Produk Virgin Coconut Oil (Minyak Kelapa Murni)


Dari data performa di atas, produk kopra atau minyak kelapa merupakan produk kelapa yang
patut dioptimalkan lebih lagi potensi ekspornya. Salah satu produk minyak kelapa yang bernilai
tinggi di pasar ekspor adalah VCO yang beberapa tahun belakangan ini permintaan pasarnya
meningkat pesat. VCO bukanlah produk komoditas seperti minyak kelapa konvensional karena
dijual dengan harga premium yang jauh lebih tinggi, meskipun tetap mengikuti perkembangan
harga minyak kelapa konvensional. Di berbagai supermarket negara-negara Amerika Serikat dan
Eropa, VCO dipasarkan dengan tag “cold-pressed” dan termasuk produk premium yang
populer. Bandingkan dengan situasi di Indonesia, bahwa VCO masih tidak diapresiasi tinggi oleh
pasar.

Baca Juga: Mengenal Harga Patokan Ekspor

VCO sendiri memiliki citra kuat di pasar ekspor, khususnya Amerika Serikat dan Eropa, sebagai
minyak yang sehat. Hal ini dikarenakan kandungan lauric acid nya yang tinggi (sekitar 50%) dan
tidak ada trans-fatty acid. Ditambah, kandungan PFA nya (polyunsaturated fatty acid) lebih
rendah daripada minyak nabati lainnya. Sehingga, VCO terbukti dapat menurunkan kadar
kolesterol dan obesitas. Khasiat VCO diuji juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit dan menanggulangi penyakit virus seperti HIV. Inilah yang menyebabkan permintaan
besar dan meningkat di pasar global. Meskipun pasar ini spesifik untuk orang-orang yang sadar
akan kesehatan, ini memiliki prospek bagus di masa mendatang terutama di negara-negara maju.
VCO dapat dikonsumsi secara langsung atau sebagai minyak goreng dan bahan makanan. Selain
itu, VCO juga dapat dijadikan bahan kosmetik.

Namun, tidak sembarang produk VCO dapat berpotensi masuk pasar ekspor terlebih pada
negara-negara maju. Terdapat standar kualitas yang harus dipenuhi. Minyak VCO harus
didapatkan secara murni dari kelapa segar. Prosesnya bisa saja mekanis, tapi tanpa ada
perubahan kimia. VCO kualitas tinggi haruslah beraroma dan berbau seperti kelapa, tidak tengik,
dan mudah cair. Lalu, secara visual harus jernih, bening, dan tanpa warna. Terdapat dua standar
kandungan penting yang akan diperiksa oleh calon pembeli/importir: 1) Kandungan moisture
tidak melebihi 0.5%; 2) Kandungan lauric acid sekitar antara 40-50%.

Berdasarkan data ITC, pasar yang paling potensial saat ini untuk mengekspor produk VCO
Indonesia adalah Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat merupakan
importir terbesar pada 2018 yang mencapai 487 juta USD. Bahkan, Amerika Serikat memiliki
potensi pasar yang begitu besar terhadap permintaan VCO Indonesia yang diestimasikan sebesar
218 juta USD. Juga masih terdapat 58% potensi pasar tersebut yang belum terealisasikan senilai
127 juta USD (setara 1.8 triliun Rupiah). Sayangnya, saat ini produk VCO Indonesia belum siap
(dari segi standar dan sertifikasi) untuk diekspor ke pasar Eropa yang sebetulnya juga memiliki
potensi besar bagi produk VCO.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor

Prospek Produk Gula Kelapa


Selain VCO, produk kelapa lainnya yang memiliki apresiasi sangat tinggi di pasar ekspor adalah
gula kelapa. Permintaan gula kelapa meningkat pesat di negara-negara maju sebagai alternatif
pemanis yang baik bagi penderita diabetes. Hampir semua orang di dunia ini percaya bahwa
rendahnya kandungan Indeks Glycemic di gula kelapa (35) dapat memperlambat peningkatan
tingkat gula, yang akan menurunkan diabetes. Apalagi, gula kelapa dapat dikonsumsi secara
global seperti pada pembuatan kue dan sebagai pemanis untuk kopi dan teh. Gula kelapa juga
memiliki citra kuat sebagai gula yang lebih alami prosesnya daripada gula konvensional.

Banyak yang rancu antara gula kelapa dan gula aren. Meskipun warnanya sama-sama merah, tapi
mereka berdua diproduksi dari tanaman yang berbeda. Gula yang diproduksi dari pohon aren
tidak memiliki potensi kuat untuk diekspor karena memiliki bau dan aroma yang kuat. Sehingga
gula aren tinggi sekali tingkat konsumsinya dalam negeri karena sering dipakai untuk memasak
dan membuat kue tradisional. Gula kelapa ini berpotensi untuk diekspor karena aroma dan
baunya lebih fleksibel untuk dikonsumsi di dunia, dan konsumsi dalam negeri tidak setinggi gula
aren. Untuk bentuknya, gula kelapa kristal lebih banyak permintaan ekspornya dikarenakan lebih
mudah mengkonsumsinya seperti gula konvensional.

Lagi-lagi, produk gula kelapa untuk dapat berpotensi masuk pasar ekspor harus memenuhi
berbagai standar kualitas. Aspek terpenting dari kualitas gula kelapa adalah menjaga infeksi dan
ragi seminimal mungkin. Lalu, biasanya kandungan sebagian besar
dari moisture dan sucrose tapi perlu minimal kandungannya bagi invert sugar, protein, gums,
dan mineral. Lalu, warna juga harus seimbang: tidak boleh terlalu terang atau terlalu gelap.
Konsistensi tekstur juga penting, karena seharusnya tidak terlalu keras tapi agak remuk.
Sertifikasi sistem manajemen juga diperlukan untuk dapat diterima di pasar internasional
mengingat gula kelapa adalah produk olahan bukan komoditas mentah.

Baca Juga: Meningkatkan Daya Saing Ekspor dengan Mengkomunikasikan Prinsip


‘Sustainability’
Apa saja negara yang potensial untuk mengekspor gula kelapa Indonesia? Jerman dan Amerika
Serikat, merupakan dua negara importir terbesar untuk produk gula kelapa dengan nilai impor
pada 2018 masing-masing adalah 129 juta USD dan 128 juta USD. Lalu, sebenarnya terdapat
ruang potensi ekspor besar yang belum terealisasi di negara Amerika Serikat (79 juta USD) dan
Jerman (27 juta USD), dan negara-negara Eropa barat lainnya. Sayangnya, saat ini produk gula
kelapa Indonesia masih sedikit kapasitas produksinya dan belum banyak yang mampu memenuhi
standarnya. Sehingga, saat ini kapasitas dan standar produk hanya mampu berpotensi diekspor
pada negara-negara tetangga ASEAN, yang ujung-ujungnya mereka juga akan mengekspor ulang
ke negara-negara maju. Sedih kan.

Fokus pada Pemenuhan Standar Organik


Sebelumnya, kita melihat bahwa sebenarnya potensi produk VCO dan gula kelapa tidak optimal
dikarenakan kurangnya pemenuhan standar. Apakah sebenarnya standar yang paling penting
untuk dipenuhi tersebut? Selain karena kurang terpenuhinya standar kualitas dan sistem
manajemen, standar organik sangat diperlukan oleh pembeli/importir negara-negara maju.

Alasannya adalah kelapa merupakan tanaman yang penanamannya sudah secara alami. Sehingga
banyak konsumen, yang sebagian besar sadar akan kesehatan, mengharapkan standar organik
pada produk yang diolah dari kelapa. Produk-produk kelapa dianggap premium karena bersifat
organik. Sayangnya, proses pengolahan di Indonesia belum memenuhi standar organik. Ini
banyak yang membuat eksportir produk VCO dan gula kelapa terhambat untuk dapat
mengekspor ke calon pembeli/importir di negara-negara maju.

Baca Juga: Menerapkan Pelabelan (Labelling) yang Layak dalam Standar Ekspor

Seperti yang kita tahu, bahwa tren organik berkembang pesat di pasar dunia terutama di negara-
negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan Eropa Barat. Produk tidak dapat dilabeli
“organik” jika minimal 95% bahan baku belum memenuhi standar organik, seperti tidak
menggunakan pestisida kimia, pupuk buatan, dan GMO dalam proses produksi dari awal sampai
akhir. Meskipun saat ini SNI mengeluarkan sertifikasi organik, sayangnya ini belum diakui
secara internasional, sehingga eksportir produk organik harus memproses sertifikasi organik
melalui badan-badan sertifikasi yang diakui oleh negara tujuan ekspor.

Terlebih lagi, produk biasanya akan memiliki keunggulan produk yang lebih tinggi jika memiliki
standar fairtrade. Kesejahteraan petani benar-benar diperhatikan oleh konsumen gula kelapa.
Selain dengan sertifikasi, komunikasi standar Fairtrade bisa dengan “story” mengenai
pemberdayaan petani dan dokumentasi harga yang transparan. Baca selengkapnya mengenai
standar organik dan fairtrade di artikel Standar Khusus Ekspor.

Strategi Tembus Pasar Ekspor Produk Kelapa


Berikut adalah strategi-strategi yang sebaiknya dilakukan untuk mengoptimalkan potensi ekspor
produk kelapa Indonesia, khususnya pada VCO dan gula kelapa:

 Targetkan secara spesifik ke segmen produk kesehatan dan segmen produk


natural/organik.
 Lakukan kerjasama dengan Importir khusus menjual produk organik. Pemenuhan
standar kualitas dan sertifikasi organik diperlukan dalam hal ini.
 Usahakan mengikuti pameran dagang internasional khusus produk organik, seperti
Biofach.
 Kedepankan informasi detail mengenai kandungan produk. Lalu, untuk lebih menarik
informasi keunggulan produk kelapa seperti manfaat produk, sertifikasi, dan cerita
tentang daerah asal produksi penting untuk dikomunikasikan. Informasi-informasi ini
perlu dicantumkan pada kemasan, company profile, website, serta platform sosial media.
 Optimalkan online marketing di era digital saat ini untuk mendapatkan calon
pembeli/importir. Sudah terbukti bahwa website dan sosial media yang memiliki
performa SEO yang baik serta informasi yang deskriptif dapat membantu eksportir untuk
dihubungi oleh calon pembeli/importir.
 Pertimbangkan berbagai platform trading site yang tersedia saat ini yang membantu
mempertemukan dengan calon pembeli/importir secara online. Contoh platform yang
sangat populer adalah alibaba.com. Juga terdapat organic-bio.com dan flocert.net untuk
memasukkan direktori usaha yang bersertifikat Organik dan Fairtrade.

Baca Juga: Mengidentifikasi Peta Persaingan Supaya Bisnis Tetap Unggul

Kita sudah mengetahui bersama bahwa kelapa di Indonesia memiliki beberapa produk olahan
yang berpotensi untuk diekspor. Disini kita sudah membahas bahwa VCO dan gula kelapa
memiliki potensi besar dan nilai jual tinggi di pasar negara-negara maju. Tapi sebenarnya,
produk-produk kelapa lainnya juga memiliki potensi cukup kuat untuk diekspor. Ingat, bahwa
olahan kelapa dapat diserap dalam segala industri mulai dari otomotif, furniture, konstruksi,
kimia, dan banyak lainnya. Jadi, jangan berfokus bahwa kelapa hanya bisa diekspor air dan
buahnya. Terutama, produk berpotensi lainnya adalah produk olahan sabut kelapa.

Namun, disini kita juga mengetahui bahwa potensi kuat ekspor produk kelapa harus diimbangi
dengan pemenuhan standar kualitas dan sustainability. Ini yang menjadi tantangan sulit dalam
optimalisasi potensi ini. Perlu untuk kita bersama-sama membantu petani kelapa dalam edukasi
standar dan akses modal sehingga mampu memproduksi produk olahan kelapa yang bernilai
tinggi di pasar global. Niscaya produk olahan kelapa Indonesia mampu meningkatkan devisa
negara kita secara signifikan.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk
like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Anda mungkin juga menyukai