Anda di halaman 1dari 3

Nama : Farhat Zulham Salma

Nim : 22105020044

Agama Sebagai Terapi Jiwa (C.G. Jung) dan Aktualisasi Diri (Abraham Malow)

Apa yang membuatnya berpikir demikian ?

 Carl Gustav Jung ( 1875 – 1961 )

Corak yang unik dari teori yg dikemukakan sang Jung ialah penekanan yang dilakukan olehnya
terhadap rasial, atau phylogenetik, dan berasal asal kepribadian yg dimiliki oleh seorang. (Phylogeny
mengacu pada sebuah evolusi asal kelompok gen yang berhubungan dari sebuah organisme.
Phylogenetik dari asal kepribadian yang suka berbohong adalah warisan berasal seseorang individu,
yang dilacak melalui ingatan asal pengalaman yg telah dialami di masa kemudian oleh seseorang
dalam ras tertentu. Jung menyebutkan bahwa fondasi asal kepribadian merupakan sifat kuno,
primitif, bawaan, ketidaksadaran, dan universal.1

Romi Setiawan pada jurnalnya menyampaikan bahwa Jung mendefinisikan agama sebagai
keterkaitan antara kesadaran dan proses psikis tak sadar yang memiliki kehidupan tersendiri (lebih
menekankan ke aspek psikologi). dari Jung, kepercayaan ialah pengalaman batin berasal kekuatan
yang dinamis yg dialami sebagai rahasia, menjadi supramanusiawi serta Illahi. Kekuatan bergerak
maju ini tidak bergantung dari pilihan kehendak atau kesadaran berasal ego, namun melampauinya
serta malahan seringkali memuja dan menguasai subyek (nominousum).2

Penelitian jung mengenai arketipe-arketipe asal suatu ketidaksadaran kolektif menginspirasi jung
pada menghasilkan konklusi yang cukup menarik. Salah satu konklusi yang terpenting merupakan
bahwa insan memiliki apa yg di sebut sang jung menjadi ‘fungsi agama yang alamiah’, serta bahwa
kesehatan psikis serta stabilitas psikisnya itu bergatung di ungkapan yang sempurna asal suatu fungsi
dan pula bergantung di ungkapan nalurinya. 3 ini membuahkan suatu kontradiksi tersendiri kepada
mereka yang menduga atau yang berpandangan bahwa sebuah agama ialah suatu ilusi, suatu
pelarian berasal realitas atau kelemahan yang kekanak kanakan. Kita yakin bahwa hal-hal yang sudah
pada sebutan di atas tadi mungkin saja ada pada diri kita, namun jung mengingatkan kita
bahwasannya hal- hal tersebut adalah sebuah manifestasi berasal ketidaksadaran kolektif awam bagi
umat manusia. Hal ini sejalan dengan bisa di tunjukannya secara empiris bahwa arketipe-arketipe
berasal ketidakasadaran ialah sama mirip pada dogma agama.

Jung merumuskan agama sebagai suatu perilaku yang khas, yang dapat dipergunakan sinkron
menggunakan penggunaan asli dari kata “religio” yg berarti pertimbangan dan pengamatan yg
akurat terhadap faktor-faktor bergerak maju tertentu yg diklaim memiliki “kekuatan”. 4 Dimensi yg
supranatural dicermati menjadi dimensi yg relatif berkuasa, berbahaya dan cukup penting buat
dipertimbangkan secara akurat. Bahwa sesungguhnya unsur supra naturallah memiliki kekuatan
yang bisa menguasai unsur transenden. sebagai akibatnya berbeda dengan pemahaman ferud,
pemikiran Jung masih mempercayai adanya unsur transenden, yakni para roh, setan, serta tuhan
adalah ciri khas insan. sehingga munculah kepercayaan terhadap agama dengan drajat keberhasilan

1
https://anshorylubis.blogspot.com/2017/10/the-analitycal-psychologi-of-carl-jung/ di akses tanggal 3 Maret
2023 pukul 20.16
2
Romi Setiawan, “Pemikiran Filsafat Carl Gustav Jung”, IAIN Bengkulu
3
Frieda Fordham, 1988, Pengantar psikologi C.G. Jung hal 54
4
Frieda Fordham, 1988, Pengantar psikologi C.G. Jung hal 56
yg bebrbeda serta mampu memberikan kepuasan bagi kebutuhan manusia. Dogma, keakinan, serta
upacara kepercayaan adalah bentul-betuk perwujudan dari pengalaman agama yang asli. agama
memberi pengalaman keagamaan tidak sama dalam peribadatan, dengan mengamalkan upacara
keagamaan manusai akan menerima pengalaman ketenangan jiwa yg mampu mengusir pengalaman
jelek. Corak yg unik berasal teori yang dikemukakan sang Jung merupakan penekanan yg dilakukan
olehnya terhadap rasial, atau phylogenetik, dan dari berasal kepribadian yg dimiliki oleh seorang.
(Phylogeny mengacu di sebuah evolusi berasal kelompok gen yang bekerjasama dari sebuah
organisme. Phylogenetik asal berasal kepribadian yg suka berbohong merupakan warisan asal
seorang individu, yang dilacak melalui ingatan berasal pengalaman yang sudah dialami di masa lalu
seorang pada ras eksklusif. Jung menyebutkan bahwa fondasi dari kepribadian merupakan sifat
kuno, primitif, bawaan, ketidaksadaran, dan universal.

 Abraham Maslow ( 1908 – 1970 )

Menurut maslow kehidupan manusia tidak bisa dimengerti secara lengkap tanpa
mempertimbangkan aspirasi-aspirasi tertinggi manusia: pertumbuhan, aktualisasi diri, usaha menuju
sehat, pencarian ciri-ciri dan swatantra, kerinduan buat tepat, yang ialah kecenderungan universal
mausia.5 Sesudah empat kebutuhan dasar yang ada pada bawahnya terpenuhi (fisik, rasa safety,
cinta dan penghargaan diri) secara gradual, maka muncullah kebutuhan aktualisasi diri sebagai
kebutuhan tertinggi atau puncak . Dikutip oleh hendro setiawan bahwa Maslow mendeskripsikan
prilaku yg muncul pada seorang mengalami ekspresi pada delapan cara, Pertama, ekspresi berarti
“mengalami segala sesuatu secara penuh, jelas, apa adanya / objektif, menggunakan penuh
konsentrasi serta penerimaan total”. kedua, menerima hayati menjadi proses pilihan. Ketiga, apa
yang ada pada diri sedang diaktualisasikan. Keempat, bahkan ketika dalam keraguan, berusaha
amanah dari pada tidak. Kelima, memilih menuju pertumbuhan dari pada menentukan takut.
Keenam, proses mengaktualisasikan potensi seseorang setiap saat pada syarat apapun. ketujuh,
pengalaman puncak . Kedelapan, menemukan jati diri, siapa dirinya, seperti apa dirinya, kemana dia
akan pulang dan apa misinya, “ialah inovasi peribadi seorang pada dirinya sendiri”.6

Menjelang akhir hayatnya malow mencicipi kegelisahan menambahkan kebutuhan yg ke enam, yaitu
kebutuhan akan transendensi diri atau mengatasi kesendirian insan. Diapun memperkenalkan kata
transpersonal yang di identifikasinya menggunakan realisasi akan kebutuhan transendensi diri. 7 Atas
pemikiran maslow inilah mengakibatkan keingin tauaan para ilmuan muda untuk meneliti lebih
mendalam terkait kata transpersonal sehingga mengakibatkan beberapa gerombolan yang tidak
sinkron pandangan terkait hasil telaahnya.

Konklusi dari kedua tokoh.

Pemikiran Jung dan Maslow memiliki frame pemikiran hampir sama ihwal keagamaan. Pasalnya
mereka sama-sama berpandangan wacana kenyamanan dalam beragama. Jung yang berkata bahwa
fungsi kepercayaan yg alamiah bergatung pada ungkapan yang sempurna asal suatu fungsi dan pula
bergantung pada ungkapan nalurinya, sedangkan maslow lebih pengaktualan diri dalam rakyat,
bahwa rakyat akan merasakan kenyaman Jika bisa terpenuhi enam asa yakni: fisikis, rasa aman,
cinta, penghargaan diri, ekspresi serta transendensi diri. Maslow beranggapan bahwa agama bisa
menyampaikan dari enam elemen tadi sehingga mengakibatkan adanya pengaktulan diri.

5
Hendro setiawan, Manusia Utuh, (yogyakarta: kanisius, 2014), Hal 219
6
Hendro setiawan, Manusia Utuh, hal 172
7
Jung mengatakan manusia ialah individu yg sangat dipengaruhi oleh insiden masa kemudian yg
terwujud dalam ketidak sadaran (unconscious). Selain itu, insan juga sebenarnya pada hayati
seringkali memainkan peranya sesuai dengan syarat, situasi serta posisi dimana dia berada. Kiprah
yang ditampilkan bila memang baik, maka bisa dijadikan menjadi bagian berasal jati diri sehingga
menjadi keperibadian sebenarnya.8

8
Febi Ismail, “Pemikiran Carl Gustav Jung Tentang Teori Keperibadian (Implikasiny Aterhadap Interaksi Soial)”,
Fakultas Tarbiyah Stain Manado

Anda mungkin juga menyukai