Anda di halaman 1dari 9

Studi Kasus Perilaku ....

(Nurul Hidayah) 189

STUDI KASUS PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA KELAS 6 DI SD


NEGERI 01 JAGOI BABANG

CASE STUDY OF DEVIANT BEHAVIOUR IN 6th GRADEAT SD N 01 JAGOI BABANG

Oleh: Nurul Hidayah, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta,
nuhidmatematika01@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku menyimpang siswa kelas 6 SD Negeri 01 Jagoi
Babang. Fokus penelitian ini yang diajukan adalah perilaku menyimpang siswa kelas 6. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian study kasus. Subjek penelitian ini adalah siswa
berperilaku menyimpang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan teknik model interaktif Miles & Huberman (reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan). Uji keabsahan menggunakan uji kredibilitas dengan melakukan triangulasi data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perilaku sehari-hari siswa berperilaku menyimpang adalah malas belajar yang
mengakibatkan bolos sekolah, merokok, berkeluyuran malam, dan menggunakan pakaian ketat dan seksi. Siswa
juga memiliki perilaku rajin dan peduli terhadap kebersihan lingkungan di sekolah. Faktor yang mempengaruhi
siswa berperilaku menyimpang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Perilaku menyimpang lebih
dipengaruhi faktor eksternal yaitu pengaruh orang tua, pengaruh lingkungan sosial dan pengaruh pergaulan dengan
teman.

Kata kunci: perilaku menyimpang, faktor

Abstract
This research describes about the deviant behavior of 6th grade students in SD Negeri 01 Jagoi Babang.
This research used descriptive qualitative research type with case study approach. The subject of this research was
students behave deviant. Data collection techniques used observation, interviews and documentation. The data
analysis technique used the interactive model techniques of Miles & Huberman (data reduction, data presentation
and conclusion drawing). The validity test used a credibility test by triangulating data. The results show that the
daily behavior of students behaving deviant among them is lazy to learn which resulted in skipping school,
smoking, wandering late into the night, and using tight and sexy clothes. These students also have diligent behavior
and care about environmental cleanliness at school. The factors that influence students' deviant behavior are
caused by internal and external factors. This deviant behavior is more influenced by external factors, namely the
influence of parents, the influence of the social environment and the influence of relationships with friends.

Keywords: deviant behavior, factors

PENDAHULUAN seseorang dilakukan agar dapat lebih


Keberhasilan pendidikan salah satunya mengembangkan watak atau kepribadian
terbantuk oleh adanya pendidikan gerakan seseorang serta dapat bertindak dengan otonomi
pramuka. Pendidikan yang diselenggarakan oleh berpendapat dan bertanggung jawab pribadi yang
Gerakan Pramuka merupakan pendidikan non- makin besar khususnya di lingkungan siswa
formal, yang berbeda dengan pendidikan non- sekolah dasar.
formal lainnya, dan mencakup empat sandi atau Keberhasilan pendidikan salah satunya
“soko guru”, diantaranya belajar mengetahui, terbantuk oleh adanya pendidikan gerakan
belajar berbuat, belajar hidup bersama dan belajar pramuka. Pendidikan yang diselenggarakan oleh
menjadi seseorang (Wiyani, 2016: 2). Hal Gerakan Pramuka merupakan pendidikan non-
tersebut sejalan dengan tujuan belajar menjadi formal, yang berbeda dengan pendidikan non-
190 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-8 2019
formal lainnya, dan mencakup empat sandi atau Berdasarkan hasil observasi dan
“soko guru”, diantaranya belajar mengetahui, wawancara dengan guru kelas 6 SD Negeri 01
belajar berbuat, belajar hidup bersama dan belajar Jagoi Babang, Bengkayang, Kalimantan Barat
menjadi seseorang (Wiyani, 2016: 2). Hal pada tanggal 23 Juli 2018 sampai 30 Agustus
tersebut sejalan dengan tujuan belajar menjadi 2018. Peneliti mendapat permasalahan yang
seseorang dilakukan agar dapat lebih dihadapi di kelas tersebut baik dari segi kognitif
mengembangkan watak atau kepribadian maupun afektif. Permasalahan yang berkaitan
seseorang serta dapat bertindak dengan otonomi dengan aspek kognitif yaitu terdapat siswi
berpendapat dan bertanggung jawab pribadi yang perempuan berinisial “BL” yang memiliki
makin besar khususnya di lingkungan siswa pemahaman masih tertinggal dengan yang lain.
sekolah dasar. Siswa “BL” masih kesulitan dalam hal membaca
Setiap individu memiliki berbagai sifat, tulisan dan memahami pelajaran yang diikutinya.
watak, dan perilaku yang tidak sama. Setiap Berdasarkan wawancara dengan Kepala SD
peserta didik memiliki kekhasan dan keunikan Negeri 01 Jagoi Babang dan wali kelas VI
masing-masing pada dirinya. Karakteristik bahwasannya si anak “BL” seharusnya tidak naik
individu (peserta didik) diperoleh dari faktor kelas VI, akan tetapi karena alasan tidak mampu
bawaan dan faktor dari pengaruh lingkungan dan sudah tidak sanggup memberikan motivasi
(Marsudi, 2003: 1). Karakteristik bawaan serta tindakan yang tidak ada perubahan pada
(hereditas) merupakan karakteristik individu yang siswa “BL” pihak sekolah memutuskan untuk
diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang menaikkan anak tersebut. Selain itu, anak tersebut
tuanya. Sedangkan karakteristik dari faktor memiliki kesadaran minat belajar sangat rendah,
lingkungan diperoleh dari pengaruh lingkungan bahkan jarang menulis catatan ataupun membawa
fisik, psikis, sosial, alam sekitar dan religius buku pelajaran.
(Yusuf, 2009: 31). Selain permasalahan Kognitif, “BL” juga
Perilaku anak dapat dipengaruhi faktor memiliki permasalahan yang berkaitan dengan
pribadi maupun lingkungan. Philip Graham ranah afektif. “BL” seringkali bolos sekolah dan
(Astuti, 2004: 49) menyatakan bahwa faktor tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di
penyebab perilaku dibagi menjadi dua, meliputi sekolah. Kegiatan sekolah lain seperti upacara
faktor pribadi yaitu faktor yang terdapat dalam bendera, kegiatan pramuka dan kegiatan les tidak
diri seseorang yang merupakan bawaan lahir. pernah diikuti selama peneliti melakukan
Misal faktor bakat yang mempengaruhi observasi. Aktivitas menyendiri menjadi sifat
temperamen dan ketidakmampuan seseorang yang dimiliki si anak “BL”. Hal tersebut juga
dalam menyesuaikan diri. Sedangkan faktor yang dapat dilihat dari observasi dilingkungan
berasal dari lingkungan seperti pergaulan dengan masyarakat.Si “BL” terkenal anak yang suka
teman, kemiskinan, lingkungan keluarga dan merokok dan keluyuran dimalam hari. Siswa
pengasuhan dalam keluarga. perempuan tersebut seringkali ketahuan membeli
rokok bahkan hingga merokok dengan teman-
Studi Kasus Perilaku .... (Nurul Hidayah) 191
teman sebayanya. Dari hasil wawancara pun tergolong masih sangat rendah mengakibatkan
dengan Bapak Ibu Guru, teman-teman serta motivasi belajar dan anak untuk mengenyam
warga masyarakat yang mengenal si “BL” pendidikan juga rendah. Hal tersebut menjadi
mengatakan bahwa dirinya memang perokok. penyebab utama motivasi minat belajar anak
Selain perokok juga si “BL” sering memakai tersebut juga rendah.
pakaian yang terlihat dewasa atau biasa dikenal
dengan pakaian seksi, pergaulannya pun tertutup, METODE PENELITIAN

menyendiri dan tidak membaur dengan teman Jenis Penelitian dan Desain Evaluasi

sekelas ataupun teman disekolahnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Sikap afektif yang kurang sesuai dengan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

norma juga ditunjukkan oleh “BL”. Contohnya Tempat dan Waktu Penelitian

sikap malas mengerjakan PR, bolos sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri

setiap hari Senin dan Selasa serta menggunakan 01 Jagoi Babang, khususnya di kelas 6. SD

pakaian seksi. Guru mengungkapkan bahwa sikap Negeri 01 Jagoi Babang terletak di Dusun Jagoi,

yang kurang sesuai tersebut disebabkan oleh Desa Jagoi Babang, Kecamatan Jagoi Babang,

faktor kurangnya perhatian dari orang tua dan Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

lingkungan sekitar. Kedua orang tuanya sibuk Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil

bekerja di ladang/kebun sawit untuk menghidupi mulai tanggal 10 September sampai 10 November

keluarganya. Orang tua juga tidak pernah 2018.

menanyakan kegiatan anak di sekolah, tidak Subjek Penelitian

menghadiri pertemuan wali murid dalam rapat Subjek dalam penelitian ini yaitu seorang siswa

komite, serta kurang menjalin komunikasi dengan kelas 6 berperilaku menyimpang

pihak sekolah terkait prestasi belajar dan perilaku Sumber Data

anak di sekolah. Sumber data dapat dibedakan menjadi 2

Wali Kelas beserta guru di sekolah yaitu data primer dan sekunder. Sumber primer

tersebut mengatakan bahwa selain perhatian dari berasal dari subjek penelitian dan sumber

orang tuanya, faktor lingkungan yaitu teman sekunder berasal dari dokumen dan catatan

pergaulan juga di duga dapat mempengaruhi observasi. Data pendukung dalam penelitian ini

perilaku anak tersebut. Lingkungan tempat adalah dokumen terkait dengan subjek penelitian

tinggal anak tersebut berada dikawasan tersebut seperti buku raport.

perbatasan yang berada dikawasan rumah Teknik Pengumpulan Data

penduduk dengan mata pencaharian sebagian Terdapat beberapa teknik yang akan

besar masyarakatnya adalah karyawan atau buruh digunakan dalam penelitian ini sebagai cara untuk

kebun sawit. Selain itu, kesadaran akan dapat mengumpulkan informasi mengenai proses

pendidikan dilingkungan tempat tinggal si “BL” pelaksanaan tahap pembiasaan. Teknik yang

juga menjadi pengaruh besar terhadap perilaku digunakan yaitu teknik observasi, teknik

anak tersebut. Kesadaran pendidikan yang wawancara, dan teknik dokumentasi.


192 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-8 2019
Teknik Analisis Data kesiangan. Sikap orang tua nya membebaskan
Mengacu pada pendekatan yang anak untuk begadang dan kurang memberikan
digunakan, teknik analisis data yang digunakan perhatian lebih kepada anak-anaknya.
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data Dari aspek budaya, “BL” memiliki
kualitatif. Analisis data hasil instrument observasi interaksi sosial yang kurang baik, pada orang tua,
dan wawancara diolah dengan menggunakan guru, teman maupun lingkungan masyarakatnya.
teknik analisis data model Miles dan Huberman, Pengaruh lingkungan dan teman-teman
yang terdiri atas: pengumpulan data, reduksi data, sebayanya lah yang menjadi masalah utama
display data, dan penarikan kesimpulan. terkait interaksi sosial siswa “BL”. Selain itu,
Keabsahan Data “BL” merupakan siswa yang kurang memahami
Uji keabsahan data dalam penelitian ini norma agama. Contohnya bolos sekolah dan
menggunakan uji kredibilitas dengan melakukan kabur ketika mengikuti pelajaran Pendidikan
triangulasi data Agama Katolik di sekolahnya. Selain itu, juga
siswa “BL” kurang tertib dalam menaati
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
peraturan yang ada disekolah misalnya tidak
Hasil Penelitian
mengikuti progam dan kegiatan sekolah dengan
1. Perilaku sehari-hari siswa berperilaku
baik.
menyimpang
Dari aspek lingkungan sekolah, Guru
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh
kelas 6 memberi perhatian yang lebih kepada
faktor keluarga, budaya, sekolah dan lingkungan.
siswa “BL”. Setiap hari guru menanyakan kabar
Begitu pula dengan perilaku “BL” yang dapat
dan kegiatan yang dilakukan “BL”. Guru juga
dipengaruhi oleh aspek keluarga, budaya, sekolah
menasihati “BL” untuk tidak sering membolos
maupun lingkungan. Hasil penelitian ini
pada hari senin dan selasa serta tidak merokok
mengungkapkan perilaku sehari-hari yang
diluar jam sekolah. Selain itu, pihak sekolah,
dimiliki oleh “BL”.
yaitu Kepala Sekolah sudah memberikan
Dari aspek keluarga, orang tua “BL”
hukuman kepada anak-anak yang merokok salah
kurang konsisten dalam kelima indikator
satunya siswi perempuan atas nama “BL” yang
konsistensi dalam mendidik dan mengajar anak-
sudah kecanduan merokok untuk menuliskan
anak yaitu kurangnya perhatian terhadap belajar
kalimat “saya berjanji tidak akan merokok lagi”
anak di sekolah, tidak adanya batasan waktu
sebanyak 100 kali.
bermain, kurangnya nasihat sopan santun/etika
Sedangkan pada aspek lingkungan
dalam berpakaian dan bertingkah laku, dan
masyarakat, “BL” di dalam lingkungan
kurangnya kebiasaan dalam beribadah di rumah.
masyarakatnya terlihat lebih dewasa. Karena si
“BL” memiliki sikap kurang disiplin terhadap
“BL” berteman dan bergaul dengan teman-teman
waktu. Setiap hari “BL” bangun kesiangan,
remaja diatas usianya. “BL” sering berkumpul
sehingga setiap hari senin ia tidak pernah masuk
dan nongkrong bersama geng “AB” dan kawan-
sekolah dengan alasan malas dan bangun
kawan. Anak-anak tersebut merupakan anak usia
Studi Kasus Perilaku .... (Nurul Hidayah) 193
remaja SMP dan beberapa anak yang ditemui Berdasarkan observasi yang dilakukan
merupakan anak yang putus sekolah di sekolah peneliti, siswa BL melakukan berbagai
dasar. “BL” juga terlihat sering nongkrong di penyimpangan diantaranya adalah bolos sekolah,
bawah gereja Anderson tepatnya di tangga gereja. merokok, berkeluyuran sampai larut malam,
Setiap malam bersama teman-temanya nongkrong menggunakan pakaian ketat dan seksi karena
atau kumpul bersama geng “AB” dan kawan- pergaulannya yang dilakukan dengan geng “AB”.
kawannya untuk merokok dan bergurau bersama BL sering bolos sekolah pada hari senin
2. Faktor yang mempengaruhi Siswa dikarenakan pada malam harinya dia sering
Berperilaku Menyimpang (BL) begadang atau nongkrong bersama hingga larut
Orang tua memiliki pengaruh besar malam dengan teman pergaulannya. Teman-teman
terhadap perilaku anak. perilaku orang tua sekitar sangat mempengaruhi perilaku
memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak. menyimpang “BL” bahkan teman menjadi
perilaku menyimpang yang dilakukan BL pemicu utama perilaku menyimpang itu
merupakan faktor bahwa perilaku merokok si dilakukan karena dari melihat, meniru, mencoba
“BL” sudah menjadi kebiasaan di lingkungan dan melakukannya.
keluarganya. Selain merokok, bolos sekolah pada Pembahasan
hari senin menjadi kebiasaan “BL” di sekolah. 1. Perilaku sehari-hari siswa berperilaku
Berdasarkan wawancara dengan “BL” ketika menyimpang
diminta penjelasan tidak berangkat sekolah, ia Meski memiliki perilaku menyimpang
menerangkan bahwa dirinya pergi dengan ibunya. yaitu merokok, suka membolos, berpakaian
Selain alasan tersebut, alasan lain yaitu bangun kurang sopan, namun tidak serta merta semua
kesiangan. perilaku yang ditunjukkan “bl” menyimpang. Ada
Berdasarkan hasil observasi peneliti, beberapa perilaku baik yang dilakukan “bl”
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, dalam kesehariannya.“bl” rajin membersihkan
kepercayaan, dan perhatian individu pada siswa lingkungan sekolahnya yaitu “bl” seringkali
“BL”. Seseorang berperilaku dengan dijumpai sedang menyapu dan mengepel lantai
memperhatikan lingkungan sosialnya. Kebiasaan sekolah baik ruang kelas ataupun teras sekolah.
budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan Tanpa disuruh si “bl” sudah menyapu dan
gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku mengepel lantai yang kotor itu. Hal tersebut tidak
pada individu. Pengamatan yang dilakukan lepas dari peran dan keteladanan guru serta
peneliti terhadap lingkungan “BL” ditemukan kepala sekolah sd negeri 01 jagoi babang yang
bahwa kebiasaan budaya daerah setempat dengan memberikan contoh dan tegas dalam kebersihan
minum-minuman beralkohol kadar rendah beserta di lingkungan sekolahnya. Kepala sekolah sd n 01
penggunaan barang-barang terlarang seperti jagoi babang selalu memberikan contoh dan rajin
narkoba. Hal ini dilakukan oleh orang-orang dalam membersihkan lingkungan sekolah. Seperti
sekitar terutama Bapak-bapak, orang dewasa, dan pendapat zuriah (2007: 105) seorang guru
para remaja dilingkungan Jagoi Babang. haruslah menjadi model sekaligus menjadi
194 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-8 2019
mentor dari peserta didik dalam mewujudkan sama sehingga merasa lebih nyaman dan senang
nilai-nilai moral pada kehidupan sekolah. berinteraksi dengan temanya yaitu merokok.
Di lingkungan keluarga “BL” memiliki Selain dengan teman lawan jenisnya juga “bl”
sikap penurut kepada orang tua. Walaupun jarang lebih sering berteman akrab dengan adik kelas
sekali bahkan tidak pernah menjumpai bl ataupun kakak kelas dilingkungan tempat
melakukan ibadah sembahyang di gereja ataupun tinggalnya.
mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan bersama Sekolah juga memiliki peran strategis
keluarganya. Orang tua “bl” tidak pernah dalam membina perilaku peserta didik. Salah
memberikan contoh kepada anak-anaknya. Selain satunya adalah melalui kurikulum tersembunyi,
itu, kesibukan orang tua perhatian masalah belajar yaitu membina siswa agar memiliki akhlak yang
dan pendidikan “bl” kurang diperhatikan oleh baik tidak hanya melalui materi pelajaran
orang tuanya. Sikap dan perilaku buruk seperti melainkan dengan pembiasaan sikap baik pada
merokok pun tidak pernah dinasihati. Bahkan si anak. Guru senantiasa mengingatkan dan member
anak “bl” mengikuti atau meniru sikap dari orang contoh baik pada siswa, seperti menjaga
tuanya. Padahal menurut pendapat yusuf (2009: kebersihan, ketertiban, saling menghormati,
133) orang tua merupakan panutan (teladan) bagi menghargai dan berlaku jujur. Sehingga siswa
anak, termasuk disini panutan dalam akan terbiasa dengan sikap-sikap yang baik di
mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang sekolah. Seperti yang diungkapkan (santrock
menciptakan iklim religious, dengan cara 2007: 135) meskipun sekolah tidak memiliki
memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai- program spesifik mengenai pendidikan moral,
nilai agama kepada anak, maka anak akan mereka tetap pendidikan moral melalui kurikulum
berperilaku sesuai dengan ajaran agama. tersembunyi.
Menurut walgito (2003: 65) interaksi Guru juga berusaha menanamkan dan
sosial ialah hubungan antara individu satu dengan membiasakan nilai-nilai budi pekerti agar siswa
individu yang lain, individu satu dapat mampu membedakan perbuatan baik dan buruk
mempengaruhi individu yang lain atau untuk dilakukan, dan membiasakan siswa
sebaliknya, jadi terdapat hubungan timbale balik. berperilaku baik sesuai dengan norma. Hal ini
Dilihat dari interaksi sosial dengan teman sekelas seperti yang disampaikan haidar (2004) bahwa
dan lingkungan di sekolahnya, “bl” kurang tujuan pendidikan budi pekerti untuk
mampu berinteraksi dan berteman dengan baik. mengembangkan nilai, sikap dan perilaku siswa
Teman-temannya banyak yang menjauh dan yang memancarkan akhlak mulia atau budi
menghindar karena sikap merokok tersebut dan pekerti luhur. Hal ini mengandung arti bahwa
tidak mau serius belajar disekolahnya. Siswa “bl” dalam pendidikan budi pekerti, nilai-nilai yang
lebih suka berteman dengan teman-teman lawan ingin dibentuk adalah nilai-nilai yang akhlak
jenisnya dibandingkan dengan teman-teman mulia yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak mulia
perempuan dikelasnya. Karena teman-teman ke dalam diri peserta didik yang kemudian
lawan jenisnya dirasa memiliki kebiasaan yang terwujud dalam tingkah lakunya.
Studi Kasus Perilaku .... (Nurul Hidayah) 195
2. Faktor yang mempengaruhi Siswa Selain itu, lingkungan sosial sangat besar
Berperilaku Menyimpang (BL) dalam mempengaruhi perilaku seseorang seperti
Dari hasil penelitian yang yang peneliti teman sebaya, kebiasaan/adat setempat,
lakukan “bl” memiliki sikap malas belajar masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Bl
sehingga sering bolos sekolah, merokok, dan sering merokok dan menggunakan pakaian ketat
berkeluyuran malam dengan mengenakan pakaian karena berada pada lingkungan sosial yang
ketat dan seksi dipengaruhi oleh melihat dan mendukungnya. Tidak adanya teguran sosial yang
meniru contoh yang salah. Padahal menurut diberikan sehingga “bl” menganggap perilakunya
gunarsa (1991: 6) menyatakan bahwa bagaimana benar dan tidak menyimpang.
tata cara dan sikap orang tua sehari-hari oleh anak Sejalan dengan pendapat idi (2011: 108)
akan ditiru melalui proses belajar. yang menyatakan bahwa pergaulan anak
Selain itu orang tua juga kurang memberi berpengaruh terhadap proses pembentukan
penjelasan mengenai perbuatan baik dan buruk kepribadian anak. Hal lingkungan anak berarti
untuk dilakukan. Sehingga saat “bl” berbuat mempengaruhi proses sosialisasi anak. Anak
kesalahan bukan pemahaman atau nasehat yang sedapatmungkin memiliki lingkungan pergulan
diberikan melainkan hanya dibiarkan saja oleh yang positif terhadap proses pertumbuhan.
orang tuannya.sejalan pendapat yusuf (2009: 134) Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti,
penanaman pengertian tingkah laku yang benar siswa bl melakukan berbagai penyimpangan
dan salah, atau baik dan buruk sangat penting diantaranya adalah bolos sekolah, merokok,
dilakukan oleh orang tua. berkeluyuran sampai larut malam, menggunakan
Orang tua bl juga kurang mampu pakaian ketat dan seksi karena pergaulannya yang
menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan menjadi dilakukan dengan geng “ab”. Teman-teman
teladan yang bagi anak dalam berperilaku. Bl sekitar sangat mempengaruhi perilaku
sering melakukan perilaku yang melanggar menyimpang “bl” bahkan teman menjadi pemicu
norma-norma sosial seperti berkeluyuran di utama perilaku menyimpang itu dilakukan karena
malam hari dan merokok. Hal tersebut juga dari melihat, meniru, mencoba dan
dilakukan oleh orang tuanya yaitu bapak dan melakukannya.
ibunya, tentu saja bl mencontoh apa yang Sejalan dengan pendapat damayanti
dilakukan oleh orang tuanya. Sejalan dengan (2012: 52) yang menyatakan bahwa teman sebaya
pendapat ibung (2009: 17) bahwa memberikan merupakan lingkungan sosialisasi yang paling
contoh berarti menjadi model perilaku yang mudah untuk diidentifikasi oleh siswa. Pada
diinginkan tampil atau muncul dari anak, sejalan remaja biasanya cenderung untuk membentuk
dengan pengertian yang diberikan. Dalam hal ini kelompok-kelompok. Agar terlihat dan diakui
“bl” hanya mengetahui bahwa perbuatan itu salah oleh kelompoknya, teman sebaya akan mengikuti
dan benar saja, bukan pada akibat dari seiap semua hal yang dilakukan oleh anggota
perbuatan yang dilakukan dapat merugikan atau kelompoknya, seperti tingkah laku dan kebiasaan
tidak bagi orang lain. yang mengarah pada perilaku menyimpang”.
196 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-8 2019
Pada usia remaja seperti “bl” memang lebih adanya penjelasan orang tua terhadap BL terkait
sering menghabiskan waktu bersama dengan perilaku mana yang baik atau buruk, dan orang
teman sebaya mereka. Anak yang berusia remaja tua tidak memberikan penanaman perilaku nilai-
cenderung untuk membentuk kelompok yang nilai budi pekerti dengan memberikan contoh
anggotanya memiliki visi dan misi yang sama. terhadap BL. Perilaku tersebut diinternalisasi
Anak yang menjadi anggota kelompok akan siswa menyimpang saat beberapa kali melihat
berusaha untuk terlihat sama dengan anggota orang tuanya melakukan perilaku menyimpang
kelompok lainnya. seperti merokok dan berkeluyuran dimalam hari.
Selain itu, faktor lingkungan sosial juga
SIMPULAN DAN SARAN
sangat berpengaruh terhadap perilaku
Simpulan
menyimpang BL. Perilaku tersebut diikuti BL
Berdasarkan hasil penelitian dan
ketika melihat lingkungan sosialnya baik teman
pembahasan dapat disimpulkan bahwa beberapa
sebaya ataupun masyarakat dilingkungannya
perilaku menyimpang siswa “BL” yaitu bolos
melakukan kebiasaan yang sudah membudaya
sekolah, merokok, berkeluyuran malam hari dan
didalam lingkungannya seperti merokok. Faktor
menggunakan pakaian ketat dan seksi, namun
teman juga memberikan pengaruh besar terhadap
tidak semua perilaku yang ditunjukkan siswa
perlaku BL karena didalam peretemanan terdapat
tersebut menyimpang. “BL” merupakan siswa
sebuah geng atau kelompok diaman agar terlihat
yang rajin dan peduli terhadap kebersihan
dan diakui kelompoknya BL akanmengikuti
lingkungan sekolah. Di sekolah, “BL” sering
semua hal yang dilakukan oleh anggota
terlihat membersihkan kelas dan mengepel teras
kelompoknya, seperti tingkah laku dan kebiasaan
sekolah tanpa disuruh oleh guru. “BL” juga
yang mengarah pada perilaku menyimpang.
merupakan siswa penurut terhadap Bapak Ibu
guru di sekolah. Sekolah terutama guru juga Saran
berupaya membantu mengatasi perilaku Berdasarkan hasil dan kesimpulan
menyimpang tersebut dengan menasehati dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan bagi
menanamkan nilai budi pekerti pada siswanya orang tua hendaknya mampu menjadi panutan
dan membantu “BL” untuk menghilangkan sikap yang baik bagi anak dengan member contoh dan
buruknya dengan senantiasa memberikan teladan yang baik, seperti beribadah sesuai
perhatian, pemahaman dan sanksi jika siswa dengan aturan agama dan mendidik anak dengan
tersebut berbuat tidak baik. baik, memberikan perhatian. Sehingga anak akan
Faktor perilaku menyimpang siswa “BL” tumbuh menjadi orang yang berperilaku mulia.
lebih dipengaruhi faktor eksternal yaitu pengaruh Bagi guru senantiasa memperhatikan
orang tua, pengaruh lingkungan sosial dan perilaku siswa di kelas, membimbing siswa
pengaruh pergaulan dengan teman. Pengaruh senantiasa berbuat baik dan menasihati siswa jika
orang tua dapat diantaranya melihat dan meniru berbuat salah agar menyadari perbuatannya dan
contoh yang salah dari orang tua BL, tidak tidak mengulanginya.
Studi Kasus Perilaku .... (Nurul Hidayah) 197
DAFTAR PUSTAKA Yusuf LN, Syamsu. (2009). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Ali, M &Asrori, M. (2006). Psikologi Remaja Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
:Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Bumi Aksara.

Cohen, B.J. 1992, sosiologi suatu pengantar,


Jakarta: Rineka Cipta.

Darwis, Abu. (2006). Pengubahan perilaku


Menyimpang Murid Sekolah Dasar.Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Gichara, Jenny. (2006). Mengatasi Perilaku


Buruk Anak.Jakarta: PT. Kawan Pustaka.

Heath, Stanley. (2016). Psikologi yang


Sebenarnya. Yogyakarta: ANDI.

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan


Anak Jilid 2 Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Marimbi, Hanum. (2009). Sosiologi dan


Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Marsudi, Saring dkk. (2003). Layanan Bimbingan


Belajar di Sekolah. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

Runtukahu, J. Tombukan. (2012). Analisis


Perilaku Terapan untuk Guru.Yogyakarta:
Ar Ruzz.

Sadli, Saparinah. (1976). Persepsi Sosial


mengenai Perilaku Menyimpang.Jakarta:
UI.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak.


Jakarta: Erlangga.

Seokarno dan Supardi.(1989). Perilaku


Menyimpang.

Sri Astuti, Endah. (2004). Pengaruh Pola Asuh


Orang Tua Terhadap Gejala Kenakalan
Anak/Remaja. Semarang: Undip.

Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial (Suatu


Pengantar). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai