Anda di halaman 1dari 7

Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Kepemimpinan Bisnis Global

disusun oleh:
Valerio Fanama
8082101004

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2022
Perkenalkan, nama saya Valerio Fanama. Saya akan menuliskan cerita saya dalam
mempelajari kepemimpinan, dan mempraktekkan pengetahuan terkait kepemimpinan yang
sudah saya dapat dalam kehidupan saya sehari-hari. Saya terlahir di keluarga wiraswasta
yang memiliki bisnis keluarga dibidang kuliner dan sudah turun temurun sejak 1964. Saya
setiap hari bekerja mengelola salah satu cabang rumah makan tersebut, yang telah
dipercayakan kepada saya semenjak saya lulus sebagai seorang sarjana. Saat ini, saya hanya
mengelola dua orang karyawan di cabang ini, karena semenjak pandemi, rumah makan yang
saya kelola tidak menerima layanan dine-in dan hanya menerima pemesanan untuk takeaway
dan delivery. Karena alasan tersebut, sehingga tidak membutuhkan sumber daya manusia
yang terlalu banyak dibandingkan jiga menerima layanan dine-in.

Sebagai pihak yang mengelola cabang rumah makan tersebut, saya bertindak sebagai
pemimpin bagi kedua karyawan yang bekerja di cabang rumah makan tersebut. Saya adalah
pihak yang mengelola, mengarahkan, serta mengambil seluruh keputusan terkait dengan
cabang rumah makan tersebut. Sehingga, penting bagi saya untuk terus mengasah
kemampuan kepemimpinan saya agar dapat berhasil memimpin para karyawan untuk
memajukan rumah makan tersebut dan juga memajukan diri mereka sendiri.

Selain itu, latar belakang karyawan yang bekerja di rumah makan yang saya kelola
adalah anak muda yang berasal dari daerah pedesaan di sekitar Cianjur. Mereka masih
berusia 22 tahun dan 18 tahun. Selain itu, mereka juga hanya memiliki latar belakang
pendidikan SMP. Sehingga, mereka hanya dapat terlibat mengerjakan seluruh operasional
rumah makan saja. Sementara seluruh data rumah makan terkait penjualan diolah secara
mandiri oleh saya. Selain itu, terkait hubungan dengan pihak-pihak eksternal pun tidak dapat
diwakilkan oleh mereka dan harus ditangani langsung oleh saya.

Melalui mata kuliah Kepemimpinan Bisnis Global, saya banyak mempelajari dan
juga mendapatkan berbagai insight mengenai kepemimpinan dan bagaimana menjadi seorang
pemimpin yang baik. Saya menyadari bahwa saya bukanlah orang yang terlahir dengan bakat
kepemimpinan sehingga sulit bagi saya untuk bisa menjadi pemimpin yang baik tanpa
mempelajarinya. Saya juga memiliki sifat cuek yang lahir secara alamiah, karena saya
merupakan anak tunggal di rumah. Sehingga, saya sangat jarang memperhatikan orang lain
dan terkadang dapat bersikap dingin. Namun, saya mempelajari bahwa sebagai seorang
pemimpin, saya harus bisa berbaur dengan para karyawan dan memiliki hubungan yang erat
tanpa adanya tembok pemisah antara atasan dan bawahan. Saya juga belajar bahwa sebagai
seorang pemimpin perlu memperhatikan kepentingan para karyawannya juga dan
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi saya sendiri saja. Sehingga,
penting bagi saya untuk belajar memastikan bahwa seluruh kepentingan karyawan saya
terpenuhi, terutama terkait kebutuhan mereka. Menurut saya, hal ini pun tetap berlaku
meskipun kondisi usaha sedang mengalami kerugian, dan pemimpin lah seharusnya menjadi
orang pertama yang berkorban demi kesejahteraan para karyawannya.

Selain itu, hal-hal yang saya pelajari terkait kepemimpinan dan dapat saya terapkan
dalam keseharian saya adalah pentingnya untuk membangun soft skill yang menunjang saya
dalam memimpin, termasuk kemampuan komunikasi. Saya harus dapat memastikan arahan
yang saya berikan kepada setiap karyawan dapat dimengerti sesuai dengan apa yang ada
dalam bayangan saya. Selain itu, saya juga menyadari bahwa saya adalah orang yang
memiliki tipe berkomunikasi sebagai accountant, karena saya tidak tegas dan otoriter, tetapi
saya merasa diri saya sangat task-oriented. Saya sudah terbiasa untuk lebih membahas terkait
pekerjaan apabila sedang dalam waktu bekerja dan mengesampingkan hal-hal lainnya.

Selain itu, saya juga sangat tertarik mempelajari mengenai fun theory, dimana
sebagai seorang pemimpin harus mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk menjadi
kebiasaan yang baik melalui hal-hal yang kreatif dan menyenangkan. Hal ini menjadi
menarik juga untuk dapat diterapkan, agar kebiasaan-kebiasaan buruk yang karyawan saya
miliki dapat digantikan dengan kebiasaan baik agar dapat mengefisienkan dan
mengefektifkan operasional sehari-hari tanpa harus melalui cara yang keras, seperti
memarahi atau menghukum. Berdasarkan pembelajaran-pembelajaran tersebut, saya selama
beberapa minggu terakhir, mencoba untuk menerapkan hal-hal yang saya sudah pelajari
secara perlahan-lahan.

Selain itu, saya juga belajar dari video kepemimpinan dari Bob Davids, dimana
sebagai seorang pemimpin seharusnya memberikan arahan kepada karyawannya melalui cara
pull people. Artinya, saya sebagai pemimpin juga harus turun tangan memberikan contoh
hingga dimengerti oleh para karyawan, tidak hanya sekadar memberikan instruksi saja. Hal
ini menjadi penting karena dengan memberikan contoh secara langsung, pemimpin
memberikan arahan dengan lebih jelas dan dapat mengetahui dan merasakan kondisi
karyawannya secara langsung.

Hal pertama yang saya coba untuk lakukan dalam mempraktekkan pengetahuan
kepemimpinan yang sudah saya pelajari adalah dengan mencoba untuk memahami kondisi
mereka secara personal dan tidak membahas terkait rumah makan sama sekali ketika
berbincang-bincang. Saya mencoba untuk mengetahui kondisi mereka, apa yang mereka
sukai, apa yang menjadi cita-cita mereka, dan sebagainya. Hal ini tentu saja menjadi
tantangan bagi saya secara pribadi, karena saya pada dasarnya adalah orang yang cuek dan
task-oriented. Saya mencoba memulai dari apa yang menjadi kesukaan mereka. Setelah saya
mencoba berbincang-bincang dan memahami mereka, saya mulai mampu mengenali mereka
sebagai seorang pribadi, bukan hanya sebagai seorang karyawan yang dinilai dari tenaga dan
performanya saja.

Selain itu, apa yang saya rasakan sampai saat ini setelah mulai mengenali mereka
melalui perbincangan santai di sela-sela waktu bekerja adalah mereka menjadi lebih terbuka
dengan saya dengan hal apapun. Saya merasa bahwa mereka mulai menanggap saya sebagai
seorang pemimpin yang bisa diajak berbicara ataupun dimintai pendapat. Mereka pun
beberapa kali tidak segan untuk meminta bantuan kepada saya, meskipun saya adalah atasan
mereka. Hal ini membuat suasana yang tadinya seperti ada gap atau tembok pemisah antara
saya dan mereka menjadi perlahan-lahan mulai hilang dan bisa blending dengan lebih baik.
Selain itu, saya pun menjadi bisa bertukar pikiran dan mendengarkan pendapat-pendapat dari
sudut pandang mereka.

Selain mengenal mereka secara pribadi, saya pun melakukan hal lain untuk semakin
mendekatkan diri dengan para karyawan saya dengan mentraktir mereka cemilan ataupun
minuman di sore hari setelah melalui jam makan siang yang penuh dengan kesibukan. Bagi
saya memanfaatkan berbagai voucher di aplikasi pemesanan makanan online untuk
mentraktir mereka adalah hal yang sederhana, namun saya melihat mereka sangat
mengapresiasi hal kecil tersebut. Hal ini membuat saya bisa semakin akrab dan tetap in-touch
dengan para karyawan saya.

Hal yang dilakukan lainnya adalah untuk selalu memberikan contoh nyata ketika
memberikan arahan, bukan hanya sekadar memberi tahu saja. Sebenarnya, hal ini sudah saya
terapkan sejak awal, namun dapat dijadikan pengingat untuk selalu berada dalam kondisi
mereka, bukan hanya dalam sudut pandang saya saja. Contoh yang saya lakukan adalah
seperti memberikan contoh bagaimana mengoperasikan mesin kasir dengan baik, bagaimana
menulis laporan setiap selesai berjualan, ataupun bagaimana melayani para konsumen dengan
baik dan sopan.
Ketika mempraktekkan hal-hal tersebut yang seharusnya dilakukan oleh seorang
pemimpin yang baik, saya menemukan beberapa kesulitan dan rintangan yang harus saya
hadapi. Kesulitan yang datang berasal dari diri saya sendiri, terutama terkait karakter dan
kebiasaan yang selama ini sudah terbentuk dalam diri saya.

Tantangan yang harus saya hadapi adalah untuk menjadi pemimpin yang
berkomunikasi secara kongruen. Artinya, saya harus terus menjaga apa yang saya perkatakan
selaras dengan apa yang saya lakukan. Hal ini penting untuk tetap menjaga integritas saya
dan rasa kepercayaan yang diberikan para karyawannya. Sehingga saya harus sebisa mungkin
mempertahankan hal tersebut. Apabila saya sebagai pemimpin gagal untuk berkomunikasi
secara kongruen, maka para karyawan tidak akan lagi patuh dan percaya kepada
pemimpinnya.

Tantangan yang harus saya hadapi lainnya adalah mencari cara bagaimana
mengubah kebiasaan buruk karyawan dengan cara yang menarik, sehingga mereka dapat
berubah dengan sendirinya tanpa harus melalui cara yang tidak enak. Terkadang saya tidak
menemukan ide yang tepat untuk menerapkan fun theory tersebut, sehingga terkadang
kebiasaan-kebiasaan tersebut belum dapat diubah dengan efektif. Saya juga menghindari
untuk memimpin dengan anger, karena menurut saya itu adalah cara yang tidak tepat atau
relevan untuk dipraktekkan di zaman sekarang.

Tantangan lainnya adalah menahan kesabaran saya ketika para karyawan belum
memberikan kinerja terbaik sesuai ekspektasi saya. Saya belajar untuk tidak menuntut dan
memecut mereka ketika belum mencapai kinerja yang diharapkan, tetapi saya mengajak
mereka berdiskusi terkait kendala yang mereka hadapi dan belajar mengerti kondisi mereka
terlebih dahulu. Saya percaya bahwa ekspektasi adalah hal yang dapat membuat seseorang
kecewa, sehingga saya membiasakan untuk tidak bergantung kepada ekspektasi dan lebih
melihat fakta serta langkah apa yang dapat dilakukan kedepannya.

Harapan saya di masa yang akan datang, dengan terus belajar dan mempraktekkan
terkait kepemimpinan, saya berharap dapat menjadi pemimpin yang lebih baik lagi. Saya
berharap dapat menjadi pemimpin yang dapat melindungi para karyawan yang ada, sehingga
mereka memiliki rasa aman dan nyaman dalam bekerja. Saya juga berharap komunikasi
secara kongruen yang saya coba jaga, dapat dirasakan oleh para karyawan, sehingga tercipta
kerja sama tim yang terbuka dan saling percaya.
Selain itu, saya berharap dapat membentuk para karyawan menjadi satu tim yang
solid untuk mencapai tujuan bersama, bukan hanya sekadar bekerja karena dituntut oleh saya
saja. Saya sangat berharap setiap karyawan yang bekerja bisa loyal dan memiliki rasa
kepemilikan terhadap usaha ini, sehingga mereka bisa terus mendukung satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama.

Saya juga berharap dapat menjadi teladan bagi mereka kelak sehingga mereka tidak
hanya mendapatkan penghasilan secara materi saja, tetapi juga pembelajaran-pembelajaran
lainnya, supaya apa yang saya pelajari pun tidak berhenti sampai di diri saya sendiri, tetapi
dapat diberikan juga kepada para karyawan saya.

Sekian cerita saya terkait praktek kepemimpinan yang saya lakukan. Saya menyadari
bahwa saya belum menjadi pemimpin yang sempurna dan masih sangat perlu belajar. Selain
itu, terdapat hambatan-hambatan ketika mempraktekkan kepemimpinan yang saya yakini hal
itu dapat menjadi pembelajaran juga bagi saya untuk terus mengasah skill kepemimpinan
saya sehingga bisa berdampak positif bagi orang lain.

Lampiran: Foto karyawan di tempat usaha yang saya kelola

Anda mungkin juga menyukai