Anda di halaman 1dari 78

PENGANTAR SISTEM

DIGITAL

L. Zazuli Azhar M., M.Kom S.Kom

Program Studi S1 Ilmu Komputer


Fakultas Teknik
LEMBAR
VERIFIKASI MODUL PRAKTIKUM

Modul Praktikum ini dilakukan verifikasi agar dapat dipergunakan untuk kegiatan
proses belajar mengajar (PBM) terutama praktikum di laboratorium Universitas Bumigora
Mataram. Dengan memperhatikan secara terliti isi materi pada modul praktikum ini, kami
pihak laboratorium menyatakan bahwa:
1. Isi materi pada modul ini telah sesuai dengan silabus mata kuliah
2. Format Modul telah sesauai dengan standard FORM ISO-2009
3. Tidak terdapat tumpeng tindih materi yang di berikan terhadap materi lain
Terhadap ketiga hal tersebut dinyatakan bahwa modul praktikum ini telah dapat
dipergunakan untuk kegiatan praktikum di laboratorium.

Terferikasi, Mataram ___________ 201


Kepala Laboratorium

L. Zazuli Azhar M., M.Kom


NIK. 16.6.255
Modul ini milik Program Studi D3 Teknik Informatika Universitas Bumigora Mataram,
telah diverifikasi oleh Ketua Program Studi Teknik Informatika dan divalidasi oleh
Kepala Laboratorium Komputer
1.
Modul 1
ELECTRONIC WORKBENCH (EWB)
Tujuan:
Setelah melakukan eksperimen ini diharapkan mahasiswa:
1. Mengetahui tools yang digunakan untuk simulasi rangkaian digital pada software EWB.
2. Mampu membuat rangkaian digital sederhana.

A. Pendahuluan
EWB (Electronic WorkBench) merupakan salah satu software komputer elektronika
yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi terhadap cara kerja dari suatu rangkaian
elekronika baik analog maupun digital. Untuk itu software ini sangat berguna bagi siapa saja
yang ingin memperdalam materi elektronika baik analog maupun digital. Simulasi rangkaian
elektronika di depan komputer dapat dilakukan tanpa takut terjadi salah sambung, resiko
kerusakan alat, dan tentunya dapat melakukan percobaan berkaitan dengan teori yang ada.
Simulasi rangkaian elektronika diperlukan untuk menguji apakah rangkaian itu dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan pendekatan teori yang digunakan pada buku-buku elektronika,
tanpa harus membuat rangkaian itu secara nyata.
Program EWB pertama kali dibuat pada tahun 1989 oleh perusahaan yang bernama
Electronics Workbench yang merupakan bagian dari perusahaan National Instrument dan
pertama kali dikenalkan dengan nama Electronics Instruments yang pada saat itu ditujukan
sebagai alat bantu pengajaran dalam bidang elektronika. Berikut ini adalah tampilan dari
program simulasi rangkaian elektronika Electronic Workbench 5.12:

Gambar 1 Tampilan Workspace EWB


Keuntungan menggunakan simulasi rangkaian elektronika dengan software Electronics
Workbench antara lain:

 Dapat menghemat waktu dan biaya untuk membeli komponen-komponen elektronika


yang dibutuhkan untuk keperluan praktikum.
 Tidak diperlukan kemampuan dan keterampilan seperti menyolder, menyambung,
memasang secara mekanis sehingga dapat menghemat waktu sebelum membuat
rangkaian yang sebenarnya.
 Jika Anda ingin melakukan pengukuran, instrumen pengukuran yang tersedia pada
Electronics Workbench sudah mencukupi.
 Tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk membeli instrument pengukuran seperti
multimeter, voltmeter, amperemeter dan osiloskop yang harganya cukup mahal.

B. Penggunaan EWB
Umumnya, ada tiga hal yang perlu dikuasai oleh pemakai baru EWB yaitu cara
pemakaian alat ukur yang disediakan, pemakaian komponen elektronika dan pembentukan
rangkaian.
1. Pemakaian alat ukur/indikator
Setelah Anda menjalankan EWB, Anda akan melihat tiga toolbar menu (barisan toolbar
file, edit ; toolbar 'gambar' new,open ; dan toolbar komponen dan alat ukur). Pada barisan
terakhir, klik toolbar kesepuluh “indicators”. Lalu pilih alat indikator yang ingin digunakan
(probe atau sevensegment), drag simbol tersebut ke bawah (layar putih). Untuk merubah
properti dari indikator yang digunakan, klik kanan pada gambar yang sudah didrag lalu pilih
“component properties” (dapat dilakukan juga dengan klik dua kali pada gambar komponen).
Alat ukur yang lain pada toolbar ketigabelas “instruments” juga dapat digunakan untuk
pengukuran sistem digital.
2. Pemakaian komponen elektronika
Pada barisan terakhir, mulai dari toolbar 'gambar' yang kedua sampai toolbar 'gambar'
yang ketigabelas adalah toolbar yang berisi simbol komponen. Pada praktikum sistem digital
ini, Anda hanya cukup memakai toolbar yang pertama, kedua, ketujuh sampai toolbar
kesembilan. Mulai dari toolbar pertama dan kedua, ada simbol komponen batere, ground,
saklar, dll. Adapun pada toolbar ketujuh sampai kesembilan terdapat komponen rangkaian
digital, seperti gerbang logika, IC, flip flop, multiplexer dll. Cara memakai komponen ini
hampir sama dengan pemakaian alat ukur/indikator. Untuk mengubah besar nilai komponen
dilakukan dengan klik kanan atau klik dua kali komponen, lalu isi nilai komponen yang
diinginkan pada tempat yang disediakan.
3. Pembentukan rangkaian
Setelah mengambil beberapa komponen yang diinginkan untuk membentuk suatu
rangkaian digital, Anda perlu menyambung kaki-kaki dari satu simbol ke simbol lainnya.
Penyambungan kaki dapat dilakukan dengan:
- arahkan mouse pointer ke ujung kaki simbol;
- usahakan ujung kaki simbol berwarna terang;
- lalu klik dan tahan mouse;
- tujukan ke ujung kaki simbol yang ingin disambung sampai ujung kaki simbol
tersebut berwarna terang dan lepas mouse.
Kedua komponen akan tersambung dengan suatu simbol kawat penghantar. Untuk lebih
jelasnya dapat ditanyakan pada asisten.

Gambar 2. Toolbar pada EWB


C. Simulasi
Setelah tiga hal tersebut dikuasai, rangkaian elektronika sudah dapat dibentuk. Setelah
rangkaian elektronika plus alat ukur dipasang pada bagian yang akan diukur (biasanya input
dan output), Anda dapat memulai simulasi dengan menekan simbol saklar yang terletak di
pinggir kanan atas (klik tanda I untuk on simulasi dan klik tanda O untuk off simulasi.
. Tanda pause bisa juga digunakan terutama untuk mencatat nilai). Usahakan
windows kecil alat ukur tetap terbuka, supaya grafik hasil pengukuran dapat dibaca. Setelah
menguasai tiga langkah dasar dan cara simulasinya, diharapkan Anda dapat menguasai dasar
penggunaan software ini.
D. Membuat Project Baru
Untuk membuat Project Baru ikuti langkah berikut:
- Pilih File
- Pilih New
Gambar 3. Membuat Project Baru

Selanjutnya mengambil komponen-komponen yang dibutuhkan kemudian dirangkai.


Project 1. Membuat Rangkaian NOT

Untuk membuat rangkaian digital dengan gerbang Not pada gambar di atas dibutu
hkan komponen-komponen sbb:
- Sumber Vcc
- Ground
- Saklar 2 kondisi
- Gerbang Not
- Lampu LED sebagai indikator

Langkah yang harus dilakukan adalah mengambil komponen-komponen yang dibutuhkan


seperti pada daftar komponen di atas. Selanjutnya hubungkan masing-masing komponen
sehingga membentuk rangkaian elektronika.
Latihan
Buatlah rangkaian digital dengan gerbang AND seperti pada gambar berikut ini.
Komponen-komponen yang digunakan sbb:
- Sumber Vcc
- Ground
- 2 Saklar 2 kondisi
- Gerbang AND
- Lampu LED sebagai indikator
Pada gambar rangkaian AND di atas, kondisi awal masukan B dan C masing-masing adalah 1
dan 0. Buatlah rangkaian AND dengan kondisi masukan berikut B = 1 dan C = 1, B = 0 dan
C = 1, dan B = 0 dan C = 0.
Tugas
1. Carilah nama dan properti dari setiap komponen yang terdapat pada toolbar pertama,
kedua, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh dan ketigabelas. Berikan
penjelasan singkat untuk masing-masing komponen tersebut.
2. Buatlah rangkaian AND dengan tiga buah masukan A, B dan C yang memnuhi
kondisi A = 1, B = 1, C = 1 dan A = 0, B = 0, C = 0.
MODUL 2
GERBANG LOGIKA
Tujuan:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Membuat rangkaian gerbang logika dengan 2, 3 dan 4 buah masukan.
2. Menentukan tabel kebenaran dari gerbang logika dengan 2, 3 dan 4 buah masukan.
3. Mengetahui aplikasi sederhana Gerbang Logika.

A. Pendahuluan
Pada rangkaian analog terdapat banyak tegangan yang mungkin ada pada waktu
bersamaan, akan tetapi pada rangkaian digital hanya dua. Dua tegangan tersebut dapat
disebut sebagai logika 1 dan logika 0, atau benar dan salah. Karena hanya menggunakan
dua keadaan tersebut, logika digital disebut sebagai biner.
Dalam logika digital terdapat 3 elemen dasar yaitu Gerbang logika AND, OR dan
gerbang NOT (Inverter). Apa yang dilakukan sangatlah sederhana namun sangat penting
untuk dipahami dengan cara menghubungkan gerbang-gerbang tersebut ke dalam
rangkaian. Gerbang-gerbang logika tersebut dapat melakukan berbagai fungsi kompleks
seperti penjumlahan 2 angka, pengurangan, pengalian bahkan pembagian dua angka.
Untuk mempelajari karakteristik dan metode singkat dan sederhana dimana fungsinya
dapat dijelaskan, dua gerbang dan inverter akan dipelajari secara terpisah.
B. Jenis Gerbang Logika
1. Gerbang Logika AND
Gerbang logika AND merupakan alat yang memiliki keluaran logika 1 jika kedua
masukannya berlogika 1. Jika salah satu atau kedua masukannya berlogika 0, keluarannya
memiliki logika 0. Gambar l menunjukkan gambar gerbang logika AND. Masukan
gerbang logika AND terletak di sisi sebelah kiri yang dinyatakan sebagai A dan B, adapun
keluarannya dinyatakan sebagai C terletak pada sisi sebelah kanan. Tabel kebenarannya
ditunjukkan pada Tabel 1, dan persamaan lgokanya adalah C = A.B.

Gambar 1 Simbol Gerbang Logika AND


Tabel 1 Tabel Kebenaran Logika AND

A B C
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

2. Gerbang Logika OR
Gerbang logika OR merupakan alat yang memiliki keluaran logika 1 jika salah satu
atau kedua masukannya berlogika 1. Simbol gerbang logika OR ditunjukkan pada Gambar
2 dengan masukan A dan B pada sisi kiri dan keluaran C pada sisi kanan. Tabel kebenaran
gerbang OR ditunjukkan pada Tabel 2 dan persamaan logikanya adalah C = A+B.

Gambar 2 Simbol Gerbang Logika OR


Tabel 2 Tabel Kebenaran Logika OR

A B C
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

3. Gerbang Logika NOT (Inverter)


Logika ketiga dan merupakan gerbang paling sederhana adalah gerbang NOT
(inverter). Inverter berbeda dari gerbang logika AND dan OR, karena hanya memiliki
sebuah masukan. Inverter sederhananya mengkonversi masukan benilai logika 1 menjadi
keluaran berlogika 0 begitupula sebaliknya. Lambang Inverter ditunjukkan pada Gambar 3
dan tabel kebenarannya pada Tabel 3 berikut ini.

Gambar 3 Simbol Gerbang Logika NOT (Inverter)


Tabel 3 Tabel Kebenaran Logika NOT

A C
1 0
0 1

4. Gerbang Logika NAND


Gerbang logika NAND adalah komplemen dari gerbang logika AND, seperti
ditunjukkan pada Gambar 4 yang mana simbolnya terdiri dari sebuah simbol gerbang
logika AND yang diikuti oleh lingkaran kecil yang menyatakan gerbang NOT (inverter).
Tabel kebenaran gerabng logika NAND ditunjukkan pada Tabel 4.

Gambar 4 Simbol Gerbang Logika NAND


Tabel 4 Tabel Kebenaran Logika NAND

A B C
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

5. Gerbang Logika NOR


Gerbang logika NOR merupakan gerbang yang simbolnya mirip seperti gerbang OR
yang pada keluarannya diberi inverter. Gambar symbol gerbang NOR dan Tabel
kebenarannya berturut-turut diberikan pada Gambar 5 dan Tabel 5.

Gambar 5 Simbol Gerbang Logika NOR


Tabel 5 Tabel Kebenaran Logika NOR
A B C
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
6. Gerbang Logika XOR
Terdapat sebuah gerbang logika yang harus diperhatikan, Gerbang Logika XOR yang
hanya memiliki dua masukan, seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Gerbang logika XOR
memiliki logika keluaran tinggi (1) ketika salah satu masukannya tinggi (1) dan bernilai
rendah (0) ketika kedua masukannya sama-sama tinggi (1) ataupaun rendah (0).
Perhatikan bahwa pada persamaan logika simbol XOR dinyatakan sebagai . Gerbang
XOR sangatlah berguna, karena keluarannya bernilai tinggi (1) hanya ketika inputannya
berbeda. Tabel kebenaan gerbang logika XOR ditunjukkan pada Tabel 6.
Persamaannya :
C = ĀB + AB̄
C =AB

Gambar 6 Simbol Gerbang Logika XOR dengan rangkaian ekivalennya


Tabel 6 Tabel Kebenaran Logika XOR

A B C
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0

7. Gerbang Logika EX-NOR


Simbol standar untuk gerbang logika EX-NOR ditunjukkan pada Gambar 7. Gerbang
Logika NOR merupakan gerbang logika XOR yang diberikan inverter. Ketika kedua
masukannya bernilai berlawanan, keluarannya rendah (0) dan bernilai tinggi (1) jika kedua
masukannya bernilai sama. Tabel 7 menunjukkan tabel kebenaran gerbang EX-NOR.

Gambar 7 Simbol Gerbang Logika EX-NOR dengan rangkaian ekivalennya


Tabel 7 Tabel Kebenaran Logika EX-NOR

A B C
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Jumlah masukan n pada gerbang logika berpengaruh pada jumlah kombinasi masukan
yang digunakan pada tabel kebenara yaitu sebesar 2n. Artinya untuk rangkaian gerbang
logika dengan 2 buah masukan maka terdapat 2 2 = 4 buah kombinasi masukan pada tabel
kebenarannya.
Project 1. Membuat tabel kebenaran rangkaian Gerbang Logika dengan 2, 3 dan 4
buah masukan.
Gambar 8. Gerbang Logika AND dengan 2 buah masukan
1. Membuat rangkaian digital seperti pada Gambar 8 dengan komponen-komponen
sebagai berikut:
- Sumber Vcc
- Ground
- Saklar 2 kondisi
- Gerbang AND
- Lampu LED sebagai indikator
2. Menguji rangkaian digital tersebut dan membuat tabel kebenarannya.
3. Mengulangi poin 1 dan poin 2 untuk rangkaian digital dengan 3 dan 4 buah masukan
(Gambar 9 dan 10).

Gambar 9. Gerbang Logika AND dengan 3 buah masukan


Gambar 10. Gerbang Logika AND dengan 4 buah masukan
4. Menyimpan project yang telah Anda buat sesuai dengan nama Gerbang Logika yang
diaplikasikan.
5. Mengulangi poin 1 - poin 4 untuk gerbang logika OR, NOT, NAND, NOR, EX-OR,
dan EX-NOR.
Latihan
1. Bukalah project yang telah Anda simpan lalu berikan inverter pada salah satu masukan
di setiap rangkaiannya seperti pada gambar berikut.

Gambar 11. Contoh rangkaian yang diberikan inverter.


2. Ujilah setiap rangkaian digital yang telah diberikan inverter tersebut dan buatlah tabel
kebenarannya.
Tugas
1. Buat tabel kebenaran untuk rangkaian digital pada project yang telah Anda buat
dengan memberikan inverter pada 2 buah masukannya.
2. Carilah aplikasi sederhana untuk masing-masing gerbang logika, tampilkan bentuk
rangkaiannya dan berikan penjelasan tentang cara kerjanya.
MODUL 3
ALJABAR BOOLE
Tujuan
1. Membuat rangkaian kombinasional sederhana.
2. Membuktikan aturan-aturan Aljabar Boole dengan tabel kebenaran.
A. Teori
Matematika merupakan sarana yang berguna dalam analisa rangkaian logika. Semua
operasi logika dalam rangkaian logika tergantung kepada ada / tidaknya sinyal, suatu variabel
hanya dapat mempunyai satu nilai dari dua nilai yang mungkin terjadi. Matematika dengan
logika dua nilai disebut Aljabar Boole.
Aljabar Boole terdiri atas sekumpulan aturan yang memiliki hubungan logika.
Berbeda dengan aljabar pada umumnya, dimana nilai yang tidak diketahui dapat memiliki
nilai yang bermacam-macam, elemen pada aljabar Boole merupakan variabel biner dan dapat
memiliki hanya satu dari dua keadaan 0 atau 1.
Sebuah fungsi Boolean adalah sebuah ekspresi aljabar yang dibentuk dengan variabel-
variabel biner, simbol-simbol operasi logika, tanda kurung dan tanda “=”. Untuk sebuah nilai
yang diberikan pada variabel, fungsi Boolean dapat bernilai 1 atau 0.
Contoh fungsi Boolean :
f = X + Y̅ . Z
Fungsi f sama dengan 1 jika X = 1 atau jika kedua nilai Y̅ dan Z = 1.
f = 0 dalam hal lain.
Tetapi kita juga dapat menyatakan bahwa jika Y̅ = 1, maka Y = 0, karena Y̅ adalah
komplemen dari Y. Secara ekuivalen dapat dinyatakan bahwa :
f = 1
jika X = 1 atau Y.Z = 0.1
Hubungan antar sebuah fungsi dengan variabel-variabel binernya dapat disajikan
dalam bentuk sebuah tabel : Tabel Kebenaran (Truth Table). Untuk menyajikan sebuah
fungsi dalam sebuah tabel kebenaran, dibutuhkan sebuah daftar 2 n kombinasi 1 dan 0 dari n
buah variabel biner.
Contoh : f = X + Y̅ . Z
∑ variabel = 3 (X, Y̅ dan Z)
2n = 23 = 8 kombinasi 0 dan 1.
Maka tabel kebenarannya adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Tabel Kebenaran f = X + Y̅ . Z

X Y Y̅ Z Y̅ .Z f = X + Y̅ . Z
0 0 1 0 0 0
0 0 1 1 1 1
0 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 0 1 0 0 1
1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 0 1
1 1 0 1 0 1

Sebuah fungsi Boolean dapat diubah menjadi sebuah diagram logika yang terdiri dari
gerbang-gerbang logika.
Contoh : f = X + Y̅ . Z
Diagram logikanya :

X
f = X + Y ’.Z

Y’
Y Y’.Z
Z
Kegunaan dari aljabar Boole adalah memberikan fasilitas penulisan dalam
perancangan rangkaian digital. Aljabar Boole menyediakan alat untuk dibuat :
1. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar sebuah tabel kebenaran yang merupakan
hubungan antara variabel-variabel,
2. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar hubungan input dan output diagram logika,
3. Mendapatkan rangkaian-rangkaian yang lebih sederhana untuk fungsi yang sama.

Ada beberapa aturan dasar pada aljabar boole seperti yang diberikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Aturan dasar aljabar Boole
Disamping aturan-aturan dasar terdapat aturan-aturan de Morgan antara lain :
a. Hukum de Morgan
A+B = A. B
A.B = A+B
b. Hukum Asosiatif
A.(B.C) = (A.B).C
A+(B+C) = (A+B)+C
c. Hukum Absorpsi
A.(A̅ +C) = A.C
A+A̅ .C = A+C
A+A.B= A
A.(A+B) = A
d. Hukum Komutatif
A+B= B+A
A*B= B*A
e. Hukum Distribusi
A+(B*C) = (A+B)*(A+C)
A*(B+C) = (A*B)+(A*C)
f. Hukum Identitas
A+0 = A
A*1=A
g. Hukum Komplemen
A+A̅ = 1
A*A̅ = 0
B. Project
Berikut adalah rangkaian-rangkaian ekivalen untuk membuktikan beberapa aturan aljabar
Boole yang terdapat pada Tabel 1:
1. Rangkaian pembuktian aturan 1 (A+0 = A)

Gambar 3.1 Rangkaian implementasi aturan 1


2. Rangkaian pembuktian aturan 3 (A.0=0)

Gambar 3.2 Rangkaian implementasi aturan 3


3. Rangkaian pembuktian aturan 5 (A+A=A)

Gambar 3.3 Rangkaian implementasi aturan 5


4. Rangkaian pembuktian aturan 7 (A.A=A)

Gambar 3.4 Rangkaian implementasi aturan 7


5. Rangkaian pembuktian aturan 11 (A+A.B) = A+B
Gambar 3.5 a) Rangkaian implementasi aturan 11

Gambar 3.5 b) Rangkaian ekivalen implementasi aturan 11


Tambahkan saklar dan indikator pada masing-masing input dan outputnya, lalu \
buatlah tabel kebenarannya
C. Tugas
Buatlah rangkaian ekivalen untuk membuktikan seluruh aturan aljabar Boole (termasuk
Hukum de Morgan, Hukum Absorpsi dan Hukum Distribusi) yang lain.
Cara Kerja:
1. Jabarkan pembuktian aturan-aturan tersebut secara manual (jika ada).
2. Buat rangkaian digital ekivalennya.
3. Buat tabel kebenaran untuk aturan tersebut.
Buat laporan berisi pembuktian aturan, rangkaian digital ekivalen dan tabel kebenaran dari
masing-masing aturan tersebut secara berkelompok.
MODUL 4
ELEMEN – ELEMEN ARITMATIKA

Tujuan:
Mahasiswa mampu membuat desain dan rangkaian yang dapat melakukan operasi
penjumlahan dan pengurangan biner.
Teori
Sebuah elemen aritmatika adalah berbagai rangkaian yang dapat menjumlahkan,
menggurangi, mengalikan, membagi atau melakukan beberapa fungsi aritmatika yang lain
terhadap bilangan biner. Elemen aritmatika terletak pada domain teknologi komputer dan
teknologi terkait kalkulator elektronik. Dengan seluruh kompleksitas pada rangkaian
komputer, dasar dari operasi aritmatika pada computer adalah sebuah rangkaian sederhana
yang terdiri dari beberapa gerbang logika disebut full adder. Full adder hanya menambahkan
dua logika bit biner (dan carry), selain itu rangkaian ini dapat diaplikasikan untuk melakukan
operasi pengurangan, perkalian, pembagian, mencari akar kuadrat, dan beberapa fungsi
aritmatika lainnya.
1. Penjumlahan Biner.
Untuk melakukan penjumlahan dua buah angka biner, berlaku 4 aturan dasar berikut:
0+0 = 0
1+0 = 1
0+1 = 1
1+1 = 0 dan carry 1
Algoritma ini dapat diterapkan untuk setiap dua bilangan biner positif, (bilangan bulat)
dan merupakan satu-satunya aturan dasar yang harus diperhatikan selain biner. Sebagai
contoh:
11  carry  111
0110 0011
0011 + 0111 +
1001 1010

Half Adder
Half ader merupakan sebuah rangkaian logika yang dapat digunakan sebagai permulaan
implementasi penjumlahan berdasarkan algoritma yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
rangkaian ini menerima dua buah digit biner pada inputnya dan menghasilkan dua buah digit
biner pada outputnya, bit hasil penjumlahan (S) dan bit carry (C). Fungsi penjumlahan dan
carry dinyatakan sebagai
S = AB
Co=A.B

Gambar 4.1 Rangkaian logika half adder


Dalam EWB, symbol rangkaian half adder ditunjukkan pada gambar 4.2

Gambar 4.2 IC half adder


Full Adder
Rangkaian Full Adder menerima tiga input dan menjumlahkan dua bilangan biner
ditambah dengan nilai Co (Carry Out) dari penjumlahan bit sebelumnya. Output dari Full
Adder menghasilkan sum (S) dan carry-out (Co). Persamaan fungsi full adder adalah :

S=(AB)Ci

Co = A.B + (AB) Ci
Fungsi ini diterapkan dan dikombinasikan dengan penjumlahan logika untuk menerapkan
rangkaian full adder yang sempurna, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3. Rangkaian ini
digunakan dalam kalkulator, komputer, dan banyak rangkaian aritmatika tak hanya itu, tetapi
juga dapat digunakan dalam perkalian, pembagian, dan pengurangan. Semua operasi ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan algoritma khusus dan rangkaian full adder.

Gambar 4.3 Rangkaian logika full adder


Dalam EWB rangkaian logika full adder disimbolkan seperti pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 IC Full Adder


Parallel Adder
Parallel adder terdiri atas beberapa rangkaian full adder yang dihitung sehingga Carry
output dari rangkaian full adder sebelumnya menjadi carry input untuk rangkain full adder
berikutnya. Untuk membuat rangkaian parallel full adder dapat dengan menggunakan
beberapa IC full adder. Setiap satu IC mewakili 1 bit. Pada gambar 4.5 ditunjukkan sebuah
rangkaian Parralel Adder 4-bit.

Gambar 4.4 Parrallel Adder 4 bit


2. Pengurangan Biner
Pengurangan biner dapat dilakukan dengan beberapa cara berbeda. Pertama, dengan
melakukan pengurangan langsung terhadap nilai biner tersebut, aturan atau algoritmanya
dapat dituliskan sebagai berikut
0-0= 0
1-0= 1
1-1= 0
0-1 = 1 dan dipinjam 1
Algoritma di atas membolehkan proses pengurangan selama nilai biner yang dikurangi
lebih besar dari nilai biner pengurangnya. Berikut adalah beberapa contoh pengurangan :
1001 1100
0101 - 0011 -
0100 1001
Terdapat cara lain yang sering digunakan dalam proses pengurangan, dengan
menambahkan nilai yang dikurangi dengan komplemen nilai pengurangnya.
Half dan Full Subtractor
Untuk megimplementasikan algoritma pengurangan yang pertama di atas, sebuah
rangkaian half subtractor dan full subtractor dapat dibentuk mirip dengan rangkaian half dan
full adder, lihat Gambar 4.5 dan 4.6. Sehingga sangat memungkinkan membentuk suatu
rangkaian kombinasi penjumlahan/pengurangan yang pengoperasiannya dapat digonta-ganti
antara keduanya.

Gambar 4.5 Rangkaian logika half subtractor

Gambar 4.6 Rangkaian logika full subtractor

Project
1. Sambungkan rangkaian pada Gambar 4.1, 4.3, 4.5 dan 4.6 dengan sumber tegangan,
saklar dan indikator lalu buat tabel kebenarannya.
2. Buatlah rangkaian logika parallel adder 2 bit dan buatlah tabel hasilnya.
Tugas
1. Sambungkan rangkaian pada gambar 4.3 untuk mendapatkan hasil perhitungan dari
angka-angka biner berikut :
a. A3 A2 A1 A0 = 0100 B3 B2 B1 B0 = 0100
b. A3 A2 A1 A0 = 1100 B3 B2 B1 B0 = 1001
c. A3 A2 A1 A0 = 1011 B3 B2 B1 B0 = 1000
2. Ulangi langkah 1 untuk Gambar 4.6.
3. Buatlah rangkaian untuk menyelesaikan perhitungan berikut ini
a. 14 + 10 = …2
b. 14 – 10 = …2
c. 33 + 27 = …2
d. 29 – 15 = …2
e. 128 + 72 = …2 (gunakan IC full adder)
MODUL 5
SISTEM BILANGAN

1.1 Sistem Bilangan Biner

Sistem bilangan merupakan suatu kode yang menggunakan simbol untuk menyatakan
besar sesuatu. Sistem bilangan yang kita gunakan sehari-hari adalah bilangan desimal, yakni
dari 0 hingga 9. Peralatan digital hanya mengenal dua jenis sinyal, yaitu tinggi dan rendah.
Sinyal tinggi disimbolkan 1 dan sinyal rendah disimbolkan 0. Penggunaan simbol 0 dan 1
dikenal dengan sistem biner.

Pencacahan bola-bola berikut ini dinyatakan dalam sistem desimal dan biner:

Gambar 2.1.Mencacah jumlah bola dinyatakan dalam bilangan desimal dan biner

Peralatan digital hanya mengenal bilangan digital, sedangkan kita terbisa menggunakan bilangan
desimal, agar kita dapat berkomunikasi dengan alat maka harus diketahui konversi antara dua
sistem bilangan tersebut. Bagaimana mengkonversi sistem bilangan desimal menjadi biner?

Misal angka desimal 17 diubah menjadi biner:

17 : 2 = 8; sisa 1

8 : 2 = 4; sisa 0

4 : 2 = 2; sisa 0

2 : 2 = 1; sisa 0

1 : 2 = 0; sisa 1
Bilangan biner ditulis menurut arah panah, jadi 17 desimal = 10001biner

Bagaimana mengubah sistem biner ke desimal?

125 desimal = 1 ratusan, 2 puluhan, 5 satuan

125 = 1 x 102 + 2 x 101 + 5 x 100

Urutan bilangan pada biner juga memiliki bobot yang analog dengan desimal, yakni

110011 biner = 1 x 25 + 1 x 24 + 0 x 23 + 0 x 22 + 1 x 21 + 1 x 20 = 51desimal

1.2 Sistem bilangan Heksadesimal

Sistem bilangan heksa desimal menggunakan 16 simbol, yaitu 0,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B,


C, D, E, dan F.

Desim Biner Heksadesim Desimal Biner Heksadesim


al al al

0 0000 0 9 1001 9

1 0001 1 10 1010 A

2 0010 2 11 1011 B

3 0011 3 12 1100 C

4 0100 4 13 1101 D

5 0101 5 14 1110 E

6 0110 6 15 1111 F

7 0111 7 16 10000 10

8 1000 8 17 10001 11

Tabel 2.1 Ekivalensi biner dan heksadesimal

Kelebihan sistem heksadesimal adalah ialah mampu mengubah secara langsung dari bilangan biner
4 bit. Sebagai contoh, heksadesimal F merupakan singkatan dari bilangan biner empat bit 1111.
Notasi heksadesimal khususnya digunakan untuk menyatakan bilangan biner. Untuk
mengkonversi heksadesimal, misalnya A6 menjadi biner, dapat kita lihat A=1010 biner dan 6 =
0110biner , maka A6 =10100110biner. Jadi heksadesimal ekivalen dengan biner. Notasi
heksadesimal digunakan secara luas dalam sistem yang berdasarkan mikroprosesor untuk
menyatakan biner 8 bit, 16 bit atau32 bit.

Bagaimana mengkonversi heksadesimal ke bilangan desimal?

Sama halnya bilangan desimal, maka urutan angka pada heksadesimal juga memiliki nilai masing-
masing. Contoh C2416 = 12 x 162 + 2 x 161 + 4 x 160 = 310810 (desimal)
Bagaimana mengkonversi desimal ke heksadesimal?

Contoh bilangan desimal 310810 akan dinyatakan ke heksadesimal:

3108 : 16 = 194; sisa 4

194 : 16 = 12 ; sisa 2

12 : 16 = 0; sisa 12

Jadi 310810 = C2416 (perhatkan bahwa 12 = A).

2.3 Bilangan Oktal

Pada sistem komputer jaman dahulu, informasi biner dinyatakan dengan menggunakan bilangan
oktal. Sistem bilangan oktal menggunakan delapan simbol, yaitu 0,1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.

Desimal Biner Oktal

0 000 0

1 001 1

2 010 2

3 011 3

4 100 4

5 101 5

6 110 6

7 111 7

8 001 000 10

9 001 001 11

dst

Tabel 2.2 Ekivalensi biner dengan bilangan oktal

Perhatikan bahwa bilangan biner 3 bit diwakili/disingkat 1 bit bilangan oktal.

Teknik mengkonversi bilangan desimal ke oktal dan sebaliknya analog dengan cara-cara
sebelumnya.

Kita umumnya bekerja dengan sistem desimal, sedangkan peralatan digital bekerja berdasarkan
sinyal digital/biner. Untuk berinteraksi kita dengan peralatan digital digunakan alat
pengkonversi. Peralatan elektronik yang mengkonversi/menterjemah bilangan desimal ke
bilangan biner disebut pengkoder (encoder) dan yang menterjemah dari bilangan biner ke
desimal disebit pendekoder (decoder).
MODUL 6
GERBANG LOGIKA BINER
Komputer, kalkulator, dan peralatan digital lain kadang-kadang dianggap orang awam
sebagai sesuatu yang ajaib. Sebenarnya, peralatan elektronika digital logis dalam operasinya.
Bentuk dasar blok operasi setiap rangkaian digital adalah suatu gerbang logika. Gerbang
logika terdiri dari: AND, NAND, NOT, OR, NOR, XOR, dan XNOR.

2.1 Gerbang AND

Gerbang AND yang berarti DAN, secara fisik diilustrasikan gambar 3.1:

Gambar 3.1 Ilustrasi fisis rangkaian AND dengan sakalar yang disusun seri

Rangkaian pada Gb 3.1 dapat di tinjau menjadi bagian input dan output. Bagian input berupa
sakelar A dan B, sedangkan output berupa bola lampu. Berdasarkan rangkaian sederhana di atas
jelas prinsip kerja gerbang logika AND dapat diamati hasilnya seperti tabel berikut:

No Keadaan saklar Keadaan lampu

A B

1 Buka Buka Mati

2 Buka Tutup Mati

3 Tutup Buka Mati

4 Tutup Tutup Nyala

Tabel 3.1 Rangkaian sakalar seri bekerja seperti gerbang logika AND.

Gerbang logika AND memiliki dua atau lebih terminal input dan satu terminal output, dan
disimbolkan disimbolkan:
Gambar 3.2 Simbol gerbang AND

Rangkaian gerbang AND praktis tampak pada gambar 3.3 yang memiliki dua input A dan B.
Saklar bila dikontakkan ke (+) berarti TINGGI, dan bila dikontakkan ke (-) berarti RENDAH.
Output gerbang AND diberikan indikator LED, yang menyala jika ouput TINGGI dan tidak
menyala jika output RENDAH.

Gambar 3.3 Rangkaian gerbang AND

INPUT OUTPUT

B A Y

Tegangan Biner Tegangan Biner Menyala Biner

RENDAH 0 RENDAH 0 Tidak 0

RENDAH 0 TINGGI 1 Tidak 0

TINGGI 1 RENDAH 0 Tidak 0

TINGGI 1 TINGGI 1 Ya 1

Tabel 3.2 Tabel kebenaran gerbang AND

Hubungan input dan output suatu dari suatu gerbang lgika selanjutnya ditulis dalam
suatu pernyataan yang disebut ekspresi Boolean atau aljabar Bool. Gerbang logika AND
dengan input A dan B serta output Y, diungkapakan sebagai

A.B = Y
2.2 Gerbang OR

Gerbang OR secara fisis dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 3.4 Rangkaian OR dengan skalar yang dirangkai paralel

Rangkaian pada gambar 3.4 akan memberikan hubungan input dan output seperti tabel:

INPUT OUTPUT

B A Y

Saklar Biner Saklar Biner Menyala Biner

Terbuka 0 Terbuka 0 Tidak 0

Terbuka 0 Tertutup 1 Ya 1

Tertutup 1 Terbuka 0 Ya 1

Tertutup 1 Tertutup 1 Ya 1

Tabel 3.2 Tabel kebenaran gerbang OR

Gerbang OR disimbolkan

A+B=Y

Gamabar 3.5 Simbol logika gerbang OR dan operasi Boolean,

(+) merupakan simbol OR


2.3 Pembalik dan penyangga

Gerbang logika umumnya memiliki dua atau lebih input dan satu output, namun gerbang NOT
(“tidak”) hanya mempunyai satu input dan satu output. Gerbang NOT berfungsi sebagai
pembalik /inverter, yaitu output merupakan kebalikan input. Simbol gerbang NOT adalah:

Y = Ā
INPUT OUTPUT

A Y

0 1

1 0

Gambar 3.6 Simbol logika, ekspresi Boolean, dan tabel kebenaran suatu pembalik

Bila logis 1 diberikan pada input A, akan diperoleh output yang berlawanan yaitu 0 pada Y. Kita
katakan bahwa pembalik mengkomplemenkan input. Perhatikan bahwa strip () merupakan
simbol pembalikan.

Bagaimana jika pembalikan dilakukan dua kali?

Pembalik ganda menghasilkan output sama dengan inputnya, lalu apa gunanya? Pembalik ganda
berfungsi sebagai buffer/driver atau penyangga atau pengendali. Penyangga tidak digunakan
dalam operasi logika, tetapi digunakan untuk menambah besar arus pada keluarannya daripada
arus normal pada gerbang regulernya.

Gambar 3.7 Pembalik ganda berfungsi sebagai buffer

2.4. Gerbang NAND

Gerbang AND, OR, dan NOT merupakan tiga rangkaian dasar yang dapat menghasilkan semua
rangkain digital. Gerbang NAND merupakan gabungan gerbang AND dan NOT, yang
menghasilkan fungsi AND yang dibalik.

Gambar 3.8 Gerbang AND yang diseri dengan NOT menghasilkan NAND
Perhatikan bahwa bentuk simbol gerbang NAND mirip AND, hanya ditambah bulatan bagian
output sebagai tanda inverter atau NOT.

INPUT OUTPUT

B A AND NAND

0 0 0 1

0 1 0 1

1 0 0 1

1 1 1 0

Gambar 3.9Tabel kebenaran gerbangAND dan NAND

2.5 Gerbang NOR

Gerbang NOR sebenarnya merupakangerbang NOT OR, yaitu keluaran suatu gerbang OR yang
dibalik.

INPUT OUTPUT

B A OR NOR

0 0 0 1

0 1 1 0

1 0 1 0

1 1 1 0

Gambar 3.9 Simbol gerbang NOR serta tabel kebenaran gerbangORdan NOR

2.6 Gerbang Eksklusif

2.6.1 Gerbang OR Eksklusif


Gerbang OR eksklusif kadang kadang disebut sebagai “gerbang setiap tetapi tidak semua”, dan
biasa disingkat XOR. Ekspresi Boolean untuk fungsi XOR:

INPUT OUTPUT

B A OR XOR

0 0 0 0

0 1 1 1

1 0 1 1

1 1 1 0

Gb.3.10 Simbol logika dan tabel kebenaran gerbang XOR

3.6.2 Gerbang NOR Eksklusif

Gerbang NOR eksklusif biasa disingkat XNOR, dengan simbol logika dan tabel kebenaran:

Y=A⊕B

INPUT OUTPUT

B A NOR XNO
R

0 0 1 1

0 1 0 0

1 0 0 0

1 1 0 1
Gambar 3.12 Simbol logika, ekspresi Boolean, dan tabel kebenaran XNOR

2.7 Gerbang NAND sebagai gerbang universal

Gerbang NAND lebih banyak dijumpai dipasaran dan harganya jauh lebih murah dari gerbang
lainnya. Gerbang NAND memiliki keunggulan karena dapat digunakan untuk membentuk
gerbang-gerbang lainnya, karenanya disebut sebagai gerbang universal.

Fungsi Simbol Gerbang dari NAND


logika

Inverter

AND

OR

NOR

XOR

XNOR

Gambar 3. 13 Gerbang logika menggunakan gerbang NAND

2.8 Gerbang logika dengan masukan lebih dari dua

Gerbang logika yang telah kita bicarakan meliputi satu dan dua input dengan satu output.
Bagaimana gerbang logika yang memiliki input lebih dari dua? Gerbang ligika dengan input
lebih dari dua dapat diperoleh dengan mengkombinasikan gerbang logika dengan dua input.
Gambar 3.14 Pengembangan jumlah input

2.9. Penggunaan Pembalik untuk Mengubah Gerbang

Gerbang dasar seperti AND, OR, NAND, atau NOR sering kali perlu diubah menjadi fungsi
logika lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan pembalik.

1) Pembalik pada keluaran 2) Pembalik pada masukan


MODUL 7
PENGGUNAAN GERBANG LOGIKA
Rangkaian Logika dimulai dari rancangan diungkapkan dalam bentuk tabel kebenaran. Tabel
kebenaran yang ada diubah dalam bentuk aljabar Bool. Dalam bentuk aljabar ini diusahakan
disederhanakan. Bentuk aljabar Bool yang telah disederhanakan ini barulah diimplementasikan
dalam bentuk rangkaian.

3.1 Tabel kebenaran dan ekspresi Boolean

Tabel kebenaran 4.1 disajikan:

Masukan Keluaran

B A Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Ekspresi Boolean dari tabel kebenaran di atas:

Ā B+ A B̄+ AB=Y
Suku-suku yang muncul dalam ekspresi Boolean hanyalah yang keluarannya tinggi.

Rangkaian gerbang logika:

Ekspresi Boolean dapat disederhanakan sebagai berikut:

Ā B+A B̄+ AB= Ā B+ AB+ A B̄+AB=B ( Ā+ A ) +A ( B̄+B )=B+ A=Y


Rangkan logika disederhanakan menjadi satu gerbang OR

Penyederhanaan aljabar menjadi penting, karana jelas dengan penyederhanaan ini rangkaian
menjadi lebih sederhana dengan jumlah gerbang yang lebih sedikit, namum fungsi kerjanya
tetap. Jadi dengan penyederhanaan ini biaya pembuatan menjadi lebih murah.
3.2 Penyederhanaan Ekspresi Boolean

Ada dua teknik penyederhanaan ekspresi Boolean, yaitu:

1) secara aljabar
2) peta Karnaugh (Map Karnaugh)
3.2.1 Penyederhanaan secara aljabar

Contoh penyederhanaan di atas adalah secara aljabar. Untuk menyederhanakan ekspresi


Boolean ada beberapa sifat operasi aljabar yang penting, yaitu:

1) A.0 =0
2) A+0=A
3) A. 1=A
4) A+1=1
5) A+A=A
6) A.A=A
7) A+ Ā=1
8) A . Ā=0
¯
9) Ā =A
Berdasarkan sifat operasi di atas dapat diturunkan beberapa identitas:

Y = A + AB = A(1+B) = A

1) Identitas: A + AB = A
Y = A + Ā B=( A+ AB ) + Ā B= A+B ( A + Ā ) =A +B
2) Identitas : A+ Ā B= A +B
3) Identitas: A+ Ā B̄=A + B̄
4) Identitas: Ā+ AB= Ā+ B
5) Identitas: Ā+ A B̄= Ā + B̄
Selain identitas di atas untuk penyederhanaan juga dikenal dalil Morgan:

1) A+B= Ā . B̄

2) A . B= Ā+ B̄
Dalil Morgan ini sebenarnya telah digunakan sebagai dasar pengubahan gerbang logika yang telah
dibicarakan dengan teknik penambahan inverter.

Contoh penyederhanaan:

1) Y =ABC+AB { C̄ +A B̄ C ¿

Y =AB ( C+ C̄ ) + A B̄ C
Y =AB ( 1 ) + A B̄C
Y =AB+ A B̄ C
Y = A ( B+ B̄ C )
Y = A ( B+C )
Y =AB+ AC

2) Y = ( A +B ) . ( A . B )

Y = ( Ā . B̄ ) . ( A . B̄ )
Y = Ā . A . B̄ . B̄
Y =0. B̄=0

3.2.2. Peta Karnaugh

contoh soal di atas, tabel kebenaran

Masukan Keluaran

B A Y

0 0 0 (# 1)

0 1 1 (# 2)

1 0 1 (# 3)

1 1 1 (# 4)

Cara memetakan

B̄ B

Ā #1 #3

A #2 #4

Sesuai nilai keluaran

B̄ B
Ā 0 1

A 1 1

Melingkari output 1 yang berdekatan sejumlah dua, empat, delapan dan seterusnya.

Contoh perencanaan sistem digital

Suatu mobil taxi akan diperlengkapi alarm keamanan. Bunyi alarm ditentukan oleh kondisi: sopir
duduk ditempatnya, sopir mengenakan sabuk pengaman, penumpang duduk, penumpang
mengenakan sabuk pengaman. Tabel kebenaran sistem pengaman taxi adalah sebagai berikut:

INPUT OUTPUT

S B1 S2 B2 Y Keterangan

0 0 0 0 0

0 0 0 1 0

0 0 1 0 0

0 0 1 1 0

0 1 0 0 0

0 1 0 1 0

0 1 1 0 0

0 1 1 1 0

1 0 0 0 1 Bunyi alarm

1 0 0 1 1 Bunyi alarm

1 0 1 0 1 Bunyi alarm

1 0 1 1 1 Bunyi alarm

1 1 0 0 0

1 1 0 1 0

1 1 1 0 1 Bunyi alarm
1 1 1 1 0

Untuk keperluan penulisan aljabar kita gunakan kode:

D = S1 : sopir duduk di tempatnya; C = B1 : sopir mengenakan sabuk pengaman

B = S2 : penumpang duduk; A = B2 : penumpang kenakan sabuk.

Aljabar Bool bunyi alarm:

Alarm bunyi = D C B A +D C B A+ DC B A+D C BA+DCB A


Sebelum aljabar tersebut dibuat rangkaian, terlebih dahulu disederhanakan:

Suku 1 dan 2 menjadi: D C B, (*)

Suku 3 dan 4 menjadi : DC B (**)

(*) dan (**) menjadi : DC .

Suku 3 dan 5 menjadi : DB A

Jadi alarm bunyi = D C +DB A


Rangkaian elektronika digital:

Rangkaian elektronika digital sistem pengaman taxi

3.3 Pemilih data/multiplekser

Dengan kemampuan pemilih data perusahaan IC telah menyederhanakan pekerjaan dalam


menyelesaikan banyak persoalan logika gabungan. Suatu pemilih data sering kali berupa
penyelesaian satu paket untuk suatu pekerjaan yang kompleks. Pemilih data sebenarnya berisi
sejumlah gerbang yang dipaketkan dalam suatu IC tunggal. Pada subbab ini pemilih data akan
digunakan sebagai suatu “paket universal” untuk menyelesaikan persoalan logika gabungan.

Pemilih data 3 bite


Contoh

Tabel kebenaran 4.2:

Input Output

C B A Y

0 0 0 0

0 0 1 0

0 1 0 0

0 1 1 1

1 0 0 0

1 0 1 1

1 1 0 0

1 1 1 1

Dengan pemilih data tabel kebenaran tersebut lasung dapat diaplikasikan, yaitu: pada data
masukan kaki 0 hingga 7 berturut-turut bernilai: 0, 0, 0, 1, 0, 1, 0, dan 1. nol artinya kaki
dihubungkan ke ground dan 1 dihubungkan +Vcc.

Pemilih data dengan bit besar makin mahal, maka perlu modifikasi agar dapat digunakan bit yang
lebih rendah. Misal penggunaan pemilih data 3 bit untuk aplikasi 4 bite:

Tabel kebenaran 4.3

N INPUT OUTPU
T

D C B A Y

0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 1 1
2 0 0 1 0 1

3 0 0 1 1 0

4 0 1 0 0 0

5 0 1 0 1 1

6 0 1 1 0 0

7 0 1 1 1 1

8 1 0 0 0 1

9 1 0 0 1 0

1 1 0 1 0 0

1 1 0 1 1 0

1 1 1 0 0 0

1 1 1 0 1 1

1 1 1 1 0 1

1 1 1 1 1 0

Perhatikan pada kolom ABC bahwa baris 0 hingga 7 sama dengan baris 8 hingga 15, bedannya
terdapat pada kolom D saja.

Perhatikan:

 Baris 0: D = 0..........Y = 0 & baris 8, D = 1.......Y = 1 ditulis D0 = D


 Baris 1: D = 0...........Y = 1 & baris 9, D = 1.......Y = 0 ditulis D1 = -D
 Baris 2: D = 0..........Y = 1 & baris 10, D = 1.......Y = 0 ditulis D2 = -D
 Baris 3: D = 0...........Y = 0 & baris 11, D = 1.......Y = 0 ditulis D3 = 0
 Baris 4: D = 0..........Y = 0 & baris 12, D = 1.......Y = 0 ditulis D4 = 0
 Baris 5: D = 0...........Y = 1 & baris 13, D = 1.......Y = 1 ditulis D5 = 1
 Baris 6: D = 0...........Y = 0 & baris 14, D = 1.......Y = 1 ditulis D6 = D
 Baris 7: D = 0..........Y = 1 & baris 15, D = 1.......Y = 0 ditulis D7 = -D
Realisasi pemilih data dari tabel kebenaran 4.3

Perhatikan semua nilai Dx = 1 dihubungkan Vcc, Dx = 0 dihubungkan GND, dan Dx = -D


dihubungkan ke inverter.
MODUL 8
KODE, ENKODE, DEKODE, PERAGA TUJUH SEGMEN
Pada umumnya orang menggunakan kode desimal untuk menyatakan angka. Rangkaian
elektronika digital dalam kalkulator atau komputer kebanyakan menggunakan kode biner untuk
menyatakan angka.

4.1 Kode BCD 8421

Angka biner yang telah kita bicarakan di atas tidak banyak memberi arti. Agar angka biner dapat
diproses maka perlu dikodekan. Kode BCD-8421 (Binary Coded Decimal) suatu kode dengan
angka biner. Kode BCD mengkodekan setiap bilangan pada bilangan desimal kedalam bilangan
biner 4 bite, misal angka desimal 2347, kode BCD bilangan tersebut adalah 0010 0011
0100 0111.

4.2 Kode Ekses-3

Untuk menyatakan bulangan desimal ke kode ekses-3:

Bilangan desimal + 3 kemudian tiap bilangan diubah ke dalam biner 4 bite.

Contah bilangan desimal 2347: 2 + 3 = 5, 3 + 3 = 6, 4 +3 = 7, 7 +3 = 10, jadi kode ekses-3


bilangan 2347: 0101 0100 0111 1010

4.3 kode GRAY

Kode Gray tidak memiliki keteraturan yang jelas, hanya ada satu keteraturan yang konsisten
yaitu satu digit berubah bila cacahan dari atas ke bawah.

Bilangan Bilangan Bilangan Bilangan

Desimal Biner kode BCD 8421 kode Gray

0 0000 0000 0000

1 0001 0001 0001

2 0010 0010 0011

3 0011 0011 0010

4 0100 0100 0110

5 0101 0101 0111

6 0110 0110 0101

7 0111 0111 0100

8 1000 1000 1100

9 1001 1001 1101

10 1010 0001 0000 1111

11 1011 0001 0001 1110


Bilangan Bilangan Bilangan Bilangan

Desimal Biner kode BCD kode Gray


8421

12 1100 0001 0010 1010

13 1101 0001 0011 1011

14 1110 0001 0100 1001

15 1111 0001 0101 1000

16 10000 0001 0110 11000

17 10001 0001 0111 11001

4.4 Kode ASCII

Kode ASCII (American Standard Code for Information) banyak digunakan untuk mengirim
informasi ke dalam komputer mikro. Kode ASCII ini merupakan kode 7 bit yang lebih rumit,
yang digunakan dalam pengalihan informasi berkode dari papan ketik ke tampilan komputer
dan pencetak. Kode ASCII digunakan untuk menggantikan angka huruf, tanda baca, maupun
karakter kontrol. Contoh huruf “A” dalam kode ASCII adalah 100 0001 = A. Jika huruf A
papan ketik ditekan maka kode 100 0001 dikirim ke CPU.

4.5 Pengkode

Pengkode merupakan alat yang berfungsi mengkodekan informasi (bahasa manusia) ke bahasa
mesin elektronika digital. Contoh pengkode pada sistem gambar 6.1 pengkode dalam sistem ini
harus menerjemahkan masukan desimal dari papan ketik ke suatu kode BCD 8421.

Desimal kode BCD 8421 Kode 7 segmen Desimal

IC 74147 merupakan Pengkode BCD, yaitu pengkode prioritas 10 baris ke 4 baris.


IC 74147 mempunyai input RENDAH aktif dan output RENDAH aktif. Tabel kebenaran IC
pengkode BCD ini:

INPUT OUTPUT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 D C B A

H H H H H H H H H H H H H

X X X X X X X X L L H H L

X X X X X X X L H L H H H

X X X X X X L H H H L L L

X X X X X L H H H H L L H

X X X X L H H H H H L H L

X X X L H H H H H H L H H

X X L H H H H H H H H L L

X L H H H H H H H H H L H

L H H H H H H H H H H H L

Contoh input 3, berarti no 3 adalah LOW bersesuaian dengan output HHLL, karena output
RENDAH AKTIF maka keluaran sesungguhnya adalah LLHH

4.6 Peraga LED 7 segmen

Peraga bilangan desimal yang umum berupa 7 segemen. Peraga ini tersesun atas 7 LED
membentuk formasi angka 8, bagian kutub positif dijadikan satu dihubungkan positif baterai,
dan negatifnya diaktifkan sesuai output:
Sebagai contoh sistem digital dengan input berupa angka desimal, dan ditampilkan dalam bentuk
peraga 7 segmen, diperlukan rangkaian: papan ketik, enkoder BCD IC 74147,
dekoder/pengendali 7 segmen IC 7447A dan LED 7 segmen, seperti gambar berikut:

4.7 Peraga 7 segmen LCD

LCD (Liquid Crystal Display) merupakan peraga/penampil yang bekerja berdasarkan efek
polarisasi cahaya pada kristal cair. Kristal cair jika diberi beda potensial medan listriknya akan
terpolarisasi.

Polarisasi medan listrik pada kristal cair dan polarisator memberikan kesan warna gelap, sedang
permukaan lain tanpa keperakan. LCD tebuat berlapis-lapis, meliputi polarisator, pola
konduktif pada kaca, kristal cair (fluida nematik), metal, dan pengemas. Pemberian medan
listrik pada LCD tidak boleh dilakukan dalam satu arah dalam waktu lama, karena hal ini akan
menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu LCD dioperasikan polaritas betganti ganti, yaitu
dengan sinyal persegi.
MODUL 9
FLIP-FLOP
Rangkaian logika dapat dikelompokkan menjadi 2, yakni: rangkaian logika gabungan
dengan menggunakan gerbang AND, OR, dan NOT. Kedua rangkaian logika sekuensial yang
meliputi memori dan pewaktu.

Rangkaian dasar logika sekuensial berupa flip-flop. Flip-flop ada beberapa jenis, yang
dapat dihubungkan menjadi pencacah, register, dan memori.

5.1. FLIP-FLOP R-S

Simbol logika flip-flop R-S adalah tampak pada gambar 7.1.

Gambar 7.1 Simbol logika suatu flip-flop R-S

Flip-flop memiliki dua masukan yang diberi nama R (reset) dan S (set), dan dua keluaran diberi
simbol Q sebagai keluaran normal, dan simbol Q̄ sebagai komplemen Q.

Tabel 7.1. Tabel kebenaran Flip-flop R-S adalah:

Masukan Keluaran
Mode operasi Keterangan
S Q
R Q̄
Larangan 0 1 Jangan digunakan
0 1

Set 0 1 Menset Q = 1
1 0

Reset 1 0 Menset Q = 0
0 1

Tetap 1 Q Bergantung pada keadaan sebelumnya


(menyimpan) 1 Q̄
Perhatkan bahwa flip-flop aktif diperlukan masukan nol, yaitu bila akan preset atau menset Q = 1,
maka S = 0, begitu juga bila akan mereset atau menset Q = 0, maka R = 0.

Flip-flop R-S dapat dibuat dari gerbang logika:


Gambar 7.2 Flip-flop R-S yang dibuat dari gerbang NAND

Untuk mengetahui perilaku R-S FF tersebut maka dilakukan pengecekan sinyal: misal S = 1, not Q
= 1, maka Q = 0, misal R = 1, maka not Q = 1, maka Q = 0. Ternyata dari permisalan ini
diperoleh konsistensi, bahwa jika S = 1, R = 1, maka output sama dengan sebelumnya. Mode
operasi lain dapat dilakukan pengujian dengan cara yang sama.

Diagram waktu flip-flop R-S adalah sebagai berikut:

Gambar 7.3. Diagram waktu bentuk gelombang untuk flip-flop R-S

5.2. S-R FLIP-FLOP berdetak

Pada Flip S-R berdetak ini sama dengan flip-flop S-R hanya saja proses sinyal diatur oleh
detak. Perubahan input akan diikuti perubahan output jika ada detak masuk.

Lambang :

Gambar 7.4 (a) S-R flip-flop berdetak, (b) S-R flip-flop berdetak komersial

Flip-flop berdetak tersebut dirangkai dari gerbang NAND:


Gambar 7.5

Tabel kebenaran FF S-R berdetak

INPUT OUTPUT

Mode operasi CL S R Q notQ Efek pada Q


K

Tetap  0 0 Tanpa perubahan

Reset  0 1 0 1 Diulang atau dihapus

Set  1 0 1 0 Diatur ke 1

Larangan  1 1 1 1 Dilarang menggunakan

Piperhatikan bahwa ada perbedaan antara mode operasi S-R FF berdetak dengan S-R FF
sebelumnya. Perbedaan terjadi karena penambahan gerbang NAND di depan. Mode operasi dan
kaitannya hubungan input output S-R flip-flop bergantung pada rangkaian penyusunnya, yang
jelas memiliki mode operasi yang sama.

Pulsa detak berfungsi sebagai perintah memproses masukan. Tanpa pulsa detak
masukan tidak akan diproses. Tangga pan flip-flop terhadap pulsa detak ada dua jenis yaitu sisi
naik aktif dan sisi turun aktif. Sisi naik aktif artinya tepat pada pulsa detak berubah dari 0 ke 1,
proses dilakukan, sebalikanya sisi turun aktif : proses dilaksanakan ketika detak berubah 1 ke 0.
Sisi naik aktif pada symbol clk tidak ada bulatan, sedang untuk sisi turun aktif symbol clk
diberi bulatan.

S-R FF komersial dilengkapi preset (Ps) dan clear (Clr). Preset menset Q = 1 tanpa
memperhatikan clock, dan Clr menset Q = 0 tanpa memperhatikan clk. Perlu diperhatikan
bahwa jika symbol Ps dan Clr diberi bulatan berarti aktif jika bernilai 0.

5.3 D-Flip-flop

Huruf D pada D flip-flop berarti delay artinya tunda/menunda, yaitu sesuai fungsinya menunda
sinyal.
Gambar 7.6 Simbol D flip-flop yang dibuat dari S-R flip-flop

Tabel kebenaran

INPUT OUTPUT
Mode Operasi
PS CL CLK D Q notQ
R

Asyinchronous set 0 1 X X 1 0

Asyinchronous reset 1 0 X X 0 1

Prohibited/larangan 0 0 X X 1 1

Set (synchronous set) 1 1  1 1 0

Reset (synchronous reset) 1 1  0 0 1

Mode operasi asinkron berarti operasi tanpa mempedulikan detak/clk. Perhatikan


bahwa PS dan Clr pada gambar terdapat tanda bulatan, ini berarti rendah aktif, jadi mode set
diperoleh dengan PS = 0 (tentu Clr = 1, yang berarti tidak aktif), begitu juga sebaliknya mode
reset.

Synchronous set (set sinkron) diperoleh ketika D = 1, synchronous reset diperoleh ketika D = 0.
Apa arti mode ini, seolah-olah tanpa proses, masuk satu, keluar satu, masuk nol kekuar nol.
Proses akan berlansung setelah terjadi pulsa perintah yaitu clk (sisi naik). Jadi D flip-fliop ini
berfungsi sebagai penunda pulsa/sinyal. Penundaan menunggu perintah clk.

Mode larangan artinya jangan digunakan, hal ini terjadi karena dua perintah yang sama kuat
dengan tujuan berlawanan. PS menghendaki Q = 1, sedang Clr menghendaki Q = 0, akhirnya
keluaran Q = 1, bukan Q = 1, suatu yang tidak diterima logika.

5.4 Flip-flop J-K

Flip-flop J-K merupakan flip-flop universal, digunakan paling luas karena memiliki sifat dari
semua jenis flip-flop.
Gambar 7.7 Lambang flip-flop J-K komersial

INPUT
OUTPUT
Mode operasi
Asinkron Sinkron

Set Clr Clk J K Q notQ

Asynchronous set 0 1 x x x 1 0

Asynchronous reset 1 0 x x x 0 1

Prohibited 0 0 x x x 1 1

Hold 1 1  0 0 Tak berubah

Reset 1 1  0 1 0 1

Set 1 1  1 0 1 0

Toggle 1 1  1 1 Posisi terbalik

Tabel kebenaran flip-flop J-K

Mode asinkron merupakan prioritas, artinya jika set atau clr diaktifkan (bernilai 0), maka input
sinkron tidak relevan, output mengikuti perintah asinkron. Set artinya menset Q = 1, dan reset
artinya menset Q = 0. Hold berarti tetap/tidak berubah, yang berarti menyimpan/memori. Mode
operasi yang tidak ada pada flip-flop lainnya adalah toggle, yang berarti keadaan output
berubah 0 kemudian 1;0 ; 1;. . .berganti-ganti setiap datang pulsa detak.

Flip-flop J-K digunakan secara luas dalam banyak rangkaian digital, diantaranya digunakan
sebagai pencacah (Counter). Pencacah ini dijumpai hamper setiap system digital.

5.5 Kancing/Latch

Perhatikan diagram blok dari system digital pada gambar 7. 7.


Gambar 7.7 Sistem digital tanpa latch

Bila salah satu tobol pada papan ketik ditekan misalkan angka 6, maka pengkode
mengubah angka decimal ke kode tertentu (misal BCD), oleh decoder kode tersebut diterjemah
kembali ke angka decimal, ditampilkan pada seven segment sebagai 6. Namun jika tekanan jari
dilepaskan maka angka tersebut segera hilang, yang berarti data hilang. Untuk mengatasi hal
tersebut maka perlu penyimpan sementara data atau pengancing data yang disebut latch.

Gambar 7.8 Sisitem digital dilengkapi latch

Latch berfungsi menahan data, sehingga walaupun jari telah lepas menekan papan ketik tampilan
tetap menunjukkan angka yang ditekan sebelumnya. Angka tersebut akan berganti angka baru
jika papan ketik ditekan angka lain. Angka/data pertama hilang. Pada pembahasan selanjutnya
akan ditunjukkan cara menyimpan data yang banyak dalam suatu register geser.

5.6 Pemicu Flip-flop

Flip flop yang dilengkapi detak, memerlukan pulsa detak dalam mode operasi sinkron.
Berdasarkan terpicunya flip-flop dapat dikelompokkan menjadi dua:

1. Flip-flop terpicu sisi positif


2. Flip-flop terpicu sisi negatif
Flip-flop terpicu positif pada Clk tidak ada tanda bulatan. Clk aktif ketika sisi clock naik. Flip-flop
terpicu negative pada Clk terdapat tanda bulatan, aktif ketika sisi clock turun.
MODUL 10
REGISTER

PENDAHULUAN
Register adalah adalah sekelompok flip-flop yang dapat
menyimpan informasi biner yang terdiri dari bit majemuk. Register dengan
n flip-flop mampu menyimpan informasi sebesar n bit. Ada dua jenis
utama register : register penyimpan (storage register), yang digunakan
hanya untuk menyimpan data, dan register geser (shift register), suatu
rangkaian untuk menyimpan dan menggeser (atau memanipulasikan) data.
Dalam bagian ini akan diuraikan operasi suatu register geser.
REGISTER GESER
Register ini mempunyai banyak pemakaian dalam perencanaan
sistem digital dan tersedia dalam bentuk IC sebagai fungsi MSI. Diagram
logika suatu register geser empat bit ditunjukkan pada gambar, terdiri dari
empat flip-flop menurut waktu dengan masukan D. Register ini digunakan
untuk menyimpanan sementara suatu data sebesar empat bit. Data dapat
dipindahkan ke dalam atau ke luar register dengan cara yang berlainan
yang diatur oleh sinyal pengatur P, SR dan SL. Register geser dapat
dibedakan atas 5 jenis yaitu :

1. Register Seri-masuk, Paralel-keluar (Series-in, Paralel-out = SIPO)


Flip-flop dapat dihapuskan dengan menggunakan "0" ke masukan
hapus (clear) (ketika enable preset rendah) sehingga setiap keluaran Q 0, Q1,
....., Q4 sama dengan 0. Kemudian Cr disamakan dengan 1 dan Pr ditahan
tetap pada 1 (dengan mempertahankan enable preset pada 0). Rentetan data
seri dan jam sinkron sekarang dimasukkan. Bit yang paling kurang
signifikan (LSB) dimasukkan ke dalam selot master FF4 ketika CK
berubah dari 0 ke 1 dengan bantuan FLIP-FLOP jenis-D. Sesudah pulsa
jam, 1 dipindahkan ke selot slave FF4 dan Q 4 = 1, sedang keluaran lain
tetap pada 0.
Pada pulsa jam kedua, kedudukan Q 4 dipindahkan ke selot master
dari FF3 dengan pertolongan FLIP-FLOP S-R. Secara simultan, bit
berikutnya (1 dalam kata 01011) masuk ke master dari FF4. Setelah pulsa
jam kedua, bit dalam masing-masing master berpindah ke masing-masing
slave-nya dan Q4 = 1, Q3 = 1, dan keluaran lainnya tetap 0. Pembacaan
register setelah masing-masing pulsa diberikan dalam tabel 1. Misalnya,
setelah pulsa ketiga, Q3 telah menggesert ke Q2, Q4 ke Q3, dan bit masukan
ketiga (0) telah masuk FF4, sehingga Q 4 = 0. Kita dengan mudah
mengikuti prosedur ini dan kita lihat, bahwa dengan meregistrasikan tiap
bit dalam MSB FLIP-FLOP dan kemudian menggeserkan ke kanan untuk
memberikan peluang pada digit berikutnya, kita masukan telah terpasang
dalam register setelah pulsa jam ke-n (untuk kode n-bit). Sudah tentu
pulsa-pulsa jam harus berhenti sementara kata diregistrasikan. Tiap
keluaran didapatkan pada baris yang terpisah, dan mereka dapat dibaca
secara simultan. Karena data masuk ke dalam sistem secara seri dan keluar
secara paralel, reggister ini merupakan konverter seri-ke-paralel. Juga
dinamakan register seri-masuk (in) paralel-keluar (out) (SIPO). Suatu
kode-temporal (susunan bit menurut waktu) telah berubah menjadi kode-
spatial (informasi yang disimpan dalam memori statis).

PULSA BIT
Q4 Q3 Q2 Q1 Q0
JAM KATA

1 1 1 0 0 0 0

2 1 1 1 0 0 0

3 0 0 1 1 0 0

4 1 1 0 1 1 0

5 0 0 1 0 1 1

FLIP-FLOP master-slave dipergunakan karena masalah perpacuan


antara tingkat-tingkat (seksi 7-3). Kalau semua FLIP-FLOP berubah
berubah keadaannya secara bersamaan, maka akan terjadi keadaan
mendua, yakni data yang mana yang harus dipindahkan dari tingkat
sebelumny. Misalnya, pada pulsa jam ketiga, Q 4 berubah dari 1 ke 0, dan
akan timbul pertanyaan apakah Q3 akan mewnjadi 1 atau 0. Sehinggga
diperlukan agar Q4 tetap pada 1 sampai bit ini masuk ke FF3, dan baru
kemudian boleh berubah menjadi 0. Konfigurasi master-slave-lah yang
memungkinkan aksi tersebut. Kalau dalam gambar 7-8, masukan J(K)
dinamakna S(R) dan kalau hubungan umpan-balik (tebal) dihapuskan
makan akan dihasilkan suatu FLIP-FLOP master-slaveS-R. TI-164
merupakan register-register SIPO 8-bit dengan masukan yang digerbang
(enable).
2. Register Seri-MAsuk, Seri-keluar (SISO = Series-in, Series-out)
Kita dapat mengambil keluaran pada Q0 dan dibaca register secara
seri, kalau kita berikan n pulsa jam, untuk kata n-bit. Setelah pulsa ke-n
tiap-tiap FLIP-FLOP membaca 0. Perhatikan, bahwa laju jam
penggeseran-keluar dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada frekuensi
pulsa asli. Sehingga, di sini suatu metode untuk mengubah waktu pulsa
dari kode biner, suatu proses yang dinamakan penyanggaan (buffering).
Paket MSI TI-91 merupakan register SISO 8-bit dengan masukan
yang diberi gerbang dan keluaran komplementer. Karena serpih SISO
hanya memerlukan satu masukan data dan satu keluaran data, tidak
tergantung kepada jumlah bit yang disimpan, sehingga suatu register-
register yang sangat panjang (misalnya, 1.024 bit) mungkin dilaksanakan
dengan LSI (Seksi 9-1).
3. Register Paralel-masuk, Seri-keluar (PISO = Parallel-in, Series-out)
Anggalah suatu situasi di mana bit-bit kata diperoleh secara paralel,
misalnya pada keluaran dari suatu ROM (Seksi 6-9). Diinginkan untuk
memperagakan kode ini, misalnya 01011, dalam bentuk seri.
LSB deberikan kepada Pr0, bit 21 kepada Pr1, . . . , sehingga Pr0 = 1,
Pr1 = 1, Pr = 0, Pr3 = 1, dan Pr4 = 0. Pertama register dihapuskan dengan
Cr = 0, dan kemudian Cr = 1. Pada masukan preset enable keadaan 1
mengaktifkan semua gerbang NAND masukan ke-k, di mana Pr k = 1.
Preset dari FLIP-FLOP ke- k bersangkutan sama dengan Pr = 0, dan
tingkat ini dengan demikian preset ke 1 (tabel 7-2). Dalam ilusstrasiini
FF0, FF1, dan FF3 preset dan kata masukan 01011 dituliskan ke dalam
register, semua bit dalam kedudukan paralel, oleh pulsa preset enable.
seri pada Q0 dengan menggunakan lima pulsa jam. Ini dinamakan
konverter paralel-ke-seri, atau spatiaal-ke-temporal. Paket TI-165
merupakan register 8-bit paralel-masuk, seri-keluar (PISO).
4. Register Seperti diterangkan di atas, kata yang disimpan dapat dibaca
secara Paralel-masuk, Paralel-keluaran (PIPO = Paralel-in, Paralel-out)
Seperti diterangkan di atas, data dimasukkan dengan memasukkan
1 pada preset enable, atau terminal tulis. Kemudian dapat diperoleh dalam
bentuk paralel pada keluaran Q0, Q1, . . . . kalau diinginkan untuk membaca
register pada suatu waktu yang tertentu, masing-masing keluaran Q k
dimasukkan ke salah satu masukan dari gerbang AND dua-masukan N k,
dan masukan kedua dari masing-masing AND dirangsang oleh pulsa baca.
Keluaran Nk sama dengan 0, kecuali untuk periode pulsa, dimana ia
membaca 1 kalau Qk = 1. (Gerbang Nk tidak ditunjukkan dalam gambar 7-
11)
Perhatian, bahwa dalm penggunaan ini sistem tidak bekerja sebagai
reggister geser karena tidak ada jam yang diperlukan (dan tidak ada
masukan seri). Masing-masing FLIP-FLOP-FLOP hanya digunakan
sebagai pengingat baca/tulis 1-bit yang terisolir.
5. Register Geser-Kanan, Geser-Kiri (Dua-Arah)
Beberapa register-register komersial diperlengkapi dengan gerbang
yang memungkinkan penggeseran data dari kanan ke kiri maupun pada
arah sebaliknya. Salah satu penggunaan sistem demikian adalah untuk
membentuk perkalian atau pembagian oleh pembilang 2, seperti sekarang
akan diterangkan. Mula-mula anggaplah register geser-kanan seperti
gambar 7-11 dan bahwa masukan serinya diberikan rendah.
Misalkan bahwa suatu angka biner disimpan dalam register geser,
dengan bit yang paling kurang signifikan disimpan dalam FF0. Sekarang
berikan satu pulsa jam. Tiap bit sekarang bergerak menuju tempat
signifikan lebih rendah berikutnya, dan kemudian dibagi 2. Angka tersebut
sekarang yang disimpan dalam register setengah dari angka asli, asalkan
FF0 aslinya 0. Karena bit 20 hilang pada saat menggeser ke kanan, maka
kalau FF0 aslinya berkeadaan 1, sesuai dengan angka desimal 1, sesudah
penggeseran register berada dalam kesalahan sebesar angka desimal 0,5.
Pulsa jam berikutnya mengakibatkan pembagian 2 berikutny, dan
seterusnya.
Sekarang Anggalah bahwa sistem dikawatkan demikian sehingga
tiap-tiap pulsa jam mengakibatkan penggeseran ke kiri. Masing-masing bit
sekarang bergerak menuju digit dengan signifikan lebih besar, dan
angkanya sekarang disimpan dengan perkalian oleh 2.
Diagram logika untuk TI-194 register-register dua-arah 4-bit
ditunjukkan dalam Gambar 7-12. Ini merupakan register universal karena
ia dapat berfungsi dalam semua mode yang dibahas dalam seksi ini; SIPO,
SISO, PISO, PIPO, dan sebagai register dua-arah. Ia mempunyai dua
masukan kendali, S0 dan S1, yang memungkinkan empat mode operasi
yang didaftar dalam tabel 7-4, dapat dilaksanakan. Register geser universal
8-bit TI-198 mempunyai susunan yang sama seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 7-12. Ia mempunyai ekivalen 87 gerbang, dalam paket 24-
kaki.
Baris Penundaan Digital
Suatu register dapat digunakan untuk memasukkan waktu tunda 
ke dalam sistem, di mana  merupakan perkalian bulat dari suatu periode
jam T. Sehingga suatu rentetan pulsa masukan muncul pada keluaran dari
register tingkat-n tertunda selama waktu (n - 1) T = .
Generator Urutan2
Penggunaan yang penting dari register geser adalah untuk
menghasilkan urutan biner. Sistem ini dinamakan generator kata, atau
karakter. Register geser FLIP-FLOP dipreset untuk memberikan kode yang
diinginkan. Sehingga jam menerapkan pulsa geser, dan keluaran dari
register geser memberikan pola temporal sesuai dengan urutan yang
ditentukan. Jelas, kita baru saja menjelaskan suatu register paralel-masuk,
seri-keluar. Untuk maksud pengujian, sering diperlukan agar kode secara
kontinyu diulang. Mode operasi ini mudah diperoleh dengan mengumpan
keluaran Q0 dari register kembali masuk ke masukan seri untuk
membentuk suatu “register geser masukan-kembali”. Konfigurasi demikian
dinamakan pengingat dinamis, atau pengingat sirkulasi, atun pengingat
hanya-baca register geser.
Generator urutan dapat juga diperoleh dari multiplexer (seksi 6-7)
dan sejumlah urutan simultan dapat dihasilkan dengan menggunakan ROM
(Seksi 6-9).
MODUL 2

GERBANG LOGIKA

Tujuan:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:


4. Membuat rangkaian gerbang logika dengan 2, 3 dan 4 buah masukan.
5. Menentukan tabel kebenaran dari gerbang logika dengan 2, 3 dan 4 buah masukan.
6. Mengetahui aplikasi sederhana Gerbang Logika.

C. Pendahuluan
Pada rangkaian analog terdapat banyak tegangan yang mungkin ada pada waktu
bersamaan, akan tetapi pada rangkaian digital hanya dua. Dua tegangan tersebut dapat
disebut sebagai logika 1 dan logika 0, atau benar dan salah. Karena hanya menggunakan
dua keadaan tersebut, logika digital disebut sebagai biner.

Dalam logika digital terdapat 3 elemen dasar yaitu Gerbang logika AND, OR dan
gerbang NOT (Inverter). Apa yang dilakukan sangatlah sederhana namun sangat penting
untuk dipahami dengan cara menghubungkan gerbang-gerbang tersebut ke dalam
rangkaian. Gerbang-gerbang logika tersebut dapat melakukan berbagai fungsi kompleks
seperti penjumlahan 2 angka, pengurangan, pengalian bahkan pembagian dua angka.
Untuk mempelajari karakteristik dan metode singkat dan sederhana dimana fungsinya
dapat dijelaskan, dua gerbang dan inverter akan dipelajari secara terpisah.

D. Jenis Gerbang Logika


8. Gerbang Logika AND

Gerbang logika AND merupakan alat yang memiliki keluaran logika 1 jika kedua
masukannya berlogika 1. Jika salah satu atau kedua masukannya berlogika 0, keluarannya
memiliki logika 0. Gambar l menunjukkan gambar gerbang logika AND. Masukan
gerbang logika AND terletak di sisi sebelah kiri yang dinyatakan sebagai A dan B, adapun
keluarannya dinyatakan sebagai C terletak pada sisi sebelah kanan. Tabel kebenarannya
ditunjukkan pada Tabel 1, dan persamaan lgokanya adalah C = A.B.

Gambar 1 Simbol Gerbang Logika AND


Tabel 1 Tabel Kebenaran Logika AND

A B C
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

9. Gerbang Logika OR

Gerbang logika OR merupakan alat yang memiliki keluaran logika 1 jika salah satu
atau kedua masukannya berlogika 1. Simbol gerbang logika OR ditunjukkan pada Gambar
2 dengan masukan A dan B pada sisi kiri dan keluaran C pada sisi kanan. Tabel kebenaran
gerbang OR ditunjukkan pada Tabel 2 dan persamaan logikanya adalah C = A+B.

Gambar 2 Simbol Gerbang Logika OR

Tabel 2 Tabel Kebenaran Logika OR

A B C
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

10. Gerbang Logika NOT (Inverter)

Logika ketiga dan merupakan gerbang paling sederhana adalah gerbang NOT
(inverter). Inverter berbeda dari gerbang logika AND dan OR, karena hanya memiliki
sebuah masukan. Inverter sederhananya mengkonversi masukan benilai logika 1 menjadi
keluaran berlogika 0 begitupula sebaliknya. Lambang Inverter ditunjukkan pada Gambar 3
dan tabel kebenarannya pada Tabel 3 berikut ini.

Gambar 3 Simbol Gerbang Logika NOT (Inverter)

Tabel 3 Tabel Kebenaran Logika NOT


A C
1 0
0 1

11. Gerbang Logika NAND


Gerbang logika NAND adalah komplemen dari gerbang logika AND, seperti
ditunjukkan pada Gambar 4 yang mana simbolnya terdiri dari sebuah simbol gerbang
logika AND yang diikuti oleh lingkaran kecil yang menyatakan gerbang NOT (inverter).
Tabel kebenaran gerabng logika NAND ditunjukkan pada Tabel 4.

Gambar 4 Simbol Gerbang Logika NAND

Tabel 4 Tabel Kebenaran Logika NAND

A B C
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

12. Gerbang Logika NOR

Gerbang logika NOR merupakan gerbang yang simbolnya mirip seperti gerbang OR
yang pada keluarannya diberi inverter. Gambar symbol gerbang NOR dan Tabel
kebenarannya berturut-turut diberikan pada Gambar 5 dan Tabel 5.

Gambar 5 Simbol Gerbang Logika NOR

Tabel 5 Tabel Kebenaran Logika NOR


A B C
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
13. Gerbang Logika XOR
Terdapat sebuah gerbang logika yang harus diperhatikan, Gerbang Logika XOR yang
hanya memiliki dua masukan, seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Gerbang logika XOR
memiliki logika keluaran tinggi (1) ketika salah satu masukannya tinggi (1) dan bernilai
rendah (0) ketika kedua masukannya sama-sama tinggi (1) ataupaun rendah (0).
Perhatikan bahwa pada persamaan logika simbol XOR dinyatakan sebagai . Gerbang
XOR sangatlah berguna, karena keluarannya bernilai tinggi (1) hanya ketika inputannya
berbeda. Tabel kebenaan gerbang logika XOR ditunjukkan pada Tabel 6.

Persamaannya :
C = ĀB + AB̄
C =AB

Gambar 6 Simbol Gerbang Logika XOR dengan rangkaian ekivalennya

Tabel 6 Tabel Kebenaran Logika XOR

A B C
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0

14. Gerbang Logika EX-NOR

Simbol standar untuk gerbang logika EX-NOR ditunjukkan pada Gambar 7. Gerbang
Logika NOR merupakan gerbang logika XOR yang diberikan inverter. Ketika kedua
masukannya bernilai berlawanan, keluarannya rendah (0) dan bernilai tinggi (1) jika kedua
masukannya bernilai sama. Tabel 7 menunjukkan tabel kebenaran gerbang EX-NOR.
Gambar 7 Simbol Gerbang Logika EX-NOR dengan rangkaian ekivalennya

Tabel 7 Tabel Kebenaran Logika EX-NOR

A B C
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Jumlah masukan n pada gerbang logika berpengaruh pada jumlah kombinasi masukan
yang digunakan pada tabel kebenara yaitu sebesar 2n. Artinya untuk rangkaian gerbang
logika dengan 2 buah masukan maka terdapat 2 2 = 4 buah kombinasi masukan pada tabel
kebenarannya.

Project 1. Membuat tabel kebenaran rangkaian Gerbang Logika dengan 2, 3 dan 4


buah masukan.

Gambar 8. Gerbang Logika AND dengan 2 buah masukan


6. Membuat rangkaian digital seperti pada Gambar 8 dengan komponen-komponen
sebagai berikut:
- Sumber Vcc
- Ground
- Saklar 2 kondisi
- Gerbang AND
- Lampu LED sebagai indikator
7. Menguji rangkaian digital tersebut dan membuat tabel kebenarannya.
8. Mengulangi poin 1 dan poin 2 untuk rangkaian digital dengan 3 dan 4 buah masukan
(Gambar 9 dan 10).

Gambar 9. Gerbang Logika AND dengan 3 buah masukan

Gambar 10. Gerbang Logika AND dengan 4 buah masukan


9. Menyimpan project yang telah Anda buat sesuai dengan nama Gerbang Logika yang
diaplikasikan.
10. Mengulangi poin 1 - poin 4 untuk gerbang logika OR, NOT, NAND, NOR, EX-OR,
dan EX-NOR.

Latihan
3. Bukalah project yang telah Anda simpan lalu berikan inverter pada salah satu masukan
di setiap rangkaiannya seperti pada gambar berikut.

Gambar 11. Contoh rangkaian yang diberikan inverter.


4. Ujilah setiap rangkaian digital yang telah diberikan inverter tersebut dan buatlah tabel
kebenarannya.

Tugas

3. Buat tabel kebenaran untuk rangkaian digital pada project yang telah Anda buat
dengan memberikan inverter pada 2 buah masukannya.
4. Carilah aplikasi sederhana untuk masing-masing gerbang logika, tampilkan bentuk
rangkaiannya dan berikan penjelasan tentang cara kerjanya.
MODUL 3
ALJABAR BOOLE

Tujuan

3. Membuat rangkaian kombinasional sederhana.


4. Membuktikan aturan-aturan Aljabar Boole dengan tabel kebenaran.
D. Teori

Matematika merupakan sarana yang berguna dalam analisa rangkaian logika. Semua
operasi logika dalam rangkaian logika tergantung kepada ada / tidaknya sinyal, suatu variabel
hanya dapat mempunyai satu nilai dari dua nilai yang mungkin terjadi. Matematika dengan
logika dua nilai disebut Aljabar Boole.

Aljabar Boole terdiri atas sekumpulan aturan yang memiliki hubungan logika.
Berbeda dengan aljabar pada umumnya, dimana nilai yang tidak diketahui dapat memiliki
nilai yang bermacam-macam, elemen pada aljabar Boole merupakan variabel biner dan dapat
memiliki hanya satu dari dua keadaan 0 atau 1.

Sebuah fungsi Boolean adalah sebuah ekspresi aljabar yang dibentuk dengan variabel-
variabel biner, simbol-simbol operasi logika, tanda kurung dan tanda “=”. Untuk sebuah nilai
yang diberikan pada variabel, fungsi Boolean dapat bernilai 1 atau 0.

Contoh fungsi Boolean :

f = X + Y̅ . Z

Fungsi f sama dengan 1 jika X = 1 atau jika kedua nilai Y̅ dan Z = 1.

f = 0 dalam hal lain.

Tetapi kita juga dapat menyatakan bahwa jika Y̅ = 1, maka Y = 0, karena Y̅ adalah
komplemen dari Y. Secara ekuivalen dapat dinyatakan bahwa :

f = 1

jika X = 1 atau Y.Z = 0.1

Hubungan antar sebuah fungsi dengan variabel-variabel binernya dapat disajikan


dalam bentuk sebuah tabel : Tabel Kebenaran (Truth Table). Untuk menyajikan sebuah
fungsi dalam sebuah tabel kebenaran, dibutuhkan sebuah daftar 2 n kombinasi 1 dan 0 dari n
buah variabel biner.

Contoh : f = X + Y̅ . Z

∑ variabel = 3 (X, Y̅ dan Z)

2n = 23 = 8 kombinasi 0 dan 1.

Maka tabel kebenarannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Tabel Kebenaran f = X + Y̅ . Z

X Y Y̅ Z Y̅ .Z f = X + Y̅ . Z
0 0 1 0 0 0
0 0 1 1 1 1
0 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 0 1 0 0 1
1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 0 1
1 1 0 1 0 1

Sebuah fungsi Boolean dapat diubah menjadi sebuah diagram logika yang terdiri dari
gerbang-gerbang logika.

Contoh : f = X + Y̅ . Z

Diagram logikanya :

X
f = X + Y ’.Z

Y’
Y Y’.Z
Z
Kegunaan dari aljabar Boole adalah memberikan fasilitas penulisan dalam
perancangan rangkaian digital. Aljabar Boole menyediakan alat untuk dibuat :

4. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar sebuah tabel kebenaran yang merupakan


hubungan antara variabel-variabel,
5. Mengekspresikan dalam bentuk aljabar hubungan input dan output diagram logika,
6. Mendapatkan rangkaian-rangkaian yang lebih sederhana untuk fungsi yang sama.

Ada beberapa aturan dasar pada aljabar boole seperti yang diberikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Aturan dasar aljabar Boole

Disamping aturan-aturan dasar terdapat aturan-aturan de Morgan antara lain :

a. Hukum de Morgan

A+B = A. B

A.B = A+B
b. Hukum Asosiatif

A.(B.C) = (A.B).C

A+(B+C) = (A+B)+C

c. Hukum Absorpsi

A.(A̅ +C) = A.C

A+A̅ .C = A+C

A+A.B= A

A.(A+B) = A

d. Hukum Komutatif

A+B= B+A

A*B= B*A

e. Hukum Distribusi

A+(B*C) = (A+B)*(A+C)

A*(B+C) = (A*B)+(A*C)

f. Hukum Identitas

A+0 = A

A*1=A

g. Hukum Komplemen

A+A̅ = 1

A*A̅ = 0

E. Project

Berikut adalah rangkaian-rangkaian ekivalen untuk membuktikan beberapa aturan aljabar


Boole yang terdapat pada Tabel 1:
6. Rangkaian pembuktian aturan 1 (A+0 = A)

Gambar 3.1 Rangkaian implementasi aturan 1


7. Rangkaian pembuktian aturan 3 (A.0=0)

Gambar 3.2 Rangkaian implementasi aturan 3


8. Rangkaian pembuktian aturan 5 (A+A=A)

Gambar 3.3 Rangkaian implementasi aturan 5


9. Rangkaian pembuktian aturan 7 (A.A=A)

Gambar 3.4 Rangkaian implementasi aturan 7


10. Rangkaian pembuktian aturan 11 (A+A.B) = A+B

Gambar 3.5 a) Rangkaian implementasi aturan 11

Gambar 3.5 b) Rangkaian ekivalen implementasi aturan 11

Tambahkan saklar dan indikator pada masing-masing input dan outputnya, lalu \
buatlah tabel kebenarannya
F. Tugas

Buatlah rangkaian ekivalen untuk membuktikan seluruh aturan aljabar Boole (termasuk
Hukum de Morgan, Hukum Absorpsi dan Hukum Distribusi) yang lain.

Cara Kerja:

4. Jabarkan pembuktian aturan-aturan tersebut secara manual (jika ada).


5. Buat rangkaian digital ekivalennya.
6. Buat tabel kebenaran untuk aturan tersebut.

Buat laporan berisi pembuktian aturan, rangkaian digital ekivalen dan tabel kebenaran dari
masing-masing aturan tersebut secara berkelompok.
Modul 4
Elemen-Elemen Aritmatika

Tujuan:
Mahasiswa mampu membuat desain dan rangkaian yang dapat melakukan operasi
penjumlahan dan pengurangan biner.
Teori
Sebuah elemen aritmatika adalah berbagai rangkaian yang dapat menjumlahkan,
menggurangi, mengalikan, membagi atau melakukan beberapa fungsi aritmatika yang lain
terhadap bilangan biner. Elemen aritmatika terletak pada domain teknologi komputer dan
teknologi terkait kalkulator elektronik. Dengan seluruh kompleksitas pada rangkaian
komputer, dasar dari operasi aritmatika pada computer adalah sebuah rangkaian sederhana
yang terdiri dari beberapa gerbang logika disebut full adder. Full adder hanya menambahkan
dua logika bit biner (dan carry), selain itu rangkaian ini dapat diaplikasikan untuk melakukan
operasi pengurangan, perkalian, pembagian, mencari akar kuadrat, dan beberapa fungsi
aritmatika lainnya.
3. Penjumlahan Biner.
Untuk melakukan penjumlahan dua buah angka biner, berlaku 4 aturan dasar berikut:
0+0 = 0
1+0 = 1
0+1 = 1
1+1 = 0 dan carry 1
Algoritma ini dapat diterapkan untuk setiap dua bilangan biner positif, (bilangan bulat)
dan merupakan satu-satunya aturan dasar yang harus diperhatikan selain biner. Sebagai
contoh:
11  carry  111
0110 0011
0011 + 0111 +
1001 1010

Half Adder
Half ader merupakan sebuah rangkaian logika yang dapat digunakan sebagai permulaan
implementasi penjumlahan berdasarkan algoritma yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
rangkaian ini menerima dua buah digit biner pada inputnya dan menghasilkan dua buah digit
biner pada outputnya, bit hasil penjumlahan (S) dan bit carry (C). Fungsi penjumlahan dan
carry dinyatakan sebagai
S = AB
Co=A.B

Gambar 4.1 Rangkaian logika half adder


Dalam EWB, symbol rangkaian half adder ditunjukkan pada gambar 4.2

Gambar 4.2 IC half adder


Full Adder
Rangkaian Full Adder menerima tiga input dan menjumlahkan dua bilangan biner
ditambah dengan nilai Co (Carry Out) dari penjumlahan bit sebelumnya. Output dari Full
Adder menghasilkan sum (S) dan carry-out (Co). Persamaan fungsi full adder adalah :

S=(AB)Ci

Co = A.B + (AB) Ci
Fungsi ini diterapkan dan dikombinasikan dengan penjumlahan logika untuk menerapkan
rangkaian full adder yang sempurna, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3. Rangkaian ini
digunakan dalam kalkulator, komputer, dan banyak rangkaian aritmatika tak hanya itu, tetapi
juga dapat digunakan dalam perkalian, pembagian, dan pengurangan. Semua operasi ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan algoritma khusus dan rangkaian full adder.

Gambar 4.3 Rangkaian logika full adder


Dalam EWB rangkaian logika full adder disimbolkan seperti pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 IC Full Adder


Parallel Adder
Parallel adder terdiri atas beberapa rangkaian full adder yang dihitung sehingga Carry
output dari rangkaian full adder sebelumnya menjadi carry input untuk rangkain full adder
berikutnya. Untuk membuat rangkaian parallel full adder dapat dengan menggunakan
beberapa IC full adder. Setiap satu IC mewakili 1 bit. Pada gambar 4.5 ditunjukkan sebuah
rangkaian Parralel Adder 4-bit.

Gambar 4.4 Parrallel Adder 4 bit


4. Pengurangan Biner
Pengurangan biner dapat dilakukan dengan beberapa cara berbeda. Pertama, dengan
melakukan pengurangan langsung terhadap nilai biner tersebut, aturan atau algoritmanya
dapat dituliskan sebagai berikut
0-0= 0
1-0= 1
1-1= 0
0-1 = 1 dan dipinjam 1
Algoritma di atas membolehkan proses pengurangan selama nilai biner yang dikurangi
lebih besar dari nilai biner pengurangnya. Berikut adalah beberapa contoh pengurangan :
1001 1100
0101 - 0011 -
0100 1001
Terdapat cara lain yang sering digunakan dalam proses pengurangan, dengan
menambahkan nilai yang dikurangi dengan komplemen nilai pengurangnya.
Half dan Full Subtractor
Untuk megimplementasikan algoritma pengurangan yang pertama di atas, sebuah
rangkaian half subtractor dan full subtractor dapat dibentuk mirip dengan rangkaian half dan
full adder, lihat Gambar 4.5 dan 4.6. Sehingga sangat memungkinkan membentuk suatu
rangkaian kombinasi penjumlahan/pengurangan yang pengoperasiannya dapat digonta-ganti
antara keduanya.

Gambar 4.5 Rangkaian logika half subtractor

Gambar 4.6 Rangkaian logika full subtractor

Project
3. Sambungkan rangkaian pada Gambar 4.1, 4.3, 4.5 dan 4.6 dengan sumber tegangan,
saklar dan indikator lalu buat tabel kebenarannya.
4. Buatlah rangkaian logika parallel adder 2 bit dan buatlah tabel hasilnya.
Tugas
4. Sambungkan rangkaian pada gambar 4.3 untuk mendapatkan hasil perhitungan dari
angka-angka biner berikut :
d. A3 A2 A1 A0 = 0100 B3 B2 B1 B0 = 0100
e. A3 A2 A1 A0 = 1100 B3 B2 B1 B0 = 1001
f. A3 A2 A1 A0 = 1011 B3 B2 B1 B0 = 1000
5. Ulangi langkah 1 untuk Gambar 4.6.
6. Buatlah rangkaian untuk menyelesaikan perhitungan berikut ini
f. 14 + 10 = …2
g. 14 – 10 = …2
h. 33 + 27 = …2
i. 29 – 15 = …2
j. 128 + 72 = …2 (gunakan IC full adder)

Anda mungkin juga menyukai