Ditemukan mayat seorang Wanita di kebun kopi berusia sekitar 35 tahun ditemukan dalam
kondisi meninggal dunia. Korban ditemukan setengah telanjang dengan tangan diikat dan mulut
di sumpal. Hasil investigasi mengemukakan kondisi mayat sudah mengalami perubahan-
perubahan seperti membusuk, berbau dan ditemukan belatung pada lubang hidungnya, kulit mulai
mengelupas dan tampak pembuluh darah mulai melebar pada bagian dada dan leher.
Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi forensic mengambil sidik jari
korban dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya sperma pada pelaku.
SOAL :
1. Jelaskan terjadinya mekanisme pembusukan pada mayat!
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan pada mayat!
3. Jelaskan berapa lama sperma dapat bertahan dan diidentifikasi!
4. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menghambat kepolisian dalam menggunakan sidik jari
sebagai sarana identifikasi korban dan menghambat pengungkapan pelaku!
1. Mekanisme Pembusukan
Pembusukan adalah : Perubahan terakhir (late post-mortem periode) pada tubuh mayat
setelah kematian, ada mekasnime pemecahan protein komplek menjadi protein yang lebih
sederhana yang nanti akan timbulnya gas-gas pembusukan yang bau dan terjadinya perubahan
warna. Adanya penumpukan asam laktat serta bahan yang bersifat toksik akan berlangsung
didalam sel (Parinduri,2020).
Homeostasis membran sel tidak dapat lagi dipertahankan. Organel didalam sel mulai
pecah, terutama lisososom yang mengandung enzim proteolitik. Enzim-enzim ini memakann
sel itu sendiri (aotulisis). Mikroorganisme berperan dalam proses pembusukan mayat, bahan
kimia yang terdapat dalam jaringan yang membusuk ialah asam formik, asam asetik, asam
butirik, asam valerianik, asam palmitik, asam laktik, asam suksinik dan asam oksalik, amina,
asam amino, seperti leusin, dan bahan lain seperti indol dan skatol (Parinduri,2020).
Organisme dari usus akan masuk kedalam darah lalu merebak keseluruh bagian lain dalam
tubuh organisme anerobik lebih banyak dijumpai dalam jaringan yang membusuk. Bakteri
Clostridium welchii menghasilkan enzim lesitinase. Enzim ini menghidrolisiskan lesitin yang
terkandung didalam semua membran sel didalam darah, enzim ini bertanggung jawab
terhadap hemolisis darah post mortem (Parinduri,2020).
a. perubahan warna
Perubahan ini pertama kali tampak pada fossa iliaka kanan berupa warna hijau
kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin,
dilakukan oleh bakteri yang banyak terdapat di daerah usus besar dekat pembuangan.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas
dan 1-3 hari pada musin dingin. Mayat berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas
pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak
mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk
lepuhan kulit
b. Lepuhan kulit
Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah
dikelupas. Di mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung
albumin.
Lokasi vital tersebut berdasarkan sidik jari laten yang ditemukan polisi di TKP Polisi
kemudian mengambil sidik jarinya dan membandingkannya data sidik jari di arsip polisi. jika
ada yang melakukan SKKB (Sertifikat Perilaku Baik) adalah sumber informasi yang berharga
polisi sedang mencari informasi untuk menemukan sidik jari dari tempat kejadian perkara sidik
jari orang yang dicurigai polisi. Dalam daktiloskopi sidik jari Disebut identik jika mempunyai
paling sedikit 12 titik yang menyatu ruas-ruas jari dan tidak harus sempurna, cukup jari
kelingking atau bisa hanya jari (Fuadi dan Maerani, 2021).
Lokasi vital tersebut berdasarkan sidik jari laten yang ditemukan polisi di TKP Polisi
kemudian mengambil sidik jarinya dan membandingkannya data sidik jari di arsip polisi. jika
ada yang melakukan SKKB (Sertifikat Perilaku Baik) adalah sumber informasi yang berharga
polisi sedang mencari informasi untuk menemukan sidik jari dari tempat kejadian perkara sidik
jari orang yang dicurigai polisi. Dalam daktiloskopi sidik jari Disebut identik jika mempunyai
paling sedikit 12 titik yang menyatu ruas-ruas jari dan tidak harus sempurna, cukup jari
kelingking atau bisa hanya jari. Permasalahan yang muncul dalam sidik jari adalah kesesuaian
TKP dapat berubah atau rusak sewaktu-waktu faktor manusia dan faktor alam, peralatan bekas
Verifikasi sidik jari masih sederhana dan kurang diketahui masyarakat terhadap file sidik jari
(Fuadi dan Maerani, 2021).
Kesimpulan
Pembusukan adalah hal yang wajar terjadi setelah terjadinya kematian pada sesorang,
pembusukan terjadi karena bantuan-bantuan enzim dan proses bakteriolisis yang membuat adanya
pembusukan, serta dari zat-zat itu nanti akan menimbulkan pembusukan yang menimbulkan bau
serta ada perubahan yang akan Nampak dari luar seperti kulit bibir menebal, kulit
melepuh/mengelupas akibat dari proses enzim dan bakteri. Adapun pembusukan di udara
terburuka 2 kali lebih cepat dibandingkan pembusukan di air sehingga ini akan Nampak sekitar
24-36 jam setelah kematian. Didalam kasus pelecehan atau kekerasan seksula akan diperlukan
beberapa sampel untuk dijadikan barang bukti dari perlakuan kekersan seksual itu, pada kasus
kekersan seksual beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pada daerah vital korban kekerasan
ini perlu diperiksa dengan cara swab vagina untuk menemukan cairan sperma yang mungkin
tertinggal di dalam liang senggama atau Rahim korban, namun ini perlu diperhatikan lebih teliti
lagi dikarenakaan kemungkinan bertahan sperma di luar lingkungan bertahan sampai 4-5 jam
poscoital, dan akan ditemukan selambat-lambatnya 7-8 hari pasca kematian pada Wanita. Adapun
hal penting dari pemeriksaan identitas adalah penemuan dari sidik jari korban untuk mengetahu
identitas dan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai keadaan pada korban dikarena bisa saja sudah
dirusak di TKP karena ulah pelaku sehingga ini menyulitkan dalam proses penyidikan.
Daftar Pustaka
Rondonuwu, H., Mallo, J. F., & Kristanto, E. G. (2016). Motilitas spermatozoa pasca ejakulasi
terkait kepentingan forensik pasca tindak kekerasan seksual. e-CliniC, 4(1).
Fuadi, R. S., & Maerani, I. A. (2021). Kedudukan Sidik Jari Dalam Proses Penyidikan Tindak
Pidana (Studi Kasus di Kepolisian Resor Pati). Prosiding Konstelasi Ilmiah Mahasiswa
Unissula (KIMU) Klaster Hukum.