Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR SURAT AL-RAHMAN AYAT 1-4

A. Al-Qur’an Surat Al-Rahman ayat 1-4


1. Teks Ayat
Al-Qur’an al-karim adalah kitab Allah yang diturunkankan kepada Nabi
Muhammad SAW, mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan,
ilmu pengetahuan, kisah-kisah, filsafat, peraturan-peraturan yang mengatur
tingkah laku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun
sebagai makhluk sosial, sehingga berbahagia hidup di dunia dan di akhirat. Al-
Qur’an dalam menerangkan hal-hal yang tersebut di atas ada yang dikemukakan
secara terperinci dan ada pula dikemukakan secara umum dan garis besarnya saja.
Yang diterangkan secara umum ini, ada yang diperinci dan dijelaskan oleh hadits-
hadits Nabi Muhammad SAW, dan ada yang diserahkan kepada kaum Muslimin
sendiri memperincinya sesuai keperluan kelompok manusia, keadaan masa dan
tempat seperti dalam soal kenegaraan, tatanan kehidupan manusia dan pendidikan.
Disamping itu agama Islam membuka pintu ijtihad bagi kaum Muslimin
dalam hal yang tidak diterangkan oleh al-Qur’an dan hadits secara tegas (qoth’i).
Terbukanya pintu ijtihad inilah yang memungkinkan manusia dapat menafsirkan,
mengeluarkan pandangan serta menggali berbagai ilmu pengetahuan sesuai yang
diisyaratkan al-Qur’an, termasuk dalam hal kaitannya dengan pendidikan.Al-
Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw
yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia. Al Qur’an diturunkan
untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat. Ajaran-ajarannya begitu luas (universal) serta ditujukan kepada
seluruh umat manusia dalam perikehidupan yang bagaimanapun juga, baik kaum
yang masih primitif ataupun kaum yang telah mencapai peradaban dan
kebudayaan yang tinggi, menyangkut bidang ekonomi, sosial maupun subyek dan
obyek pendidikan.Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kandungan
menyangkut bidang subyek dan obyek pendidikan adalah surat al-Rahman. Dalam
al-Qur’an, surat al-Rahman ini merupakan surat yang ke 55 dan terdiri 78 ayat.
Sedangkan ayat-ayat yang akan diteliti untuk menemukan kandungan nilai-nilai
metodologis pendidikan adalah ayat 1-4 yang akan dikaji dari kitab-kitab tafsir
dengan menganalisa pandangan-pandangan para ulama tafsir baik ulama klasik
maupun kontemporer. Adapun teks al-Qur’an surat al-Rahman ayat 1-4 tersebut
adalah:

Terjemah:

٤( ‫) َع َّلَم ُه اْلَبَياَن‬٣( ‫)َخ َلَق اإلْنَس اَن‬٢( ‫) َع َّلَم اْلُقْر آَن‬١( ‫الَّرْح َم ُن‬
1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah
2. 2.Yang telah mengajarkan Al Qur'an
3. Dia menciptakan manusia
2. (Tuhan) Yang Maha Pemurah
4. 2.Yang telah mengajarkan Al Qur'an
5. Dia menciptakan manusia
6. .

Makna Mufradat:

ُ‫ َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬: Salah satu nama Allah


َ‫ نْآُﺮ ْﻘﻟاَ نَﺎﺴِﻧْﺈﻟاَ نَﺎَﻴْﺒﻟاَ ﱠﻢ َﻠﻋَ َﻖ َﻠﺧُ َﻪ ﱠﻤ َﻠﻋ‬: Allah mengajarkan al-Qur’an kepada hamba-Nya
yang Dia kehendaki. : Yakni menciptakan jenis manusia : Mengajarkan manusia
pandai berbicara, yaitu mengungkapkan apa yang tergores dalam jiwa dengan
salahsatu bahasa. Ini diajarkan Allah, kalau tidak diajarkan Allahmanusia tidak
akan bisa berbicara.
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hambaNya, maka
surat ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling
banyak manfaat bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar al-Qur’an. Maka manusia
dengan mengikuti ajaran al-Qur’an akan berbahagia lah di dunia dan di akhirat, dan
dengan berpegang teguh pada petunjuk petunjukNya niscaya akan tercapailah tujuan di
kedua tempat tersebut. Al Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan
kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di muka bumi ini.
Dalam ayat ini Allah menyebutkan nikmat kejadian manusia yang menjadi dasar
semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajar
al-Qur’an, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya dan diajarkan-Nya
pandai membicarakan tentang apa yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir
oleh otaknya, kalaulah tidak, tentu Muhammad tidak akan mengajarkan al-Qur’an
kepada umatnya.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya, tidak dapat hidup kecuali dengan
berjamaah, maka haruslah ada alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara satu
dengan lainnya yang menulis kepadanya dari penjuru dunia yang jauh dan dari benua-
benua serta dapat memelihara ilmu-ilmu terdahulu untuk dimanfaatkan oleh orang-orang
kemudian dan menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat dari orang-orang
terdahulu.
Ini adalah suatu anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada
bandingannya dalam hidup, dari nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat
lainnya. Pertama dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu al-Qur’an yang
menjamin kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar, kemudian ketiga cara dan metode
belajar, dan seterusnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa yang
diambil manfaat dari padanya. Ayat berikutnya, Allah menyebutkan nikmat kejadian
manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah
menyatakan nikmat mengajar al-Qur’an pada ayat sebelumnya, maka pada ayat ini Dia
menciptakan jenis makhluk-Nya dan diajarkan-Nya pandai membicarakan tentang apa
yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya. Nilai-nilai ideal yang
diinginkan dalam pendidikan Islam itu harus dirumuskan atau diperhitungkan dengan
perhitungan yang matang dalam bentuk kurikulum agar mencerminkan memiliki
integritas ilmu dan amal, fikr dan dzikr, akal, dan hati. Hal ini pun dijelaskan dalam ayat
selanjutnya:
﴾ Terjemah: ‫ ﴿ٍ نَﺎْﺒُﺴ ِﺤ ﺑُ َﺮ َﻤ ْﻘﻟَاوُ ْﺲ ﱠﻤﺸﻟا‬٥ "Matahari dan bulan (beredar) menurut
perhitungan".(QS. Al- Rahman [55]:5)
Ayat lain terkait dengan surat sl-Rahman 1-4 serta kandungan harfiyah, kontekstual
dalam pendidikan kontemporer pelajaran yang terkandung dalam ayat adalah bahwa
dalam surat al-Rahman Allah Yang Maha Pemurah menyebutkan berbagai nikmat yang
besar baik nikmat agama, dunia, dan akhirat. Setelah menyebutkan setiap nikmat, Allah
berfirman: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”, untuk
mengingatkan manusia atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya, menumbuh-
kembangkan rasa takut pada dirinya, dan menghina orang yang mengingkari nikmat
tersebut. Nikmat pertama yang Allah sebutkan adalah nikmat yang paling besar da n
paling agung, yaitu nikmat diturunkannya al-Qur’an sebagai pedoman bagi kehidupan
manusia. Nikmat yang kedua dan ketiga adalah diciptakannya jenis manusia untuk
memakmurkan bumi ini, dan diajarkannya berbicara dan memahami. Inilah di antara
kelebihan manusia dari makhluk lain. Berkaitan dengan subyek dan obyek pendidikan
adalah bahwa dari empat ayat di atas diperoleh pelajaran bahwa Allah adalah sebagai
pelaku/ subyek pendidikan dan manusia sebagai obyeknya, yaitu yang mengajarkan
manusia al-Qur’an sebagaimana mengajarkan pandai berbicara, kemudian Rasulullah
SAW mengajarkan al-Qur’an tersebut kepada ummatnya. Dalam surat lain dijelaskan
bahwa Allah mengajarkan al-Qur’an kepada Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril AS.
Oleh karena itu Jibril juga termasuk pelaku pendidikan, sebab ia mengajarkan al-Qur’an
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah SWT:

‫ ﴾ُ َﻪ ﱠﻤ َﻠﻋ‬٤ ﴿ ‫ ﴾ْ ِنإَ ُﻮ ﻫ ﺎ ﱠ ِﻟإٌ ْﻲ َﺣ و َﻰ ﺣُﻮ ﻳ‬٣ ﴿ ‫ ﴾ َﺎَﻣ وُ ِﻖﻄَﻨﻳِ َﻦ ﻋ َى َﻮ ْﻬﻟا‬٢ ﴿ ‫ ﴾ َﺎﻣ ﱠَﻞ ﺿْ ُﻢ ُﻜ ِﺒﺣَﺎﺻ َﺎَﻣ و َى َﻮ ﻏ‬١ ﴿ ‫و َاِذ إ َى َﻮ ﻫ‬
٧ ﴿ ‫ ﴾ َ ُﻮ َﻫو ِ ُﻖ ُﻓْﺄِﺎﻟ ﺑ َﻰ ْﻠَﻋ ْﺄﻟا‬٦ ﴿ ‫ ﴾ ُو ذٍ ةﱠِﺮﻣ َى َﻮ ْﺘﺳَﺎﻓ‬٥ ﴿ ‫ ﴾ ُﺪِﻳَﺪﺷ َىُﻮ ْﻘﻟا‬Terjemah : Demi bintang ketika
terbenam (1), kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru (2), dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya (3), Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) (4), yang diajarkan kepadanya
oleh (Jibril) yang sangat kuat (5),Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu)
menampakkan diri dengan rupa yang asli (6), sedang dia berada di ufuk yang tinggi (7)
(QS. Al-Najm [53] : 1-7 Setelah al-Qur’an atau ilmu diterima seseorang, maka
selanjutnya orang itu mengajarkannya kepada orang lain. Dalam surat al-Kahfi Allah
mengkisahkan seorang hamba-Nya (Khidhr) mengajarkan ilmu kepada Nabi Musa AS:

‫ ﴾َ لَﺎﻗُ َﻪﻟ َﻰ ﺳُﻮ ﻣْ َﻞ ﻫَ ُﻚ ِﻌ ﺒﱠَﺗأ َﻰ َﻠﻋ َن أِ َﻦ ﱢﻤ َﻠُﻌﺗ‬٦٥ ﴿ ‫َاَﺪ َﺟ َﻮ ﻓً اْﺪ َﺒﻋْ ﻦﱢ ﻣ َﺎِﻧدَﺎِﺒﻋُ هَﺎْﻨَﻴﺗآً َﺔْﻤَﺣ رْ ِﻦ ﻣ َﺎِﻧﺪِﻨﻋُ هَﺎْﻨ ﱠﻤ َﻠَﻋو ِﻦ ﻣ ﺎﱠُﻧ ﱠﺪ ﻟً ﺎْﻤِﻠﻋ‬
‫ ﴾َ لَﺎﻗ‬٦٨ ﴿ ‫ ﴾َ ْﻒ َﻴَﻛ وُ ِﺮْﺒَﺼ ﺗ َﻰ َﻠﻋ َﺎﻣْ َﻢ ﻟْ ِﻂ ُﺤﺗِ ِﻪﺑً اْﺮ ُﺒﺧ‬٦٧ ﴿ ‫ﻚِﻧإ َﻦ ﻟَ ﻊِﻴَﻄْﺘَﺴ ﺗَ ِﻲ َﻌ ﻣً اْﺮ َﺒﺻ‬ ‫ ﴾َ لَﺎﻗَ ﱠ‬٦٦ ﴿ ‫ﺎﱠِﻤ ﻣَ ْﺖ ﱢﻤ ُﻠﻋً اْﺪ ُﺷ ر‬
‫ ﴾َ لَﺎﻗِ ِن َﺈﻓ ِﻲ َﻨْﺘَﻌ ﺒﱠﺗا َﺎَﻠﻓ ِﻲ ْﻨْﺄَﻟَﺴ ﺗ َﻦ ﻋٍ ْء َﻲ ﺷ ﱠ‬٦٩ ﴿ ‫ِﻲ ُﻧِﺪَﺠ َﺘﺳ ِنإ ءَﺎﺷُ ﻪ ﱠ ﻠﻟاً اِﺮﺑَﺎﺻ َﺎَﻟو ِﻲ ْﺼ َﻋأَ َﻚ ﻟً اْﺮ َﻣ أ‬
‫ﻰَﺘﺣَ ِثْﺪ ُﺣ أَ َﻚ ﻟُ ْﻪِﻨﻣ‬
٧٠ ﴿ ‫﴾ ًاْﺮ ِﻛذ‬
Terjemah : “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
yang telah diajarkan kepadamu? "Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang
kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya
Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusan pun". Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka
janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu". (QS. Al-Kahfi [18]: 65 70) Pada ayat lain, Allah
memerintahkan kepada orang yang tidak tahu agar bertanya kepada orang yang berilmu,
firman-Nya:
‫ ﴾ِ تَﺎﻨﱢَﻴْﺒِﺎﻟ ﺑِ ُﺮ ﺑﱡﺰﻟَاو َﺎْﻨَﻟﺰَﻧَأوَ ْﻚ َﻴِﻟإ‬٤٣ ﴿ ‫ﺣﻮﻧْ ِﻢ ْﻬَﻴِﻟإْ اُﻮ ْﺄَﻟﺳَﺎﻓَ ْﻞ َﻫأِ ْﺮ ﱢﻛﺬﻟا ِن إْ ُﻢ ﺘُﻨﻛَ ﻻَ نُﻮ َﻤ ْﻠَﻌ ﺗ‬
‫و َﺎْﻨَﻠْﺳ َر أ ِﻦ ﻣَ ِﻚ ْﻠَﺒﻗ ﱠِﻻ إً ﻻَﺎِﺟ ر ِﻲ ﱡ‬
٤٤ ﴿ ‫﴾ َْﺮ ﱢﻛﺬﻟاَ ﻦﱢ َﻴُﺒِﺘﻟِ سﺎﱠﻨِﻠﻟ َﺎﻣَ لﱢ ُﺰ ﻧْ ِﻢ ْﻬَﻴِﻟإْ ُﻢ ﻬﱠ َﻠَﻌ َﻟوَ نُو ﱠﺮَﻜَﻔَﺘﻳ‬
Terjemah : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalahkepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-
kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dansupaya mereka memikirkan”(QS.
Al-Nahl [16]: 43-44). Jadi di sini subyek (pelaku) pendidikan adalah Rasulullah SAW
dan orang-orang yang berilmu. Dari sisi lain juga mendapatkan pelajaran bahwa
kebenaran itu bersumber dari Allah SWT. Allah mengajarkan kepada Rasul-Nya melalui
Malaikat Jibril. Orang yang mencari kebenaran harus memastikan bahwa kebenaran itu
bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Sayyid Quthb1 dengan bahasanya, berpendapat
bahwa surat al-Rahman merupakan pemberitahuan ihwal hamparan alam semesta dan
pemberitahuan aneka nikmat Allah SWT. yang cemerlang lagi nyata, keajaiban makhluk-
Nya, limpahan nikmatNya, pengaturan-Nya atas alam nyata ini berikut segala isinya, dan
pada pengarahan semua makhluk agar menuju dzat-Nya Yang Mulia. Surat al-Rahman
ini merupakan pembuktian umum ihwal seluruh alam nyata kepada dua makhluk, yaitu
jin dan manusia, yang disapa oleh surah secara sama. Kedua makhluk ini tinggal di
pelataran alam, dan disaksikan oleh segala yang ada. Surah ini juga menantang keduanya
secara berulang-ulang, kalau-kalau keduanya mampu mendustakan aneka nikmat Allah
setelah nikmat tersebut diterangkan secara rinci. Dia telah menjadikan seluruh alam
semesta ini sebagai pelataran nikmat dan hamparan akhirat.2 Pemberitahuan aneka
nikmat tersebut dimulai dengan pengajaran al Qur’an dalam kedudukannya sebagai
karunia yang besar bagi manusia. Nikmat ini disebutkan lebih dahulu daripada
penciptaan manusia itu sendiri dan pengajaran berbicara. Setelah itu, barulah diceritakan
penciptaan manusia yang dikaruniai sifat kemanusiaan yang besar, yaitu kemampuan
untuk menerangkan. Sebagaimana yang tergambarkan dalam ayat 1-4. 3. Asbabun Nuzul
Surat Ar-Rahman Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Waqid Abu Muslim as-Sa’di, dari
al-Walid bin Muslim, dari Zuhairini Muhammad, dari Muhammad bin al Munkadir, dari
Abu Isa al-Tirmidzi, dari Jabir ia bercerita: Rasulullah SAW pernah keluar menemui para
sahabatnya, lalu beliau membacakan kepada mereka surat al-Rahman dari awal hingga
akhir, maka mereka pun diam, lalu beliau bersabda:
‫ﺪﻘﻠ ﺎﻬﺘأرﻘ ﻰﻠﻋ ﻦﺠﻠا ﺔﻠﻴﻠ ﻦﺠﻠ اﻮﻨﺎﻜﻔ ﻦﺴﺤأ اﺪﻮﺪﺮﻣ ﻢﻜﻨﻣ ﺖﻨﻜ ﺎﻤﻠﻜ ﺖﻴﺘأ ﻰﻠﻋ ﻪﻠﻮﻘ يﺄﺒﻔ اﺀ ﺎﻣﻜﺒﺮﻹ ﻦﺎﺒﺬﻜﺗ ﻻﻮ ﺊﺸﺒ‬
‫ ﻚﻣﻌﻨﻦﻣ ﺎﻨﺒﺮ ﺐﺬﻜﺗ ﺪﻣﺤﻠاﻚﻠﻔ‬.
Terjemah: Sesungguhnya aku telah membacakannya kepada jin pada malam jin, dan
mereka lebih baik sambutannya daripada kalian. Setiap kali aku sampai pada bacaan,
Maka nikmat Rabbmu yang manakah yang kamu dustakan? Maka mereka mengatakan:
“tidak ada sesuatupun dari nikmatMu yang kami dustakan, Wahai Rabb kami dan segala
puji bagiMu.(HR. Al-Tirmidzi)3

Menurut Imam Tirmidzi hadits tersebut gharib, karena diketahui kecuali hanya dari
al-Walid bin Muslim dan dari Zuhair bin Muhammad. Ayat tersebut diturunkan ketika
terjadi pelecehan orang kafir setelah ada perintah untuk bersujud seperti yang terdapat
dalam surat al-Furqan ayat 60:
٦٠ ﴿ ‫﴾ َاِذ َإوَ ﻞِﻴﻗُ ُﻢَﻬﻟ اُو ُﺪْﺠ ﺳاِ َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮِﻠﻟ اُﻮ َﺎﻟﻗ َﺎَﻣ وُ َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟاُ ُﺪْﺠ َﺴ َﻧأ َﺎِﻤ ﻟ َﺎُﻧُﺮ ْﻣ َﺄﺗْ ُﻢ َﻫدَاَز وً ارُﻮ ُﻔﻧ‬
Terjemah: Dan apabila dikatakan kepada mereka: Sujudlah kamu sekalian kepada
Yang Maha Penyayang, mereka menjawab: Siapakah Yang Maha Penyayang itu?
Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kepada kami (bersujud
kepada-Nya? Dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman). (QS. Al-
Furqan [25]: 60) Para Mufassir umumnya memiliki pandangan bahwa surat al-Rahman
ini adalah termasuk dalam surat Makkiyah, meskipun menurut beberapa pendapat yang
telah dikutip oleh Abdullah bin Abbas, Ikrimah, dan Qatadah, mereka mengungkapkan
bahwa surat ini termasuk diturunkan di Madinah. Dilihat dari aspek materi pelajaran
yang terkandung di dalamnya, memiliki kemiripan dekat dengan surat Makkiyah
daripada dengan Madaniyah, pada awal periode Makkah. Namun beberapa pendapat
yang lebih otentik yang bersaksi bahwa itu telah terungkap di Mekkah sejak bertahun-
tahun sebelum hijrah4. Pada ayat ini dinyatakan bahwa Allah telah mengajar al-Qur’an
kepada Muhammad SAW, lalu Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya. Ayat 1-
2, turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan: "Sesungguhnya al-
Qur`an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa
orang yang mereka tuduhkan (Muhammad) itu belajar kepadanya bahasa azam, sedang
al-Qur`an adalah dalam bahasa Arab yang terang. Oleh karena isi ayat ini
mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hambaNya, maka surat ini dimulai dengan
menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi
hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar al-Qur’an. Maka manusia dengan mengikuti ajaran
al-Qur’an akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada
petunjuk petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Al-
Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk
Allah yang berada di bumi ini. Dalam ayat ini Allah menyebutkan nikmat kejadian
manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah
menyatakan: َ ‫ نَﺎﺴِﻧْﺈﻟاَ َﻖ َﻠﺧ‬Ayat tersebut merupakan bantahan bagi kaum kafir yang
mengungkapkan mereka tidak mengenal seseorang yang bernama Rahman kecuali
Rahman dari Yamamah. Maka ayat ini menegaskan bahwa Al-Rahman yang dimaksud
bukanlah dia, tetapi “Allah Yang Maha Rahman” (Maha Penyayang), yang telah
mengajarkan al-Qur’an, dan telah menciptakan manusia. Musnad Ahmad mengandung
makna dari Asma, putri Abu Bakr berkata: "Aku melihat Rasulullah menawarkan do’a di
bait suci Ka'bah menghadap sudut di mana "batu hitam" adalah tetap. Hal ini berkaitan
dengan waktu ketika turun perintah Allah: fasda bi-ma tumar, belum terungkap. Kaum
kafir pada waktu itu yang mendengar kata-kata, Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma
tukadhdhiban, yang
dibacakan oleh dia dalam do’a. Hal ini menunjukkan bahwa surat ini telah diturunkan
melalui wahyu Allah sebelum surah al-Hijr. Dari al-Tirmidzi, Hakim, dan Hafiz Abu
Bakar al-Bazzar, dari Jabir bin Abdullah berkata, bahwa ketika orang-orang terdiam
mendengar surah al Rahman dibacakan oleh Nabi SAW, setelah itu Nabi SAW bersabda:
“Aku membacakan ini sebelumnya kepada jin di malam hari ketika mereka berkumpul
untuk mendengar al-Quran dan mereka menanggapinya dengan baik”. Pendapat ini
menunjukkan bahwa surat al-Rahman telah terungkap bahkan sebelum sura al-Hijr dan
al-Ahqaf. Di samping itu, ditemukan pendapat lain yang menunjukkan bahwa surat al-
Rahman adalah salah satu surat yang merupakan wahyu paling awal di Mekkah. Ibnu
Ishaq dari Urwah bin Zubair berkata: Para sahabat satu hari berkata satu sama lain:
"Kaum Quraisy tidak pernah mendengar ada orang membaca al-Qur'an secara terbuka
kepada mereka, dan siapa yang akan membacakan dengan suara keras untuk mereka
sebagaimana dikatakan Abdullah bin Masud5. 4. Munasabah a. Munasabah Ayat Al-
Quran Surat al-Rahman ayat 1-4 terdapat munasabah antara ayat satu dengan yang
lainnya: ُ ٤ ﴿ ‫ ﴾ُ َﻪﻤﱠ َﻠﻋَ نَﺎَﻴْﺒﻟا‬٣ ﴿ ‫ ﴾َ َﻖ َﻠﺧَ نَﺎﺴِﻧْﺈﻟا‬٢ ﴿ ‫ ﴾َ ﻢﱠ َﻠﻋَ نْآُﺮ ْﻘﻟا‬١ ﴿ ‫( ﴾ َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬Tuhan) yang Maha
pemurah, Yang telah mengajarkan al-Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarkan
pandai berbicara. (QS.Al-Rahman [55]:1-4
Pada ayat pertama surat al-Rahman, dimulai dengan menyebut sifat rahmat-Nya yang
menyeluruh yaitu Al-Rahman, yakni Allah SWT yang mencurahkan rahmat kepada
seluruh makhluk dalam kehidupan dunia ini, baik manusia atau jin, yang taat dan
durhaka, malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Setelah
menyebutkan rahmat-Nya secara umum, dilanjutkan dengan ayat ke dua yaitu Allah
SWT menyebutkan rahmat dan nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya agar mereka
meneladani Nya yakni dengan menyatakan: Dialah yang telah mengajarkan al-Qur’an
kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Pada ayat 3 dan 4 dijelaskan bahwa Allah yang
mengajarkan al Qur’an itu, dan Dialah yang menciptakan manusia makhluk yang paling
membutuhkan tuntunan-Nya, sekaligus yang paling berpotensi memanfaatkan tuntunan
itu dan mengajarkannya6. Empat ayat yang saling bermunasabah di atas juga
bermunasabah dengan ayat 5 dan 6, yaitu: ٍ ٦ ﴿ ‫ ﴾ِ نَاُﺪْﺠ َﺴ ﻳُ َﺮ ﺠﱠﺸﻟَاوُ ْﻢ ﺠﱠﻨﻟَاو‬٥ ﴿ ‫﴾ نَﺎْﺒُﺴ ِﺤ ﺑُ َﺮ َﻤ ْﻘﻟَاوُ ْﺲ ﱠﻤﺸﻟا‬
Terjemah Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan
dan pohon-pohonan Kedua-duanya tunduk kepada nya. (QS. Al-Rahman [55]: 5-6).
Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa matahari dan bulan beredar pada porosnya
menurut perhitungan yang sangat sempurna dan ketetapan yang tanpa cacat. Bukan saja
kedua benda angkasa itu yang tunduk dalam pengaturan Allah, tumbuh-tumbuhan yang
berbatang, yang tidak berbatang, dan yang berdiri tegak pun, tunduk kepada ketentuan
Allah7. b. Munasabah Surat 1) Munasabah surah al-Rahman dengan surah al-Qamar
Akhir surah al-Qamar ditutup dengan pernyataan tentang keagungan kuasa dan
kesempurnaan kodrat Allah SWT. ٥٥ ﴿ ‫ ﴾ ِﻲ ﻓِ َﺪ ْﻌ َﻘﻣٍ ْق ِﺪ ﺻَ ﺪِﻨﻋٍ ﻚِﻴَﻠﻣٍ ِرَﺪ ْﺘ ﱡﻘﻣ‬ Terjemah: Di tempat
yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. (QS. Al-Qamar [54]: 55). Kata tempat
yang disenangi maksudnya adalah tempat yang penuh kebahagiaan, yang bersih dari
hiruk pikuk dan perbuatan-perbuatan dosa. Kodrat Allah tersebut tidaklah sempurna
kecuali jika disertai dengan rahmat yang mencakup semua makhluk. Akhir surat al-
Qamar tersebut terdapat munasabah dengan awal surat yang turun sesudahnya, yaitu al-
Rahman. Pada ayat terakhir surat al-Qamar dinyatakan bahwa orang yang bertakwa akan
hidup di dalam surga di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Pada ayat-ayat berikut di awal
surah al-Rahman dijelaskan tentang Allah yang Maha Mengasihi hamba hambaNya
dengan berbagai nikmat, yaitu al-Rahman, yakni Allah yang mencurahkan rahmat
kepada seluruh makhluk dalam kehidupan dunia ini, baik manusia atau jin, yang taat dan
durhaka, malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.8 Adapun
persesuaian surah al-Rahman dengan surah al-Qamar adalah: Pertama, dalam surah ini
menjelaskan tentang keadaan orang-orang yang mendustakan Allah dan orang-orang
yang bertakwa kepada-Nya, yang dalam surah sebelumnya juga dijelaskan secara global
di ayat 47 dan 54, yaitu: ٥٤ ﴿ ‫ ﴾ ﱠِنإَ ﻦِﻴﻘﱠُﺘْﻤ ﻟا ِﻲ ﻓٍ تﺎﱠَﻨﺟٍ َﺮَﻬَﻧو‬٤٧ ﴿ ‫﴾ ﱠِنإَ ﻦِﻴِﻣ ْﺮ ُﺠ ْﻤ ﻟا ِﻲ ﻓَ َﻠﺿٍ لﺎٍ ُﺮُﻌ َﺳ و‬
Terjemah: Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia)
dan dalam neraka. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman
dan sungai-sungai. (QS. Al-Qamar [54]: 47 dan 54). 2) Munasabah surat al-Rahman
dengan surah al-Alaq: ْ ﴾ ٣ ﴿ ‫ﻗاَ ﻚَﺑَر وُ َم ْﺮ َﻛ ْﺄﻟا‬ ‫ ﴾ْ َأْﺮ ﱡ‬٢ ﴿ ‫ ﴾َ َﻖ َﻠﺧَ نَﺎﺴِﻧْﺈﻟاْ ِﻦ ﻣٍ َﻖ َﻠﻋ‬١ ﴿ ‫ﻚَﺑر ِي ﱠﺬ ﻟاَ َﻖ َﻠﺧ‬
‫َأْﺮ ﻗاِ ْﻢ ﺳِﺎﺑَ ﱢ‬
٥ ﴿ ‫ ﴾َ ﻢﱠ َﻠﻋَ نَﺎﺴِﻧْﺈﻟا َﺎﻣْ َﻢ ﻟْ َﻢ ْﻠَﻌ ﻳ‬٤ ﴿ ‫ ﴾ ِي ﱠﺬ ﻟاَ ﱠﻢ َﻠﻋِ َﻢ َﻠْﻘِﺎﻟ ﺑ‬Terjemah: Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS. Al-
Alaq [96]: 1 5). Beberapa kata dalam surah al-Alaq ayat 1-5 di atas terdapat kesesuaian
makna dengan kata dari surat al-Rahman ayat 1-4. Kata tersebut antara lain: kata ‫ّﻖ ﻠﺧ‬
(khalaqa) dari segi pengertian kebahasaan memiliki sekian banyak arti, antara lain:
menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa contoh terlebih dahulu), mengukur,
memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Kata ini biasanya memberikan
tekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Berbeda dengan kata
‫( ﻞﻌﺟ‬ja’ala) yang mengandung penekanan terhadap manfaat yang harus atau dapat
diperoleh dari sesuatu yang dijadikan itu9. Kata ‫( نﺎﺳﻹا‬al-Insan/ manusia) terambil dari
akar kata ‫( ﺲﻧأ‬uns/senang, jinak dan harmonis), atau dari kata ‫( ﻲﺴﻧ‬nis-y) yang berarti
lupa. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata ‫( سﻮﻧ‬nau)s yakni gerak atau dinamika.
Makna-makna tersebut memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat
makhluk tersebut yakni bahwa ia memiliki sifat lupa, dan kemampuan bergerak yang
melahirkan dinamika. Ia juga makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa
senang, harmonisme dan kebahagiaan kepada pihak-pihak lain. Kata insan
menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya. Kata ini berbeda dengan
kata ‫ ﺮﺸﺑ‬basyar yang juga diterjemahkan dengan “manusia” tetapi maknanya lebih
banyak mengacu kepada manusia dari segi fisik serta nalurinya yang tidak berbeda antara
seseorang manusia dengan manusia lain10. Kata َ ‫ ﱠﻢ َﻠﻋ‬merupakan fi’il madhi (kata kerja
bentuk lampau) dari wazan ‫ ّﻞﻌﻓ‬. Kata ini merupakan kata sifat bentuk mubalaghah dari
kata alim (‫ )ﻢﺎﻟﻋ‬Selain bentuk allam, bentuk mubalaghahnya juga berbentuk aliimdan
allamah (‫) ﻤﻠﻋ ﻪ‬. Masdar kata tersebut adalah ilm (‫ )ﻢﻠﻋ‬yang berarti “mengetahui sesuatu
sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan uraian di atas, arti ‘allam sebagai bentuk mubalaghah, adalah subjek
yang sangat mengetahui terhadap sesuatu. Al-Asfahani berpendapat, jika kata ini menjadi
sifat dari Allah, maka yang dimaksud adalah bahwasanya Allah itu adalah Dzat yang
tidak ada satu pun yang tidak diketahui oleh-Nya. Menjelaskan pengetahuan Allah ini,
Ibnu Manzhur menegaskan bahwa Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang telah
ada dan yang akan ada serta yang tidak akan pernah ada11. 3) Munasabah surat al-
Rahman ayat 4 dan surat al-Nisa ayat 9 Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai fitrah
manusia sebagaimana yang terkandung dalam al-Qur’an pada surat al- Rahman ayat 4.
Kata al bayan diartikan kemampuan berkomunikasi. Selain kata al-bayan, kata kunci
untuk komunikasi yang banyak disebut dalam al-Qur’an adalah al-qaul. Dengan
memperhatikan kata al-qaul dalam konteks perintah amar. Perkataan yang benar (qaulan
sadidan) terdapat pada QS. Al-Nisa ayat 9 yaitu: َ‫ْﺶ َﺨْﻴَﻟوَ ﻦِﻳ ﱠﺬ ﻟاْ َﻮ ﻟْ اُﻮ َﻛ َﺮ ﺗْ ِﻦ ﻣْ ِﻢ ِﻬْﻔَﻠﺧً ﺔﱠﻳﱢُرذً ﺎﻓَﺎِﻌ ﺿْ اُﻮ ﻓَﺎﺧ‬
٩ ﴿ ‫ ﴾ ِْﻢ ْﻬَﻴَﻠﻋ اُﻮ ﻘﱠَﺘْﻴَﻠﻓَ ّﻪ ﻠﻟاْ اُﻮ ﻟُﻮ َﻘْﻴَﻟوً ْﻻَﻮ ﻗً اﺪِﻳَﺪﺳ‬Terjemah: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-
orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS.
Al-Nisa [4]: 9). Qaulan sadidan ( ً‫ ) ْﻻَﻮ ﻗً اﺪِﻳَﺪﺳ‬adalah pembicaraan yang benar, jujur, lurus,
tidak bohong, tidak berbelit-belit. Prinsip komunikasi yang pertama menurut al-Qur’an
adalah berkata yang benar. Kebenaran yang dimaksud dalam ayat-ayat di atas
mengandung pengertian: (1) sesuai dengan kriteria
kebenaran. Untuk orang Islam ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan al-
Qur’an, al- Sunah, dan ilmu.(2) tidak bohong atau ucapan yang jujur, karena dusta akan
membawa kepada dosa, dan dosa akan membawa ke neraka. B. Tafsir Surat Al-Rahman
ayat 1-4 ِ ٤ ﴿ ‫ ﴾ُ َﻪﻤﱠ َﻠﻋَ نَﺎَﻴْﺒﻟا‬٣ ﴿ ‫ ﴾َ َﻖ َﻠﺧَ نَﺎﺴِﻧْﺈﻟا‬٢ ﴿ ‫ ﴾َ ﻢﱠ َﻠﻋَ نْآُﺮ ْﻘﻟا‬١ ﴿ ‫﴾ ْﻢِﺴ ﺑِ ﷲاِ ﻦْﻤ ﺣﱠﺮﻟاِ ﻢِﻴﺣﱠﺮﻟاُ َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬
Terjemah : (Allah) Yang Maha pengasih. Yang telah mengajarkan al-Quran, Dia
menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara (QS. Al-Rahman [55]: 1-4). Surat
Makkiyah ini memiliki redaksi yang khas dan nyata. Ia merupakan pemberitahuan awal
hamparan alam semesta, dan aneka nikmat Allah yang cemerlang lagi nyata, yang
terdapat pada keindahan ciptaan-Nya, keajaiban makhluk-Nya, limpahan nikmat-Nya
atas alam nyata ini berikut segala isinya, dan pada pengarahan semua maklum agar
menuju Dzat-Nya yang Mulia. Secara umum mengenai surah al-Rahman ayat 1-4, Allah
menerangkan nikmat-nikmatNya sebagai rahmat untuk hamba-hamba-Nya, yaitu:
a) Bahwa Dia mengajarkan al-Qur’an dan hukum-hukum syari’at untuk menunjukkan
kepada mahkluk-Nya dan menyempurnakan kebahagiaan mereka dalam penghidupan di
dunia maupun di akhirat.
b) Bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik dan
menyempurnakannya dengan akal dan pengetahuan.
c) Bahwa Dia telah mengajari manusia kemampuan berbicara dan memahamkan kepada
orang lain, hal mana tidak bisa terlaksana kecuali dengan adanya jiwa dan akal.12 Allah
ta’ala memberitahukan tentang karunia dan rahmatNya bagi makhlukNya, dimana Dia
menurunkan al-Qur’an kepada hamba-hambaNya, memberikan kemudahan membaca
dan memahaminya bagi siapa saja yang Dia beri rahmat.13 Surat ini merupakan
pembuktian umum ihwal seluruh alam nyata kepada dua makhluk, yaitu Jin dan manusia,
yang disapa oleh surat yang sama. Kedua makhluk ini tinggal di pelataran alam dan
disaksikan oleh segala yang maujud. Surat ini juga menantang keduanya secara berulang-
ulang, kalau-kalau keduanya mampu mendustakan aneka nikmat Allah setelah nikmat
tersebut diterangkan secara rinci. Dia telah menjadikan seluruh alam semesta ini sebagai
pelataran nikmat dan hamparan akhirat. Al-Rahman (‫ )َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬Inilah permulaan yang
lafadz, makna, ritme dan musiknya sebagai tujuan. Dengan senandung yang kelugasan
gemanya, dan jangkauannya bersahutan di seluruh belahan alam semesta dan seluruh sisi
alam nyata surat ini dimulai14.
Wahbah al-Zuhaily15 menjelaskan: Sesungguhnya Allah luas kasih sayangnya kepada
makhluk ciptaanNya baik di dunia maupun di akhirat, Dia telah menurunkan hambaNya
Muhammad saw berupa al-Qur’an agar diajarkan kepada umatnya dan dijadikan sebagai
pedoman hidupnya. Al-Qur’an sangat mudah dihafal maupun difahami isinya terutama
bagi orang yang dikasihiNya, dan ini merupakan jawaban bagi kaum Mekkah yang suka
saling membunuh, dengan firmanNya: ‫( ارﺷﺑ ﻪﻣﻠﻌﻳ ﺎﻣﻧإ‬QS. Al-Nahl [16]: 103). Ibnu Katsir
menafsirkan ayat 1 (ُ‫ )َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬Al-Rahman adalah amat luas, kalimat dalam pengambilannya
ialah Rahmat, yang berarti kasih, sayang, cinta, pemurah. Dia meliputi kepada segala
segi dari kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud dalam
dunia ini. Apabila diperhatikan dalam al-qur’an, maka akan dijumpai hampir pada tiap-
tiap halaman kalimat-kalimat rahman, rahim, rahmat, rahmati, rahimi, ruhama, arhamah,
dan al-arham yang semuanya itu mengandung arti kasih, sayang, pemurah, kesetiaan, dan
lain-lain16. Surat al-Rahman (ُ‫ )َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬ini mengandung berbagai nikmat yang telah
dilimpahkan kepada hambaNya, dan menunjukkan macam-macam kenikmatan yang
tidak terukur nilainya, dan sangat memberi manfaat terutama nikmat diturunkannya al-
Qur’an kepada hambaNya. Al-Qur’an yang dapat menunjukkan jalan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Kemudian
Wahbah al-Zuhaily15 menjelaskan: Sesungguhnya Allah luas kasih sayangnya kepada
makhluk ciptaanNya baik di dunia maupun di akhirat, Dia telah menurunkan hambaNya
Muhammad saw berupa al-Qur’an agar diajarkan kepada umatnya dan dijadikan sebagai
pedoman hidupnya. Al-Qur’an sangat mudah dihafal maupun difahami isinya terutama
bagi orang yang dikasihiNya, dan ini merupakan jawaban bagi kaum Mekkah yang suka
saling membunuh, dengan firmanNya: ‫( ارﺷﺑ ﻪﻣﻠﻌﻳ ﺎﻣﻧإ‬QS. Al-Nahl [16]: 103). Ibnu Katsir
menafsirkan ayat 1 (ُ‫ )َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬Al-Rahman adalah amat luas, kalimat dalam pengambilannya
ialah Rahmat, yang berarti kasih, sayang, cinta, pemurah. Dia meliputi kepada segala
segi dari kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud dalam
dunia ini. Apabila diperhatikan dalam al-qur’an, maka akan dijumpai hampir pada tiap-
tiap halaman kalimat-kalimat rahman, rahim, rahmat, rahmati, rahimi, ruhama, arhamah,
dan al-arham yang semuanya itu mengandung arti kasih, sayang, pemurah, kesetiaan, dan
lain-lain16. Surat al-Rahman (ُ‫ )َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬ini mengandung berbagai nikmat yang telah
dilimpahkan kepada hambaNya, dan menunjukkan macam-macam kenikmatan yang
tidak terukur nilainya, dan sangat memberi manfaat terutama nikmat diturunkannya al-
Qur’an kepada hambaNya. Al-Qur’an yang dapat menunjukkan jalan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Kemudian
dunia dan mencurahkan nikmat kepada orang-orang mukmin di kehidupan akhirat.
Menurut al-Ghazali dalam menafsirkan ayat 1 dan 2 surat al-Rahman bahwa pada ayat
ini Allah yang maha pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad al-
Quran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi
penduduk Mekkah yang mengatakan “Sesungguhnya al-Quran itu diajarkan oleh seorang
manusia kepadanya (Muhammad)”. Oleh karena ayat ini mengungkapan beberapa
nikmat Allah atas hambaNya, maka surat ini dimulai dengan menyebut nikmat yang
paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat
mengajar al-Quran, maka manusia dengan mengikuti ajaran al-Quran akan berbahagialah
di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya,
niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. al-Quran adalah induk kitab-
kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi
ini. Arti dari Rahman (ُ‫ )َﻦ ْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬adalah amat luas, kalimat dalam pengambilan nya adalah
Rahmat. Yang berarti kasih, sayang, cinta, pemurah. Dia meliputi dari segala segi dari
kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud dalam dunia ini.
Dalam al-Qur’an akan bertemu dengan ayat-ayat yang menyebut Rahmat Allah lebih dari
60 kali, Rahim disebut sampai 100 kali20, antara lain disebutkan sebagai berikut:
 َ‫ َﺐ َﺘﻛ َﻰ َﻠﻋِ ِﻪْﺴ َﻔﻧَ َﺔْﻤ ﺣﱠﺮﻟا‬ ﴿ ١٢ ﴾  Terjemah: Dia telah memastikan kepada Diri-Nya sendiri
supaya memberi rahmat. (Q.S. Al An’am [6]: 12). Apabila diperhatikan al-Qur’an
dengan seksama, maka akan ditemukan hampir pada tiap-tiap halaman, kalimat-kalimat
Rahman, Rahim, Rahmat, Rahmati, Ruhamaak, Arhamah, al-Arham yang semua itu
mengandung arti Kasih, Sayang, Pemurah, Kesetiaan, dan lain-lain. Artinya pada sifat-
sifat yang lain, misalnya sifat santun, sifat ‘Afuwwun (pemaaf), sifat Ghafurun
(pengampun), dan lain-lain, di dalamnya kalau direnungkan, akan bertemu kasih sayang
Tuhan, kemurahan Tuhan, dermawan Tuhan, bahkan untuk memulai membaca suatu
surat dalam al-Qur’an, hendaklah dimulai dengan bismillahir rahmanir rahim. Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dalam surat al-Rahman
dikhususkan menyebut Allah dengan sifat-Nya yang paling meminta perhatian manusia.
Kalau kiranya Allah adalah bersifat Rahman, seyogyanya manusia harus berusaha
meniru pula sifat Tuhan itu21. Tafsir ayat 2 dari surat al-Rahman ini ( َ ‫) ﻢ ﱠ َﻠﻋ نْآُﺮ ْﻘﻟا‬
menerangkan pengertian bahwa menurunkan al-Qur’an adalah dasar dari segala nikmat
karena al Qur’anlah yang menjadi asas agama dan kitab yang paling mulia.22 Alah
mengajarkan al-Qur’an kepada manusia sehingga Dia memudahkan al-Qur’an untuk
dihafal, dibaca, dipahami, dan diamalkan.23 Hamka menjelaskan bahwa
ayat ini merupakan salah satu dari Rahman, atau kasih sayang Tuhan kepada manusia,
yaitu diajarkan kepada manusia itu al-Qur’an, yaitu wahyu Ilahi yang kepada Nabi
Muhammad, yang dengan sebab al-Qur’an itu manusia dikeluarkan dari pada gelap gulita
kepada terang benderang, dibawa kepada jalan yang lurus. Maka tersebutlah pula di
dalam ayat 36 dari surah ke 75, surah al-Qiyamah: ُ ٣٦ ﴿ ‫ ﴾ َﺐ ْﺴ َﺤَﻳأُ نَﺎﺴِﻧْﺈﻟا َنأَ َك ْﺮ ُﺘﻳ ًىُﺪﺳ‬
Terjemah: Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban?). (QS. Al-Qiyamah [75]: 36). Maka datangnya pelajaran al-
Qur‟an kepada manusia, adalah sebagai menggenapkan kasih Tuhan kepada manusia,
sesuai pula dengan firman-Nya: ١٠٧ ﴿ ‫ ﴾ َﺎَﻣ و َ كَﺎْﻨَﻠْﺳ َر أ ﺎ ﱠ ِﻟإ ً َﺔْﻤَﺣ ر َ ﻦِﻴَﻤ َﺎﻟْﻌﻠ ﱢ ﻟ‬Terjemah: Dan
Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Al-Anbiyaa [21]: 107) Rahmat Ilahi yang utama ialah ilmu pengetahuan yang
dianugerahkan Allah kepada manusia. Mengetahui itu adalah suatu kebahagiaan, apalagi
yang diketahui itu al-Qur’an24. Menurut Ibnu Katsir: ( َ‫“ ) ﱠﻢ َﻠﻋ نْآُﺮ ْﻘﻟا‬yang mengajarkan al-
Qur’an” Inilah salah satu dari Rahman, atau kasih sayang Allah kepada manusia, yaitu
diajarkan kepada manusia itu al-Qur’an, yaitu wahyu ilahi yang diwahyukan kepada
Muhammad SAW, yang dengan sebab al-Qur’an itu manusia dikeluarkan dari gelap
gulita kepada terang benderang dan dibawa kepada jalan
yang lurus. Maka datangnya pelajaran al-Qur’an kepada manusia itu yakni sebagai
penggenapan kasih Tuhan. Rahmat ilahi yang utama adalah ilmu pengetahuan yang
dianugrahkan Allah kepada kita manusia. Mengetahui itu adalah suatu kebahagiaan,
apalagi kalau yang diketahui itu adalah al-Qur’an25. Oleh karena surat ini menyebut-
nyebut tentang nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya,
maka terlebih dahulu Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat yang besar
kedudukannya dan terbanyak manfaatnya, bahkan paling sempurna faidahnya, yaitu
nikmat diajarkannya Al-qur’an, karena dengan mengikuti al-Qur’an maka diperolehlah
kebahagiaan di dunia dan di akhirat, lalu diperolehlah segala keinginan. Pada ayat 3 ( َ‫َﻖ َﻠﺧ‬
‫ ) َنَﺎﺴِﻧْﺈﻟا‬ini Wahbah Al-Rahily menegaskan pula bahwa diciptakannya manusia itu
dimaksudkan dalam bentuk manusia yang mampu berbicara dan mengembangkan
otaknya untuk membuka ta’bir baik yang ada pada dirinya maupun untuk dapat
berkomunikasi dengan yang lainnya. Mengajarkan kepada anak-anak pada umumnya
untuk terus saling menolong dan menghasilkan penciptaan-penciptaan manusia.
Demikian itu merupakan kesempurnaan untuk mempelajari ilmu Allah yang telah
diturunkan kepada hamba-Nya. Kitab dan pengajar al-Qur’an yaitu Muhammad saw, dan
yang belajar adalah manusia pada umumnya. Hal ini menjadi jalan untuk terus belajar
dengan menjelaskan cara-cara mempelajarinya26.
Hasbi Al-Shiddieqy menyebutkan bahwa ayat ini bertujuan menolak ucapan penduduk
Mekkah, yang mengatakan: “Muhammad itu belajar kepada seorang guru”. Oleh karena
surat ini diturunkan untuk memerinci nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan kepada
hamba-hamba-Nya, maka disebut terlebih dahulu nikmat yang paling tinggi nilainya,
paling banyak manfaatnya dan paling besar faedahnya, nikmat diturunkannya al-Qur’an,
dan diajarkannya kepada Muhammad.27 Dengan mengikuti al-Qur’an, maka
diperolehlah kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan menempuh jalannya serta
segala keinginan di dunia dan di akhirat, karena al-Qur’an lah puncak dari segala kitab
samawi, yang telah diturunkan pada makhluk Allah yang terbaik28. Pada ayat ke dua ini,
Sayyid Quthb29 menafsirkan bahwa inilah nikmat yang besar. Pada nikamat ini terlihat
jelas kasih sayang ar-Rahman kepada manusia. Itulah nikmat al-Qur’an sebagai manhaj
(jalan terang dan nyata) langit bagi bumi yang mengantarkan penghuninya kepada
aturanaturan alam semesta yang meluruskan aqidah mereka, kosepsinya,
pertimbangannya, nilai-nilainya, sistemnya, dan segala perilakunya di atas landasan yang
kokoh di mana alam semesta bertumpu, lalu, al-Qur’an menganugerahi mereka
kemudahan, kepuasan, dan kepahaman serta dapat merespons hukum-hukum alam
tersebut. karena itu, pengajaran al-Qur’an lebih dahulu disebutkan dari pada penciptaan
manusia. Dengan cara seperti ini, terwujudlah konsep manusia di alam nyata ini.
Al-Qur’an yang membukakan indera dan rasa manusia kepada alam semesta yang indah
ini seolah-olah baru pertama kali mencerahkannya. Maka al Qur’an memberikan cita rasa
baru akan keberadaan diri mereka sebagaimana iapun memberikan citra rasa baru ihwal
alam semesta yang ada di sekelilingnya. Al-Qur’anlah yang mengakui kehadiran mereka
sebagai khalifah di muka bumi, bahwa mereka dimuliakan di sisi Allah, dan bahwa
mereka sebagai pemikul amanah yang tidak dapat dipikul oleh langit, bumi dan gunung.
Al Quranlah yang memberitahukan kepada mereka ihwal nilai dirinya yang mereka
peroleh melalui satu-satunya sarana, yaitu keimanan yang ruhnya dengan tiupan Allah
dan yang mewujudkan nikmatNya yang besar atas manusia. Pada ayat 3 Allah telah
menciptakan manusia yang dulu belum menjadi sesuatu yang bisa disebut, yakni ketika
Allah menciptakan Adam dari tanah.30 Allah telah menjadikan jenis manusia dengan
memberikan kekuatan lahir, kekuatan batin, dan tabiat-tabiat yang disalurkan kepada
sesuatu tujuan tertentu31. Al-Maraghi32 menyebutkan bahwa Allah telah menciptakan
umat manusia ini dan mengajarinya mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya
dan terbetik dalam sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad
takkan dapat mengajarkan al-Qur’an kepada umatnya. Pada ayat ke tiga ini, Allah
menciptakan manusia meliputi aspek jasmani dan rohani secara
sempurna. Dari aspek jasmani, manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan
bentuk sebaik-baiknya dari ciptaan Allah yang lain. Sedangkan dari aspek rohaninya,
Allah melengkapinya dengan hati nurani dan akal yang sebagai alat untuk mengetahui
keagungan-Nya bagi mereka yang memikirkan. Sayyid Qutb33 menjelaskan penciptaan
manusia dari sebuah sel yang terjadi di dalam rahim ibu, sebuah sel yang sederhana,
kecil, hina, dan tidak bernilai. Ia hanya dapat dilihat melalui kaca pembesar dan tidak
terlampau jelas. Tidak lama berselang, sel tersebut pun menjadi janin yang terdiri dari
jutaan sel yang bervariasi, penting, memiliki tulang rawan, otot, syaraf, dan kulit. Dari
sel itulah tercipta organ tubuh, indra, dan aneka fungsinya yang menakjubkan seperti
pendengaran, penglihatan, perasaan, penciuman, perabaan dan sebagainya, kemudian
tercipta pula suatu hal yang sangat luar biasa dan rahasia yang agung, yaitu kemampuan
memahami, menerangkan, merasa, dan intuisi. Semua itu berasal dari sebuah sel yang
sederhana, kecil, tidak berarti, hina, yang tidak jelas, dan tidak tampak nyata. Al-Qarni34
menjelaskan tafsir surah al-Rahman ayat 3 bahwa Allah telah menciptakan manusia yang
dulu belum menjadi sesuatu yang dapat disebut, yakni ketika Allah menciptakan Adam
dari tanah. Allah telah menjadikan jenis manusia dengan memberikan kekuatan,lahir,
batin, dan tabiat tabiat yang disalurkan kepada sesuatu tujuan tertentu35.
Dari siklus terbentuknya manusia tersebut. Hamka36 berpendapat bahwa penciptaan
manusia pun adalah satu tanda Rahman Tuhan kepada alam ini, karena banyak makhluk
Ilahi di dalam alam, tetapi manusialah satu-satunya makhluk yang paling mulia, dan
kemuliaan itulah salah satu Rahman Ilahi: ْ‫َﺪ َﻘَﻟو َﺎْﻨﻣﱠَﺮ ﻛ ِﻲ َﻨﺑَ َم دآْ ُﻢ ﻫَﺎْﻨَﻠَﻤ َﺣ و ِﻲ ﻓ ﱢَﺮ ْﺒﻟاِ ْﺮ َﺤ ْﺒﻟَاو ُﻢ ﻫَﺎْﻨَﻗَز َر وَ ﻦﱢ ﻣ‬
‫ ِتَﺎﺒﱢﻴﱠﻄﻟاْ ُﻢ ﻫَﺎْﻨﻠﱠَﻀ َﻓو َﻰ َﻠﻋٍ ﺮِﻴَﺜ ﱠ‬Terjemah: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan
‫ﻛْ ﻦ ﱢﻤﻣ َﺎْﻨَﻘَﻠﺧً ﻼِﻴْﻀ َﻔﺗ‬
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Israa [17]: 70). Menurut Ibnu
Katsir37 dalam menafsirkan ayat ‫ اَ َﻖ َﻠﺧِ ﻹَ نَﺎﺴﻧ‬adalah: Dia telah menciptakan manusia dan
mengajarinya mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbetik dalam
sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad tidak dapat mengajarkan
al-qur’an kepada umatnya. Penciptaan manusia adalah salah satu tanda Rahman Tuhan,
karena begitu banyak makhluk Ilahi di alam, hanya manusialah satu-satunya makhluk
yang paling mulia dan paling baik bentuknya. Terbentanglah alam luas ini dengan
seisinya, sehingga manusia dapat tinggal dan berdiam di atasnya. Allah menambah
Rahmat-Nya kepada manusia dengan memberikan akal serta fikiran kepada mereka.
Dengan akal dan fikirannya, manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan alam. Hujan
turun dan air mengalir, lalu manusia membuat sawah. Jarak di antara satu bagian dunia
dengan bagian dunia yang lain amat jauh, bahkan seperlima dunia adalah tanah daratan,
sedang empat perlima lautan yang luas. Manusia dengan akal budinya menembus jarak
dan perpisahan yang jauh tadi membuat bahtera dan kapal untuk menghubungkannya
satu dengan yang lain. Begitu banyak makhluk Tuhan di dalam dunia ini, manusialah
yang dikaruniai perkembangan akal dan fikiran, sehingga timbullah pepatah terkenal,
“tabiat manusia adalah hidup lebih maju”. Hal tersebut yang menjadikan manusia lebih
baik daripada makhluk ciptaan Allah yang lain, karena memiliki akal pikiran yang dapat
digunakan untuk mengetahui keagungan-Nya. Pada Ayat 4 ( ُ‫ ) َﻪ ﱠﻤ َﻠﻋَ نَﺎَﻴْﺒﻟا‬surat al-Rahman,
Allah mengajari manusia kepandaian berbicara dengan lisan tentang semua yang terlintas
dalam sanubari. Inilah yang mengistimewakan manusia dari makhluk selainnya38. Al-
Maraghi menafsirkan mengenai surah al-Rahman Manusia itu makhluk sosial menurut
tabiatnya, yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya, maka haruslah
ada bahasa yang digunakan untuk saling memahamkan sesamanya, dan untuk menulis
kepada sesamanya yang berada di tempat-tempat jauh dan negeri-negeri seberang, di
samping untuk memelihara ilmu-ilmu orang terdahulu, supaya dapat diambil manfaatnya
oleh generasi berikut, dan supaya ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh generasi mendatang
atas hasil usaha yang diperoleh oleh generasi yang lalu39.
Menurut Tafsir Al-Gazhali40 ayat 3 dan 4, Allah menyebutkan nikmat kejadian manusia
yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah
menyatakan nikmat mengajar al-Quran pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah
menciptakan jenis makhluk-Nya ini dan diajarkan pandai membicarakan tentang apa
yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak mungkin
tentu Muhammad tidak akan mengajarkan al-Quran kepada umatnya. Ini adalah suatu
anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada bandingannya dalam hidup,
dari itu nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat yang lain. Pertama
dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu al-Quran yang menjamin
kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar kemudian ketiga cara dan metode belajar, dan
seterusnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa yang diambi manfaat
darinya. Menurut Ibnu Katsir41, barulah Rahman Allah kepada manusia tersebut lebih
sempurna lagi, karena manusiapun diajar oleh Tuhan menyatakan perasaan hatinya
dengan kata-kata. Itulah yang ada di dalam bahasa Arab tersebut al Bayan yaitu
menjelaskan, menerangkan apa yang terasa di hati, sehingga timbullah bahasa-bahasa.
Betapa pentingnya kemajuan bahasa dalam mencapai kemajuan ilmu pengetahuan.
Bangsa yang maju, terlihat dari kemampuannya menguasai berbagai bahasa. Oleh karena
itu jelaslah bahwa pemakaian bahasa adalah salah satu rahmat Allah di bumi ini. Berjuta
buku-buku yang dikarang
dalam beragam bahasa, dan semuanya menyatakan apa yang terasa di hati sebagai hasil
penyelidikan, pengalaman, dan kemajuan hidup. Menurut Al-Hasan, kata ‫ ﻦﺎﻴﺒﻠا‬berarti
berbicara, karena bentuk bahasa berada dalam pengajaran al-Qur’an oleh Allah, yaitu
cara membacanya, dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan keluarnya huruf
melalui jalannya masing-masing dari tenggorokan, lidah, dan dua bibir, sesuai dengan
keragaman artikulasi dan jenis hurufnya42. Penciptaan alat-alat tutur itu sendiri sungguh
menakjubkan. Lidah, dua bibir, langit-langit, tenggorokan, saluran udara, filter, dan paru-
paru, semuanya itu terlibat dalam proses menghasilkan suara yang mekanistis. Ia
merupakan lingkaran dalam rangkaian al-bayan, karena lingkaran itu demikian besar,
maka tidak dapat digambarkan kecuali aspek mekanistik instrumentalnya dalam proses
yang kompleks yang berkaitan dengan pendengaran, otak, syaraf, dan akal. Semua proses
tersebut menyangkut suku kata, sedang di balik kata ada ungkapan, topik, gagasan, dan
perasaan akan sesuatu yang terdahulu dan yang kemudian. Dalam agama, lidah hampir
selalu dikaitkan dengan hati, dan digunakan untuk mengatur baik buruknya perilaku
seseorang. Manusia akan menjadi baik bila keduanya baik. Dan manusia akan menjadi
buruk, apabila keduanya buruk. Nabi Muhammad saw. menunjuk lidah sebagai faktor
utama yang menjadi
bencana bagi manusia, dan ia merupakan tolok ukur untuk bagian tubuh lainnya43.
Beliau bersabda dalam hadisnya: ‫ﺎﻨﺜﺪﺤ ﺪﻤﺤﻤ ﻦﺒا ﻰﺴﻮﻤ ا ﻠ يﺮﺼﺒ ﺎﻨﺜﺪﺤ ﻦﺒﺪﺎﻤﺤ ﺪﻴﺰ ﻦﻋ ﻰﺒأ ﻠا ﺼ ﻬ ﺀﺎﺒ‬
‫ﻦﻋ ﺪﻴﻌﺴ ﻦﺒ ﻦﻋﺮﻴﺒﺠ ﻰﺒأ ﺪﻴﻌﺴ ىﺮﺪﺨﻠأ ﻪﻌﻔﺮ ﻞﺎﻘ اﺬإ ﺢﺤﺒﺼأ ﻦﺒا ﻢﺪآ ﻦﺈﻔ ﺀﺎﻀﻋﻷا ﺎﻬﻠﻜ ﺮﻔﻜﺘ ﺎﻨﺴﻠا ﻠﻮﻘﺘﻔ ﻖﺘإاﻮ ﷲا‬
‫ ﻨﻴﻔ ﺎﻤﻨﺈﻔﺎ ﻦﺤﻨ ﻚﺒ ﻲﻨﺈﻔ ﺖﻤﻘﺘﺴا ا ﺎﻨﻤﻘﺘﺴ ﺖﺠﺠﻮﻋاﻦإﻮ ﺎﻨﺠﺠﻮﻋإ‬. Terjemah: Dikabarkan kepada kami
Muhammad bin Musa al-Bashri,44 dikabarkan kepada kami Hammad bin Zaid, dari Abi
Shohhab, dari Sa’id bin Jubair, dari Abi Sa’id al-Khudri berkata: Jika manusia bangun di
pagi hari, maka seluruh anggota tubuhnya mengingatkan lidah dan berpesan,
“bertakwalah kepada Allah menyangkut kami, karena kami tidak lain kecuali denganmu.
Jika engkau lurus, kami pun lurus, dan jika engkau bengkok, kami pun bengkok. (HR.
Tirmidzi) Untuk dapat mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda, atau yang disebut
berbicara, lidah bekerja sama dengan beberapa organ lainnya seperti bibir, rongga mulut,
paruparu, kerongkongan, dan pita suara. Manusia dapat berkomunikasi dengan berbicara,
setelah masyarakat menyepakati arti dari satu bunyi, kemudian bunyi-bunyi yang sudah
disepakati artinya tersebut digabungkan dalam susunan yang tepat untuk menjadi
kalimat. Pada tahap selanjutnya, akan tercipta suatu bahasa. Bahasa diuraikan dalam
salah satu ayat Allah berikut ini:45 ْ‫ِﻦَﻣ وِ ِﻪﺗَﺎﻳآَ ﺧُ ْﻖ ﻠِ تَاوَﺎ ﱠﻤﺴﻟاِ ْض َر ْﺄﻟَاوُ فَﺎِﻠْﺘﺧَاوْ ُﻢِﻜَﺘِﻨْﺴ َﻟأْ ُﻢِﻜﻧَاْﻮ َﻟَأو ﱠِنإ ِﻲ ﻓَ ِﻚ َﻟذ‬
٢٢ ﴿ ‫ ﴾ ٍتَﺎﻳَﺂﻟَ ﻦِﻴِﻤ َﺎﻟْﻌ ﻠﱢ ﻟ‬Terjemah: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Ruum [30]: 22).
Untuk dapat berkomunikasi, menyalurkan ekspresi, dan berinteraksi dengan orang lain
dalam bentuk bahasa, diperlukan kekompakan cara kerja serangkaian organ tertentu yang
dapat menyalurkan segala maksud yang diinginkan. Adapun proses tersebut dimulai
dengan adanya rasa untuk menuturkan kata, guna menyampaikan tujuan tertentu. Rasa
tersebut berpindah dari pemahaman akal kepada perbuatan konkret. Dari perbuatan
tersebut otaklah yang memberikan perintah melalui urat-urat syaraf agar menuturkan
kata yang dikehendaki. Kata dan maknanya itu sendiri merupakan sesuatu yang diajarkan
Allah kepada manusia. Inilah nikmat terbesar, karena pada nikmat berbhasa itu terlihat
jelas kasih sayang Al-Rahman kepada manusia. Itulah nikmat al-Qur’an sebagai manhaj
(jalan terang dan nyata) yang mengantarkan penghuninya kepada aturan alam. Al-Qur’an
menganugerahi manusia kemudahan, kepuasan, dan pemahaman, serta dapat merespon
hukum-hukum alam tersebut. Pengajaran al-Qur’an lebih dahulu disebutkan dari pada
penciptaan manusia. Dengan cara seperti ini, terwujudlah konsep manusia di alam nyata
ini. Dengan demikian, penurunan al-Qur’an merupakan nikmat terbesar bagi umat
manusia. Al-Qur’an di samping berfungsi sebagai pengokoh hati Muhammad SAW
dalam menghadapi kaum musyrikin, di dalamnya terdapat aturan yang mengatur hidup
manusia menuju kesempurnaan di sepanjang zaman. Inilah kandungan pokok surat al-
Rahman ayat 1-4, yang merupakan metodologi pengajaran bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai