Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN RESIKO

No.Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT dr. MUTIARA S. SIANTURI
PUSKESMAS NIP. 198509302014032001
SOSOK
1. Pengertian Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan nafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam mencegah komplikasi dan kematian bayi
baru lahir karena gagal nafas
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Sosok Nomor 7 Tahun 2023, tentang asuhan
kebidanan
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 tentang penerapan
Manajemen Risiko Terintegrasi di lingkungan kementerian Kesehatan
5. Prosedur/ 1. Alat
langkah-
a. Radiant warmer/dengan pemancar panas (lampu)
langkah
b. Meja datar

c. Kain bayi

d. Bantalan bahu

e. Balon dan Sungkup resusitasi

f. Oksigen

g. Pipa oksigen

h. Stetoskop

i. Laringoskop dgn baterai cadangan

j. Laringoskop dengan daun lurus

k. Pipa ET

l. Stilet

m. Pipa penghisap
2. Bahan

a. Plester dan gunting

b. Tempat sampah infeksiosus

c. Larutan klorin

1. Begitu bayi lahir tidak menangis maka bidan melakukan langkah


awal yang terdiri dari:

• Hangatkan bayi dibawah radiant warmer/pemancar panas /lampu

• Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan menggunakan


bantalan bahu

• Isap lendir dari mulut kemudian ke hidung

• Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok


punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah
dengan yang kering.

• Reposisi kepala bayi

• Nilai bayi : usaha nafas,warna kulit,dan denyut jantung.

2. Bila bayi tidak bernafas bidan melakukan Ventilasi Tekanan Positif


(VTP) dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan
kecepatan 40-60 kali per menit.

3. Bidan menilai usaha nafas bayi dan denyut jantung

4. Bila belum bernafas dan DJ: 60x/mnt lanjutkan VTP dengan kompresi
dada terkoordinasi selama 30 detik.

5. Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter

6. Dokter melakukan pemasangan pipa ET untuk terapi medikamentosa


(epinefrin)

• Luruskan trakeadan optimalkan pandangan


• Nyalakan lampu dan pegang laringoskop dengan tangan kiri

• Stabilkan kepala bayi dengan posisi sedikit tengadah, O2 aliran


bebas tetap diberikan.

• Dorong daun laringoskop,angkat seluruh daun,jangan hanya


ujungnya dan jangan mengungkit.

• Cari tanda anatomis.

• Pemberian epinefrin jika DJ<60x/mnt dengan dosis melalui ET 0,5 s/d


1ml/kgBB.

KAPAN HARUS MERUJUK:

• Rujukan paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu resiko


tinggi/komplikasi

• Bila puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan


melakukan pemasangan ET dan pemberian obat-obatan serta bayi tidak
memberikan respon terhadap tindakan resusitasi,maka segera lakukan
rujukan

• Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk, maka
dilakukan tindakan paling optimal di Puskesmas dan berikan dukunga
emosional kepada ibu dan keluarga.

• Bila sampai dengan 10menit,bayi tidak dapat dirujuk,jelaskan kepada


orang tua tentang prognosis bayi yang kurang baik dan pertimbangkan
manfaat rujukan untuk bayi,apakah bayi dapat memperoleh perbaikan
keadaan jika dirujuk atau justru dapat memperparah keadaan bayi.

KAPAN MENGHENTIKAN RESUSITASI:

Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:

Bayi tidak bernafas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah
dilakukan esusitasi secara efektif selama 10 menit.

6. Diagram -
Alir

7. Hal-hal -
yang
perhatikan

8. Unit terkait KIA DAN PONED

9. Dokumen Register Resiko


terkait
10. Rekaman
historis No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai
perubahan diberlakukan
1 Tata Naskah Bentuk Format SOP
2 Tata Naskah

Anda mungkin juga menyukai