Anda di halaman 1dari 9

TASK 4

HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL


PERSYARATAN (RESERVATION)

Dosen Pengajar:
Rachminawati, S.H., M.A., Ph. D.

Anggota Kelompok:
Teza Firdaz Utami - 110110200138
Siti Yogaputri - 110110200140
Anindya Pradipta Ariani - 110110200160
Fanny Shakira - 110110200163
Eva Rona Sihombing - 110110200164

Kelas:
Hukum Perjanjian Internasional C

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
1. Apa definisi pensyaratan, syarat pensyaratan, dan kapan pensyaratan dilakukan
berdasarkan VCLT 1969? (Fanny Shakira - 110110200163 dan Eva Rona Sihombing -
110110200164)
Jawab:
VCLT 1969 mendefinisikan pensyaratan sebagai “a unilateral statement, however
phrased or named, made by a State, when signing, ratifying, accepting, approving or
acceding to a treaty, whereby it purports to exclude or to modify the legal effect of
certain provisions of the treaty in their application to their application to that State.”1
Berdasarkan definisi menurut VCLT, dapat ditarik kesimpulan bahwa pensyaratan
merupakan pernyataan sepihak dalam bentuk apapun atau dengan nama apapun oleh
suatu negara saat menyetujui, menerima, menandatangani, meratifikasi, ataupun
mengaksesi suatu perjanjian internasional dengan maksud mengesampingkan maupun
mengubah akibat hukum dari ketentuan perjanjian internasional saat diaplikasikan oleh
negara itu sendiri.
VCLT 1969 juga telah mengatur mengenai prosedur dalam melakukan
pensyaratan sebagai berikut:2
a. Pensyaratan harus dinyatakan secara formal dan dalam bentuk tertulis
b. Pernyataan formal biasa dilakukan pada saat negara penandatanganan ataupun
menyatakan persetujuan mengikatkan diri pada perjanjian (ratifying, accepting
or approving)
c. Jika suatu persyaratan secara tegas diperbolehkan, maka pernyataan menerima
persyaratan secara tegas diperbolehkan maka pernyataan menerima persyaratan
negara-negara pihak lainnya tidak diperlukan kecuali perjanjian menentukan lain.
d. Selanjutnya pernyataan menerima atau menolak suatu persyaratan haruslah
diformulasikan secara tertulis, dan harus dikomunikasikan kepada negara-negara
dan negara-negara lain yang berhak menjadi pihak perjanjian. Demikian pula
penarikan (withdrawal) terhadap persyaratan dan penarikan terhadap penolakan
(objecting) suatu persyaratan juga harus dinyatakan secara tertulis.
e. Jika persyaratan dirumuskan pada waktu menandatangani untuk perjanjian yang
memerlukan pengesahan haruslah dikuatkan secara formal oleh negara yang
mengajukan persyaratan pada saat menyatakan persetujuannya untuk
mengikatkan diri pada perjanjian tersebut.
f. Suatu persyaratan menerima atau keberatan terhadap suatu persyaratan yang
dilakukan sebelumnya maka penguatan (confirmation) persyaratan tersebut tidak
diperlukan lagi.

1
Pasal 2 Paragraf 1 (d) VCLT 1969
2
Pasal 20 dan Pasal 23 VCLT 1969
g. Sedangkan mengenai penarikan (withdrawal) terhadap suatu persyaratan, harus
dilakukan dengan formal dalam bentuk tertulis.
h. Jika tidak ada keberatan (penolakan) terhadap suatu persyaratan yang diajukan
oleh suatu negara, maka persyaratan dianggap telah diterima pada akhir 12
bulan setelah persyaratan tersebut diumumkan, atau pada saat tanggal negara
yang bersangkutan menyatakan persetujuannya untuk mengikatkan diri pada
perjanjian tersebut. Jadi apabila setelah masa satu tahun itu lewat, berarti
persyaratan yang diajukan oleh negara yang bersangkutan dianggap berlaku
mengikat bagi seluruh peserta perjanjian, atau dengan kata lain penolakan atau
keberatan oleh suatu negara yang diajukan setelah lewat masa satu tahun
tersebut, dianggap tidak sah atau tidak dapat diterima.

Lebih lanjut dalam VCLT 1969 telah diatur secara terperinci mengenai
pensyaratan dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 23. Pada pokoknya pasal-pasal ini
mengatur atau menentukan mengenai batasan ataupun larangan terhadap pensyaratan,
perumusan syarat-syarat tertentu dalam mengatur penerimanya, di mana hal ini harus
diatur oleh ketentuan-ketentuan yang terkandung di dalam suatu perjanjian yang
bersangkutan. Dengan demikian, pada dasarnya pensyaratan ini dilakukan dalam
perjanjian internasional sebagai asas kedaulatan suatu negara mengingat negara
memiliki hak dalam hal penolakan terhadap suatu perjanjian internasional, terutama
dalam ketentuan-ketentuan tertentu yang dinilai kurang tepat bahkan bertentangan
dengan hukum nasional dari negara yang bersangkutan.

2. Apakah yang saudara ketahui tentang pendekatan Pan America dan Unanimity?
Jelaskan kedua pendekatan tersebut dan pendekatan mana yang paling mendekati
prosedur pensyaratan di VCLT 1969? (Anindya Pradipta - 110110200160)
Jawab:
Pendekatan Unanimity merupakan pendekatan terkait reservasi yang bertitik
tolak pada pandangan bahwa suatu negara hanya dapat mengajukan reservasi jika telah
ada persetujuan dari seluruh peserta perjanjian karena jika tidak demikian, tujuan secara
menyeluruh atau bulat dari perjanjian yang bersangkutan akan dirugikan.3 Dari
pandangan tersebut, timbul suatu pendekatan yang menyatakan bahwa suatu reservasi
hanya berlaku jika para peserta lain dalam suatu perjanjian tersebut menerima reservasi
yang diajukan dan pendekatan inilah yang disebut dengan pendekatan Unanimity.4
Namun, pendekatan ini mengalami perkembangan, yaitu pada saat Mahkamah
Internasional mengeluarkan advisory opinion yang berkaitan dengan Genocide

3
Achmad B. Bakry, Beberapa Aspek Reservasi Dalam Perjanjian Internasional, Perspektif, Vol 17, No. 4,
Oktober 2001, hlm. 295.
4
Ibid.
Convention, di mana Mahkamah Internasional berpendapat bahwa reservasi dari
Genocide Convention tersebut tidak memerlukan persetujan dari seluruh peserta
konvensi. Meskipun pendapat tersebut terbatas pada Genocide Convention saja, tetapi
pendapat Mahkamah Internasional tersebut memiliki arti penting dalam perkembangan
hukum mengenai persyaratan.5 Pendapat Mahkamah Internasional tersebut menjadi
sebuah awal kemunculan pendekatan reservasi baru yang kemudian dikenal dengan
pendekatan Pan American.
Pan American merupakan pendekatan dalam reservasi yang tidak memerlukan
persetujuan (consent) yang bulat dari para pihak peserta konvensi atas
reservasi/pensyaratan yang diadakan oleh negara yang hendak turut serta dalam
konvensi, melainkan konvensi itu dianggap berlaku dengan pensyaratan yang diajukan
antara yang mengajukan pensyaratan dengan yang menerima pensyaratan, sedangkan di
antara negara-negara yang menolak pensyaratan dengan negara yang mengajukan
pensyaratan, maka konvensi itu dianggap tidak berlaku sehingga syarat utama dari
pendekatan Pan American ini adalah adanya kesepakatan antara peserta perjanjian
secara “pribadi” antara negara satu dengan negara lain terhadap penerimaan
pensyaratan yang diajukan yang mana hal ini mengakibatkan akibat hukum dari
perjanjian tersebut hanya dapat diberlakukan kepada negara-negara yang telah
bersepakat saja.6
Dari kedua pendekatan di atas, pendekatan yang paling mendekati prosedur
pensyaratan dalam VCLT 1969 adalah pendekatan Pan American. Hal ini dapat dilihat
dari Pasal 20 ayat (1) VCLT 1969 yang menyatakan bahwa reservasi tidak memerlukan
penerimaan dari peserta lain dalam perjanjian tersebut, kecuali perjanjian tersebut
mengatur demikian. Namun, ketentuan dalam Pasal tersebut haruslah memperhatikan
juga ketentuan dalam Pasal 19 VCLT 1969 yang mana menyebutkan bahwa terdapat
pembatasan untuk melakukan suatu reservasi. Berdasarkan Pasal tersebut, suatu
reservasi dapat dilakukan kecuali (1) dilarang oleh perjanjian, (2) perjanjian menetapkan
hanya reservasi tertentu dapat dilakukan, atau (3) reservasi tidak sesuai dengan objek
dan tujuan perjanjian.7

3. Apakah konsekuensi hukum dari Reservasi Pasal IX Konvensi Genosida yang Amerika
lakukan terhadap hubungan Amerika dengan Belanda sebagai sesama pihak dalam
Konvensi tersebut? Jelaskan disertai dasar hukumnya dalam VCLT! (Eva Rona
Sihombing - 110110200164)
Jawab:
5
Michael Engelbert Theis, Reservasi Pan American System (PAN) Menurut Hukum Perjanjian
Internasional, Lex Privatum, Vol. VIII, No. 3, Juli-September 2020, hlm. 122.
6
Ibid, hlm. 127.
7
Article 19 Vienna Convention on the Law of Treaties 1969.
Hubungan hukum antar negara yang mengajukan pensyaratan dengan negara
yang menerima atau menyetujui pensyaratan tersebut diatur oleh VCLT yang
menyatakan bahwa “...acceptance by another contracting State of a reservation
constitutes the reserving State a party to the treaty in relation to that other State if or
when the treaty is in force for those States…”8 Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat
dilihat bahwa negara yang mengajukan pensyaratan terikat kepada negara lain yang
menerima pensyaratan tersebut. Kemudian hubungan hukum antara negara yang
mengajukan pensyaratan dengan negara yang menolak pensyaratan yang diajukan
tersebut diatur dalam VCLT pula dimana dinyatakan bahwa “...an objection by another
contracting State to a reservation does not preclude the entry into force of the treaty as
between the objecting and reserving States unless a contrary intention is definitely
expressed by the objecting State…”9 Berdasarkan ketentuan tersebut, maka seluruh isi
perjanjian tetap berlaku dalam hubungan antara negara yang mengajukan pensyaratan
dengan negara yang menolak pensyaratan tersebut.
Berdasarkan kasus posisi, Belanda merupakan peserta dalam Konvensi Genosida.
Dalam pernyataan Belanda, mereka menolak reservasi yang diajukan oleh Amerika.
Belanda juga tidak mengakui keikutsertaan Amerika sebagai peserta dalam konvensi
tersebut. Apabila merujuk pada Pasal 20 Paragraph 4 (b) VCLT, maka dapat disimpulkan
bahwa negara yang merasa keberatan terhadap reservasi yang diajukan negara lain
dapat menganggap negara yang mengajukan reservasi tersebut sebagai bukan peserta
dan reservasi tersebut tidak dapat diberlakukan apabila terjadi sengketa antara Amerika
dengan Belanda.

4. Apakah konsekuensi hukum dari Reservasi Pasal IX Konvensi Genosida yang Amerika
lakukan terhadap hubungan Amerika dengan Inggris dan Amerika dengan Meksiko?
Jelaskan disertai dasar hukumnya dalam VCLT! (Siti Yogaputri - 110110200140)
Jawab:
Sehubungan dengan penolakan Belanda terhadap reservasi dari Amerika Serikat,
Inggris mengeluarkan penolakan sebagai berikut:
“The Government of the United Kingdom have consistently stated
that they are unable to accept reservations to article IX. Accordingly,
in conformity with the attitude adopted by them in previous cases,
the Government of the United Kingdom do not accept the first
reservation entered by the United States of America.”

8
Pasal 20 Paragraph 4 (a) VCLT 1969
9
Pasal 20 Paragraph 4 (b) VCLT 1969
In casu, Inggris telah secara konsisten menolak reservasi yang diajukan terhadap
Article IX Konvensi Genosida. Sedangkan , Meksiko menyatakan penolakan sebagai
berikut:
“The Government of Mexico believes that the reservation made by
the United States Government to article IX of the aforesaid
Convention should be considered invalid because it is not in keeping
with the object and purpose of the Convention, nor with the principle
governing the interpretation of treaties whereby no State can invoke
provisions of its domestic law as a reason for not complying with a
treaty. If the aforementioned reservation were applied, it would give
rise to a situation of uncertainty as to the scope of the obligations
which the United States Government would assume with respect to
the Convention. Mexico objection to the reservation in question
should not be interpreted as preventing the entry into force of the
1948 Convention between the [Mexican] Government and the United
States Government.”
Terkait hubungan Amerika Serikat dengan Inggris dan Amerika Serikat dengan
Meksiko merujuk pada Article 20 ayat (4) butir b VCLT 1969. Konvensi Genosida itu
tetap berlaku sepenuhnya antara Amerika Serikat dalam hubungannya dengan Inggris
dan Meksiko. Dengan perkataan lain, baik Amerika Serikat dengan Inggris maupun
Amerika Serikat dengan Meksiko tetap terikat pada seluruh ketentuan perjanjian,
kecuali ketentuan dalam Article IX. Dalam hal ini, dengan ditolaknya persyaratannya
berarti kehendak dari Amerika Serikat itulah yang dikorbankan. Dalam kasus a quo,
tidak terdapat pernyataan sebaliknya dari Inggris maupun Meksiko seperti yang
dilakukan Belanda.
Lebih lanjut, Article 21 ayat (3) VCLT 1969 mengatur tentang akibat hukum dari
reservasi dan penolakan pada perjanjian antar negara tersebut. Reservasi yang
diberikan penolakan atau tidak mau terikat pada akibat hukum dari ketentuan
tertentu dari perjanjian, maka ketentuan itu tidak berlaku antara negara yang
mengajukan persyaratan dalam hubungannya dengan negara yang menyetujuinya.
Apabila misalnya terjadi sengketa antara kedua pihak yang ternyata berkaitan dengan
ketentuan perjanjian tersebut, maka ketentuan itu tidak bisa diterapkan atau tidak
berlaku terhadap sengketa itu.

5. Apakah konsekuensi hukum dari Reservasi Pasal IX Konvensi Genosida yang Amerika
lakukan terhadap hubungan Amerika dengan Venezuela dan Amerika dengan Ukraina
sebagai sesama pihak dalam Konvensi tersebut? Jelaskan disertai dasar hukumnya
dalam VCLT! (Fanny Shakira - 110110200163)
Jawab:
Perumusan reservasi tercantum dalam Pasal 19 VCLT 1969 yang menyatakan
bahwa suatu negara dapat menandatangani, meratifikasi, menerima, menyetujui atau
mengaksesi suatu perjanjian, merumuskan sebuah reservasi, kecuali (a) reservasi
dilarang oleh perjanjian (b) perjanjian menetapkan hanya reservasi tertentu, atau (c)
dalam hal memenuhi ayat (a) dan (b) reservasi tidak sesuai dengan objek dan tujuan
perjanjian. Jika dikaitkan dengan persyaratan atas ratifikasi yang dilakukan oleh Amerika
Serikat maka tidak terdapat aspek yang dilanggar dalam Pasal 19 VCLT 1969. Hal tersebut
dibuktikan dengan respons dari beberapa negara yang tidak secara keseluruhan menolak
tindakan dari Amerika Serikat, seperti Venezuela dan Ukraina. Terdapat sedikit dasar
untuk membenarkan status yuridis reservasi perjanjian, yaitu kesepakatan dapat
tercapai pada proposisi bahwa reservasi adalah setiap pernyataan yang dibuat oleh
suatu negara sebagai bagian dari ratifikasinya.10 Oleh karena itu, pernyataan dari setiap
negara menjadi penting dalam memberikan responnya terhadap suatu negara yang
mengajukan persyaratan.
Pertama mengenai hubungan hukum Amerika Serikat dan Venezuela. Respons
yang diberikan Venezuela berbentuk pernyataan bahwa jika terjadinya suatu sengketa
yang melibatkannya maka perlu persetujuan dari negaranya agar dinyatakan sah
sebelum diajukan ke Mahkamah Internasional. Tidak terdapat kalimat yang menyatakan
penolakan terhadap reservasi Amerika Serikat. Hal ini berbanding terbalik dengan
pernyataan Belanda yang menyatakan penolakan, sebagaimana diatur dalam Pasal 20
ayat (4) huruf b VCLT 1969. Oleh karena itu, berbeda dengan pernyataan Venezuela yang
dapat dikaitkan dengan Pasal 20 ayat (5) VCLT 1969 yang menyatakan bahwa untuk
tujuan ayat (2) dan (4) dan kecuali jika perjanjian menentukan lain, reservasi dianggap
telah diterima oleh suatu negara jika tidak mengajukan keberatan terhadap reservasi
pada akhir periode dua belas bulan setelah pemberitahuan reservasi atau pada tanggal
persetujuan mengikat pada perjanjian tersebut.
Selanjutnya, pernyataan Venezuela tersebut dapat dikaitkan juga dengan Pasal 21
ayat (1) huruf (a) dan (b) VCLT 1969, “A reservation established with regard to another
party in accordance with articles 19, 20 and 23:
(a) modifies for the reserving State in its relations with that other party the provisions of
the treaty to which the reservation relates to the extent of the reservation; and

(b) modifies those provisions to the same extent for that other party in its relations with
the reserving State.”

10
Marcellus R., International Law: Reservations to Multilateral Agreements , DePaul Law Review, Vol. 5, Issue 1, 1955.
Pasal ini menyebutkan bahwa reservasi yang dilakukan oleh setiap negara dengan
melakukan kerja sama, seperti kontrak dengan negara lain maka pernyataan ataupun
klausul yang disebutkan dalam reservasi tersebut harus dilakukan penyesuaian. Oleh
karena itu, akibat hukumnya adalah berlakunya reservasi Amerika Serikat terhadap
Venezuela.
Akibat hukum yang kedua adalah Amerika Serikat dengan Ukraine. Tidak terdapat
respons dari Ukraine terhadap persyaratan atas ratifikasi dari Amerika Serikat. Hal ini
dinilai bahwa Ukraine secara tidak langsung menyatakan persetujuan terhadap Amerika
Serikat sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (5) VCLT 1969. Jika Ukraine tidak
mengajukan pernyataan keberatan selama dua belas bulan setelah pemberitahuan
reservasi tersebut maka konsekuensi yang diperoleh adalah dinilai menyetujui reservasi
Amerika Serikat. Oleh karena itu, akibat hukumnya adalah pemberlakuan dan
keterikatan reservasi Amerika Serikat kepada Ukraine.
DAFTAR PUSTAKA

Regulasi
Vienna Convention on the Law of Treaties 1969

Jurnal
Achmad B. Bakry, Beberapa Aspek Reservasi Dalam Perjanjian Internasional, Perspektif, Vol 17,
No. 4, Oktober 2001.

Marcellus R., International Law: Reservations to Multilateral Agreements , DePaul Law Review,
Vol. 5, Issue 1, 1955.

Michael Engelbert Theis, Reservasi Pan American System (PAN) Menurut Hukum Perjanjian
Internasional, Lex Privatum, Vol. VIII, No. 3, Juli-September 2020.

Buku
Etty Agoes dan Mochtar Kusumaatmadja , Pengantar Hukum Internasional, Bandung, Alumni,
2019
Damos Dumoli Agusman, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktik Indonesia,
Bandung, Refika Aditama, 2017

Anda mungkin juga menyukai