Anda di halaman 1dari 9

1.

hubungan antara agama dan negara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni
integrated (penyatuan antara agama dan negara), intersectional (persinggungan antara agama
dan negara), dan sekularistik (pemisahan antara agama dan negara.Bentuk hubungan antara
agama dan negara di negara-negara Barat dianggap sudah selesai dengan sekularismenya atau
pemisahan antara agama dan negara.
2. Paradigma Integralistik (Unified Paradigm)

Secara umum teori integralistik dapat dinyatakan sebagai kesatuan yang seimbang dan terdiri
dari berbagai entitas. Entitas disini memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan itu
tidak berarti saling menghilangkan justru saling melengkapi,

saling menguatkan dan bersatu.

3. Paradigma Simbiotik (Symbiotic Paradigm)

Secara umum, teori simbiotik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua entitas yang
saling menguntungkan bagi peserta hubungan. Dalam konteks relasi negara dan agama,
bahwa antara negara dan agama saling memerlukan.

4. Paradigma Sekularistik (Secularistic Paradigm)

Paradigma ini menolak kedua paradigma diatas. Sebagai gantinya, paradigma sekularistik
mengajukan pemisahan (disparitas) agama atas negara dan pemisahan negara atas agama.
(Marzuki Wahid dan Rumadi, 2001: 28)

Setidaknya ada 3 relasi

antara Agama dan Negara

Integralistik

Simbiotik

Sekularistik

Pola Integralistik

Hubungan agama dan negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dua
lembaga yang menyatu (integrated).Negara merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus
lembaga negara. Pemerintahan negara diselenggara kan atas dasar kedaulatan Tuhan, karena
memang kedaulatan itu berada di tangan Tuhan (teokratis). Konsekuensinya, aturan negara
harus dijalankan menurut hukum-hukum Tuhan.

Pola Integralistik…

Paradigma integralistik di atas kemudian memunculkan kelompok pendukung “negara


agama” atau dalam konteks ini “negara Islam”. Paradigma ini banyak dianut kelompok Syiah

dengan doktrin imamahnya. Selain itu, juga dianut kelompok fundamentalis Islam yang
menekankan totalitas Islam. Tokoh dengan paradigma ini yang cukup dikenal adalah
AlMaududi (1903-1979 M). Bagi Al-Maududi, syari’at tidak mengenal pemisahan antara
agama dan negara. Syari’at adalah skema kehidupan yang sempurna dan meliputi seluruh
tatanan kemasyarakatan. Sehingga menurutnya, Islam harus dibangun di atas perundang-
undangan syari’ah yang dibawa Nabi dari Tuhan dan harus diterapkan dalam kondisi apapun.

Pola Simbiotik

Hubungan agama dan negara itu saling membutuhkan dan bersifat timbal balik. Agama
membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan mengembang kan agama.
Demikian sebaliknya, negara juga memerlukan agama karena dapat membantu negara dalam
pembinaan moral dan etika.

Pola Simbiotik…

Paradigma simbiotik dianut tokoh Ibnu Taimiyah (1263-1328 M), tokoh Sunni salafi yang
mengatakan: “agama dan negara benar-benar berkelindan; tanpa kekuasan negara yang

bersifat memaksa agama dalam keadaan bahaya. Dan negara tanpa disiplin hukum wahyu
pasti menjadi sebuah organisasi yang tiranik.” Antara agama dan negara merupakan dua
entitas yang berbeda, tetapi saling membutuhkan dan tidak dapat

dipisahkan.

Demikian halnya pemikiran al-Mawardi (975-1059 M), yang menegaskan bahwa


kepemimpinan negara (imamah) merupakan instrumen untuk meneruskan misi kenabian guna
memelihara agama dan pengaturan dunia. Pemeliharaan agama dan pengaturan dunia
merupakan dua jenis aktivitas yang berbeda, namun berhubungan secara simbiotik.

Pola Sekularistik

Ada pemisahan antara agama dan negara. Agama dan negara merupakan dua bentuk yang
berbeda, punya garapan masing-masing, sehingga keberadaannya harus dipisah kan. Dari
pemahaman yang dikotomis ini, maka hukum positif yang berlaku adalah hukum yang betul-
betul berasal dari kesepakatan manusia.

Pola Sekularistik…

Paradigma sekularistik digunakan oleh Ali Abdul Raziq (1888-1966 M), yang pada tahun
1925, menerbitkan sebuah risalah yang pada intinya menyatakan bahwa Islam tidak
mempunyai kaitan apa pun dengan sistem pemerintahan kekhalifahan. Juga dinyatakan,
kekhalifahan Khulafaur Rasyidin bukanlah sebuah sistem politik keagamaan atau keislaman,
tetapi sebuah sistem yang duniawi.

Bagi Abdur Raziq, pembentukan negara tidak disarankan oleh agama (syari’at) melainkan
berdasarkan pertimbangan akal umat. Paradigma ini dianut kemudian oleh para pendukung
“negara sekuler,” yang benar-benar memisahkan urusan agama dari negara.

teori integralistik menjelaskan tentang hubungan antara masyarakat dengan penguasa


negara, sehingga membentuk satu kesatuan utuh yang didukung oleh rasa kekeluargaan serta
kebersamaan.

2. Status sebagai warga negara dijamin dan menjadi hak bagi setiap orang. Di Indonesia, hukum
kewarganegaraan ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar atau UUD 1945 Pasal 28D.
Asas kewarganegaraan lebih lanjut akan menentukan seperangkat hak-hak dan
kewajiban yang melekat pada diri seseorang dalam sebuah negara. Negaralah yang memberi
batasan dan persyaratan kewarganegaraan tersebut.

Apatride
Apatride adalah istilah yang digunakan untuk orang yang tidak memiliki
kewarganegaraan.

Apatride muncul dari orang tua yang berasal dari negara yang menganut ius soli dan
dilahirkan di negara yang menganut asas ius sanguinis.

Contohnya adalah ketika seorang anak lahir di negara Jepang yang menerapkan asas
ius sanguinis atau berdasarkan keturunan, tetapi ia merupakan anak dari pasangan suami istri
yang memiliki kewarganegaraan Kanada yang menerapkan asas ius soli atau berdasarkan
tempat kelahiran. Maka, anak tersebut menjadi apatride.

Negara Jepang tidak memberikan kewarganegaraan karena ia bukan keturunan warga


negara Jepang. Negara Kanada tidak memberikan kewarganegaraan karena ia tidak lahir di
wilayah Kanada.

Bipatride
Bipatride adalah istilah yang digunakan untuk orang yang memiliki status
kewarganegaraan ganda.

Bipatride muncul dari orang tua yang berasal dari negara yang menganut asas ius
sanguinis dan dilahirkan di negara yang menganut ius soli.

Contohnya adalah ketika seorang anak lahir di negara Australia yang menerapkan
asas ius soli atau berdasarkan tempat kelahiran, tetapi ia merupakan anak dari pasangan suami
istri yang berkewarganegaraan Belanda yang menerapkan asas ius sanguinis atau berdasarkan
keturunan. Maka, anak tersebut menjadi bipatride.

Anak tersebut mendapat status kewarganegaraan Australia karena lahir di wilayah


Australia. Anak tersebut juga mendapatkan kewarganegaraan Belanda karena keturunan
warga negara Belanda.

3. Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat
Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam
gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh.

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang
harus dipahami seluruh masyarakat. Dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan
untuk mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat. Konsep
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara terdiri dari:
Pancasila
UUD 1945
NKRI
Bhinneka Tunggal Ika

PANCASILA

Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Sebagai dasar NKRI, Pancasila memiliki fungsi
sangat fundamental. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum. Sifat
Pancasila yuridis formal maka mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan
berlandaskan pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar filosofis dan sebagai perilaku
kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan atau cara hidup bagi
bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai
cita-cita nasional. Pancasila menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga menjadi
identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rujukan, acuan sekaligus tujuan
dalam pembangunan karakter bangsa.

Pada 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan pemikirannya tentang Pancasila, yaitu nama dari
lima dasar negara Indonesia, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Rumusan lima dasar negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah:

Ketuhanan Yang Maha Esa.


Kemanusaiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

UUD 1945

Nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945.

Norma konstitusional UUD 1945 menjadi acuan dalam pembangunan karakter bangsa.

Keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD 1945 menunjukkan komitmen bangsa Indonesia
untuk mempertahankan pembukaan dan bahkan tidak mengubahnya.

Terdapat empat kandungan dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjadi alasan komitmen
untuk tidak mengubahnya, yaitu:

Terdapat norma dasar universal bagi tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.
Terdapat empat tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaraan Indonesia khususnya tentang bentuk negara
dan sistem pemerintahan
Nilainya sangat tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia sebab dalam Pembukaan UUD 1945
terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.

NKRI

Dalam Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 disebutkan negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk republik. Dalam pembangunan karakter bangsa dibutuhkan komitmen terhadap
NKRI. Karakter yang dibangun pada manusia dan bangsa Indonesia dalah karakter yang
memperkuat dan memperkukuh komitmen terhadap NKRI. Bukan karakter yang berkembang
secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan NKRI. Maka rasa cinta terhadap tanah air
perlu dikembangkan dalam pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa
melalui pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan bangsa, bukan memecah belah NKRI.

Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika bertujuan menghargai perbedaan atau keragaman namun tetap bersatu
dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia terdiri dari
beragamnya suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman ini harus dipandang
sebagai kekayaan khasanah sosio-kultural, bersifat kodrati dan alamiah. Keberagaman bukan
untuk dipertentangkan apalagi diadu antara satu dengan yang lain sehingga berakibat pada
terpecah belah. Oleh sebab itu, Bhinneka Tunggal Ika harus dapat menjadi penyemangat
terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Tujuan Empat Pilar Kebangsaan

Pemilihan nilai-nilai empat pilar adalah untuk mengingatkan kembali kepada seluruh
komponen bangsa agar pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
terus dijalankan. Dengan tetap mengacu kepada tujuan negara yang dicita-citakan, serta
bersatu padu mengisi pembangunan agar bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera.
4. Unsur Konstitutif dan Deklaratif Terbentuknya Suatu Negara | Suatu negara dapat berdiri
tegak dan melaksanakan tujuannya apabila negara tersebut telah memenuhi syarat yang telah
ditentukan.

Syarat-syarat berdirinya suatu negara adalah harus memenuhi unsur konstitutif dan deklaratif.
Unsur Konstitutif berarti bahwa dalam suatu negara haruslah memiliki unsur rakyat, wilayah,
dan pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan Unsur Deklaratif berarti bahwa dalam rangka
memenuhi unsur tata aturan pergaulan internasional yang bersifat formalitas suatu negara
haruslah memperoleh pengakuan dari negara lain. Sifat formalitas disini ditunjukan oleh
adanya tujuan negara, undang-undang dasar, dan arti strategis untuk membina hubungan kerja
sama, rasa penghormatan dan pengakuan kedaulatan dari negara lain.

Berikut akan kita uraikan unsur-unsur konstitutif dan deklaratif dalam suatu negara. Unsur
konstitutif suatu negara antara lain:
1. Rakyat

Unsur terpenting suatu negara adalah rakyat, karena rakyatlah yang pertama kali memiliki
keinginan dan kehendak untuk membentuk negara. Kemudian rakyat ini pulalah yang
merencanakan, merintis, mengendalikan dan menyelenggarakan pemerintahan negara. Rakyat
adalah semua orang yang berada dan berdiam dalam suatu negara atau menjadi penghuni
negara yang tunduk dan patuh pada kekuasaan negaranya.

2. Wilayah

Wilayah suatu negara merupakan tempat berlindung bagi rakyat yang sekaligus menjadi
tempat bagi pemerintah untuk mengelola dan menyelenggarakan pemerintahan.

3. Pemerintah yang Berdaulat

Pemerintahan merupakan alat kelengkapan pemerintah yang melaksanakan fungsi negara.


Pemerintah berdaulat dijadikan sebagai organ dan fungsi yang melaksanakan tugas-tugas
penting dalam negara. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah mempunyai kekuatan yang
mengikat ke dalam dan keluar. Kekuasaan ke dalam berarti kekuasaan pemerintah itu diakui
dan berwibawa terhadap rakyatnya. Kedaulatan atau kekuasaan keluar berarti pemerintah
negara tersebut memiliki kekuasaan yang bebas tidak terikat dan tidak memihak serta tunduk
pada kekuasaan lain, serta ketentuan yang ada dalam negaranya. Dengan demikian, terdapat
sikap saling menghormati kekuasaan negara satu dengan negara lain, tanpa turut campur
dalam urusan dalam negeri dan negara lain.

unsur deklaratif

suatu negara yaitu memperoleh pengakuan dari negara lain. Hal ini sangat diperlukan sebagai
suatu pernyataan dalam tata hubungan internasional. Adanya status negara yang ingin
melakukan hubungan diplomatik. Suatu negara membutuhkan pengakuan dari negara lain,
disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain:

Adanya kekhawatiran terancamnya kelangsungan hidup negara terhadap intervensi yang


datang dari dalam maupun dari luar.

Ketentuan hukum alam yang tidak dapat dihindari bahwa suatu negara tidak dapat berdiri
sendiri, tanpa bantuan dan kerja sama dengan negara lain.

Dengan demikian, kita sebagai bangsa dan negara yang utuh perlulah kiranya membentengi
diri dengan segala potensi yang kita miliki. Hal ini termasuk peranan warga negaranya dalam
menjamin keutuhan dan kelangsungan hidup bangsa dan negaranya.

5. Konstitusi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap bangsa dan negara. Baik bagi
negara yang sudah lama merdeka, maupun negara yang baru saja memperoleh
kemerdekaannya.

Konstitusi adalah sekumpulan aturan dasar yang mengatur fungsi serta struktur lembaga
pemerintah. Konstitusi juga menjadi dasar hubungan antara negara dan rakyatnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Konstitusi merupakan pencerminan kehidupan politik di dalam masyarakat. Konstitusi dapat
menjamin hak-hak warga negaranya dari tindakan sewenang-wenang dari pemegang
kekuasaan.

Secara umum, konstitusi terbagi menjadi dua yaitu konstitusi tertulis dan konstitusi tidak
tertulis.

Konstitusi Tertulis
Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan negara, dan tata negara.
Konstitusi tertulis lebih tegas dibandingkan konstitusi tidak tertulis karena konstitusi tertulis
menjamin adanya kepastian hukum. Konstitusi tertulis dapat diidentifikasi dari ciri-cirinya.
Ciri-ciri konstitusi tertulis adalah:
 Memuat tentang organisasi negara.
 Menjamin hak-hak asasi manusia.
 Terdapat prosedur perubahan undang-undang dasar.
 Memuat larangan utuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar.
 Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.
Konstitusi tertulis dicantumkan dalam dokumen tertulis. Perubahan atau amandemen
dari konstitusi tertulis dilaksanakan melalui tahap-tahap yang ditentukan melalui kebijakan
publik. Contoh konstitusi tertulis di Indonesia adalah Undang-Undang dasar atau UUD
1945.
5. Demokrasi adalah sebuah bentuk dari pemerintahan yang dimana seluruh warga negara akan
memiliki hak yang dianggap setara pada sebuah pengambilan dari keputusan yang akan
memberikan kemampuan dalam mengubah hidup yang mereka miliki.
Hakikat Demokrasi
Pada dasarnya, hakikat demokrasi adalah menempatkan rakyat sebagai pemegang kuasa.
Lebih lanjut, Dwi Sulisworo dkk. dalam Bahan Ajar Demokrasi menerangkan bahwa hakikat
demokrasi meliputi tiga hal.

1. Pemerintahan dari rakyat


Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah di mata rakyat
atau legitimate government. Pemerintahan yang sah ini adalah pemerintahan yang mendapat
pengakuan dan dukungan rakyat. Legitimasi atau pengakuan ini penting bagi sebuah
pemerintahan agar pemerintah dapat menjalankan birokrasi dan program-programnya.

2. Pemerintahan oleh rakyat


Suatu pemerintahan harus dijalankan atas nama rakyat, bukan atas dorongan sendiri.
Pengawasannya pun dilakukan oleh rakyat. Proses pengawasannya dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung (melalui lembaga pengawas).

3. Pemerintahan untuk rakyat


Kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan
rakyat. Kemudian, pemerintah harus menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada
rakyat dalam menyampaikan aspirasinya. Penyampaian ini dapat dilakukan secara langsung
atau melalui media.
7. LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Awalnya pada tahun
1990, LGBT digunakan untuk merujuk pada kelompok homoseksual dan transgender saja.
Sekarang, singkatan ini melingkupi lebih banyak orientasi seksual dan beragam identitas
gender.
Untuk menunjukkan representasi yang lebih menyeluruh, singkatan LGBT berkembang
menjadi LGBTQIA atau LGBTQ+. Meskipun begitu, LGBT memang lebih umum digunakan
sebagai istilah yang merepresentasikan kelompok dengan orientasi seks dan gender yang
berbeda dari heteroseksual dan cisgender (berkaitan dengan jenis kelamin).
1. Lesbian
Orientasi seksual dalam LGBT ini menggambarkan perempuan yang memiliki ketertarikan
terhadap individu dengan jenis kelamin perempuan atau orang yang mengidentifikasi dirinya
dengan gender perempuan.

Artinya, seorang transpuan juga bisa dikatakan sebagai lesbian ketika tertarik terhadap
transpuan lain atau individu dengan jenis kelamin perempuan.

Transpuan adalah seseorang yang berjenis kelamin pria, tetapi mendefinisikan dirinya sebagai
wanita.
2. Gay
Istilah ini sering dipakai untuk merujuk pada individu berjenis kelamin laki-laki yang saling
memiliki ketertarikan satu sama lain, padahal lesbian juga termasuk ke dalam gay.

Begitu pun dengan individu dengan gender pria, terlepas dari kondisi biologisnya, yang
tertarik dengan individu dengan jenis kelamin laki-laki bisa disebut gay.

Secara informal, seorang biseksual dan panseksual juga sering menyebut dirinya sebagai gay
ketika mereka tertarik pada individu lain yang memiliki orientasi seksual yang sama.

Sederhananya, istilah gay dalam LGBT merujuk pada seseorang yang memiliki ketertarikan
terhadap individu lain yang memiliki orientasi seksual atau gender yang sama.
3. Biseksual
Seringnya biseksual hanya diartikan sebagai ketertarikan pada individu dengan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki, padahal definisi ini kurang tepat.

Biseksual menggambarkan ketertarikan pada setiap gender, tidak hanya perempuan atau laki-
laki, tetapi juga transgender, gender biner, nonbiner, dan lain-lain.

4. Transgender
Istilah transgender merujuk pada setiap orang yang memiliki ekspresi gender (sifat maskulin
dan feminin) yang berbeda dari gender yang berkaitan dengan jenis kelamin atau kode
genetiknya saat lahir.

Seseorang bisa mendefinisikan dirinya sebagai transgender terlepas dari apakah ia sudah
melakukan operasi ganti kelamin atau terapi hormon.

Begitu pun dengan individu yang telah melakukan perubahan identitas secara formal,
menyangkut nama dan jenis kelamin.

a. Pancasila adalah sumber atau tempat untuk menggali serta menemukan hukum dalam
suatu negara.
b. segala peraturan yang ada di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
c. Pancasila memiliki fungsi dan peran memberi gerak dan membimbing ke arah tujuan
untuk mewujudkan masyarakat Pancasila. Di samping itu, Pancasila sebagai jiwa bangsa
lahir bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia
bahwa Pancasila berperan sebagai nyawa, sumber, pandangan hidup, Ideologi Bangsa,
bahkan ciri khusus bangsa Indonesia dimana Pancasila ini didapat seiring dengan
perjalanan sejarah bangsa Indonesia
d. pancasila merupakan keputusan final bagi bangsa Indonesia yang harus diamalkan dan
dilestarikan oleh seluruh rakyat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai