Anda di halaman 1dari 64

AKADEMI ANGKATAN UDARA

DEPARTEMEN AERONAUTIKA

ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTUR MIKRO DAN TINGKAT


KETANGGUHAN PADA BAJA AISI 4340 SETELAH MENGALAMI
PROSES HEAT TREATMENT ( QUENCHING, ANNEALING DAN
NORMALIZING)

Tugas Akhir

Diajukan Oleh:

KRISTIAN DINATA
SMDT NO AK. 2018.458

DEPARTEMEN AERONAUTIKA
YOGYAKARTA
2021
ii

PERSETUJUAN

1. Naskah proposal tugas akhir yang disusun oleh

a. Nama : Kristian Dinata

b. Pangkat / No Ak. : Sermadatar / No.Ak 2018 458

c. Judul tugas akhir : “ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTUR MIKRO DAN


TINGKAT KETANGGUHAN PADA BAJA AISI 4340 SETELAH MENGALAMI PROSES
HEAT TREATMENT ( QUENCHING, ANNEALING DAN NORMALIZING)”.

2. Atas dasar pertimbangan serta berbagai ketentuan yang berlaku dinilai telah memenuhi
persyaratan dan disetujui untuk dipertanggungjawabkan di depan tim penguji tugas akhir
Akademi Angkatan Udara.

Mengetahui : Yogyakarta, Juni 2021


Mengetahui :
Kepala Departemen Aeronautika Pembimbing Utama
Kepala Departemen Aeronautika

Arif Djoko Nugroho, S.T. Devi Hughes A, S.T.


Kolonel Tek NRP 517445 Arif Djoko
Mayor Nugroho,
Tek NRP 533602S.T.
Kolonel Tek NRP 517445

PENGESAHAN
iii

1. Naskah proposal tugas akhir yang disusun oleh:

a. Nama : Kristian Dinata

b. Pangkat/ No Ak : Sermadatar / 2018.458

c. Judul Tugas Akhir : “ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTUR MIKRO


DAN TINGKAT KETANGGUHAN PADA BAJA AISI 4340 SETELAH MENGALAMI
PROSES HEAT TREATMENT ( QUENCHING, ANNEALING DAN NORMALIZING)”.

telah dinyatakan lulus ujian oleh tim penguji tugas akhir Akademi Angkatan Udara pada
hari……………….tanggal…………………….2021 dengan nilai

Yogyakarta, Juni 2021


Kepala Departemen Aeronautika

Arif Djoko Nugroho, S.T.


Kolonel Tek NRP 517445
iv

PENGESAHAN PENGUJI

Naskah tugas akhir dengan judul “ ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTUR MIKRO DAN
TINGKAT KETANGGUHAN PADA BAJA AISI 4340 SETELAH MENGALAMI PROSES HEAT
TREATMENT ( QUENCHING, ANNEALING DAN NORMALIZING)”, telah dipertanggungjawabkan
di depan tim penguji pada hari …………….......…. tanggal …………. Juni 2021

NO NAMA STATUS TANDA TANGAN

1. R. Agus Subijanto, S.T. Ketua 1. ………….


Kolonel Tek NRP 518806

2. M. Rif’an, S.T., M.Cap Mgt., ctm Anggota 2. ………….


Letkol Tek NRP 529576

3. Devi Hughes, S.T. Anggota 3. ………….


Mayor Tek NRP 533602

4. PNS Purwadi, S.Si., M.Si. Anggota 4. ………….


NIP 196911281996031001

Yogyakarta, Juni 2021


Kepala Departemen Aeronautika

Arif Djoko Nugroho, S.T.


Kolonel Tek NRP 517445
v

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

a. Nama : Kristian Dinata

b. Pangkat / Nomor Akademi : Sermadatar/ 2018.458

c. Judul Tugas akhir :


“ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTUR MIKRO DAN TINGKAT KETANGGUHAN PADA
BAJA AISI 4340 SETELAH MENGALAMI PROSES HEAT TREATMENT ( QUENCHING,
ANNEALING DAN NORMALIZING)”

2. Menyatakan bahwa naskah tugas akhir dengan judul ANALISIS PERBANDINGAN


STRUKTUR MIKRO DAN TINGKAT KETANGGUHAN PADA BAJA AISI 4340 SETELAH
MENGALAMI PROSES HEAT TREATMENT ( QUENCHING, ANNEALING DAN NORMALIZING)
adalah murni hasil penelitian, pemikiran, dan pemaparan sendiri. Sepanjang pengetahuan
saya, tidak terdapat karya ataupun pendapat yang pernah ditulis ataupun diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam naskah
dan daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik dan sanksi lain yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Akademi Angkatan Udara. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, Juni 2021

Pembuat Pernyataan

Kristian Dinata
Sermadatar No. Ak. 2018.458
vi

ANALISIS PERBANDINGAN STRUKTUR MIKRO DAN TINGKAT KETANGGUHAN PADA BAJA


AISI 4340 SETELAH MENGALAMI PROSES HEAT TREATMENT ( QUENCHING, ANNEALING
DAN NORMALIZING)
Kristian Dinata, Devi Hughes A, S.T.

.
ABSTRAK

Baja adalah material yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari, baja sering
digunakan karena sifat-sifat mekaniknya yang kuat, bisa dibentuk,dan keras. Untuk
memperbaiki sifat-sifat mekanik pada baja tersebut, dapat dilakukan dengan berbagai cara
salah satunya adalah dengan proses perlakuan panas (Heat Treatment). Proses perlakuan
panas dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan maupun mengubah sifat logam sesuai
yang diinginkan oleh penguji.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat ketangguhan pada baja AISI
4340 setelah mengalami proses perlakuan panas yaitu quenching, annnealing dan
normalizing. Pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat uji impact metode
charpy dan pengujian struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik dengan
perbesaran 400 kali. Pengujian ini dilakukan sebanyak 9 kali dengan masing masing metode
3 kali untuk diambil nilai rata-rata.

Dari hasil perhitungan dan pengolahan dari data-data yang telah dikumpulkan, serta
dilakukan perbandingan menggunakan grafik maupun tabel, dapat diketahui bahwa proses
perlakuan panas ( quenching, annealing, dan normalizing) terhadap tingkat ketangguhan
serta dilihat melalui struktur mikronya dapat disimpukan bahwa proses perlakuan panas
dengan metode normalizing menghasilkan tingkat ketangguhan yang paling tinggi pada baja
AISI 4340.

Kata Kunci : Charpy, Quenching, Annealing, Normalizing, Heat treatment, Baja,


Struktur Mikro
vii

ANALYSIS OF COMPARISON MICRO STRUCTURE AND TOUGHNESS LEVEL OF AISI 4340


STEEL AFTER EXPERIENCING HEAT TREATMENT PROCESS ( QUENCHING, ANNEALING
AND NORMALIZING)
Kristian Dinata, Devi Hughes A, S.T

ABSTRACT

Steel is a material that often we meet in daily life. Steel often used because of its
mechanical properties like strength, can be formed, and hardness. To improve its mecahnical
propertie of steel, can be done with various methods, one of the methods is heat treatment.
Heat Treatment process is carried out with a purpose to increase and improve its mechanical
properties as desired.

This research have a purpose to know the level of toughness from AISI 4340 Steel.
After going through the heat treatment process ( quenching, annealing, and normalizing).
This research is done with charpy impact test and micro structure test with optical microscope
with 400x zoom. This research was conducted 9 times, each method was conducted 3 times
to take the average value.

From the result of calculating and processing from data that collected and done with
comparison witht graphic as well as tablel. Can be known that heat treatment process for
toughness level and can be looked from micro sructure can be concluded that normalizing
process produce the highest toughness level of AISI 4340 steel.

Keywords : Charpy, Quenching, Annealing, Normalizing, Heat treatment, Steel, Micro


Structure
viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktu yang telah diberikan.

Naskah tugas akhir yang berjudul “Analisis Perbandingan Struktur Mikro Dan Tingkat
Ketangguhan Pada Baja AISI 4340 Setelah Mengalami Proses Heat Treatment ( Quenching,
Annealing dan Normalizing)” adalah merupakan syarat kelulusan bagi Taruna Akademi
Angkatan Udara. Namun, dalam menyusun naskah ini penulis juga mendapatkan hambatan
serta kendala. Dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak lain akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mendapatkan bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih setinggi tingginya kepada

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan berkat dan karunia-Nya

2. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan dalam proses pembuatan
tugas akhir ini.

3. Marsekal Muda Tni Nanang Santoso selaku Gubernur Akademi Angkatan


Udara.

4. Kolonel Teknik Arief Djoko Nugroho, S.T. selaku Kepala Departemen Akademi
Angkatan Udara.

5. Mayor Teknik Devi Hughes Ardiansyah, S.T. selaku dosen pembimbing materi
yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
ix

6. Seluruh dosen dan para anggota tetap Departemen Aeronautika yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

7. Rekan-rekan Taruna tingkat III dan seluruh pihak yang terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Didalam penyusunan penulisan ini, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam
penuliasn ini. Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan ini penulis sangat
mengharkan tanggapan berupa kritik serta saran dari semua pihak. Semoga dapat berguna
serta bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak lain.

Yogyakarta, 4 Juni 2021


Penulis

Kristian Dinata
Sermadatar No.Ak. 2018.458
x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i

PERSETUJUAN.................................................................................................................ii

PENGESAHAN................................................................................................................ .iii

PENGESAHAN PENGUJI..................................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................................v

ABSTRAK.........................................................................................................................vi

ABSTRACT..................................................................................................................... .vii

KATA PENGANTAR..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI......................................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................xii

DAFTAR TABEL.............................................................................................................. .xiv

BAB I PENDAHULUAN

Umum........................................................................................................... ..1
Maksud dan Tujuan.........................................................................................2
Rumusan Masalah..........................................................................................2
Batasan Masalah............................................................................................3
Metodologi.................................................................................................... ..3
Sistematika Penulisan.....................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI


xi

Landasan Teori...............................................................................................5
a. Baja.............................................................................................. ..5
b. Quenching......................................................................................9
c. Annealing......................................................................................10
d. Carburizing...................................................................................11
e. Normalizing...................................................................................13
f. Struktur Mikro...............................................................................14
g. Impact Test...................................................................................15
h. ASTM............................................................................................19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Umum........................................................................................................... 21
a. Studi Literatur...............................................................................21
b. Metode Eksperimen .....................................................................21
Waktu Dan Tempat Penelitian......................................................................21
Variabel Penelitian........................................................................................21
a. Variabel Bebas.............................................................................22
b. Variabel Terikat............................................................................22
Instrumen Penelitian.....................................................................................22
a. Bahan...........................................................................................22
b. Alat............................................................................................... 23
Diagram Alir.................................................................................................. 27
Rancangan Percobaan.................................................................................29
Gantt chart.................................................................................................... 31

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Uraian Data...................................................................................................32
a. Pengumpulan Data.......................................................................32
b. Pengolahan Data..........................................................................34
Analisis Data.................................................................................................44
a. Analisis Tingkat Ketangguhan......................................................44
b. Analisis Struktur Mikro..................................................................46
xii

BAB V PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................... 47

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kurva Proses Quenching........................................................................10
Gambar 2.2 Carburizizng............................................................................................12
Gambar 2.3 Proses Normalizing.................................................................................13
Gambar 2.4 Struktur Mikro Baja.................................................................................15
Gambar 2.5 Alat Uji Ketangguhan Charpy..................................................................15
Gambar 2.6 Spesimen Pengujian Ketangguhan.........................................................17
Gambar 2.7 Penjelasan Metode Charpy.....................................................................18
Gambar 2.8 ASTM E23...............................................................................................20
Gambar 3.1 Baja AISI 4340........................................................................................22
Gambar 3.2 Air ...........................................................................................................23
Gambar 3.3 Oven....................................................................................................... 23
Gambar 3.4 Mikroskop Optik......................................................................................24
Gambar 3.5 Alat Uji Impak Charpy.............................................................................24
Gambar 3.6 Penjepit...................................................................................................25
Gambar 3.7 Penggaris................................................................................................25
Gambar 3.8 Alat Pemadam Kebakaran .....................................................................25
Gambar 3.9 Wearpack................................................................................................26
Gambar 3.10 Glove.......................................................................................................26
Gambar 3.11 Safety Glasses........................................................................................26
Gambar 3.12 Gentt Chart............................................................................................. 31
Gambar 4.1 Proses Pemotongan Spesimen...............................................................32
Gambar 4.2 Proses Heat Treatment...........................................................................33
Gambar 4.3 Proses Pengujian Impak.........................................................................33
Gambar 4.4 Mikroskop Optik......................................................................................34
Gambar 4.5 Struktur Morfologi Spesimen Sebelum Dilakukan Proses Heat
Treatment ...........................................................................................34
Gambar 4.6 Spesimen Setelah Dilakukan Uji Impak..................................................35
Gambar 4.7 Tingkat ketangguhan logam setelah dilakukan quenching.....................37
xiii

Gambar 4.8 Struktur morfologi spesimen setelah dilakukan proses quenching.........37


Gambar 4.9 Spesimen Setelah Dilakukan Uji Impak..................................................38
Gambar 4.10 Tingkat ketangguhan logam setelah dilakukan annealing .....................40
Gambar 4.11 Struktur morfologi spesimen setelah dilakukan proses annealing..........40
Gambar 4.12 Spesimen Setelah Dilakukan Uji Impak..................................................41
Gambar 4.13 Tingkat ketangguhan logam setelah dilakukan normalizing....................43
Gambar 4.14 Struktur morfologi spesimen setelah dilakukan proses normalizing........44
Gambar 4.15 Data Hasil Pengujian Ketangguhan Dengan Alat Uji Impak Metode Charpy
................................................................................................................46
xiv

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Data Energi Yang Diserap Spesimen (quenching).................................35
Tabel 4.2 Data Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Quenching.........37
Tabel 4.3 Data Energi Yang Diserap Spesimen (annealing)..................................38
Tabel 4.4 Data Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Annealing...........40
Tabel 4.5 Data Energi Yang Diserap Spesimen (normalizing)................................41
Tabel 4.6 Data Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Normalizing........43
Tabel 4.7 Data Hasil Pengujian Ketangguhan Alat Uji Impak Charpy....................46
BAB I
PENDAHULUAN

1. UMUM. Didalam kehidupan ini kita membutuhkan sebuah peralatan atau sesuatu
yang lainnya, yang digunakan untuk mempermudah manusia dalam melakukan sesuatu.
Dalam kehidupan sehari hari kita sering menggunakan material yang disebut logam, kita
sering menjumpai logam dalam kehidupan ini, sebagian besar benda benda yang
digunakan dalam kehidupan manusia adalah logam. Alasan logam banyak digunakan
dalam kehidupan ini adalah karena logam terkenal dengan sifatnya yang kuat, ulet, dan
bisa dibentuk. Ada banyak jenis jenis logam yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat sesuatu benda, seperti salah satu contohnya yaitu baja. Baja adalah logam
paduan yang memiliki unsur dasar dari besi yang dipadukan dengan beberapa elemen lain
termasuk karbon. Karbon ditambahkan dalam baja yang memiliki fungsi untuk menambah
tingkat kekerasan pada baja. Baja banyak digunakan dalam dunia perindustrian karena
memiliki sifat yang kuat, ulet, dan mudah dibentuk. Ada beberapa standardisasi baja yang
berlaku didunia, salah satunya adalah AISI (American Iron and Steel Institute). AISI adalah
standardisasi baja yang diatur oleh lembaga khusus di Amerika. Ada beberapa contoh
baja AISI yaitu AISI 4140, 4340, 1060, 1045 dsb. 4 angka yang ada dalam baja AISI
merupakan sistem penomoran yand ada pada AISI, dengan ketentuan 2 digit pertama
menunjukan jenis baja dan 2 digit terakhir menunjukan seberapa besar kadar karbon yang
ada dalam baja tersebut. Pada percobaan kali ini saya menggunakan baja AISI 4340
sebagai spesimen utama, 43 disana berarti baja tersebut mengandung Nikel(Ni),
Molybdenum(Mo), dan Chromium(Cr). Sedangkan untuk 40 berarti karbon tersebut
mengandung 0,4% karbon.

Agar mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah menggunakan perlakuan panas pada suatu material.
perlakuan panas dilakukan dengan tujuan untuk mengubah suatu sifat fisik dan mekanik
pada suatu logam. Caranya adalah dengan memanaskan suatu logam pada suhu tertentu
lalu setelah itu dilakukan proses pendinginan, ada beberapa teknik dalam perlakuan panas
yaitu quenching, anneling, dan normalizing. Quenching adalah metode yang dengan cara
memanaskan logam pada suhu tertentu lalu didinginkan dengan cepat. Sedangkan
2

anneling adalah adalah memanaskan logam pada suhu tertentu lalu mendinginkan dengan
perlahan lahan, dan normalizing adalah dengan cara didiamkan pada suhu ruangan

Dalam percobaan ini saya akan membandingkan tingkat ketangguhan baja tersebut
dengan menggunakan pengujian impak yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
suatu material dalam menerima beban tumbukan dengan besar energi tertentu. Dengan
menggunakan baja AISI 4340 dan menggunakan beberapa metode heat treatment seperti
anneling, quenching, dan normalizing. Dengan menguji material tersebut dengan cara
yang berbeda akan menimbulkan sifat fisik dan mekanik yang berbeda karena
menggunakan perlakuan panas yang berbeda. pada baja tersebut setelah dilakukan heat
treatment dan dilakukan pengujian impak, akan didapatkan tingkat ketangguhan yang
berbeda dari setiap metode perlakuan panas yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
terbaik dari suatu logam tersebut.

2. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui apa
yang akan kita cari :

a. MAKSUD.Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengubah sifat mekanik suatu
logam guna mendukung keselamatan terbang dan kerja, serta untuk meningkatkan kualitas
suatu pekerjaan.

b. TUJUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh heat treatment
pada tingkat ketangguhan dan struktur mikro pada baja AISI 4340.

3. RUMUSAN MASALAH. Adapun rumusan masalah yang digunakan pada penelitian ini
sebagai berikut :

a. Bagaimana tingkat ketangguhan baja AISI 4340 setelah dilakukan quenching,


anneling, dan normalizing?

b. Bagaimana perbandingan hasil uji impact pada AISI 4340 setelah dilakukan
proses quenching, anneling, dan normalizing?
3

c. Bagaimana struktur mikro baja AISI 4340 sebelum dan sesudah dilakukan
proses quenching, annealing dan normalizing.

4. BATASAN MASALAH. Adapun batasan masalah agar penelitian ini dapat lebih fokus,
maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :

a. Spesimen yang digunakan adalah AISI 4340.

b. Proses Heat Treatment menggunakan metode quenching, anneling dan


normalizing.

c. Material dipanaskan menggunakan oven pada suhu sekitar 900℃

d. Pengujian impak dilakukan menggunakan metode charpy.

e. Pengujian struktur mikro menggunakan mikroskop optik.

5. METODOLOGI. Adapun metodologi pada penelitian ini untuk mengetahui apa yang
akan kita cari :

Pada penelitian kali ini spesimen yang digunakan adalah baja AISI 4340, lalu
dilakukan pengujian struktur mikro sebelum dilakukan perlakuan panas. Perlakuan panas
pada spesimen tersebut menggunakan teknik quenching, anneling, dan normalizing
dengan cara dipanaskan menggunakan microwave pada suhu sekitar 900℃ . quenching
dilakukan menggunakan air, annealing dilakukan dengan cara mendinginkan secara
perlahan di microwave, dan normalizing didiamkan pada suhu ruangan. Setelah itu ketiga
spesimen akan dilakukan pengujian struktur mikro untuk mengetahui perubahan morfologi
spesimen tersebut. Setelah itu akan dilakukan uji ketangguhan menggunakan metode
charpy untuk mengetahui perbandingan tingkat ketangguhan spesimen tersebut setelah
dilakukan perlakuan panas.
4

6. SISTEMATIKA PENULISAN. Adapun sitstematika penulisan pada penelitian saya kali


untuk mengetahui isi penelitian ini :

a. BAB I. Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang,
maksud dan tujuan, rumusan masalah, batasan masalah, metodologi, serta
sistematika penulisan.

b. BAB II. Landasan Teori. Pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka,
definisi operasional dan uraian teori.

c. BAB III. Metode Penelitian. Pada bab ini akan dibahas mengenai metode
penelitian yang dilakukan , yakni jenis dan desain penelitian, rancangan percobaan,
waktu dan tempat , variabel penelitian, instrumen penelitian,dan diagram alir
penelitian.

d. BAB IV. Analisa Data dan Pembahasan. Pada bab ini akan dibahas
menganalisa data dan pembahasan masalah, yakni uraian masalah,analisa
masalah,dan pemecahan masalah.

e. BAB V. Penutup. Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI

7. TINJAUAN PUSTAKA. Adapun tinjauan pustaka yang bertujuan sebagai referensi dalam
penelitian kali ini:

a. Beny Bandanadjaj, Ari Siswanto, Helmi Eka Putra (2019). “Pengembangan


Material AISI 4340 Sebagai Bahan Dasar link Track Melalui Proses Perlakuan
Panas”. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin rendah temperatur
penahan austempering maka struktur bainit pada spesimen akan lebih halus dan
spesimen dengan temperatur austempering terendah (3000 C) menghasilkan nilai
impak tertinggi sebesar 0.61 N/mm2.

b. Halim Rusjdi, Andika Widya Pramono, Wahyu Bawono Faathir (2016).


“Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Pada Baja
AISI 4340”. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa pengujian komposisi kimia
pada baja AISI 4340 sebesar 0,4%, dari persentase unsur karbon pada baja AISI
4340 termasuk dalam baja karbon menengah. Nilai kekerasan pada baja AISI 4340
mengalami kenaikan dari 33,36 HRC menjadi 53,96 HRC setelah dilakukan
quenching, dan semakin tinggi temperatur dalam tempering maka nilai kekerasan
dan kekuatan pada baja AISI 4340 akan menurun.

8. LANDASAN TEORI. Untuk mempermudah pengerjaan penelitian kali ini, terdapat


beberapa teori yang digunakan untuk mendukung jalannya penelitian ini. Landasan teori
digunakan

a. Baja, baja adalah paduan antara besi yang menjadi unsur utamanya dan
karbon sebagai unsur penguat pada baja tersebut. Besi adalah kandungan utama
pada suatu baja dengan komposisi sekitar 97% dan Karbon yang berfungsi sebagai
penguat sebesar 0,2% - 2,1%. Baja juga mengandung beberapa unsur lain seperti
Nikel(Ni), Mangan(Mn), Silikon(Si), Sulfur(S), Fosfor(P) dan lainnya.

Karbon dalam baja tersendiri memiliki pengaruh pada kekuatan dan kekerasan
pada baja tersebut. Semakin tinggi kadar karbonnya, maka tingkat kekerasan dan
6

kekuatan tariknya semakin tinggi. Tetapi akan menjadikan baja tersebut semakin
getas serta keuletannya menurun.

Menurut Wiryosumarto (2004), berdasarkan komposisi karbon yang digunakan,


baja dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu:

1) Baja karbon, Baja karbon adalah baja dengan paduan antara besi dan
karbon dan juga dengan sedikit unsur lain seperti Nikel(Ni), Silikon(Si),
Sulfur(S), Fosfor(P) dsb. Kadar karbon pada baja ini sangat menentukan
kekuatan dan kekerasan pada baja, semakin tinggi kadar karbonnya maka
semakin bertambah juga tingkat kekerasan dan kekuatannya. Baja karbon
dapat diibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

a) Baja Karbon Rendah. Baja karbon rendah memiliki kadar karbon


kurang dari 0,3%. Baja jenis ini biasa disebut dengan baja ringan (mild
steel). Baja jenis ini yang banyak digunakan adalah jenis cold roll steel
yang biasa digunakan dalam body kendaraan.

b) Baja Karbon Sedang. Baja karbon sedang adalah baja dengan


kandungan karbon sebesar 0,3% - 0,6%. Kekuatan dan kualitas perlakuan
pada baja ini lebih baik dibanding dengan baja karbon rendah. Tetapi jenis
ini tidak mudah dibentuk oleh mesin dan sulit dalam dilakukannya
pengelasan.

c) Baja Karbon Tinggi. Baja karbon tinggi adalah baja dengan


kandungan karbon antara 0,6% sampai 1,7%. Baja jenis ini memiliki sifat
ketahanan panas,kekerasan dan kekuatan tarik yang tinggi, akan tetapi
untuk keuletannya lebih rendah dibanding lainnya.

2) Baja paduan, Baja paduan adalah baja dengan perpaduan antara satu
atau lebih unsur lainnya seperti Nikel(Ni), Mangan(Mn), Molybdenum(Mo),
Kromium(Cr), Vanadium(V) dll. Tujuan dipadukan dengan unsur lain adalah
7

untuk memperoleh sifat mekanik yang diinginkan pada baja tersebut. Baja
paduan dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:

a) Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel). Baja paduan rendah


merupakan baja dengan paduan unsur lain sebesar kurang dari 2,5%.
Kadar karbon pada baja ini sama seperti baja karbon, hanya ditambahkan
sedikit unsur paduan.

b) Baja Paduan Menengah (Medium Alloy Steel). Baja paduan


menengah adalah baja dengan paduan unsur lain sebesar 2,5% - 10%.

c) Baja Paduan Tinggi (High Alloy Steel). Baja paduan tinggi adalah
baja yang unsur paduannya melebihi 10% contohnya baja tahan karat,
baja perkakas dan baja mangan.

3) Sifat-sifat logam, menurut Cita Diasari (2014), Logam pada umumnya


memiliki sifat mekanik, sifat mekanik logam adalah sifat yang menyatakan
kemampuan pada suatu logam dalam menerima suatu gaya tanpa mengalami
kerusakan pada logam tersebut. Dibawah ini adalah sifat-sifat logam :

a) Kekuatan (strength), yaitu kemampuan logam dalam menerima gaya


berupa tengangan tanpa mengalami kerusakan berupa patah.
Berdasarkan pada jenis beban yang bekerja kekuatan logam dapat dibagi
menjadi beberapa macam yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan
tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.

b) Kekerasan (hardness), yaitu kemampuan suatu logam dalam


menerima gaya berupa penetrasi, pengikisan dan pergeseran. Sifat ini
berhubungan dengan sifat ketahanan aus

c) Kekakuan (stifness), yaitu kemampuan suatu logam dalam


mempertahankan bentuk setelah mendapatkan gaya tanpa
mengakibatkan adanya kerusakan pada logam tersebut.
8

d) Ketangguhan (toughness), yaitu sifat yang menyatakan kemampuan


logam dalam menyerap gaya yang diberikan tanpa mengakibatkan adanya
kerusakan. Juga sebagai ukurann berapa banyaknya gaya yang
dibutuhkan untuk mematahkan suatu logam tersebut.

e) Kelenturan (elasticity), yaitu kemampuan suatu logam dalam kembali


ke bentuk asal setelah mengalami deformasi atau perubahan bentuk.

f) Plastisitas (plasticity), yaitu kemampuan suatu logam dalam


mengalami sejumlah perubahan bentuk secara permanen sebelum terjadi
perpatahan. Material yang memiliki plastisitas yang bernilai tinggi biasa
disebut juga dengan ulet, sedangkan material yang memiliki plastisitas
yang rendah bisa disebut juga dengan getas.

g) Mulur (creep), merupakan kecendurungan dalam suatu logam untuk


mengalami deformasi plastik bila pembebanan yang besarnya relatif tetap
dilakukan dalam waktu yang lama pada suhu yang tinggi,

h) Kelalahan (fatigue), merupakan kemampuan suatu material dalam


menahan beban secara terus menerus atau merupakan kecendurungan
dari logam untuk menjadi patah bila menerima beban bolak-balik yang
besarnya masih jauh di bawah batas kekakuan elastisnya.

i) Keuletan (ductility), adalah kemampuan suatu logam dengan


pengaplikasiannya menggunakan kekuatan tarik. Material dikatakan ulet
jika material ini kuat dan lentur.

j) Kegetasan (brittleness), adalah suatu sifat logam yang memiliki sifat


yang berlawanan dengan keuletan. Material dikatakan getas bila material
tersebut terjadi pecah dengan mudah jika diberi keregangan yang tidak
terlalu besar.
9

Pada penelitian kali ini, akan digunakan spesimen yang dibuat dari baja AISI
4340. AISI (American Iron & Steel Institue) adalah stadardisasi baja yang diterima
luas di negara Amerika. Penomoran pada baja AISI 4340 memiliki arti, digit pertama
sebagai unsur utama dalam baja tersebut, digit kedua merupakan unsur campuran
pada baja tersebut, dan digit ke 3 dan 4 yaitu persentase karbon pada baja tersebut.
Pada baja AISI 4340 berarti Molybdenum steel dengan ditambah Nikel (Ni) dan
Chromium(Cr) yang mengandung karbon sebesar 0,4%.

b. Quenching, Adalah proses pendinginan setalah mengalami pemanasan.


Quenching dapat dilakukan dengan media berupa oli, air, air garam dan lainnya
menyesuaikan dengan specimen yang akan dilakukan quenching. Dimana kondisi
sangat mempengaruhi tingkat kekerasan pada suatu spesimen. Pada quenching,
proses paling cepat akan menghasilkan tingkat kekerasan yang paling tinggi. Jika
suatu benda kerja dilakukan proses quenching ke dalam metode quenching, yang
akan terpanasi pertama adalah lapisan cairan yang ada disekitar benda kerja,
sehingga saat mencapai titik didih dan akan berubah menjadi uap. Terdapat
beberapa cara yang bisa dilakukan dalam melakukan quenching yaitu :

1) Direct Quenching, atau bisa disebut dengan pendinginan secara langsung


dengan karburasi. Benda yang dilakukan dengan cara ini akan mengalami
pengelupasan permukaan benda, akan tetapi pendinginan langsung ini juga
dapat memberi dampak pada permukaan benda kerja yang akan menjadi getas.

2) Single Quenching, atau disebut juga dengan pendinginan tunggal. Cara ini
dlakukan dengan pemanasan dan pendinginan dari benda kerja yang telah
dikarburasi lalu dilakukan proses pendingainan dengan menggunakan suhu
ruangan.

3) Double Quenching, atau disebut juga dengan pendinginan ganda. Cara ini
dilakukan dengan proses pendinginan atau pengerasan suatu spesimen
dengan menggunakan suhu ruangan setelah dilakukan proses karburasi.
Kemudian akan dilakukan pemanasan diluar kotak karbon dan dilakukan
pemanasan kembali sampai temperatur Austenit dan setelah itu dilakukan
10

pendinginan secara cepat. Tujuan dilakukannya cara ini adalah untuk


mendapatkan butiran struktur yang lebih halus.

Gambar 2.1 Kurva Proses Quenching

Untuk melakukan pendinginan, terdapat beberapa media yang dapat digunakan


untuk melakukan metode quenching, untuk memperoleh pendinginan secara merata
maka bahan pendingin tersebut hampir semua di sirkulasi, contoh :

1) Air dapat melakukan pendinginan dengan proses yang sangat cepat.

2) Minyak / oli juga dapat memberi pemndinginan secara cepat, tapi minyak
harus memenuhi berbagai macam persyaratan untuk bisa mendinginkan
dengan baik,

3) Udara akan melakukan proses pendinginan secara perlahan atau lambat.


Tidak semua udara dapat disirkulasi, terdapat juga udara yang tidak dapat
disirkulasi.

4) Garam dapat melakukan proses pendinginan secara cepat dan juga


merata. Biasa digunakan untuk proses pengerasan atau hardening.

c. Annealing , Proses annealing yaitu proses pemanasan suatu baja sampai


temperatur diatas temperatur krisis maksimum 9800 C lalu ditahan beberapa waktu
11

kemudian pendinginannya dilakukan perlahan-lahan di dalam tungku. Keuntungan


yang didapat dari proses ini adalah sebagai berikut :

1) Menurunkan tingkat kekerasan.

2) Memperbaiki sifat mekanik yang diinginkan.

3) Menghilangkan tegangan sisa.

4) Menghilangkan terjadinya retak karena panas.

5) Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan struktur.

6) Memperhalus ukuran butir.

d. Carburizing, Karburasi adalah proses penambahan karbon pada suatu


permukaan benda yang bertujuan untuk mengeraskan lapisan luar pada suatu
benda. Cara melakukan karburasi adalah dengan cara memanaskan benda dalam
lingkungan yang banyak mengandung karbon aktif, sehingga akan menyebabkan
karbon berdifusi dan masuk ke permukaan baja. Pada dasarnya proses ini adalah
proses pemasukan karbon ke dalam permukaan baja, tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan tingkat kekerasan dari suatu material. Dan walaupun keras, material
yang telah di karburasi akan tetap memiliki tingkat ketangguhan yang baik, karena
tingkat kekerasan yang nggi hanya terdapat pada permukaan sedangkan semakin ke
dalam semakin berkurang.
12

Gambar 2.2 Carbutizing.

Bisa disebut juga, carburizing bertujuan untuk mengurangi keausan akibat


gesekan yang terjadi pada material tersebut dengan cara menambahkan tingkat
kekerasan dan kekuatan yang cukup tinggi pada permukaan suatu material.

Berdasarkan media karburasinya, metode karburasi dapat diibedakan menjadi


beberapa macam yaitu padat, cair, dan gas. Metode karburasi adalah metode yang
paling sederhana bila dibandingkan dengan metode cair dan gas karena metode ini
hanya dilakukan dengan menempatkan spesimen ke dalam wadah yang berisi media
karburasi yang akan mengeluarkan gas berupa CO 2 dan CO pada saat terjadi
pemanasan pada suhu autenisasi yaitu sekitar 8420 – 9530 C. Energizer dan katalis
seperti natrium karbonat (Na2CO3), akan meningkatkan pembentukan proses karbon
monoksida, seperti natrium karbonat. Kandungan karbon dari setiap jenis serbuk
batu bara berbeda beda. Semakin tinggi kandungan karbon dalam batu bara, maka
penetrasi karbon ke permukaan baja akan semakin baik pula. Kentungan dari proses
Carburizing adalah:

1) Untuk mengontrol kedalaman dapat dilakukan denngan mudah dengan


mengatur lamanya holding time.

2) Untuk pembentukan kompleks baik


13

3) Biaya relatif rendah

4) Dibanding medium atau high carbon steel, hasil carburizing ini lebih
tangguh.

e. Normalizing, adalah proses perlakuan panas dimana suatu spesimen akan


dipanaskan hingga mencapai temperatur yang diingingkan, setelah itu dilakukan
proses pendinginan secara perlahan dengan menggunakan media udara.
Normalizing baja adalah proses pemanasan baja hingga mencapai fase austenite
sehingga akan diperoleh struktur mikro austenite. Selanjutnya akan dilakukan proses
pendinginan dengan media udara normmal. Sehingga struktur dalam baja yang telah
berubah tersebut akibat perlakuan mekanik, ataupun karena bekerja pada
temperatur tinggi atau rendah akan kembali ke struktur normal lagi yang disebabkan
oleh proses normalizing.

Untuk melakukan normalizing pada baja, baja akan dipanaskan hingga


mencapai suhu kritis (800-9500 C), kemudian pada suhu tersebut baja akan di tahan.
Dan setelah itu akan dilakukan proses pendinginan sesuai dengan suhu kamar, yaitu
sekitar 270 C. Lama pendinginan ini lah yang akan mempengaruhi sifat mekanik
suatu logam tersebut. (Sarjito Jokosisworo, 2018)

Gambar 2.3 Proses Normalizing


14

f. Struktur Mikro, Adalah gambaran dari kumpulan beberapa fasa pada baja
yang dapat diamati menggunakan mikroskop dengan teknik metalografi. Mikroskop
yang digunakan untuk pengujian struktur mikro yaitu mikroskop optik dan mikroskop
elektron. Struktur mikro utama dari besi dan baja adalah sebagai berikut :

1) Austenit, adalah larutan padat karbon bebas dan besi dalam besi gamma.
Pada perlakuan panas pada suatu baja, setelah baja tersebut mencapai suhu
kritis atas. Struktur pada baja tersebut menjadi austenit yang keras, ulet dan
non-magnetik. Pada pendinginan dibawah suhu 7230 C, ia mulai berubah
menjadi perlit dan ferit. Baja austenitik tidak dapat dikeraskan dengan metode
perlakuan panas yang biasa dan non magnetik

2) Ferit, mengandung sangat sedikit dan bisa juga tidak terdapat karbon yang
ada didalam zat besi. Struktur ferit dihasilkan dari proses pendinginan yang
lambat dari baja karbon rendah dibawah suhu kritis. Bila dilakukan pendinginan
dengan cepat maka ferit tidak akan mengeras.

3) Semenit, biasa dikenal dengan besi karbida (Fe3C). sementit akan


meningkat dengan meningkatnya kadar karbon yang tercermin pada diagram
keseimbangan Fe-C. Sementit diyakini penyebab dari kekerasan dan
kerapuhan pada besi cor. Sementit ini akan memiliki efek yaitu mengurangi
kekuatan tarik. Ketika karbon membentuk kompinasi yang pasti dengan besi
dalam bentuk besi karbida yang sangat keras di alam maka akan terbentuk
sementit.

4) Perlit, adalah perpaduan antara eutektoid dari ferit dan sementit.


Kekerasan pada perlit sendiri akan meningkat dengan proporsi perlit dalam
bahan besi. Sifat pearlite yaitu relatif kuat, ulet dan keras sedangan pada ferit
sifatnya lemah, ulet dan lunak. Bentuk pada perlit sendiri yaitu berupa lapisan
gelap dan terang yang bergantian. Permukaannya akan terlihat seperti
pearl(mutiara) ketika dilihat dengan bantuan mikroskop, karena itu disebut
perlit.
15

Gambar 2.4 Struktur Mikro Baja

g. Impact test, Impact test (uji ketangguhan) adalah suatu pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan suatu material terhadap beban kejut.
Uji impak adalah pengujian yang menggunakan beban dinamik. Pada pengujian
impak, terjadi proses penyerapan energi dalam jumlah besar dari energi kinetik suatu
benda yang menumbuk ke spesimen. proses tersebutu akan diubah dallam berbagai
respon pada material seperti deformasi plastis, efek insterisis, gesekan dan efek
inersia. Metode pengujian impak secara umum terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1) Metode Charpy

Gambar 2.5 Alat Uji Ketangguhan Charpy


16

Yopi Handoyo, 2013 berpendapat pengujian impak Charpy adalah standar


pengujian laju regangan tinggi yang menentukan tingkat ketangguhan suatu
material tersebut dari seberapa besar energi yang diserap oleh spesimen
tersebut, spesimen diletakan dengan posisi horizontal dan ditahan dibagian
ujungnya. Kemudian pendulum ditarik ke atas. Setelah tu pendulum dilepaskan
dan akan mengenai spesimen yang akan diuji tersebut. Pada saat pendulum
dinaikan pada ketinggian h1, setelah itu pendulum akan dilepas sehingga
mengayun bebas mengenai spesimen yang mengakibatkan spesimen itu patah.

Metode charpy merupakan pengujian dengan meletakan posisi specimen uji


pada tumpuan dengan posisi horizontal/mendatar dan arah pembebanan
berlawanan dengan arah takikan. Metode charpy memiliki bebrapa kelebihan
yaitu :

a) Hasil pengujian akurat.

b) Praktis dan penggunaannya mudah.

c) Tidak membutuhkan waktu lama dalam pengujian

Kekurangan dari metode Charpy ;

a) Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal.

b) Spesimen dapat bergeser dari tumpuan karena tidak dicekam.

c) Hanya dapat dilakukan pada spesimen yang kecil.

2) Metode Izod
Metode Izod ini memiliki perbedaan dibanding dengan metode Charpy, salah
satuya adalah posisi dari spesimen itu sendiri. pada metode Izod peletakan
spesimen uji pada tumpuan dengan posisi dan arah pembebanan searah
dengan arah takikan. di negara Amerika pada umumnya mereka menggunakan
17

metode charpy sebagaii pengujian ketahanan, sedangkan di Eropa mereka


cenderung menggunakan metode izod dalam pengujian impak.

Kekurangan metode izod :

a) Biaya yang dikeluarkan mahal.

b) Hasil yang diperoleh kurang akurat.

c) Hasil dari patahan spesimen kurang baik.

d) Waktu tidak efektif karena memerlukan prosedur yang banyak.

Benda uji yang dipergunakan untuk metode charpy pada penelitian ini
menggunakan standard ASTM E23 yang memiliki panjang 55m, luas penampang
lintang bujur sangkar 10cm x 10cm dan mengandung takik V-45 , dengan r (jari-
jari) dasar 0,25mm dan kedalaman 2mm. Spesimen diletakkan pada posisi
horizontal sebagai tumpuan dan gagian yang tkda bertakik diberi beban impak
dengan menggunakan bandul yang diayunkan dengan kecepatan sekitar 4,9m/s.
benda akan menjadi lengkung dan lalu pada laju regangan yang tiinggi sekitar 10s
akan mengalami patah.

Untuk metode izod, spesimen yang digunakan memiliki penampang lintang


bujur sangkar atau lingkaran yang bertakik V didekat ujung yang dijepit. berikut
adalah perbedaan benda uji Charpy dan Izod

Gambar 2.6 Spesimen Pengujian Ketangguhan


18

Gambar 2.7 Penjelasan Metode Charpy

Ed=Ep−Em ................................................................................................................
Ed=m . g . h 1−m . g . h 2
Ed=m . g( h 1−h 2)
Ed=m . g( λ ( 1−cosα )− λ ( cosβ−cosα ))
Ed=m . g . λ ( cosβ −cosα )................................................................................................

Keterangan :
Ep = Energi potensial (Joule)
Em = Energi mekanik (Joule)
m = Massa pendulum (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s2)
h1 = Jarak awal pendulum dengan benda uji (m)
h2 = Jarak akhir pendulu dengan benda uji (m)
λ = Jarak lengan pengayun (m)
cosα = Sudut posisi awal pendulum
cosβ = Sudut posisi akhir pendulum

Untuk menghitung besaran usaha yang dilakukan oleh pendulum, kita dapat
menggunakan persamaan diatas. Maka didapat:
19

W 1=G x h1..................................................................................................................
W 1=G x λ(1−cosα).....................................................................................................

Dalam pengujian impak tersebut maka akan didapati sisa usaha setelah
pendulum mengenai benda uji, maka usaha tersebut dapat dihitung dengan
rumus :

W 2=G x h2 ..................................................................................................................
W 2=G x λ ( cosβ−cosα )...............................................................................................

Keterangan :
W1 = Usaha pendulum sebelum mengenai benda uji (joule)
W2 = Usaha pendulum setelah mengenai benda uji (joule)
G = Berat pendulum (kg)
h1 = Jarak awal pendulum dengan benda uji (m)
h2 = Jarak akhir pendulum dengan benda uji (m)
λ = Jarak lengan pengayun (m)
cosα = Sudut posisi awal pendulum
cosβ = Sudut posisi akhir pendulum

Maka usaha yang diperlukan untuk satu kali pukulan pendulum terhadap benda
uji dapat dihitung sebagai berikut :

W =W 1−W 2.............................................................................................................
W =Gxλ ( cosβ−cosα )...................................................................................................

Keterangan :
W = Usaha untuk mematahkan benda uji (joule)

Dengan didapatnya usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji, maka
nilai impak dapat dihitung menggunkan rumus berikut:

W
K= ........................................................................................................(2.13)
A
20

Keterangan :
K = Nilai impak (kg.m/mm2)
A = Luas penampang dibawah takikan (mm2)

h. ASTM, (American Society for Testing and Materials) adalah organisasi


internasional yang mengatur tentang standardisasi pengujian suatu material. ASTM
memiliki standard sekitar 12000 standard dengan berbagai macam pengkodean.
ASTM bertujuan untuk menentukan stadardisasi dalam pengujian suatu material.
Pada penelitian kali ini, akan digunakan ASTM E23 untuk pengujian impak
menggunakan metode charpy.

Gambar 2.8 ASTM E23


21

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

9. Umum. Pada penelitian kali ini akan dibahas mengenai metode pengujian serta alat
dan bahan yang digunakan pada pengujian ini. Pada tahap ini akan dijelaskan mengenai
tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam pengujian ini yaitu quenching, annealing,
normalizing serta uji impak pada spesimen untuk mengetahui tingkat ketangguhan suatu
material tersebut. Penelitian kali ini akan dilakukan di Departemen Aeronautika Akademi
Angkatan Udara. Adapun metode yang digunakan yaitu :

a. Studi Literatur. Pada tahap ini dilakukan proses pembuatan landasan teori
dengan melaksanakan kegiatan pencarian sumber literatur maupun referensi
mengenai uji impak baja setelah mengalami heat treatment yang digunakan sebagai
landasan dalam penelitian ini.

b. Metode Eksperimen. Dalam tahap ini akan dilakukan percobaan heat treatment
pada baja yang akan dilakukan pengujian impak setelah itu. Pengujian ini akan
dilaksanakan di Departemen Aeronautika Akademi Angkatan Udara.

10. Waktu dan Tempat. Dalam penelitian perbandingan ketangguhan baja ini akan
dilaksanakan pada saat jam pelajaran serta jam bimbingan untuk tugas akhir yang
dilakukan di Departemen Aeronautika Akademi Angkatan Udara. Tempat ini sangat
mendukung dalam proses penelitian ini dikarenakan alat dan bahan yang tersedia di
Departemen Aeronaitika ini sangat lengkap dan dalam kondisi bagus untuk melakukan
pembuatan spesimen hingga dilakukannya pengujian spesimen.

11. Variabel Penelitian. Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas, yaitu

1) Proses Heat treatment menggunakan quenching, annealing, dan


normalizing.
22

b. Variabel terikat, yaitu

1) Nilai impak dari pengujian ketangguhan dengan metode charpy.

2) Struktur morfologi pada spesimen dengan setelah dilakukan pengujian


struktur mikro

12. Instrumen Penelitian. Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam
proses pembuatan penelitian ini, yaitu :

a. Adapun beberapa bahan yang disiapkan dan digunakan dalam proses


penelitian ini, antara lain:

1) Spesimen yang digunakan dalam pengujian kali ini yaitu baja AISI 4340

Gambar 3.1 Baja AISI 4340

2) Media pendingin yang digunakan dalam proses quenching adalah air


23

Gambar 3.2 Air

b. Adapun beberapa alat yang telah disiapkan dan digunakan dalam proses
penelitian ini, antara lain

1) Oven yang digunakan untuk memanaskan baja AISI 4340 dalam proses
quenching, annealing, dan normalizing.

Gambar 3.3 Oven

2) Mikroskop optik, yang digunakan untuk pengujian struktur mikro pada baja
sebelum dan sesudah dilakukannya proses heat treatment.

Gambar 3.4 Mikroskop Optik


24

3) Alat pengujian impak yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji
impak metode charpy

Gambar 3.5 Alat Uji Impak Charpy

4) Penjepit spesimen, yang digunakan untuk mengambil spesimen yang telah


dilakukan pemanasan oleh oven

Gambar 3.6 Penjepit


25

5) Penggaris, yang digunakan untuk melakukan pengukuran dalam penelitian


ini

Gambar 3.7 Penggaris

6) Alat pemadam kebakaran digunakan untuk mengantisipasi jika terjadi


situasi yang tidak diinginkan dalam penelitian ini

Gambar 3.8 Alat pemadam kebakaran

c. Untuk memastikan keamanan dan keselamatan kerja yang dilakukan dalam


penelitian ini, terdapat beberapa alat keselamatan kerja yang digunakan, yaitu:

1) Wearpack digunakan untuk melindungi badan kita pada saat melakukan


penelitian ini
26

Gambar 3.9 Wearpack

2) Sarung tangan (Glove) digunakan untuk melindungi tangan kita saat


melaksanakan penelitian ini

Gambar 3.10 Glove

3) Safety Glasses digunakan untuk melindungi mata kita darii serpihan


serpihan pada saat melakukan penelitian ini

Gambar 3.11 Safety Glasses

13. Diagram Alir

MULAI

STUDI LITERATUR

PEMBUATAN SPESIMEN
27

ANALISA

KESIMPULAN

SELESAI

a. Mulai. Tahapan ini dimulai dengan pengajuan judul penelitian yang akan diteliti
kepada dosen pembimbing.

b. Studi Literatur. Tahapan ini dimulai dengan pembuatan landasan teori


mengenai Baja AISI 4340 maupun teori teori yang akan digunakan untuk mendukung
penelitian guna meningkatkan pemahaman tentang penelitian ini

c. Persiapan Spesimen. Tahapan ini dimulai dengan pencarian spesimen yang


akan digunakan untuk penelitian yaitu Baja AISI 4340.

d. Pengujian Struktur Mikro. Tahap ini akan dilakukan pengujian struktur mikro
yang bertujuan untuk melihat struktur morfologi permukaan baja tersebut sebelum
dan sesudah mengalami Heat Treatment.

e. Pembuatan Spesimen. Tahapan ini dimulai dengan pembuatan spesimen yang


akan disiapkan untuk proses pengujian ketangguhan.

f. Perlakuan Panas. Tahapan ini akan dilakukan proses perlakuan panas


quenching, annealing, normalizing pada spesimen yang telah disiapkan.
28

g. Pengujian Impact. Tahapan ini dimulai dengan proses pengujian impact pada
spesimen yang telah dilakukan proses perlakuan panas guna untuk mengetahui
tingkat ketangguhan tiap tiap spesimen.

h. Analisa. Tahapan ini akan dilakukan pengolahan data-data yang telah diambil,
dan akan dilakukan perbandingan abntara semua data yang telah diambil untuk
mengetahui tingkat ketangguhan spesimen setelah mengalami proses quenching,
annealing, maupun normalizing.

i. Kesimpulan. Tahapan ini akan dilakukan pembuatan hasil analisa dari data-data
dan diringkas untuk mempermudah memahami hasil dari penelitian.

j. Selesai. Tahapan terakhir dari tahapan-tahapan pengujian yang dilakukan.

14. Rancangan Percobaan. Sebelum dilakukan uji ketangguhan, akan disiapkan


spesimen yang akan diuji terlebih dahulu. Spesimen tersebut akan dilakukan proses
perlakuan panas pada baja dengan metode quenching, annealing, dan normalizing.

a. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses quenching :

1) Siapkan spesimen yang akan diuji.

2) Panaskan baja menggunakan oven pada suhu 9000 c selama 15 menit.

3) Siapkan media yang akan digunakan berupa air biasa. Lalu quenching
dengan air tersebut.

4) Setelah itu angkat spesimen yang telah di quenching dan diamkan terlebih
dahulu.

b. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses annealing :

1) Siapkan spesimen yang akan diuji.


29

2) Panaskan spesimen ke dalam oven hingga mencapai temperatur 900 0 C


selama 15 menit.

3) Setelah selesai, matikan oven dan biarkan spesimen dingin secara


perlahan lahan didalam oven selama 24 jam.

4) Setelah selesai ambil spesimen yang telah diuji tersebut.

c. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses normalizing :

1) Siapkan spesimen yang akan diuji.

2) Panaskan spesimen tersebut kedalam hingga mencapai suhu 900 0 C


selama 15 menit.

3) Setelah selesai, angkat spesimen tersebut dari oven dan dinginkan pada
suhu ruangan selama 24 jam.

4) Setelah itu angkat spesimen yang telah dilakukan normalizing.

d. Tahapan tahapan yang diakukan dalam pengujian impact :

1) Siapkan spesimen yang telah dilakukan proses perlakuan panas.

2) Letakkan spesimen tersebut pada ujung penampang atau tatakan benda


uji pada alat uji impak.

3) Naikkan pendulum pada alat uji impak pada sudut yang telah ditentukan
untuk menguji spesimen tersebut.

4) Setelah itu buka kunci pemukul hingga pemukul mengayun dan menabrak
spesimen tersebut.
30

5) Biarkan pemukul tetap mengayun dan tunggu sampai berhenti.

6) Lihat hasil pengujian pada alat ukur yang terdapat pada alat uji impak
charpy.

15. Gentt Chart


31

Gambar 3.12. Gentt Chart


32

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

10. URAIAN DATA. Pada penelitian kali ini, dilakukan menggunakan logam baja AISI
4340 yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketangguhan dan struktur mikro pada
material tersebut melalui mikroskop optik setelah dilakukan proses quenching, annealing
dan normalizing.

Pada bab ini akan ditampilkan nilai ketangguhan material setelah dilakukan proses
quenching, annealing dan normalizing yang akan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik,
dan juga akan disajikan foto hasil dari pengujian struktur mikro setelah mengalami proses
annealing, quenching, dan normalizing.Grafik, tabel serta foto dari pengujian. Pada bab ini
akan ditampilkan proses pengumpulan data dan pengolahan data.

a. Pengumpulan Data, pada tahap ini akan disajikan beberapa foto dari perolehan
setelah melaksanakan proses pembuatan spesimen hingga pengujian. Dibawah ini
adalah daftar foto yang didapat dari penelitian ini :

Gambar 4.1 Proses Pemotongan Spesimen

Pada Gambar 4.1 adalah proses pemotongan baja AISI 4340 sebelum
dilaksanakannya pengujian. Proses pemotongan baja tersebut dilaksanakan di
Departemen Aeronautika Akademi Angkatan Udara. Proses pemotongan ini
menggunakan alat-alat yang sudah ada di lab proses produksi, dan waktu
pemotongan dilaksanakan saat jam tugas akhir.
33

Gambar 4.2 Proses heat treatment

Pada gambar 4.2 ditampilkan proses pengujian heat treatment yang dilaksanakan di
laboratorium material teknik Departemen Aeronautika AAU. Pada proses ini
dilaksanakan proses quenching, annealing dan normalizing pada baja AISI 4340
untuk dilakukan pengujian impak dan pengujian struktur mikro. Proses quenching
dilakukan dengan menggunakan media air sebagai media pendingin, untuk proses
annealing dilakukan dengan cara didiamkan didalam oven, dan proses normalizing
dilakukan dengan didiamkan pada suhu ruangan.

Gambar 4.3 Proses Pengujian impak

Pada gambar 4.3 ditampilkan proses pengujian impak yang dilakukan dengan
menggunakan alat uji impak metode charpy yang terdapat di laboratorium material
teknik Departemen Aeronautika AAU. Pengujian teresebut dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat ketangguhan baja terebut setelah dilaksanakan proses heat
treatment.
34

Gambar 4.4 Mikroskop Optik

Pada gambar 4.4 ditampilkan proses pengujian struktur mikro yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop optik yang terdapat di laboratorium material teknik
Departemen Aeronautika AAU.

b. Pengolahan Data, Selanjutnya akan ditampilkan hasil dari pengujian baja AISI
4340 setelah dilakukan proses quenching dengan metode pengujian ketangguhan
metode charpy dan pengujian struktur mikro dengan menggunakan alat mikroskop
optik. Grafik, tabel dan gambar hasil pengujian akan disajikan pada Tabel 4.1., Tabel
4.2., Gambar 4.5., Gambar 4.6., Gambar 4.7, dan Gambar 4.8.

Gambar 4.5 Struktur Morfologi Spesimen Sebelum Dilakukan Proses Heat Treatment.
35

Tabel 4.1. Data energi yang diserap spesimen (quenching)

No. Sampel Tebal (mm) Takik (mm) E (joule)

1 Q1 10,00 8,00 7,00

2 Q2 10,00 8,00 8,00

3 Q3 10,00 8,00 7,00

Gambar 4.6 Spesimen Setelah Dilakukan Uji Impak

Spesimen quenching :
T = 10 mm
Tt = 8 mm

Keterangan :
T = Tebal benda uji
Tt = Tinggi takikan benda uji

Maka dapat dihitung luas penampang takik benda uji sebagai berikut :

A = T x Tt
36

A = 10 mm x 8 mm
A = 80 mm2

Setelah didapat luas penampang takik benda uji, maka kita dapat menghitung nilai
impak dari 3 kali pengujian untuk menentukan nilai rata-rata dari spesimen.

W
1) K=
A
7 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 , 09 2
mm

W
2) K=
A
8 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 ,10 2
mm

W
3) K=
A
7 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 , 09 2
mm

Dari hasil percobaan ketiga spesimen dengan metode quenching yang dilakukan
pengujian ketangguhan maka didapatkan hasil rata-rata dari ketiga spesimen
tersebut, yaitu :

0 , 09+0 , 10+0 , 09 joule


Rata−rata=
3 mm
2

joule
¿ 0 , 09 2
mm
37

Tabel 4.2. Data Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Quenching.

Luas Penampang
NO SAMPEL Nilai Impak (J/mm2)
(A)

1 Q1 80 mm2 0,09
2 Q2 80 mm2 0,10
3 Q3 80 mm2 0,09

Rata - rata 0,09

PERBANDINGAN NILAI IMPAK ( QUENCHING )


0.12
Gambar 4.7
Tingkat 0.1 Ketangguhan
Logam Setelah
Dilakukan 0.08 quenching
0.06

0.04

0.02

0
Q1 Q2 Q3

NILAI IMPAK

Gambar 4.8 Struktur Morfologi Spesimen Setelah Dilakukan Proses Quenching.


38

Selanjutnya akan ditampilkan hasil dari pengujian baja AISI 4340 setelah dilakukan
proses annealing dengan metode pengujian ketangguhan metode charpy dan
pengujian struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik. Grafik, tabel dan
gambar hasil pengujian akan disajikan pada Tabel 4.3., Tabel 4.4, Gambar 4.9.,
Gambar 4.10, Gambar 4.11.

Tabel 4.3. Data energi yang diserap spesimen (annealing)

No. Sampel Tebal (mm) Takik (mm) E (joule)

1 A1 10,00 8,00 19,00

2 A2 10,00 8,00 20,00

3 A3 10,00 8,00 18,00

Gambar 4.9 Spesimen Setelah Dilakukan Uji Impak

Spesimen annealing :
T = 10mm
Tt = 8mm

Keterangan :
T = Tebal benda uji
Tt = Tinggi takikan benda uji
39

Maka dapat dihitung luas penampang takik benda uji sebagai berikut :
A = T x Tt
A = 10mm x 8mm
A = 80 mm2

Setelah didapat luas penampang takik benda uji, maka kita dapat menghitung nilai
impak dari 3 kali pengujian untuk menentukan nilai rata-rata dari spesimen.

W
1) K=
A
19 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 ,24 2
mm

W
2) K=
A
20 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 ,25 2
mm

W
3) K=
A
18 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 ,23 2
mm

Dari hasil percobaan ketiga spesimen dengan metode annealing yang dilakukan
pengujian ketangguhan maka didapatkan hasil rata-rata dari ketiga spesimen
tersebut, yaitu :

0 , 24+0 , 25+0 , 23 joule


Rata−rata=
3 mm
2
40

joule
¿ 0 , 24 2
mm

Tabel 4.4. Data Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Annealing.

Luas Penampang
No Sampel Nilai Impak (J/mm2)
(A)

1 A1 80 mm2 0,24
2 A2 80 mm2 0,25
3 A3 80 mm2 0,23

Rata - rata 0,24

PERBANDINGAN NILAI IMPAK ( ANNEALING )


0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
A1 A2 A3

NILAI IMPAK

Gambar 4.10 Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Annealing


41

Gambar 4.11 Struktur Morfologi Spesimen Setelah Dilakukan Proses Annealing

Selanjutnya akan ditampilkan hasil dari pengujian baja AISI 4340 setelah dilakukan
proses annealing dengan metode pengujian ketangguhan metode charpy dan
pengujian struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik. Grafik, tabel dan
gambar hasil pengujian akan disajikan pada Tabel 4.5., Tabel 4.6., Gambar 4.12.,
dan Gambar 4.13, dan Gambar 4.14.

Tabel 4.5. Data Usaha Yang Dilakukan Pada Alat Uji Impak

No. Sampel Tebal (mm) Takik (mm) E (joule)

1 N1 10,00 8,00 35,00

2 N2 10,00 8,00 38,00

3 N3 10,00 8,00 38,00

Gambar 4.12 Spesimen Setelah Dilakukan Uji Impak

Spesimen normalizing :
T = 10mm
Tt = 8mm

Keterangan :
42

T = Tebal benda uji


Tt = Tinggi takikan benda uji

Maka dapat dihitung luas penampang takik benda uji sebagai berikut :
A = T x Tt
A = 10mm x 8mm
A = 80 mm2

Setelah didapat luas penampang takik benda uji, maka kita dapat menghitung
nilaiimpak dari 3 kali pengujian untuk menentukan nilai rata-rata dari spesimen.

W
1) K=
A
35 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 , 44 2
mm

W
2) K=
A
38 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 , 48 2
mm

W
3) K=
A
38 joule
K= 2
80 mm
joule
K=0 , 48 2
mm
43

Dari hasil percobaan ketiga spesimen dengan metode normalizing yang dilakukan
pengujian ketangguhan maka didapatkan hasil rata-rata dari ketiga spesimen
tersebut, yaitu :

0 , 44+ 0 , 48+0 , 48 joule


Rata−rata=
3 mm
2

joule
¿ 0 , 47 2
mm

Tabel 4.6. Data Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Normalizing.

Luas Penampang
No Sampel Nilai Impak (J/mm2)
(A)

1 N1 80 mm2 0,44
2 N2 80 mm2 0,48
3 N3 80 mm2 0,48

Rata - rata 0,47

PERBANDINGAN NILAI IMPAK (NORMALIZING)


0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
N1 N2 N3

NILAI IMPAK

Gambar 4.13. Tingkat Ketangguhan Logam Setelah Dilakukan Normalizing


44

Gambar 4.14 Struktur Morfologi Spesimen Setelah Dilakukan Proses Normalizing.

11. ANALISIS DATA.

a. Analisis Tingkat Ketangguhan. pengujian spesimen akan dilakukan dengan


menggunakan pengujian impak metode charpy yang dilakukan sebanyak 3x pada tiap tiap
metode (quenching, annealing, dan normalizing) yang bertujuan untuk mendapatkan niilai
rata rata dari ketiga percobaan tersebut. Hasil dari pengujian ketangguhan tersebut akan
dihitung dengan ( J/mm2 ).

1) Quenching. Proses quenching pada baja AISI 4340 ini dilakukan


menggunakan oven dan dipanaskan pada suhu 900 0 C. Proses heat treatment
ini dilakukan selama 15 menit. Setelah dipanaskan menggunakan oven,
spesimen yang telah dipanaskan lalu dilanjutkan dengan mencelupkan
spesimen kedalam oven untuk dilakukan proses quenching. Setelah dilakukan
proses quenching yang dilakukan menggunakan air sebagai pendinginan cepat,
diperoleh hasil dari pengujian impak yaitu Q1 (0,09 J/mm 2), Q2 (0,10 J/mm2),
Q3 (0,09 J/mm2) . Dari ketiga hasil tersebut diambil nilai rata rata pada
spesimen quenching sebesar 0,09 J/mm2. Dari hasil pengujian tersebut
menghasilkan tingkat ketangguhan yang paling kecil dibandingkan dengan
metode lain.

Metode quenching dapat dilakukan dengan beberapa media sebagai


pendinginan cepat seperti dengan air kelapa, oli, air, air garam. Dengan
45

menggunakan air sebagai metode quenching pada spesimen tersebut,


menjadikan baja AISI 4340 ini yang paling getas dibandingkan dengan
perlakuan lain ( annealing dan quenching ) sehingga setelah dilakukan proses
quenching , menghasilkan tingkat ketangguhan yang paling rendah
dibandingkan perlakuan lain.

2) Annealing. Proses annealing pada spesimen dilakukan dengan cara di


oven pada suhu 9000 C. pemanasan tersebut dilakukan selama 15 menit.
Setelah 15 menit, temperatur pada oven tersebut diturunkan perlahan lahan
hingga 00 C, setelah itu didiamkan selama 24 jam didalam oven. Setelah
dilakukan proses annealing yang dilakukan dengan menahan spesimen
menggunakan oven. Diperoleh hasil dari pengujian impak yaitu A1 (0,24
J/mm2), A2 (0,25 J/mm2), A3 (0,23 J/mm2). Dari ketiga hasil tersebut diambil
nilai rata-rata sebesar 0,24 J/mm2.. Dari hasi pengujian ketangguhan tersebut
menghasilkan tingkat ketangguhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
quenching tetapi masih lebih rendah dari normalizing.

Metode annealing ini dilakukan akan meningkatkan sifat mekanik logam


pada baja itu sendiri, salah satu sifat yang berubah pada spesimen ini adalah
meningkatnya keuletan pada spesimen. Sehingga dari percobaan tersebut
spesimen dengan metode annealing ini menghasilkan tingkat ketangguhan
dibawah normalizing, namun masih diatas spesimen yang dilakukan proses
quenching.

3) Normalizing. Proses normalizing pada spesimen tersebut dilakukan


dengan dipanaskan dengan menggunakan oven pada suhu 900 0 C selama 15
menit. Proses normalizing pada spesimen dengan cara didiamkan pada suhu
ruangan hingga temperatur spesimen yang semula tinggi hingga menurun
hingga temperatur normal. Setelah dilakukan pegujian ketangguhan dengan
alat uji impak charpy. Dihitung dari energi yang diserap oleh spesimen tersebut,
diperoleh hasil pada ketiga spesimen tersebut yaitu N1 (0,44 J/mm 2), N2 (0,48
J/mm2), dan N3 (0,48 J/mm2), dari ketiga percobaan tersebut diambil nilai rata-
rata yaitu sebesar 0,47 J/mm2.
46

Metode perlakuan panas dengan cara normalizing tersebut mendapatkan


nilai impak yang paling tinggi dibandingkan dengan percobaan perlakuan panas
lainnya (annealing dan normalizing). Jika dibandingkan dengan kedua metode
lainnya, metode normalizing sangat cocok jika ingin mendapatkan nilai
ketangguhan yang tinggi.

Tabel 4.7 Data Hasil Pengujian Ketangguhan Menggunakan Alat Uji Impak Charpy

Suhu Lama NIlai Impak NIlai Impak NIlai Impak


Percobaan Pemanasan Pemanasan Quenching Annealing Normalizing
Dalam Oven Dalam Oven ( J/mm2 ) ( J/mm2 ) ( J/mm2 )

1 9000 C 15 menit 0,09 0,24 0,44


2 9000 C 15 menit 0,10 0,25 0,48
3 9000 C 15 menit 0,09 0,23 0,48
Rata - rata 0,09 0,24 0,47

PERBANDINGAN NILAI IMPAK KESELURUHAN


0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

Quenching Annealing Normalizing

Gambar 4.15 Data Hasil Pengujian Ketangguhan Dengan Alat Uji Impak Metode Charpy
47

BAB V
PENUTUP

12. Kesimpulan. Dari hasil pengujian ketangguhan serta pengujian struktur mikro pada
baja AISI 4340 dengan menggunakan proses heat treatment yaitu quenching, annealing,
dan normalizing. Dapat diambil kesimpulan pada tabel dibawah ini :

a. Pada baja AISI 4340 setelah dilakukan proses perlakuan panas berupa
quenching menggunakan air sebagai medianya, menghasilkan nilai impak sebesar
0,09 J/mm2. Menjadikan proses quenching ini sebagai spesimen dengan tingkat
ketangguhan paling rendah.

b. Pada baja AISI 4340 yang dilakukan proses perlakuan panas berupa annealing,
proses annealing dengan menahan pada suhu oven hingga 0 0 C, menghasilkan nilai
impak sebesar 0,24 J/mm2 . menjadikan proses annealing ini memiliki tingkat
ketangguhan diantara quenching dan normalizing.

c. Pada baja AISI 4340 yang dilakukan proses perlakuan panas berupa normalizing
,dengan cara didiamkan pada suhu ruangan hingga suhu menjadi normal,
menghasilkan nilai impak sebesar 0,47 J/mm2. Menjadikan proses normalizing ini
sebagai spesimen dengan tingkat ketangguhan yang paling tinggi dibandingkan
dengan annealing dan normalizing.

d. Dari ketiga spesimen baja AISI 4340 yang telah dilakukan proses perlakuan
panas berupa quenching, annealing, dan normalizing dapat disimpulkan bahwa cara
meningkatkan tingkat ketangguhan pada baja AISI 4340 tersebut adalah dengan
cara normalizing.

13. Saran. Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang akan
disajikan yang bertujuan untuk bahan referensi dan pengembangan pada pengujian. Oleh
karena itu penulis memberikan beberapa saran yaitu :
48

a. Pengujian struktur mikro lebih baik dilakukan dengan menggunakan alat


scanning electron microscope (SEM) untuk mendapatkan hasil yang lebih jelas,
perbesaran yang lebih serta dapat mengetahui komposisi pada material yang akan
diuji.

b. Untuk penelitian selanjutnya lebih baik dilakukan dengan lebih banyak variabel
seperti variasi suhu, waktu serta media pendingin yang digunakan pada proses
perlakuan panas.

c. Pada pengujian selanjutnya selain dengan menggunakan uji impak, lebih baik
menggunakan parameter lain untuk melakukan pengujian seperti pengujian
kekerasan, pengujian bending, dan pengujian tarik.
DAFTAR PUSTAKA

Andika Wisnujati ”Analisis Perlakuan Carburizing Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Pada
Bahan Sprocketimitasi Sepeda Motor” Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2017.

Bahtiar, Iqbal, M., & Arisandi, D “Analasis Kekerasan Dan Mikro Pada Baja Komersil Yang
Mendapatkan Proses Pack Carburizing Dengan Arang Cangkang Kelapa Sawit” Teknik
Mesin, Universitas Tadulako, Palu 2017.

Beny Bandanadjaj, Ari Siswanto, Helmi Eka Putra. “Pengembangan Material AISI 4340
Sebagai Bahan Dasar link Track Melalui Proses Perlakuan Panas”. Teknik Mesin dan
Manufaktur, Konsentrasi Teknologi Foundry, Polman Bandung 2019

Halim Rusjdi, Andika Widya Pramono, Wahyu Bawono Faathir. “Pengaruh Perlakuan
Panas Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Pada Baja AISI 4340”. Teknik Mesin,
Sekolah Tinggi Teknik-PLN, Jakarta Barat 2016

Pengertian, Unsur, Jenis dan Pembentukan Baja, 2019,


https://www.kajianpustaka.com/2019/12/pengertian-unsur-jenis-dan-pembentukan-
baja.html diakses pada tanggal 7 Januari 2021

Sarjito Jokosisworo “Pengaruh Normalizing Dengan Variasi Waktu Penahanan Panas


(Holding Time) Terhadap Sifat Mekanik Baja ST 46” Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro Semarang 2018.

Sifat Mekanik Logam, 2014, https://www.coursehero.com/file/20713236/SIFAT-MEKANIK-


LOGAM/ diakses pada 20 Januari 2021

Yopi Handoyo “Perancangan Alat Uji Impak Metode Charpy Kapasitas 100 Joule” Teknik
Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi 2013
DATA RIWAYAT HIDUP

NAMA : Kristian Dinata

PANGKAT/NO. AK : SERMADATAR / 2018.458

TEMPAT TANGGAL LAHIR : KLATEN, 15 FEBRUARI 1999

ALAMAT RUMAH : PUGERAN RT 07/65 MAGUWOHARJO, DEPOK,


SLEMAN
RIWAYAT PENDIDIKAN :

a. SD : SD KANISIUS DEMANGAN BARU 2011

b. SMP : SMP PANGUDI LUHUR 1 JOGJA 2014

c. SMA : SMA BOPKRI 1 JOGJA 2017

Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari kecil penulis dibesarkan di
Yogyakarta. Penulis menempuh pendidikan di SD Kanisius Demangan Baru, SMP Pangudi
Luhur 1, SMA Bopkri 1. Penulis menyusun tugas akhir ini sebagai persyaratan kelulusan
sebagai taruna Akademi Angkatan Udara, yang sekarang masih berstatus sebagai Taruna
tingkat III dengan pangkat Sersan Mayor Dua Taruna.

Anda mungkin juga menyukai